Thursday, April 26, 2018

PILIH, PEMILIHAN ALLAH


PILIH, PEMILIHAN ALLAH
       Allah bertindak memilih seseorang atau suatu kelompok dari dalam suatu persekutuan yg lebih besar, untuk tujuan atau masa depan yg ditentukan-Nya sendiri. Kata utama dalam PL untuk gagasan ini ialah bakhar, yg berarti memilih seseorang atau sesuatu dengan seksama, sesudah menimbang dengan masak-masak kemungkinan-kemungkinan lain (mis batu umban, #/TB 1Sam 17:40*; tempat perlindungan, #/TB Ul 23:16*; istri, #/TB Kej 6:2*; yg baik bukan yg jahat, #/TB Yes 7:15* dab; hidup bukan mati, #/TB Ul 30:19* dab; pelayanan kepada Tuhan Allah bukan pelayanan kepada berhala-berhala, #/TB Yos 24:22*). Kata ini mencakup pikiran, sangat menyukai hal yg dipilih itu, dan kadang-kadang menerima kesenangan hati daripadanya (bnd ump #/TB Yes 1:29*).
       Dalam LXX dan PB kata kerja yg berpadanan dengan bakhar adalah eklegomai. Dalam bh Yunani kuno kata ini biasanya dipakai dengan arti aktif, tapi para penulis Alkitab selalu memakainya dalam bentuk yg berarti ‘memilih untuk diri sendiri’. Haireomai dipakai tentang pemilihan Allah dalam #/TB 2Tes 2:13*, dan dalam #/TB Ul 26:18* LXX, dengan arti yg sama. Kata-kata sifat serumpunnya adalah bakhir dan eklektos, ‘dipilih’. PB memakai juga kata benda ekloge, ‘pemilihan’. Kata kerja Ibr yada, artinya mengenal (yg dipakai untuk berbagai cara mengenal, paling sedikit dlm pikiran, mengandung dan menyatakan cinta kasih seperti hubungan dua kelamin, atau pengakuan dari pihak orang percaya terhadap Allah), dipakai dalam #/TB Kej 18:19*; #/TB Am 3:2*; dan #/TB Hos 13:5* mengenai pemilihan Allah (artinya, Ia mengenal orang dlm kasih). Begitu juga kata Yunani proginosko, harfiah ‘mengetahui lebih dulu’ diterjemahkan ‘dipilih-Nya’ dalam #/TB Rom 8:29; 11:2* (bnd pemakaian ginoskd dlm #/TB 1Kor 8:3*; #/TB Gal 4:9*).

          I. Dalam PL

          Orang Israel percaya bahwa Allah memilih Israel menjadi umat pilihan-Nya. Pemilihan Allah akan Israel dilaksanakan melalui dua tindakan yg berkaitan dan saling melengkapi. (a) Allah memilih Abraham dan keturunannya dengan jalan memanggil Abraham dari Ur dan membawa dia ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan. Di situ Allah mengadakan suatu perjanjian yg kekal dengan keturunannya, dan menjanjikan kepadanya bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi seluruh bumi (#/TB Kej 11:31-12:7; 15; 17; 22:15-18*; #/TB Neh 9:8*; #/TB Yes 41:8-9*). (b) Allah memilih keturunan Abraham dengan melepaskan mereka dari perhambaan di Mesir, membawa mereka keluar dari perbudakan melalui Musa, memperbaharui perjanjian kepada Abraham dalam bentuk yg diperluas dengan mereka di G Sinai, dan mendudukkan mereka di tanah perjanjian sebagai negara kebangsaan mereka (#/TB Kel 3:6-10*; #/TB Ul 6:21-23*; #/TB Mazm 105*). Tiap tindakan pemilihan ini diterangkan juga sebagai ‘panggilan’ Allah, yaitu dalam kedaulatan-Nya Allah berfirman dan menentukan kejadian sedemikian rupa, supaya melaluinya Ia memanggil pertama Abraham, dan kemudian keturunannya, untuk mengakui Dia sebagai Allah mereka dan hidup sebagai umat-Nya (#/TB Yes 51:2*; #/TB Hos 11:1*). Orang Israel menalar kedua tindakan ini sebagai penciptaan bangsa Israel (bnd #/TB Yes 43:1*; #/TB Kis 13:17*).

