Tuesday, April 17, 2018

ADAM & HAWA


ADAM
          I. Dalam PL
          Manusia pertama, diciptakan (bara’, #/TB Kej 1:27*) oleh Allah menurut gambar Allah (tselem), pada hari keenam. Allah membentuk manusia itu (seperti tukang periuk belanga membentuk, yatsar, #/TB Kej 2:7*) dari debu tanah (’ adama), dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (nisymat khayyim). Hasilnya ialah bahwa ‘manusia itu’, menjadi makhluk hidup (nefesy khayya). Mitos Sumeria dan Babilonia mengenai penciptaan manusia cukup terkenal, tapi dibandingkan dengan cerita penciptaan dalam Alkitab, ternyata mitos itu adalah mentah dan bersifat politeistis.
             a. Etimologi
             Nama Adam (’ adam), disamping sebagai nama diri, juga mengandung arti ‘manusia’, suatu pengertian yg muncul dalam PL kr 500 kali, justru bila kata benda ini muncul dengan kata sandang positif (ha’adam) baiklah diterjemahkan sebagai nama benda biasa ketimbang sebuah nama. Kata ‘adm juga dikenal dalam bh Ugarit dengan arti ‘manusia’. Cerita penciptaan #/TB Kej 1;  2* menggunakan kata sandang ‘adam pada segala peristiwa, kecuali dalam tiga hal: #/TB Kej 1:26* dimana jelas ‘manusia’ pada umumnyalah yg dimaksud; #/TB Kej 2:5*, dimana ‘seorang’ (atau ‘bukan orang’) jelas pengertian yg paling alamiah; dan 2:20, penggunaan istilah sebagai nama orang yg pertama kali diizinkan oleh naskah. Alkitab bh Indonesia tidak memakai nama orang ‘Adam’ sebelum #/TB Kej 4:25*. Walaupun telah diusahakan untuk menentukan etimologi dari nama itu, namun belum terdapat kesepakatan, dan fakta bahwa bahasa asli manusia bukanlah bh Ibrani, membuat teori-teori itu bersifat akademis. Kendati demikian, jelas bahwa penggunaan kata ‘adama, ‘tanah’, sengaja ditempatkan sejajar dengan nama ‘adam dalam #/TB Kej 2:7*, suatu kesimpulan yg diperkuat oleh #/TB Kej 3:19*.
             b. Keadaan Adam pada mulanya
             Adam dibedakan dari binatang-binatang. Tapi pembedaan ini bukan karena nama tambahan nefesy dan ruakh yg terkait dengannya, sebab kedua istilah ini kadang-kadang juga digunakan untuk binatang-binatang, melainkan karena ia diciptakan menurut gambar Allah, diberi kuasa atas segala binatang, dan mungkin juga karena Allah sendiri menghembuskan nafas hidup (nesyama) ke dalam hidungnya. Allah membuat taman untuk Adam di Eden (#/TB Kej 2:8-14*) dan menempatkannya di taman itu untuk ‘mengusahakan’ taman itu dan memeliharanya.
             Kata ‘mengusahakan’ (‘avad) ialah yg biasa dipakai untuk bekerja (mis #/TB Kel 20:9*), jadi Adam bukan untuk menganggur. Besar kemungkinan makanannya adalah buah-buahan dari berbagai pohon (#/TB Kej 2:9,16*), buah-buahan dan biji-bijian dari jenis semak-semak (siakh) dan gandum dari jenis rumput-rumputan (’ esev, #/TB Kej 2:5*). Lalu Allah membawa segala binatang dan burung kepada Adam agar ia memberi nama kepada mereka, dan agaknya ia berusaha mengenali sifat-sifat dan kemampuan-kemampuan semua binatang itu (#/TB Kej 2:19,20*). Ada kemungkinan bahwa beberapa gambaran samar-samar mengenai ini muncul dalam naskah kesusastraan Sumeria, yg menggambarkan bagaimana ‘dewa’ Enki mengatur dunia, antara lain menempatkan binatang-binatang di bawah pengawasan dua ‘dewa’ yg lebih rendah derajatnya.
             c. Jatuh dalam dosa
