Sunday, April 8, 2018

MUJIZAT


MUJIZAT
       Alkitab menggunakan beberapa kata Ibrani, Aram dan Yunani untuk mengartikan pekerjaan Allah yg hidup dalam alam dan sejarah. Semuanya diterjemahkan ‘tanda’ atau ‘mujizat’ (*TANDA). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa pekerjaan Allah itu adalah:
       1. Ganjil, ajaib; diungkapkan dengan mengasalkannya dari kata Ibrani berakar pl’, ‘berbeda’, khususnya partisipium nifla’ot (ump #/TB Kel 15:11*; #/TB Yos 3:5*); berasalkan kata Aram temah (#/TB Dan 4:2-3; 6:26*), dan berasalkan kata Yunani teras (ump #/TB Kis 4:30*; #/TB Rom 15:19*).
       2. Berkuasa, berkekuatan; diungkapkan dengan kata Ibrani gevura (#/TB Mazm 106:2; 145:4*) dan kata Yunani dunamis (ump #/TB Mat 11:20*; #/TB 1Kor 12:10*; #/TB Gal 3:5*).
       3. Penuh arti, bermakna; diungkapkan dengan kata Ibrani ‘ot (ump #/TB Bil 14:11*; #/TB Neh 9:10*), dengan kata Aram ‘at (#/TB Dan 4:2-3; 6:26*), dan dengan kata Yunani semeion (ump #/TB Yoh 2:11; 3:2*; #/TB Kis 8:6*).
I. Mujizat dan hukum alam
          Hal yg paling membingungkan mengenai mujizat timbul karena kegagalan melihat, bahwa Alkitab tidak gamblang membedakan pemeliharaan Allah yg tetap dan berdaulat dari tindakan-tindakan-Nya yg khas istimewa. Kepercayaan kepada mujizat dikaitkan dengan pandangan dunia, yg memandang seluruh ciptaan tergantung pada Allah yg terus-menerus bekerja dan menopang ciptaanNya, dan tunduk kepada kehendak-Nya yg berdaulat (bnd #/TB Kol 1:16-17*). Ketiga segi karya Allah yaitu ajaib, berkuasa, bermakna — terdapat bukan hanya dalam tindakan-Nya yg khusus, tapi juga dalam seluruh tatanan alam ciptaan-Nya (#/TB Rom 1:20*). Tatkala pemazmur menyanyikan perbuatan-perbuatan Allah yg begitu hebat, ia bergerak dari penciptaan alam ke pelepasan dari Mesir (#/TB Mazm 135:6-12*). Dalam #/TB Ayub 5:9-10; 9:9-10* kata nifla’ot menunjuk kepada apa yg sekarang ini disebut ‘peristiwa-peristiwa alam’ (bnd #/TB Yes 8:18*: #/TB Yeh 12:6*).
          Jadi, jika penulis-penulis Alkitab merujuk keperkasaan perbuatan Allah (ump #/TB Mazm 145:4,12*), maka mereka tidak membedakan perbuatan perkasa itu dari perbuatan ‘alami’ karena mempunyai sebab akibat yg khas, sebab dalam pikiran mereka semua kejadian adalah disebabkan oleh kuasa Allah yg berdaulat. Perbuatan Allah yg khas istimewa mencirikan aktivitas Allah, jauh berbeda dan mengungguli perbuatan manusia dan terlebih mencolok lagi mengungguli semua allah, mahakuasa dalam kekuasaan, menyatakan Dia dalam alam dan sejarah.
          Penemuan dari, katakanlah, hubungan sebab akibat dalam tulah-tulah yg bermacam-macam di Mesir, pengulangan membendung air S Yordan, atau peningkatan ilmu tentang pengobatan psikosomatik, tak dapat dari dirinya sendiri bertentangan dengan keyakinan Alkitab, bahwa kelepasan dari Mesir, masuknya Israel ke tanah Kanaan, dan pekerjaan-pekerjaan penyembuhan oleh Tuhan Yesus adalah perbuatan keperkasaan Allah. ‘Hukum alam’ adalah keterangan tentang alam ciptaan, yg di dalamnya Allah senantiasa bekerja. Adalah salah bila menganggap bahwa ‘hukum-hukum alam’ merupakan sistem tertutup, yg menopang dini atau perintah-perintah yg kaku dari Allah, yg sesudah menggerakkan alam ciptaan ini untuk bekerja seperti suatu mesin tidak boleh mengubahnya lagi.