          Makna pemilihan Israel nampak dari kenyataan-kenyataan yg berikut:

          a. Sumber pemilihan ini ialah kasih Allah yg bebas dan mahakuasa. Ucapan Musa dalam Ul menekankan hal ini. Tatkala Allah memilih Israel, ‘hati (Nya) terpikat oleh mereka’ (#/TB Ul 7:7; 23:5*). Mengapa? Bukanlah karena lebih dulu Israel memilih Dia, juga bukan karena Israel layak menerima betas kasihan-Nya. Secara nyatanya Israel adalah kebalikan dari memikat hati, karena jumlahnya tidak besar dan perangainya lalim, lagi pula ia lemah, kecil dan pemberontak (#/TB Ul 7:7; 9:4-6*). Kasih Allah terhadap Israel bersifat serta-merta dan bebas, tidak mempersoalkan kelemahan pihak Israel, dan tidak dipacu oleh suatu apa pun, kecuali dorongan hati baik-Nya sendiri. Tuhan bergirang untuk berbuat baik kepada Israel (#/TB Ul 28:63*; bnd #/TB Ul 30:9*) hanya melulu karena Dia memutuskan hendak berbuat begitu.

          Maka benarlah bahwa dalam melepaskan Israel dari Mesir, Allah memegang janji yg diucapkan-Nya kepada Bapak-bapak leluhur (#/TB Ul 7:8*), dan ada kewajiban pada sifat Allah dalam hal ini, sebab Allah selalu setia kepada janjiNya (bnd #/TB Bil 23:19*; #/TB 2Tim 2:13*). Tapi pengucapan janji adalah tindakan yg terpancar dari kasih yg bebas yg Israel tidak layak menerimanya, sebab Bapak-bapak leluhur itu sendiri adalah orang berdosa (seperti diperlihatkan dlm Kej), dan Allah memilih Abraham, penerima pertama janji itu, dari tengah-tengah penyembah berhala (#/TB Yos 24:2* dab). Maka di sini juga, alasan dari pemilihan harus dicari bukan pada manusia, tapi pada Allah.

          Allah adalah Raja dunia-Nya ini, dan kasih-Nya mahakuasa. Justru Ia menggenapi pemilihan-Nya akan Israel melalui penyelamatan berupa mujizat (’ dengan tangan yg kuat’, #/TB Ul 7:8* dab) dari keadaan terbuang yg sangat menyedihkan. #/TB Yeh 16:3-6* menguraikan keadaan Israel yg sangat memilukan itu, waktu Allah memilih dia; #/TB Mazm 135:4-12* menjunjung tinggi kedaulatan Allah yg ditunjukkan waktu membawa umat pilihan-Nya dari perbudakan menuju tanah perjanjian.

          b. Tujuan pemilihan Israel yg paling sederhana ialah, supaya umat itu mendapat berkat dan keselamatan karena dikhususkan oleh Allah bagi diriNya sendiri (#/TB Mazm 33:12*), dan tujuan yg paling asasi ialah, supaya Allah sendiri dimuliakan, dengan jalan Israel akan menunjukkan keterpujian-Nya di hadapan dunia (#/TB Yes 43:20* dab; #/TB Mazm 79:13; 96:1-10*), dan akan memberitakan perkara besar yg dilakukan-Nya (#/TB Yes 43:10-12; 44:8*). Pemilihan Israel mencakup pengkhususan Israel menjadi umat yg kudus, artinya suatu umat yg diasingkan bagi Allah sendiri (#/TB Ul 7:6*; #/TB Im 20:26*b). Dia mengambil mereka sebagai milik-Nya sendiri (milik pusaka-Nya) dan harta kesayangan-Nya (#/TB Ul 4:20; 32:9-12*; #/TB Kel 19:5*, #/TB Mazm 135:4*). Dia berjanji akan melindungi mereka dan menjadikan mereka makmur (#/TB Ul 28:1-14*) dan akan hadir di tengah-tengah mereka (#/TB Im 26:11-12*). Pemilihan menjadikan mereka umat-Nya, dan Dia Allah mereka, dan mereka bersama-sama berada dalam ikatan perjanjian. Pemilihan diadakan dengan tujuan menjadikan persekutuan yg hidup antara mereka dan Dia. Bagian mereka, umat pilihan-Nya, ialah menikmati kehadiran-Nya yg nyata lalu menerima karunia baik dan berlimpah-limpah yg dijanjikan-Nya akan dicurahkan kepada mereka. Maka pemilihan merupakan berkat, yg menjadi sumber dari segala berkat lainnya. Berhubungan dengan itu para nabi mengungkapkan pengharapan bahwa sesudah pembuangan, Allah akan memulihkan kehadiran-Nya di tengah umat-Nya di Yerusalem serta keadaan berkat di sana, dengan cara Allah akan ‘memilih sekali lagi’ Israel dan Yerusalem (#/TB Yes 14:1*; #/TB Za 1:17; 2:12*; bnd #/TB Za 3:2*).

