Sunday, April 22, 2018

NAMA-NAMA, ALLAH

NAMA-NAMA, ALLAH
       Dari sekian nama, gelar, atau gambaran tentang Allah dalam PL ada tiga kata dasar utama, yakni ‘el, ‘elohim, dan Yahweh (Yehovah). Adalah perlu dari awal memahami arti ketiga nama itu, dan hubungannya satu dengan yg lain.

          I. Nama-nama utama

             a. El

             El (’ el), dalam Alkitab terjemahan bh Inggris dipakai kata God atau god (’ Allah’ atau ‘dewa’). Kata padanan ini mempunyai bentuk yg sama asalnya dalam bh-bh Semitis lainnya, dan berarti suatu allah atau dewa dalam pengertian yg paling luas. Benar atau tidak, bahkan berarti suatu patung yg diperlakukan seperti dewa (#/TB Kej 35:2*). Karena sifatnya yg umum ini maka kata ini sering dihubungkan dengan kata sifat (ajektif) dan sebutan (predikat) tertentu. Misalnya #/TB Ul 5:9* mencatat ‘Aku, TUHAN (Yahweh), Allah-mu (’ elohim), adalah Allah (’ el) yg cemburu’, atau #/TB Kej 31:13*, ‘Allah (’ el) yg di Betel’. Tapi dalam lembaran-lembaran naskah Ras Syamra, El adalah kata benda nama diri, nama dari ‘Allah akbar’ orang Kanaan yg anaknya adalah Ba’al. Bentuk jamak dari ‘el ialah ‘elohim, dan bila dipakai sebagai jamak diterjemahkan ‘dewa-dewa’ (tapi lih uraian berikut). Ini mungkin hanyalah patung-patung dari kayu dan batu (#/TB Ul 4:28*), atau makhluk-makhluk khayalan yg mereka gambarkan (#/TB Ul 12:2*).

             b. Elyon, El Elyon

             ‘El ‘elyon, ‘Allah Yg Mahatinggi’, adalah gelar Allah seperti yg disembah oleh Melkisedek (lih di bawah). ‘Elyon terdapat dalam #/TB Bil 24:16* dan di tempat lain. Dalam #/TB Mazm 7:16* sebutan ini dirangkaikan dengan Yahweh, dan dalam #/TB Mazm 18:12* sejajar dengan Yahweh. Lih juga #/TB Dan 7:22,25* di mana bentuk jamak bh Aram ‘elyonin digunakan; di tempat lain dalam Kitab Dan bh Aram yg sama artinya dengan bh Ibrani ‘elyon ialah ‘illaya (mis #/TB Dan 4:17; 7:25*).

             c. Elohim

             Meskipun merupakan bentuk jamak (‘elohim), Elohim dapat dipakai sebagai bentuk tunggal, yg berarti Allah Yg Mahatinggi. Kata tersebut dari sudut tata bahasa dianggap kata benda biasa, mengandung pengertian yg mencakup segala sesuatu yg termasuk konsep Allah, yg berbeda dengan manusia (#/TB Bil 33:19*) dan makhluk-makhluk ciptaan lainnya. Penggunaan nama ini mengacu kepada hubungannya dengan kosmik dan semesta dunia (#/TB Kej 1:1*), karena hanya ada satu Allah Yg Mahatinggi dan benar, dan Ia adalah sang Pribadi; ‘elohim mendekati sifat kata benda nama diri, sedangkan kualitas abstrak dan konseptualnya tidak hilang.

             d. Eloah

             Kata ini (‘eloah) ialah bentuk tunggal dari ‘elohim, dan mempunyai arti yg sama dengan ‘el. Dalam PL kata ini terutama sekali ditemukan dalam puisi (mis #/TB Ul 32:15,17*; paling sering dlm Kitab Ayb). Bh Aram yg sejajar dengan kata ini ialah ‘elah.

             e. Yahweh (Yehowa)

             Kata Ibrani Yahweh kadang-kadang diterjemahkan Yehowa. Asal nama yg terakhir ini sebagai berikut. Naskah ash bh Ibrani tidak membubuhkan tanda-tanda huruf hidup; pada kurun waktu ‘tetragrammaton’ (4 huruf) YHWH dianggap teramat suci untuk diucapkan; jadi ‘adonay (Tuhan-ku) dipakai sebagai penggantinya bila membacakannya, dan huruf-huruf hidup dari perkataan ini digabungkan dengan huruf-huruf mati YHWH sehingga terbentuklah ‘Yehowa’ (h) suatu bentuk yg pertama kalinya diperkenalkan pada permulaan abad 12 M.