          Pernah dipersoalkan oleh beberapa filsuf dan teolog, bahwa terjadinya mujizat-mujizat tidak selaras dengan watak dan tujuan Allah. Dia-lah Alfa dan Omega, Dia tahu akhirnya sejak semula; Dia-lah Pencipta yg membentuk segala sesuatu tanpa dirintangi oleh suatu batasan yg dipaksakan oleh benda yg bersifat pra-ada; Dia tidak berubah. Maka, mengapa Dia ‘campur tangan’ dalam perjalanan alam yg tersusun ini?
          Keberatan ini timbul akibat kegagalan memahami makna alkitabiah tentang Allah sebagai yg hidup dan berpribadi. Ketidakberubahan-Nya bukanlah sifat kekuatan yg tak berpribadi, tapi kesetiaan oknum: hasil karya ciptaanNya bukanlah boneka, tapi pribadi yg berurusan dengan Dia. Mujizat-mujizat adalah peristiwa-peristiwa yg secara dramatis menyatakan Allah yg hidup dan berpribadi, yg bekerja dalam rentangan sejarah bukan sebagai melulu takdir, tapi sebagai Penebus yg menyelamatkan dan memimpin umat-Nya.
          Pengetahuan yg lengkap tentang cara-cara Allah bekerja menunjukkan bahwa beberapa peristiwa yg dianggap unik hanyalah merupakan contoh dari suatu pola yg teratur. Namun hal itu tak mungkin secara logis meniadakan kekecualian dan keluarbiasaan. Sementara tidak ada perbedaan radikal antara mujizat dan hal-hal biasa, seperti dipermasalahkan oleh orang-orang yg begitu tajam merasakan keragu-raguan modern mengenai pokok ini, adalah jelas bahwa Alkitab mengungkapkan banyak peristiwa yg luar biasa bahkan unik, jika dibandingkan dengan pengalaman umum kita dalam alam ini.
II. Mujizat dan penyataan
          Kendati keberatan-keberatan a priori terhadap cerita-cerita mujizat tidak berlaku, toh tetap tinggal pertanyaan apa sebenarnya peranan peristiwa-peristiwa luar biasa itu dalam seluruh penyataan dini Allah dalam sejarah. Para teolog ortodoks biasa menganggapnya sebagai tanda otentik dari nabi-nabi Allah, rasul-rasul-Nya, dan terutama AnakNya sendiri. Akhir-akhir ini para kritikus liberal mempersoalkan bahwa cerita-cerita mujizat PL dan Pit mempunyai ciri yg sama dengan cerita mujizat dari allah-allah kafir dan nabi-nabi mereka. Kedua pandangan ini gagal mengakui hubungan erat antara cerita-cerita mujizat dengan seluruh penyataan diri Allah. Mujizat-mujizat bukanlah melulu penyungguhan lahiriah dari penyataan tapi merupakan bagian intinya, dan tujuannya yg sebenarnya adalah memupuk imam kepada kuasa campur tangan Allah untuk menyelamatkan orang percaya.
             a. Mujizat-mujizat palsu
             Yesus menolak tegas untuk memberi tanda dari sorga, membuat mujizat yg tak berguna dan menggemparkan, melulu untuk menjamin ajaran-Nya (*TANDA). Bagaimanapun juga kemampuan membuat mujizat tak dapat memberikan jaminan demikian. Ada cerita baik dalam Alkitab maupun di luar Alkitab tentang perbuatan mujizat oleh orang-orang yg menentang tujuan-tujuan Allah (bnd #/TB Ul 13:2-3*; #/TB Mat 7:22; 24:24*; #/TB 2Tes 2:9*; #/TB Wahy 13:13* dab; #/TB Wahy 16:14; 19:20*). Menolak membuat mujizat demi mujizat itu sendiri gamblang membedakan cerita-cerita mujizat dalam Alkitab dari cerita umum tentang tanda-tanda ajaib.
             Perlu diperhatikan, kata teras (mujizat) dalam PB selalu (kecuali dlm #/TB Kis 2:19*) dipakai bersama-sama dengan kata semeion, untuk menunjukkan bahwa yg dimaksud ialah mujizat yg bermakna, bukan mujizat sebagai melulu keajaiban.