          c. Kewajiban agama dan susila yg tercipta oleh pemilihan Israel ini berjangkauan sangat jauh. Pemilihan, dan hubungan perjanjian yg berdasarkan pemilihan itu membedakan Israel dari semua bangsa lain, adalah yg menjadi dasar motivasi untuk mengucapkan pujian syukur (#/TB Mazm 147:19-20*), untuk menaati Taurat Allah (#/TB Im 18:4-5*), dan untuk tegas mantap menolak penyembahan berhala dan kejahatan yg terjadi dalam dunia yg tidak dipilih (#/TB Im 18:2-3; 20:22-23*; #/TB Ul 14:1-2*; #/TB Yeh 20:5-7*). Begitu juga pemilihan memberi Israel pegangan untuk pengharapan dan kepercayaan yg tidak tergoyahkan kepada Allah pada waktu kesesakan dan keputusasaan (#/TB Yes 41:8-14; 44:1-2*; #/TB Hag 2:22*; #/TB Mazm 106:4-5*).

          Tapi orang Israel yg jahat menyalahgunakan gagasan pemilihan nasional ini, dengan menghina bangsa lain, dan menganggap diri mereka selalu dapat mengharapkan perlindungan Allah dan perlakuan-Nya yg istimewa, tidak peduli bagaimana pun cara hidup mereka (bnd #/TB Mi 3:11*; #/TB Yer 5:12*). Pengertian salah ini, dan khususnya pikiran bahwa Yerusalem sebagai kota Allah yg tidak dapat diganggu-gugat, dipupuk oleh nabi-nabi palsu pada zaman sebelum Pembuangan (#/TB Yer 7:1-15; 23:9* dab; #/TB Yeh 13*). Tapi seperti dijelaskan Allah dari semula (#/TB Im 26:14* dab; #/TB Ul 28:15* dab) maka pemilihan secara nasional mencakup bahwa dosa-dosa nasional akan dihukum dengan keras (#/TB Am 3:2*). Pembuangan ke Babel membuktikan bahwa ancaman itu bukanlah omong kosong.

          d. Ada orang pribadi dalam lingkungan umat pilihan itu yg dipilih Allah untuk tugas khusus guna mengingatkan tujuan pemilihan nasional, yaitu supaya Israel menikmati berkat Allah dan supaya seluruh dunia mendapat berkat. Allah memilih Musa (#/TB Mazm 106:23*), Harun (#/TB Mazm 105:26*), para imam (#/TB Ul 18:5*), para nabi (bnd #/TB Yer 1:5*), para raja (#/TB 1Sam 10:24*; #/TB 2Sam 6:21*; #/TB 1Taw 28:5*) dan Hamba Yahweh yg menderita dalam nubuat Yesaya (#/TB Yes 42:1; 49:1-6*) yg mati untuk dosa manusia (#/TB Yes 53*) dan membawa terang bagi bangsa non-Yahudi (#/TB Yes 42:1-7; 49:6*). Allah juga memakai Asyur dan ‘hamba-Ku’ Nebukadnezar sebagai cambuk-Nya (#/TB Yes 7:18* dab; #/TB Yes 10:5* dab; #/TB Yer 25:9; 27:6; 43:10*), dan Koresy yg tidak mengenal Allah Israel sebagai pemberi untung bagi umat pilihan-Nya (#/TB Yes 45:4-5*). H. H. Rowley dalam The Biblical Doctrine of Election, 1950, ps 5, menyebut ini ‘pemilihan tanpa perjanjian’, tapi ini tidak tepat, karena Alkitab selalu mengkhususkan kosa kata mengenai pemilihan untuk umat perjanjian dan petugas yg berasal dari Israel saja.