             Sebutan Yahweh ditampilkan melalui penyalinan huruf (transliterasi) nama tersebut ke bh Yunani dalam kesusastraan Kristen kuno, dalam bentuk iaoue (Klemen dari Aleksandria) atau iabe (Theodoret; pada waktu itu huruf Yunani b diucapkan v). Nama itu tentu dihubungkan dengan bh Ibrani haya, ‘ada’, atau lebih tepat, dengan bentuk kata dasar yg lebih dahulu digunakan yaitu hawa. Tapi kata ini janganlah dianggap sebagai aspek imperfektif dari kata kerja haya; konyugasi Hiph’il, satu-satunya bentuk bagi bentuk tersebut dapat diberikan, tidak terdapat untuk kata kerja ini; dan aspek imperfek dari konyugasi Qal tidak mungkin mempunyai huruf hidup a dalam suku kata pertama. Yahweh harus dipandang sebagai substantif langsung, di mana asal kata hwh didahului oleh preformatif y. Lih L Kochler dan W Baumgartner, Lexicon in Veteris Testamenti Libros, 1958, hlm 368 dst; juga L Kochler, Vom Hebraischen Lexikon, 1950, hlm 17 dst.

             Sesungguhnya, Yahweh adalah satu-satunya ‘nama’ Allah. Dalam Kitab Kej di mana saja perkataan syem (’ nama’) dihubungkan dengan Allah, nama tersebut adalah Yahweh. Ketika Abraham atau Ishak mendirikan mezbah bagi Tuhan, ‘ia memanggil nama Yahweh’ (#/TB Kej 12:8; 13:4; 26:25*).

             Secara khusus Yahweh adalah Allah para Bapak leluhur Israel, justru berulang-ulang ungkapan ‘Yahweh Allah (Elohim) Abraham’ dan kemudian Ishak dan akhirnya ‘Yahweh, Allah Abraham, dan Allah Ishak, dan Allah Yakub’, dan mengenai hal tersebut Elohim berkata, ‘itulah nama-Ku untuk selama-lamanya’ (#/TB Kel 3:15*). Karena itu, Yahweh — berbeda dari Elohim — adalah kata benda nama diri, nama diri Oknum meskipun Oknum tersebut adalah Allah. Dalam hal ini menunjukkan Allah sebagai Oknum, dan dengan demikian mempertemukan Allah dengan tokoh-tokoh manusia dalam suatu hubungan, membawa Allah dekat kepada manusia, dan Ia berbicara kepada para Bapak leluhur sebagai teman terhadap yg lain.

             Penyelidikan atas kata ‘nama’ dalam PL menunjukkan betapa besarnya arti kata tersebut dalam bh Ibrani. Nama bukan hanya sekedar nama, tapi dalamnya terkandung arti kepribadian yg sesungguhnya dari si penyandang nama itu. Nama bisa berasal dari keadaan lingkungan pada waktu ia lahir (#/TB Kej 5:29*), atau mencerminkan karakter seseorang (#/TB Kej 27:36*), dan pada waktu seseorang membubuhkan ‘nama’-nya pada suatu benda atau kepada orang lain, maka yg lain tersebut berada di bawah pengaruh dan perlindungannya.

             f. Yahweh Elohim

             Kedua kata ini digabungkan dalam cerita #/TB Kej 2:4* — #/TB Kej 3*, meskipun ‘elohim’ saja yg digunakan dalam percakapan antara Hawa dan ular. Jika cerita mengenai Eden berhubungan dengan aslinya dalam bh Sumer, maka kemungkinan cerita itu telah dibawa oleh Abraham dari Ur, dan dengan demikian ada kemungkinan untuk menerangkan pemakaian nama ini dalam kedua ps ini, yg berbeda dengan ps-ps sekitarnya.