             Mujizat palsu dapat dibedakan dari mujizat yg benar melalui fakta, bahwa mujizat yg benar sama dan selaras dengan pengetahuan yg dimiliki oleh orang percaya tentang Allah, sekaligus memperluas dan memperdalam pengetahuan itu. Maka Israel harus menolak setiap pembuat mujizat yg menyangkal Yahweh (#/TB Ul 13:2-3*), dan adalah bijaksana membedakan cerita-cerita mujizat dalam Kitab-kitab Injil Kanonik dari cerita-cerita yg romantis atau yg menggelikan dalam tulisan-tulisan apokrifa dan tulisan-tulisan kudus (hagiografi) Zaman Pertengahan Eropa.
             b. Mujizat dan iman
             Membuat mujizat dimaksudkan untuk memperdalam pengertian orang tentang Allah. Mujizat adalah media Allah untuk berbicara secara dramatis kepada orang-orang yg mempunyai telinga untuk mendengar. Peristiwa mujizat berkaitan langsung dengan iman para pengamat atau orang-orang yg terlibat langsung (bnd #/TB Kel 14:31*; #/TB 1Raj 18:39*) dan dengan iman orang-orang yg akan mendengar atau membacanya kemudian (#/TB Yoh 20:30-31*). Yesus mencari iman sebagai tanggapan atas kehadiran-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yg menyelamatkan; imanlah yg ‘membuat utuh’, dan yg membuat perbedaan antara pengungkapan yg murni ciptaan dan komunikasi yg menyelamatkan dari penyataan-Nya akan Allah.
             Penting dicatat, bahwa iman pada pihak manusia yg terlibat bukanlah syarat mutlak untuk membuat mujizat, dalam arti, bahwa Allah tidak bisa sendiri melakukan mujizat tanpa iman di pihak manusia. #/TB Mr 6:5* sering dikutip untuk menopang pandangan yg salah itu, tapi Yesus tidak melakukan perbuatan perkasa di Nazaret, bukanlah karena ketidakpercayaan orang-orang itu membatasi kekuasaanNya — Markus melaporkan bahwa Dia menyembuhkan beberapa orang sakit di sana — tapi adalah karena Dia tidak dapat meneruskan penginjilan-Nya atau memasyhurkan Injil-Nya dalam tindak perbuatan, di mana orang tidak bersedia menerima kabar baik-Nya dan menerima diriNya sendiri.
             Melakukan mujizat untuk orang banyak atau orang-orang yg tak percaya tidak selaras dengan tugas pekerjaanNya: dalam arti inilah Dia tak dapat membuat mujizat di Nazaret.
             c. Mujizat-mujizat dan Firman Allah
             Juga penting diperhatikan — bahkan dalam beberapa hal adalah yg terpenting — bahwa mujizat sekalipun ihwalnya dapat dihisabkan ke dalam bentuk biasa peristiwa alami (ump beberapa tulah di Mesir), kejadian itu sendiri diberitahukan Allah melalui hamba-Nya (bnd #/TB Yos 3:7-13*; #/TB 1Raj 13:1-5*) atau terjadi sesudah diperintahkan atau didoakan oleh hamba-Nya (bnd #/TB Kel 4:17*; #/TB Bil 20:8*; #/TB 1Raj 18:37-38*); kadang-kadang baik berita pendahuluan maupun perintah dicatat (bnd #/TB Kel 14*). Segi ini menekankan sekali lagi adanya hubungan mujizat dengan penyataan, dan hubungan mujizat dengan Firman Allah yg menciptakan.
             d. Masa-masa krisis dalam sejarah suci
             Hubungan lain antara mujizat dan penyataan ialah bahwa mujizat-mujizat itu berkelompok sekitar masa-masa krisis dalam sejarah suci. Perbuatan Allah yg paling utama dan perkasa ialah melepaskan Israel di Laut Merah dan membangkitkan Yesus Kristus; yg pertama ialah puncak pertentangan dengan Firaun bersama allah-allah Mesir (#/TB Kel 12:12*; #/TB Bil 33:4*), yg kedua ialah puncak karya Allah membebaskan dalam Kristus dan perang melawan semua kuasa Iblis. Beberapa mujizat juga terjadi pada zaman Elia dan Elisa, tatkala seluruh Israel nampak akan terjerumus murtad (bnd #/TB 1Raj 19:14*); waktu Yerusalem dikepung pada pemerintahan Hizkia (#/TB 2Raj 20:11*); selama Pembuangan (Dan, passim); dan pada permulaan misi agama Kristen.