          e. Karena ketidakpercayaan dan kedurhakaan, maka berkat-berkat pemilihan yg dijanjikan itu menjadi hilang. Para nabi yg menghadapi kemunafikan yg meluas, menyerukan bahwa Allah akan menolak orang fasik yg ada ditengah-tengah umat-Nya (#/TB Yer 6:30; 7:29*), Yesaya menubuatkan bahwa hanya sisa Israel yg setia akan hidup dan menikmati zaman emas yg akan menyusul sesudah jatuhnya hukuman yg tak terelakkan atas dosa-dosa Israel (#/TB Yes 10:20-22; 4:3; 27:6; 37:31* dab).

          Yeremia dan Yehezkiel yg hidup pada zaman penghukuman itu, mencari suatu hari ketika Allah, sebagai bagian dari kerja pemulihan-Nya, akan melahirkan kembali seberapa yg diselamatkan-Nya dari umat-Nya. Dan Allah menjamin, bahwa pada masa depan mereka akan setia terhadap perjanjian, dengan cara memberikan mereka hati yg baru (#/TB Yer 31:31* dab; #/TB Yer 32:39* dab; #/TB Yeh 11:19* dab; #/TB Yeh 36:25* dab).

          Nubuat-nubuat ini membulatkan perhatian kepada kesalehan perseorangan, dengan menunjuk kepada pengertian gagasan pemilihan yg diterapkan kepada perseorangan (bnd #/TB Mazm 65:3*), lalu memberi dasar untuk membedakan antara pemilihan untuk hak-hak istimewa dan pemilihan untuk hidup. Bisa diambil kesimpulan bahwa walaupun Allah telah memilih seluruh bangsa Israel bagi hak istimewa, yaitu, hidup di dalam perjanjian-Nya, namun Dia hanya memilih sebagian dari mereka (yaitu mereka yg dijadikan setia melalui kelahiran kembali) untuk mewarisi kekayaan hubungan dengan Dia sendiri, yg merupakan inti dari perjanjian itu. Sisanya kehilangan kekayaan itu karena mereka tidak percaya. Ajaran PB mengenai pemilihan mempradalilkan perbedaan ini: lih khususnya #/TB Rom 9*.

          II. Dalam PB

          PB mengumumkan bahwa perjanjian Allah sudah diperluas sampai pada bangsa non-Yahudi. Dan hak-hak istimewa, dalam perjanjian itu sudah beralih dari keturunan Abraham menurut daging kepada suatu kelompok yg terutama terdiri dari non-Yahudi (bnd #/TB Mat 21:43*), yakni orang-orang yg sudah menjadi keturunan Abraham dan warga Israel yg benar melalui iman kepada Yesus Kristus (#/TB Rom 4:9-18; 9:6* dab; #/TB Gal 3:14* dab; #/TB Gal 3:29; 6:16*; #/TB Ef 2:11* dab; #/TB Ef 3:6-8*). Cabang-cabang asli yg tidak percaya dipatahkan dari pohon zaitun Allah (yaitu persekutuan yg dipilih, yg diturunkan dari Bapak-bapak leluhur) dan tunas zaitun liar (yaitu non-Yahudi yg percaya) dicangkokkan mengisi tempat mereka (#/TB Rom 11:16-24*). Israel yg tidak percaya itu ditolak dan dihukum: orang yg percaya kepada Tuhan Yesus menduduki tempat Israel sebagai bangsa pilihan Allah, hidup di dunia ini sebagai umat-Nya dan menyembah Dia sambil memberitakan bahwa Dia Allah mereka.