             Allah berfirman, ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja’ (#/TB Kej 2:18*), maka diciptakan-Nya-lah seorang perempuan (#/TB Kej 2:22*), untuk menjadi penolong baginya. Atas tipu daya ular, perempuan itu membujuk Adam untuk memakan buah dari pohon yg telah ditentukan Allah tidak boleh mereka sentuh (#/TB Kej 3:1-7*), dan sebagai akibatnya Adam dan perempuan itu diusir dari taman Eden (#/TB Kej 3:23,24*). Adalah jelas bahwa sampai saat itu Adam berhubungan langsung dengan Allah. Ketika Adam dan perempuan itu mengetahui bahwa mereka telanjang, mereka mengambil daun pohon ara lalu menyematnya menjadi cawat (khagora, #/TB Kej 3:7*), sekedar bukti keterampilan sederhana dalam menjahit. Adam dihukum dengan diusirnya mereka dari taman Eden dan takluk kepada nasibnya bersusah payah dan dengan peluh mencari rezekinya seumur hidupnya, sebab tanah (’ adama) ke mana ia akan kembali bila ia mati, telah terkutuk dan akan menumbuhkan belukar berduri dan onak. Ia akan tetap mengusahakan tanah, kendati pekerjaan itu sekarang lebih berat dibandingkan sebelumnya (#/TB Kej 3:17-19,23*).
             Pernah diadakan perbandingan antara episode-episode ini dan mitos Akadia, yakni mitos mengenai Adapa yg berbuat kesalahan menolak air dan roti kehidupan, dan dengan demikian meniadakan keabadian demi manusia; tapi hubungan antara keduanya adalah jauh. Allah menyediakan pakaian dari kulit binatang bagi kedua orang ini (#/TB Kej 3:21*), yg berarti bahwa kini mereka membutuhkan perlindungan terhadap tumbuh-tumbuhan yg mungkin menyakiti dan udara dingin.
             Adam mempunyai dua putra, Kain dan Habel. Tapi karena Kain membunuh Habel, maka ia mempunyai putra lagi Set, sebagai ganti Habel (#/TB Kej 4:25*) dan untuk melanjutkan garis keturunan. Adam berumur 130 thn (LXX 230 thn) ketika Set lahir dan ia hidup 800 thn lagi (LXX 700 thn) sesudah kelahiran Set, jadi ia mencapai umur 930 thn (#/TB Kej 5:2-5* sesuai dgn LXX dan Pentateukh Samaria, acuan terakhir sesuai dgn MT ttg ketiga tokoh itu, *SILSILAH). Sebagai perbandingan, perlu diperhatikan bahwa raja pertama sebelum Air Bah zaman Nuh, yg bernama Alulim, dalam daftar raja Sumeria dicatat memerintah selama 28,800 thn (naskah lain menyebut 67,200), dan rekannya bernama Aloros, dalam Berossos Babyloniaka dikatakan memerintah 36,000 thn. Diduga Adam mempunyai anak-anak lain di Samping ketiga orang yg khusus disebut dalam Kej. Masa kehidupan Adam dan daerah yg tepat di mana ia hidup, masih diteliti.
          II. Dalam PB
          Nama Adam muncul 9 kali, 8 kali mengacu kepada manusia pertama (#/TB Luk 3:38*; #/TB Rom 5:14* (2); #/TB 1Kor 15:22,45*; #/TB 1Tim 2:13,14*; #/TB Yud 1:14*) dan satu kali mengacu kepada Kristus (#/TB 1Kor 15:45*). Namun, dalam beberapa kejadian, ada acuan kepada Adam, manusia pertama itu, kendati tidak disebut (#/TB Mat 19:4-8*; #/TB Mr 10:6-8*; #/TB Rom 5:12,15,16,17* (2), 19). Beberapa kesimpulan diambil berdasarkan petunjuk-petunjuk berikut.
          a. Adam digambarkan sebagai manusia pertama (#/TB 1Kor 15:45,47*). Asalnya yg unik tanpa bapak atau ibu diperkenalkan guna menarik perhatian kepada fakta, bahwa apabila semua orang lain pada genealogi manusia dikatakan adalah anak atau keturunan dari nenek moyang dalam setiap garis ihwal terkait, maka Adam dikatakan adalah anak Allah (#/TB Luk 3:38*). Adam tidak datang melalui keturunan manusia.