III. Mujizat-mujizat dalam PB
          Beberapa ulasan kelompok liberal mengenai mujizat menimbulkan perbedaan benar antara mujizat-mujizat Pa, khususnya mujizat oleh Tuhan Yesus Kristus, dan mujizat-mujizat PL. Baik para pengecam yg lebih radikal maupun konservatif mengemukakan bahwa pada dasarnya cerita-cerita itu sama-sama tegak atau sama-sama runtuh.
          Pendapat bahwa mujizat-mujizat PB lebih dapat dipercaya dalam terang psikologi modern atau pengobatan psikosomatis, karena mengesampingkan peri mujizat-mujizat alam. Mujizat-mujizat PB yg lebih dapat diterima itu seperti pesta kawin di Kana, angin ribut diredakan, kesembuhan serta merta orang-orang sakit dan yg carat, dan pembangkitan orang mati. Tidak ada alasan a priori untuk menganggap bahwa Yesus tidak menggunakan sumber-sumber kekuatan jiwa dan roh manusia, seperti yg sekarang digunakan dalam psikoterapi; tapi peristiwa-peristiwa mujizat lainnya memperhadapkan kita pada bidang-bidang yg tak dikenal oleh psikoterapi dan juga kurang ditemui oleh ‘penyembuh-penyembuh rohani’.
          Tapi, ada alasan untuk memandang mujizat Yesus Kristus dan juga mujizat yg dilakukan dalam nama-Nya berbeda dari mujizat-mujizat PL. Dahulu, Allah melakukan pekerjaan perkasa dalam kuasa-Nya yg transenden dan menyatakannya kepada hamba-hamba-Nya, atau kadang-kadang menggunakan hamba-hamba-Nya sebagai pelaku perbuatan-perbuatan ajaib demikian, tapi dalam Yesus, Allah sendiri yg berinkarnasi dan berhadapan muka dengan manusia, bebas bertindak dalam kekuasaan yg berdaulat di dunia yg adalah ‘milik-Nya sendiri’. Ketika rasul-rasul melakukan pekerjaan-pekerjaan serupa dalam nama-Nya, mereka bertindak dalam kuasa Tuhan yg sudah bangkit, dengan Siapa hubungan mereka erat sekali, sehingga Kis hanya melanjutkan cerita peristiwa mujizat yg sudah Yesus lakukan dan ajarkan waktu Dia masih bekerja di bumi (bnd #/TB Kis 1:1*).
          Menekankan kehadiran langsung dan tindakan Allah dalam Kristus, bukanlah menyangkal kesinambungan pekerjaan-Nya dengan tahap terdahulu dalam rangka ‘pengurusan-Nya’ atas dunia ini. Pada daftar perbuatan yg diberikan Tuhan Yesus menjawab pertanyaan-pertanyaan Yohanes Pembaptis (#/TB Mat 11:5*), yg paling mengherankan ialah penyembuhan orang kusta dan pembangkitan orang mati, yg mempunyai peristiwa sejajar dalam PL, terutama yg dilakukan oleh Elisa. Yg paling menonjol ialah kaitan erat antara perbuatan dan ucapan Yesus. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang tuli mendengar, dan pada saat itu juga Injil diberitakan kepada orang miskin, dan dengan demikian diberikan penglihatan rohani, pendengaran rohani dan kekuasaan rohani untuk berjalan dalam jalan yg dikehendaki Allah, kepada orang-orang yg haus dan lapar secara rohani.
          Sekali lagi, mujizat-mujizat penyembuhan jauh lebih banyak pada zaman PB daripada zaman PL. PL mencatat mujizat-mujizat itu satu demi satu tanpa memberi tanda bahwa ada lagi yg lain yg belum dicatat. Tapi Injil dan PB umumnya mengulang-ulangi bahwa mujizat-mujizat yg diterangkan hanyalah bagian kecil dari yg sudah pernah dikerjakan. Di sini contoh-contoh tersendiri dari penyataan kuasa Allah yg berdaulat, membuka jalan bagi serangan habis-habisan atas kekuasaan setan dan penyakit.