          PB mengemukakan gagasan tentang pemilihan itu sbb:

          (a) Yesus dinyatakan sebagai yg dipilih Allah Bapak sendiri (#/TB Luk 9:35*; eklelegmenos, gema dari #/TB Yes 42:1*), dan mungkin juga oleh Yohanes Pembaptis, jika eklektos adalah bacaan yg tepat dalam #/TB Yoh 1:34*. Olok-olok dalam #/TB Luk 23:35* menunjukkan bahwa’orang yg dipilih Allah’ dipakai pada zaman Yesus sebagai sebutan untuk Mesias (seperti dlm Enokh 40:5; 45:3-5 dst). Dalam #/TB 1Pet 2:4-6* Kristus disebut batu penjuru yg dipilih Allah, yg menggemakan #/TB Yes 28:16*, LXX. Dengan mengenakannya kepada Yesus maka sebutan itu ‘menunjuk pada jabatan unik dan istimewa yg diterapkan kepada-Nya dan kepada keriaan hati Allah Bapak karena Dia’ (J. Murray dlm Baker’s Dictionary of Theology, 1960, hlm 179).

          (b) Ungkapan ‘yg dipilih’ berarti persekutuan orang Kristen dalam sifatnya sebagai umat pilihan Allah, lawan dari umat manusia yg selainnya. Pemakaian ini melulu menggemakan PL. Gereja disebut ‘bangsa yg dipilih’ (#/TB 1Pet 2:9*, yg mengutip #/TB Yes 43:20*; bnd #/TB 2Yoh 1,1:13*), artinya mempunyai hak istimewa untuk datang kepada Allah dan tanggung jawab untuk memuji Dia, memberitakan namaNya, dan memelihara kebenaran-Nya, yg dulu dimiliki Israel. Seperti dalam hal Israel, Allah meluhurkan rahmatNya dengan memilih orang yg miskin dan gembel-gembel untuk beroleh bagian yg sangat penting ini (#/TB 1Kor 1:27* dab; #/TB Yak 2:5*; bnd #/TB Ul 7:7; 9:6*). Seperti dulu, pemilihan dan panggilan Allah timbul dari kasih karunia-Nya menciptakan umat — umat Dia — yg sebelumnya tidak pernah ada (#/TB 1Pet 2:10*; #/TB Rom 9:25* dab, yg mengutip #/TB Hos 1:10; 2:23*).

          Dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik Yesus menyinggung eklektoi (orang-orang yg dipilih) ketika Ia berbicara mengenai eskatologi. Mereka adalah orang-orang yg diterima Allah, dan Dia masih menerima, karena mereka telah menyambut undangan Injil lalu datang ke pesta perkawinan, dengan menanggalkan kebenaran diri dan memakai pakaian perkawinan yg disediakan oleh tuan rumah. Artinya mereka percaya kepada rahmat Allah (#/TB Mat 22:14*). Tuhan akan membenarkan mereka (#/TB Luk 18:7*) dan melindungi mereka dalam siksaan dan bahaya yg akan datang (#/TB Mr 13:20,22*) sebab mereka mendapat perlindungan-Nya yg istimewa.

          c. eklegomai dipakai dalam Kitab-kitab Injil ketika Yesus memilih murid-murid-Nya (#/TB Luk 6:13*; bnd #/TB Kis 1:24; 9:15*) dan ketika gereja memilih para diaken (#/TB Kis 6:5*) dan para utusan (#/TB Kis 15:22,25*). Inilah pemilihan untuk pelayanan khusus, dari lapisan masyarakat persekutuan yg dipilih, seperti dalam PL. Pemilihan Yesus akan ke-12 murid untuk jabatan rasul mencakup pengertian memilih mereka dari dunia ini untuk menikmati keselamatan (bnd #/TB Yoh 15:16,19*), terkecuali dalam hal Yudas (bnd #/TB Yoh 13:18*).