          b. Adam memulai dan mengembangkan hubungan unik bagi keturunan manusia. Hal itu dapat dipadankan dengan hubungan Kristus sebagai Adam akhir dengan orang-orang yg sudah ditebus. Pada kedua hubungan yg unik inilah didasarkan sejarah perjalanan keturunan umat manusia (#/TB 1Kor 15:45-49*; #/TB Rom 5:12-19*). Tidak ada orang satu pun sebelum Adam, karena dialah orang pertama. Tidak ada Adam satu pun antara Adam dan Kristus, karena Kristus adalah Manusia kedua. Tidak ada Adam satu pun sesudah Kristus, karena Ia adalah Adam akhir. Karena itu, Adam adalah gambaran dari Dia yg akan datang, yakni Kristus.
          c. Oleh Adam dosa dan maut masuk ke dalam dunia. Ungkapan yg terus terang mengenai ‘pelanggaran Adam’ dalam #/TB Rom 5:14*, membuat jelas bahwa ‘satu orang’ yg disebut dalam #/TB Rom 5:12* adalah Adam, dan yg disebut dosa di situ adalah dosanya yg pertama.
          d. Dalam Adam, semua orang berdosa dan mati. Karena ketidaktaatan Adam seorang, maka semua orang menjadi orang berdosa (#/TB Rom 5:19*), melalui penghakiman atas pelanggaran yg satu itu, hukuman tertimpa atas segenap umat manusia (#/TB Rom 5:16,18*) dan maut berkuasa atas segenap umat manusia (#/TB Rom 5:15,17*; #/TB 1Kor 15:22*).
          e. Persekutuan dan keterhisaban dengan Adam dalam dosanya, hukumannya dan kematiannya adalah pola persekutuan dengan Kristus oleh dan melalui mana orang-orang percaya terhisab beroleh keadilan, pembenaran dan hidup (#/TB Rom 5:15-19*; #/TB 1Kor 15:22,45,49*). Dalam hukum yg dibuat Allah, solidaritas keterhisaban dengan Adam meletakkan dasar bagi kasih karunia yg berlimpah-limpah berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yg kekal (#/TB Rom 5:21*).
          f. PB menguatkan kesejatian nilai historis dari pernyataan-pernyataan yg tercantum dalam bab-bab permulaan Kej yg berkenaan dengan Adam. Dalam #/TB 1Kor 15:45,47* disajikan hunjukan kepada #/TB Kej 2:7*, dalam #/TB Yud 1:14* kepada #/TB Kej 5:3-18* (bnd #/TB 1Taw 1:1-3*), dalam #/TB 1Tim 2:13* kepada #/TB Kej 2:20-23*, dalam #/TB 1Tim 2:14* kepada #/TB Kej 1; 2; 3; 4; 5; 6;  13*, dalam #/TB Mat 19:4*; #/TB Mr 10:6* kepada #/TB Kej 1:27*, dalam #/TB Mat 19:5,6*; #/TB Mr 10:7,8* (bnd #/TB Ef 5:31*) kepada #/TB Kej 2:24*, dan dalam #/TB Rom 5:12-19*; #/TB 1Kor 15:22* kepada #/TB Kej 2:17; 3:19*. Hunjukan yg sifatnya mengurai dan meresapi ini, kadang-kadang berterus terang dan kadang-kadang secara halus menunjukkan betapa PB membenarkan kesejatian nilai historic dari Adam dan kejadian-kejadian mengenai dirinya, juga membenarkan keaslian catatan resmi yg disajikan oleh bab-bab permulaan Kitab Kej. Karena itu tidaklah mungkin mempertahankan doktrin yg diajarkan Tuhan Yesus dan para rasul berdasarkan kebenaran fakta-fakta historis ini, tapi sekaligus mengingkari bahwa kejadian-kejadian itu sendiri mempunyai nilai sejarah yg sejati. Justru tidak dapat dipisahkan ajaran tentang iman dan praktik, dari kejadian dalam sejarah dengan mana ajaran itu terpaut, sehingga makna doktrin dan praktiknya dapat diyakini, kendati sifat historis dari kejadian-kejadian itu tidak. Di sinilah letak pentingnya kesaksian PB menghormati Adam..
 
