DOA
I. Pengantar
Dalam
Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam
pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja,
mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai
perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang
sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa
ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa
bukanlah suatu ‘tanggapan wajar dari manusia’, karena ‘apa yg dilahirkan dari
daging adalah daging’ (#/TB Yoh 4:24*). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak
‘mengindahkan’ setiap Doa(#/TB Yes 1:15; 29:13*). Ajaran Alkitab mengenai doa
menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan
atau dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam
segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.
II. Dalam PL
Kohler (Old
Testament Theology, 1957 hlm 251, catatan 153) mendapati kr 85 doa asli dalam
PL. Sebagai tambahan ada kr 60 mazmur lengkap dan 14 bagian mazmur yg dapat
disebut ‘doa’.
a. Zaman
para Bapak leluhur
Pada
zaman Bapak leluhur doa adalah menyeru nama Tuhan (#/TB Kej 4:26; 12:8; 21:33*),
yakni Nama yg kudus itu disebut dalam doa atau permohonan. Karena itu ada
hubungan langsung dan keakraban dalam doa (#/TB Kej 15:2* dab; #/TB Kej 18:23*
dab; #/TB Kej 24:12-14,26* dab). Doa juga dihubungkan erat dengan persembahan
korban (#/TB Kej 13:4; 26:25; 28:20-22*) sekalipun penggabungan ini muncul juga
pada zaman-zaman yg kemudian. Persembahan doa dalam hubungan korban ini memberi
kesan adanya kesatuan antara kehendak manusia dan kehendak Allah, suatu
penyerahan dan penaklukan diri manusia kepada Allah. Khususnya hal ini terjadi
pada doa Yakub yg dikaitkan dengan janjinya kepada Tuhan. Janji itu, yg pada
dirinya adalah suatu doa, menjanjikan pelayanan dan kesetiaan jika berkat yg
dicari itu diberikan (#/TB Kej 28:20* dab).
b. Zaman pra
pembuangan
1. Pada
zaman ini salah satu tekanan utama doa ialah syafaat; memang syafaat juga telah
ada pada zaman Bapak leluhur (#/TB Kej 18:22* dab). Syafaat khususnya penting
dalam doa-doa Musa (#/TB Kel 32:11-13,31* dab; #/TB Kel 33:12-16; 34:9*; #/TB
Bil 11:11-15; 14:13-19; 21:7*; #/TB Ul 9:18-21; 10:10*). #/TB Ul 30* sebagian
besar adalah juga doa syafaat, seperti halnya dengan doa-doa Harun (#/TB Bil
6:22-27*), Samuel (#/TB 1Sam 7:5-13; 12:19,23*), Salomo (#/TB 1Raj 8:22-53*)
dan Hizkia (#/TB 2Raj 19:14-19*).
Kesimpulannya agaknya demikian, bahwa syafaat itu terbatas pada
pribadi-pribadi penting, yg oleh kedudukan yg diberikan Allah kepada mereka
apakah sebagai nabi, imam atau raja, memiliki kekuasaan khusus dalam doa sebagai
pengantara Allah dan manusia. Tapi Tuhan senantiasa tetap bebas untuk
melaksanakan kehendak-Nya; justru ada doa syafaat yg tak berhasil (#/TB Kej
18:17* dab; #/TB Kel 32:30-35*). Dalam #/TB Am 7:1-6* ‘Tuhan menyesal’ terhadap
perbuatan tertentu sebagai jawaban terhadap syafaat nabi, namun pada ay-ay
berikutnya (#/TB Am 7:7-8:3*) Israel akhirnya diangkut sebagai tawanan. Bahkan
Yeremia dilarang mewakili Israel untuk menghadap Allah (#/TB Yer 7:16; 11:14;
14:11*). Di lain pihak, syafaat Lot (#/TB Kej 19:17-23*), Abraham (#/TB Kej
20:17*), Musa (#/TB Kel 9:27-33*; #/TB Bil 12:9* dab) dan Ayub (#/TB Ayub
42:8,10*) berhasil. Yg mendasari doa-doa syafaat ini ialah hubungan pribadi yg
‘kuat’ dengan Allah, yg dimiliki oleh para pengantara itu.
2. Adalah mengherankan bahwa di antara semua
peraturan legal dalam Pentateukh tak ada yg menyebut doa kecuali #/TB Ul
26:1-15*. Juga di sini yg lebih ditekankan ialah rumusan ibadat, bukan doa.