          III. Perkembangan teologis dalam PB

          Perkembangan ide pemilihan secara teologis dan lengkap terdapat dalam Surat-surat Paulus (lih khususnya #/TB Rom 8:28-11:36*; #/TB Ef 1:3-14*; #/TB 1Tes 1:2-10*; #/TB 2Tes 2:13-14*; #/TB 2Tim 1:9-10*). Paulus menguraikan pemilihan Allah sebagai memilih orang-orang berdosa secara perseorangan, yg timbul dari kasih karunia-Nya dan atas dasar kedaulatan-Nya yg mutlak dan kekal, supaya mereka diselamatkan dan dimuliakan di dalam dan oleh Yesus Kristus.

          a. Pemilihan itu berdasarkan kasih karunia. Hal ini adalah tindakan belas kasih yg orang tidak layak menerimanya (#/TB Rom 11:5*; bnd #/TB 2Tim 1:9*) yg disuguhkan secara bebas kepada manusia yg sudah jatuh dalam dosa yg mesti kena murka dari Allah (#/TB Rom 1:18* dab). Dan Allah tidak hanya memilih orang-orang berdosa untuk diselamatkan (bnd #/TB Rom 4:5; 5:6-8*; #/TB Ef 2:1-9*); Ia memilih untuk menyelamatkan mereka guna meninggikan kasih karunia-Nya dengan mengungkap besarnya kedosaan mereka. Ia mengurung orang pilihan-Nya baik Yahudi maupun non-Yahudi, dalam keadaan durhaka dan tidak percaya, sehingga mereka memperlihatkan sifat mereka yg sebenarnya sebagai orang berdosa, dan menonjol sebagai khas orang-orang yg tidak percaya, sebelum Ia menunjukkan kasih karunia-Nya kepada mereka (#/TB Rom 11:30-32*; orang non-Yahudi, #/TB Rom 9:30; 10:20*; orang Yahudi, #/TB Rom 10:19,21; 11:11,25* dsb). Dengan demikian penjadinyataan pemilihan itu juga menunjukkan bahwa kasih karunia diberikan secara bebas.

          b. Pemilihan berdasarkan kedaulatan Allah yg didorong melulu oleh itikad baik-Nya (#/TB Ef 1:5,9*), bukan karena jasa atau aural atau karya apa pun dari manusia, yg digenapi atau diperhitungkan lebih dulu (#/TB Rom 9:11*) atau apa pun usaha manusia untuk memperoleh ganjar belas kasih Allah (#/TB Rom 9:15-18*). Usaha-usaha seperti itu, bagaimanapun juga adalah sia-sia, sebab bagaimanapun tingginya cita-cita orang berdosa dan bagaimanapun hebatnya pekerjaan mereka, mereka toh hanya berbuat dosa (#/TB Rom 8:7* dsb). Dalam kedaulatan yg bebas Allah memperlakukan sebagian orang berdosa seperti layaknya bagi mereka, yaitu mengeraskan hati mereka (#/TB Rom 9:18; 11:7-10*; bnd #/TB Rom 1:28*; #/TB 1Tes 2:15* dab) dan membinasakan mereka (#/TB Rom 9:21* dab); tapi Dia memilih orang untuk menjadi ‘sarana belas kasihan’ yg dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan (#/TB Rom 9:23*).

          Pembedaan ini tidaklah mencakup kelaliman, sebab Pencipta tidak berhutang rahmat kepada siapapun, dan Ia berhak berbuat sebagaimana dikehendaki-Nya terhadap makhluk yg memberontak (#/TB Rom 9:14-21*). Mujizatnya bukan bahwa Dia menahan rahmat-Nya dari sebagian orang, melainkan bahwa Dia memberi kasih karunia kepada sebagian orang.