             g. Bagaimana El, Elohim, dan Yahweh dihubungkan

             Kini dapatlah dipertimbangkan apakah ketiga kata ini Sama atau berbeda dalam pemakaiannya. Kendati kadang-kadang salah satu dari ketiga kata ini digunakan untuk Allah, ketiganya benar-benar tidaklah sama, bahkan dapat dipertukarkan. Dalam cerita #/TB Kej 14*, yg dianggap sebagai cerita yg memberikan gambaran yg benar tentang situasi pada awal milenium kedua sM, disajikan peristiwa pertemuan Abraham dengan Melkisedek, seorang imam ‘el ‘elyon, ‘Allah Yg Mahatinggi’. Di sini kita lihat ‘nama’ atau gelar Melkisedek yg mengacu kepada Allah yg ia sembah. Akan nyata jelas suatu kekeliruan bila el ‘elyon diganti baik dengan Elohim atau ‘Yahweh’ (#/TB Kej 14:18*). Melkisedek memberkati Abraham dalam nama ‘el ‘elyon, ‘Pencipta langit dan bumi’, di mana ia menunjuk ‘el ‘elyon sebagai Allah Yg Mahatinggi (ay #/TB Kej 14:19,20*).

             Raja Sodom memberikan harta benda kepada Abraham, yg dia tolak sambil mengangkat tangannya kepada Yahweh, ‘el ‘elyon, ‘Pencipta langit dan bumi’ (#/TB Kej 14:22*). Ia maksudkan bahwa ia juga menyembah Allah Yg Mahatinggi, Allah yg sama (karena hanya ada satu Allah), tapi ia mengenal-Nya dengan nama ‘Yahweh’.

             Menurut #/TB Kej 27:20* Yakub menipu ayahnya dengan kata-kata, ‘Karena Yahweh Allah-mu (Elohim) membuat aku mencapai tujuanku’. Untuk mempertukarkan ‘Yahweh’ dan ‘Elohim’ di sini tidaklah mungkin. Yahweh adalah nama yg dengannya ayahnya menyembah Allah (Elohim) Yg Mahatinggi.

          II. Penyataan kepada Musa

          Penyataan Allah kepada Musa di belukar duri yg menyala-nyala adalah salah satu peristiwa yg paling khas mencolok dan paling meyakinkan dalam Alkitab. Sesudah kata-kata pembukaan, Allah memperkenalkan diriNya demikian, ‘Aku-lah Allah (Elohim) ayahmu’ (#/TB Kel 3:6*). Hal ini serta merta menyatakan bahwa Musa pasti mengetahui nama dari Allah ayahnya. Ketika Allah menyatakan maksud-Nya untuk melepaskan Israel melalui tangan Musa, Musa menunjukkan keseganan dan berdalih.

          Musa bertanya, ‘Apabila … orang-orang Israel … bertanya, apakah (mah) nama-Nya? Apakah yg harus kujawab kepada mereka?’ (#/TB Kel 3:13*). Cara biasa menanyakan nama seseorang ialah memakai kata ganti mi; memakai mah memerlukan jawaban yg lebih jauh, dan memberikan arti (’ apa?’) atau hakekat dari nama tersebut.

          Hal ini membantu untuk menjelaskan jawaban yg diberikan, ‘AKU ADALAH AKU’ (’ ehyeh ‘asyer ‘ehyeh), dan Allah berkata, ‘Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKU-LAH AKU telah mengutus aku kepadamu’ (#/TB Kel 3:14*). Dengan penyataan ini tidak akan timbul pikiran dalam benak Musa bahwa Allah mengumumkan suatu nama baru; dan ungkapan ini tidak menyebut suatu ‘nama’; inilah arti pokok dan asasi dari nama yg Musa kenal. Di sini kita mendapati permainan kata; ‘Yahweh’ diartikan dari kata’ ehyeh. M Buber menerjemahkan kata ini dengan ‘Aku akan ada seperti Aku akan ada’, dan menjelaskannya sebagai janji tentang kuasa Allah dan kehadiran-Nya yang terus-menerus bersama mereka dalam proses pembebasan (Moses, hlm 39-55). Bahwa arti kata-kata tersebut adalah demikian, yg terjemahannya kedengarannya mengandung teka-teki, diperlihatkan dalam ay berikut yg berbunyi, ‘Yahweh, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya’ (#/TB Kel 3:15*). Isi lengkap dari nama itulah yg pertama diberikan, nama itu sendiri menyusul kemudian.