 HAWA

       Perempuan pertama, istri Adam, ibu dari Kain, Habel dan Set (#/TB Kej 4:1,2,25*). Sesudah Adam diciptakan, Allah memutuskan untuk menyediakan seorang penolong ‘yg sepadan dengan dia’ (‘ezer kenegdo, #/TB Kej 2:18,20*), maka Allah membuat Adam tidur lelap. Sesudah Allah mengambil satu rusuknya (tsela‘, #/TB Kej 2:21*), Allah membuat (bana, ‘membangun’) rusuk itu menjadi perempuan (le’isysya). Adam, yg menyadari hubungan yg erat itu, menyalakan bahwa perempuan itu akan disebut ‘isysya, sebab dia diambil dari laki-laki (’ isy, #/TB Kej 2:23*). Ada ahli yg menganggap bahwa ‘isy dan ‘isysya berbeda etimologinya, tapi ini tidak, penting karena ada kemungkinan bahwa berita ini aslinya ialah dalam bh yg lain dari bh Ibrani.

       Hawa menjadi alat bagi ular untuk menggoda Adam memakan buah terlarang. Sebagai akibatnya Allah mengutuk Hawa, bahwa dia akan menderita sakit bila melahirkan anaknya, dan suaminya akan berkuasa atas dia (#/TB Kej 3:16*). Adam menyebutnya Hawa (khawwa) sebab dialah yg menjadi ibu semua yg hidup (khay, #/TB Kej 3:20*). Banyak teori sudah dikemukakan mengenai nama Hawa. Ada yg melihatnya’ sebagai bentuk kuno dari khayya, ‘makhluk hidup’ (demikian pandangan LXX yg menerjemahkan nama ini dlm #/TB Kej 3:20* dgn zoe, ‘hidup’). Yg lain mencatat persamaannya dengan kata Aram khiwya, ular, lalu menghubungkannya, dengan satu dewa Fenisia hwt. Nama ini terdapat hanya dua kali dalam PL (#/TB Kej 3:20; 4:1*) di tempat lain kata ‘perempuan itu’ yg dipakai. Dalam LXX dan PB kata itu terdapat dalam bentuk Heua, dalam Vulgata sebagai Heva, dalam terjemahan Inggris sebagai Eve.

       Pernyataan-pernyataan Alkitab mengenai Hawa mungkin dapat disoroti dari suatu dongeng Sumer mengenai dewa Enki. Dalam dongeng ini Enki menderita sejumlah penyakit; dewi agung Ninhursag mengantarkan seorang dewi khusus untuk menyembuhkan setiap penyakit ini. Ketika dikatakannya ‘saya merasa sakit pada rusuk (ti) saya’, dewi agung menjawab bahwa satu dewi Nin-ti akan diciptakan untuk dia. Nama Nin-ti dapat berarti ‘Ibu Rusuk’ atau ‘Ibu yg menciptakan hidup’. Mungkin cerita ini mencerminkan suatu cerita asli yg juga mendasari cerita dalam Kej.

      


                                                                                                                                     
KEPUSTAKAAN.
KB3 1, hlm 14; C Westermann, Biblischer Kommentar AT, I/1, 1976; C. H Gordon, Ugaritic Manual, 1955, III, hlm 233; bnd J Gray, The Legacy of Canaan, 1957, hlm 118; S Landersdorfer, Sumerisches Sprachgut im Alten Testament, 1916, hlm 59, 60, untuk teori-teori terdahulu; untuk penciptaan manusia, lih A Heidel, The Babylonian #/TB Kej 2*, hlm 46, 47, 66-72, 118-126; W. G Lambert dan A. R Millard, Atrahasis. The Babylonian Story of the Flood, 1969, hlm 8-9, 15, 54-65; S. N Kramer, ‘Sumerian Literature and the Bible’, Analecta Biblica, 12, 1959, hlm 191, 192; untuk Enki dan ketertiban dunia, lih History Begins at Sumer, 1958, hlm 145-147; untuk Adapa, lih Heidel, Genesis, hlm 147-153; E. A Speiser dalam ANET, hlm 101-103; untuk daftar raja, lih T Jacobsen, The Sumerian King List, 1939, hlm 70, 71, A. L Oppenheim dalam ANET, hlm 265.KEPUSTAKAAN. KB, hlm 280-281; G. J Spurrell, Notes on the Text of the Book of Genesis’, 1896, hlm 45; Z. S Harris, A Grammar of the Phoenician Language, 1936, hlm 101; S. N Kramer, Enki and Ninhursag, A Sumerian Paradise Myth (BASOR Supplementary Studies 1), 1945, hlm 8-9; History Begins at Sumer, 1958, hlm 195-196; LM Kikawada, JBL 91, 1972, hlm 33-37. TCM/MHS

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...