          Pekerjaan-pekerjaan Yesus tegas dibedakan dari pekerjaan-pekerjaan orang lain oleh cara atau gaya kerja mereka. Dalam cara Yesus menangani orang sakit dan yg dirasuk setan tampil berperan kekuasaan yg dimiliki-Nya. Nabi-nabi melakukan perbuatan-perbuatan mereka dalam nama Allah atau sesudah berdoa kepada-Nya. Tapi Yesus membuang setan dan menyembuhkan penyakit dengan gaga dan kuasa yg sama seperti Ia mengucapkan pengampunan dosa kepada orang berdosa; memang, Ia dengan radar menghubungkan kedua kekuasaan itu (#/TB Mr 2:9-11*). Tapi serentak dengan itu Yesus menekankan bahwa pekerjaan-Nya dilakukan dengan terus bergantung pada BapakNya (ump #/TB Yoh 5:19*). Keseimbangan antara kekuasaan pribadi dan ketergantungan lugu mencirikan citra ke-Allah-an-Nya dan kemanusiaan-Nya yg sempurna satu seutuhnya.
          Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kaitan erat pekerjaan-pekerjaan Yesus dengan tugas penyelamatan-Nya, dalam jumlahnya dan caranya yg penuh kuasa, semuanya tegas menunjukkan ke-Mesias-an Yesus.
          Di atas segala-galanya, kelahiran dari anak dara, kebangkitan dari antara orang mati dan kenaikan ke sorga menunjukkan kebaharuan perbuatan Allah dalam Yesus Kristus. Dia dilahirkan oleh perempuan keturunan Abraham dan Daud, tapi seorang dara; orang lain pernah dibangkitkan dari kematian, tapi kembali mati lagi; Dia ‘hidup untuk selama-lamanya’, naik dan duduk di sebelah kanan Allah yg mahakuasa. Terlebih lagi, sejauh berkaitan dengan mujizat, tidak ada mujizat lain dalam PB atas mana didasarkan seluruh susunan imam kecuali mujizat kebangkitan Yesus (bnd #/TB 1Kor 15:17*). Peristiwa ini khas sebagai kemenangan yg menentukan atas dosa dan maut.
          Mujizat-mujizat yg dilakukan oleh para rasul dan pemimpin-pemimpin gereja PB timbul dari kesatuan Kristus dengan umat-Nya. Mujizat-mujizat itu dilakukan dalam nama-Nya, sebagai lanjutan dari semua yg Yesus kerjakan dan ajarkan dalam kuasa Roh Kudus yg Dia utus dari Bapak. Ada kaitan erat mujizat-mujizat ini dengan pekerjaan rasul-rasul dalam memberi kesaksian tentang dini dan pekerjaan Tuhan mereka. Mujizat-mujizat itu adalah bagian dari pemasyhuran Kerajaan Allah, dan pada dirinya bukan tujuan.
          Perdebatan berjalan terus mengenai peranan mujizat, apakah seharusnya dibatasi hanya sampai zaman para rasul. Tapi paling sedikit dapat dikatakan, bahwa mujizat-mujizat PB berbeda dari setiap mujizat yg menyusul kemudian. Ini didasarkan pada hubungan langsung dengan manifestasi utuh Anak Allah yg berinkarnasi menjadi manusia, dan dengan penyataan yg pada saat itu diberikan seutuhnya. Karena itu tidak ada alasan untuk mengharapkan mujizat-mujizat menyertai penyebarluasan selanjutnya dari penyataan itu, dalam hal mana mujizat termasuk bagian inti.
KEPUSTAKAAN.
 Tidak mungkin di sini mencantumkan kepustakaan yg sangat luas tentang setiap segi mujizat. Buku-buku berikut mewakili sudut pandang yg dibicarakan di alas dan akan memberikan juga petunjuk-petunjuk untuk pelajaran lanjutan:
  • J. B Mozley, Eight Lectures on Miracles, 1865;
  • F. R Tennant, Miracle and its Philosophical Presuppositions, 1925;
  • D. S Cairns, The Faith that Rebels, 1927;
  • A Richardson, The Miracle Stories of the Gospels, 1941;
  • C. S Lewis, Miracles, A Preliminary Study, 1947;
  • E  M-L Kelley, Miracles in Dispute, 1969;
  • C. F. D Moule (red.), Miracles: Cambridge Studies in their Philosophy and History, 1965.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...