          III. Interpretasi #/TB Kel 6:3-4*

          Dalam #/TB Kel 6* terdapat lanjutan dari penyataan sebelumnya: Yahweh selanjutnya menginstruksikan Musa tentang bagaimana caranya berurusan dengan Firaun dan dengan bangsanya sendiri (#/TB Kel 6:2-7*).

          Ay yg diperdebatkan ialah, ‘Aku-lah TUHAN; Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yg Mahakuasa tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri’ (#/TB Kel 6:3*). Penyataan sebelumnya, yaitu kepada para Bapak leluhur Israel, adalah mengenai janji-janji yg penggenapannya masih jauh di depan; maksudnya bahwa mereka harus diyakinkan bahwa Ia, Tuhan (Yahweh), adalah Allah (’ el) Yg Mahakuasa (syadday) yg sanggup memenuhi janji-janji tersebut. Penyataan Allah di semak belukar yg bernyala-nyala adalah lebih hebat dan lebih mendalam, kuasa Allah dan kehadiran-Nya yg selalu dan terus-menerus di tengah-tengah mereka, semuanya itu terjalin dalam nama Yahweh yg mereka kenal itu. Selanjutnya, ‘Aku-lah TUHAN (Yahweh), Allah-mu’ (#/TB Kel 6:7*) adalah ungkapan yg memberikan kepada mereka segala kepastian yg mereka perlukan tentang maksud-Nya, kehadiran-Nya dan kuasa-Nya. Lih #/TB Kej 17:1; 35:11; 48:3* untuk keterangan penyataan diri Allah kepada para Bapak leluhur Israel sebagai Tuhan Yg Mahakuasa (’ el syadday) pada saat Ia memulai atau menguatkan perjanjian-Nya dengan mereka. Sayang ay-ay tersebut dalam ‘hipotesis dokumenter’ dianggap karangan I (P), yg tak masuk akal.

          IV. Nama-nama khusus yg mengandung El atau Yehovah

             a. ‘El ‘Olam

             Di Bersyeba Abraham menanam sebatang pohon tamariksa, dan ‘memanggil di sana nama Tuhan (Yahweh), ‘el ‘olam’ (#/TB Kej 21:33*). Di sini ‘TUHAN’ (Yahweh) adalah nama-Nya, dan penjelasan nama itu disebutkan sesudahnya yaitu, ‘Allah yg kekal’. FM Cross meminta perhatian terhadap bentuk asli dari nama ini, yaitu ‘El dhu-’Olami, yg berarti Allah kekekalan (bnd W. F Albright dlm Bibliotheca Orientalis 17, 1960, hlm 242).

             b. ‘El-’Elohe-Israel

             Yakub, ketika tiba di Sikhem, membeli sebidang tanah dan di sana ia mendirikan mezbah dan menamakannya ‘el-’ elohe-Yisra’el (#/TB Kej 33:20*), yg berarti ‘Allah (’ el) adalah Allah (’ elohim) dari Israel’. Dengan cara ini ia memperingati pertemuan yg baru saja ia alami dengan malaikat di tempat yg ia namai Pniel( peni-’el, yg berarti ‘muka Allah’, #/TB Kej 32:30*). Jadi ia menerima Israel sebagai namanya dan taat beribadah kepada Allah.

             c. Yehovah-yireh

             Dalam #/TB Kej 22* ketika malaikat Tuhan menunjukkan seekor domba jantan sebagai Korban bakaran pengganti Ishak, Abraham menamai tempat itu Yahweh yir’eh, yg berarti ‘TUHAN menyediakan’ (ay #/TB Kej 22:8,14*).

             d. Yehovah-nissi

             Dalam cara yg agak sama, Sesudah mengalahkan orang-orang Amalek, Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya Yahweh nissi, yg berarti ‘TUHAN-lah panji-panjiku’. Tapi ini bukanlah nama-nama Allah, melainkan sebagai peringatan terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.

             e. Yehovah-syalom

             Ini adalah nama yg diberikan oleh Gideon kepada mezbah yg ia dirikan di Ofra, Yahweh syalom, ‘TUHAN adalah keselamatan’ (#/TB Hak 6:24*).