          Tujuan Allah membedakan orang berdosa dari orang berdosa lainnya sudah nampak sewaktu Ia membatasi janji yg dibuat-Nya dengan Abraham hanya kepada garis keturunan Ishak, dan waktu Ia menjadikan Yakub unggul dari Esau (#/TB Rom 9:7-13*). Sejak dari mulanya sudah benar bahwa ‘tidak semua orang yg berasal dari Israel adalah orang Israel’ (#/TB Rom 9:6*), dan bahwa orang-orang Israel yg menikmati keselamatan yg dijanjikan kepada umat pilihan itu, hanyalah yg sisa menurut pilihan kasih karunia (#/TB Rom 11:5; 9:27-29*). Dan akan tetap benar, demikian Paulus, bahwa hanya pemilihan Allah sendiri berdasarkan kedaulatan-Nya yg dapat menerangkan, mengapa bila Injil diberitakan maka ada orang yg menerimanya. Bahwa ada orang yg tidak percaya tidak membutuhkan keterangan, karena tidak ada orang yg dapat percaya tanpa pertolongan ilahi (#/TB 1Kor 2:14*); tapi hal kepercayaan memerlukan keterangan. Keterangan Paulus ialah bahwa Allah melalui Roh Kudus membuat orang pilihan itu percaya, sehingga jika orang sampai kepada iman yg benar dan aktif kepada Yesus, itu membuktikan bahwa ia benar-benar dipilih (#/TB 1Tes 1:4* dab; #/TB Tit 1:1*; bnd #/TB Kis 13:48*).

          c. Pemilihan terjadi dalam kekekalan. Paulus berkata bahwa Allah memilih kita ‘sebelum dunia dijadikan’ (#/TB Ef 1:4*; #/TB 2Tes 2:13*; #/TB 2Tim 1:9*). Pemilihan ini adalah tindakan yg menentukan ganjar bagian seseorang (#/TB Ef 1:5,11*), dan merupakan sebagian dari tujuan kekal Allah (#/TB Ef 1:9*), yaitu pelaksanaan dari pra pengetahuan Allah yg penuh kasih, dengan mana Allah menyelamatkan orang-orang yg dipilihNya (#/TB Rom 8:29* dab; bnd #/TB 1Pet 1:2*). PL yg membicarakan pemilihan nasional untuk mendapat hak-hak istimewa, menyamakan pemilihan Allah dengan panggilan-Nya, sementara Paulus, yg membicarakan pemilihan perseorangan untuk mendapat keselamatan, membedakan pilihan dari panggilan, dan membicarakan pemanggilan Allah (dgn ini dimaksudkan panggilan supaya percaya yg mendorong tanggapan) sebagai langkah pelaksanaan dalam perjalanan waktu dari tujuan kekal yg penuh kasih sayang (#/TB Rom 8:30; 9:23* dab; #/TB 2Tes 2:13* dab; #/TB 2Tim 1:9*). Paulus menekankan pemilihan itu adalah kekal guna meyakinkan para pembacanya bahwa pemilihan itu tidak dapat berubah, dan apa pun yg terjadi dalam perjalanan waktu tak dapat mengoyakkan ketetapan Allah untuk menyelamatkan mereka.

          d. Pemilihan adalah pilihan orang-orang berdosa secara perseorangan untuk diselamatkan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Pemilihan itu terjadi di dalam Yesus Kristus (#/TB Ef 1:4*) Anak Allah yg telah menjadi manusia; penampakan-Nya dan pengantaraan-Nya dalam sejarah juga tercakup dalam rencana kekal Allah (#/TB 1Pet 1:20*; #/TB Kis 2:23*). Arti pertama dipilih di dalam Kristus ialah, supaya orang pilihan Allah menjadi serupa dengan Yesus dan turut memiliki kemuliaan-Nya (#/TB Rom 8:29*; bnd #/TB Rom 8:17*; #/TB 2Tes 2:14*). Mereka dipilih supaya menjadi kudus (artinya serupa dgn Yesus dlm tingkah laku mereka) dalam dunia ini (#/TB Ef 1:4*) dan supaya mendapat kemuliaan (artinya serupa dgn Yesus dlm diri mereka, bnd #/TB 2Kor 3:18*; #/TB Fili 3:21*) dalam dunia yg akan datang. Arti kedua dipilih dalam Kristus ialah, bahwa orang pilihan itu ditebus dari hutang dosa dan noda dosa oleh Yesus, melalui kematian-Nya yg mendamaikan dan melalui karunia Roh KudusNya (#/TB Ef 5:25-27*; #/TB 2Tes 2:13*; bnd #/TB 1Pet 1:2*). Seperti dikatakan-Nya sendiri dalam #/TB Yoh 6:37-45; 10:14-16,27-30; 12:2,6,9* dab; 24), Allah Bapak telah memberikan kepada-Nya jumlah orang tertentu untuk diselamatkan, dan Dia telah melakukan segala sesuatu yg perlu untuk membawa mereka semuanya ke kemuliaan yg kekal. Arti ketiga dipilih dalam Kristus ialah, bahwa berkat-berkat pemilihan itu sampai kepada sang terpilih dengan jalan mereka dipersatukan dengan Kristus. Sebagai Adam yg terakhir Yesus mewakili mereka, dan sebagai pemberi hidup Ia diam di dalam mereka melalui RohNya melalui iman.