             f. Yehovah-tsidkenu

             Ini adalah nama yg dengannya Mesias akan dikenal, Yahweh tsidqenu, artinya ‘TUHAN keadilan kita’ (#/TB Yer 23:6; 33:16*) bertentangan dengan raja Yehuda yg terakhir, yg tidak pantas memikul nama Zedekiah (tsidqiyahu, yg berarti ‘TUHAN adalah keadilan’).

             g. Yehovah-syamma

             Nama ini diberikan kepada kota dalam penglihatan Yehezkiel, Yahweh-syamma, yg berarti ‘TUHAN hadir di situ’ (#/TB Yeh 48:35*).

             h. TUHAN semesta alam

             Berbeda dari nama-nama di atas, Yahweh seba’ot, ‘TUHAN semesta alam’ adalah gelar Allah. Nama ini tidak terdapat dalam Kitab-kitab Pentateukh; pertama kali muncul dalam #/TB 1Sam 1:3* sebagai gelar yg dengannya Allah disembah di Silo. Nama ini dipakai oleh Daud waktu ia menghadapi Goliat, orang Filistin itu (#/TB 1Sam 17:45*); dan Daud menggunakannya lagi sebagai klimaks dari nyanyian kemenangan yg gilang-gemilang (#/TB Mazm 24:10*). Nama ini biasa dipakai dalam kitab nabi-nabi (88 kali dlm Yer), dan dipakai untuk menunjukkan bahwa TUHAN setiap saat adalah Penyelamat dan Pelindung bagi umat-Nya (#/TB Mazm 46:6,10*). Anti harfiah seba’ot ialah tentara. Yg dimaksud mula-mula mungkin tentara Israel (bnd #/TB 1Sam 17:45*), tapi segera diperluas menjadi seluruh tentara langit, siap sedia untuk melaksanakan perintah Allah, jadi TB memakai ‘Tuhan semesta alam’.

             i. TUHAN Allah Israel

             Gelar ini (Yahweh ‘elohe Yisra’el) ditemukan mula-mula dalam nyanyian Debora (#/TB Hak 5:3*), dan seringkali dipakai oleh para nabi (mis #/TB Yes 17:6*; #/TB Zef 2:9*). Gelar ini mengikuti urutan ‘Allah Abraham, Ishak, dan Yakub’. Dalam #/TB Mazm 59:4* gelar ini digabungkan dengan gelar yg disebut terdahulu.

             j. Yg Mahakudus Allah Israel

             Gelar ini (qedosy Yisra’ el) adalah gelar yg sangat digemari Yesaya (29 kali — #/TB Mazm 1:4* dab) baik dalam nubuat-nubuatnya yg terdahulu maupun yg kemudian, dan juga dalam Yer dan Mzm. Agak sama dengan gelar ini ialah ‘Sang Mulia dari Israel’ (netsakh Yisra’el, #/TB 1Sam 15:29*) digunakan oleh Samuel, dan ‘abir Yisra’el (#/TB Yes 1:24* dll), ‘Yg Mahakuat Pelindung Israel’

             k. Yg Lanjut Usia-Nya

             Ini adalah gambaran (Aram ‘attiq yomin) yg diberikan oleh Daniel, yg menggambarkan Allah dan takhta pengadilanNya, mengadili kerajaan dunia yg besar (#/TB Dan 7:9,13,22*). Gelar ini digunakan bergantian dengan gelar ‘Yg Mahatinggi’ (Aram ‘illaya, ‘elyonin, ay #/TB Dan 7:18,22,25,27*).
KEPUSTAKAAN.
W. F Albright, Yahweh and the Gods of Canaan, 1968; A Alt, ‘The God of the Fathers’, dalam Essays on OT History and Religion, 1966, hlm 1-77; F. M Cross, Yahweh and the God of the Patriarchs, HTR 55, 1962, hlm 225-259; 0 Eissfeldt, El and Yahweh, JSS 1, 1956, hlm 25-37; G. T Manley, The Book of the Law, 1957, hlm 37-47; J. A Motyer, The Revelation of the Divine Name, 1959; A Murtonen, A Philological and Literary Treatise on the Divine Names ‘el, ‘eloah, ‘elohim and Yahweh, 1952.


No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...