          IV. Makna pemilihan bagi orang percaya

          Paulus menekankan tiga makna religius dari pengetahuan orang percaya akan keterpilihannya.

          (a) Menunjukkan kepadanya bahwa keselamatan — dari awal sampai akhir — segala-segalanya adalah dari Allah, buah dari rahmat-Nya yg berdaulat. Penebusan yg diperoleh orang percaya hanya dalam Kristus dan dia terima hanya melalui iman, sumbernya sama sekali bukanlah pada kualitas pribadi, tapi melulu karunia — dampak dari karunia pemilihan. Setiap berkat rohani mengalir kepadanya dari ketetapan pemilihan Allah (#/TB Ef 1:3* dab). Maka pengetahuan akan keterpilihannya patut mengajar orang percaya untuk bermegah di dalam Allah, dan hanya di dalam Allah saja (#/TB 1Kor 1:31*), dan menaikkan pujian bagi-Nya yg adalah hakNya (#/TB Rom 11:36*). Tujuan terakhir dari pemilihan ialah supaya Allah terpuji (#/TB Ef 1:6,12,14*) dan pikiran tentang keterpilihan patut memacu orang berdosa yg sudah ditebus menaikkan puji-pujian dan ucapan syukur yg tak henti-hentinya, seperti kenyataan pada Paulus (#/TB Rom 11:33* dab, #/TB Ef 1:3* dab; #/TB 1Tes 1:3* dab; #/TB 2Tes 2:13* dab). Apa yg dinyatakan Allah mengenai pemilihan bagi Paulus dianggap sebagai pendorong untuk beribadah, bukan pendorong untuk adu pikiran.

          (b) Meyakinkan orang percaya akan keselamatannya yg kekal, dan membuang segala alasan untuk menjadi takut dan patah semangat. Jika ia berada dalam kasih karunia sekarang, maka ia akan berada di dalam kasih karunia untuk selama-lamanya. Apa pun tak bisa mempengaruhi kedudukannya yg sudah dibenarkan itu (#/TB Rom 8:33* dab); apa pun tidak bisa memisahkannya dari kasih Allah di dalam Kristus (#/TB Rom 8:35-39*). Ia sudah aman seaman-amannya, karena itu ia tak mungkin lebih aman dari keadaannya sekarang. Inilah pengetahuan yg berharga: maka setiap orang dihimbau supaya berusaha mencari tahu, apakah ia benar-benar dipilih, lalu membuatnya teguh (bnd #/TB 2Pet 1:10*).

          (c) Mendorong orang percaya untuk mengusahakan susila yg baik. Pengetahuan akan keterpilihan itu tidak mengizinkan seseorang berbuat dosa atau menjadi angkuh (bnd #/TB Rom 11:19-22*), malah pengetahuan serta berkat-berkat yg mengalir daripadanya, menjadi perangsang paling unggul untuk melakukan kasih yg khudu, yg bersukacita dan yg berterima kasih, yg merupakan pendorong utama untuk hidup kudus (#/TB Kol 3:12-17*).

       KEPUSTAKAAN.
  • Arndt; TWNT 4, hlm 147-197; T. Nicol dalam DAC; J Orr dalam HBD;
  • C. H Hodge, Systematic Theology 2, hlm 331-353;
  • H. H Rowley, The Biblical Doctrine of Election, 1950;
  • G. C. Berkouwer, Divine Election, 1960, TDNT 4, hlm 144-192; NIDNTT 1, hlm 533-543.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...