Dalam ay #/TB Ul 26:5-11* ada pengucapan syukur, dan dalam ay #/TB Ul 26:13,14*
ada suatu pernyataan tentang ketaatan pada masa lalu, tapi hanya dalam ay #/TB
Ul 26:15* ada permohonan. Barangkali benar untuk menduga, bahwa korban sering
dipersembahkan dengan doa (#/TB Mazm 55:13*), dan di mana tidak ada doa orang dapat
ditegur (#/TB Mazm 50:7-15*). Di lain pihak sama sekali tidak disebutkan
tentang doa di bagian-bagian Pentateukh di mana korban diatur. Hal ini memberi
kesan bahwa korban tanpa doa cukup umum.
3. Doa
tentu tak dapat diabaikan dalam pelayanan para nabi. Penerimaan penyataan
Firman dari Allah sudah melibatkan nabi yg penuh doa ke dalam hubungan dengan
Allah. Mungkin sekali bahwa doa bersifat hakiki bagi nabi untuk dapat menerima
Firman (#/TB Yes 6:5* dab; #/TB Yes 37:1-4*; #/TB Yer 11:20-23; 12:1-6; 42:1*
dab). Penglihatan atau wahyu kenabian mendatangi Daniel ketika ia sedang berdoa
(#/TB Dan 9:20* dab). Kadang-kadang Tuhan membiarkan nabi menunggu untuk waktu
yg agak lama dalam doa (#/TB Hab 2:1-3*). Dari tulisan-tulisan Yeremia kita tahu,
bahwa sekalipun doa menjadi syarat hakiki dan realita dalam pengalaman dan
pelayanan nabi, namun sering doa mewujudkan suatu latihan roh yg bergejolak
(#/TB Yer 18:19-23; 20:7-18*), dan juga suatu persekutuan yg menyenangkan
sekali dengan Allah (#/TB Yer 1:4* dab; #/TB Yer 4:10; 10:23-25; 12:1-4;
14:7-9,19-22; 15:15-18; 16:19; 17:12* dab).
4. Pada
beberapa mazmur ada gabungan dari pola dan spontanitas dalam doa. Disamping
doa-doa ‘tempat suci’ yg formal (ump #/TB Mazm 24:7-10; 100; 150*) ada doa-doa
pribadi untuk mohon: pengampunan (51), bersekutu (63), perlindungan (57),
kesembuhan (6), pemulihan nama baik (109), dan doa-doa yg penuh pujian (103).
Korban dan doa juga gabung dalam beberapa Mazmur (#/TB Mazm 54:4; 66:13* dab).
c. Zaman
pembuangan
Selama
masa pembuangan faktor penting dalam agama bagi orang Yahudi ialah munculnya
rumah sembahyang (sinagoge). Bait Suci di Yerusalem telah menjadi puing, dan
upacara-upacara di mezbah serta korban-korban tak dapat dilayankan di Babel yg
tidak suci itu. Seorang Yahudi kini tidak lagi orang yg telah dilahirkan dalam
persekutuan dan menetap di situ, tapi lebih berwujud seseorang yg memilih
menjadi Yahudi. Pusat umat beragama adalah rumah sembahyang, dan di antara
kewajiban keagamaan yg diterima seperti sunat, berpuasa dan pemeliharaan sabat,
maka doa menjadi penting.
Ini tidak
dapat dielakkan, karena setiap persekutuan kecil di pembuangan kini tergantung
kepada pelayanan sinagoge, di mana Firman dibicarakan dan diterangkan, serta doa-doa
dinaikkan. Setelah kembali ke Yerusalem, sama seperti Bait Suci tidak
diperbolehkan mengganti sinagoge, atau imam mengganti ahli Taurat, atau korban
mengganti Firman yg hidup, demikianlah upacara tidak mengganti doa. Baik di
Bait Suci maupun di sinagoge dalam upacara imamat dan pengajaran ahli Taurat,
penyembah yg beriman kini mencari wajah Tuhan, mencari kehadiran-Nya secara
pribadi (#/TB Mazm 100:2; 63:1* dab), dan menerima berkat-Nya dengan ungkapan
penyinaran wajah-Nya atasnya (#/TB Mazm 80:2,6,18*).
d. Zaman
setelah pembuangan
Tidak
dapat diragukan bahwa setelah masa pembuangan ada kerangka kebaktian keagamaan,
tapi di dalamnya kebebasan bagi perseorangan dijamin. Hal ini nampak dalam diri
Ezra dan Nehemia, yg sekalipun mereka menekankan pemujaan dan Taurat, dan
upacara serta korban, yaitu segi sosial dari ibadat, namun mereka juga
menekankan faktor rohani dalam kesalehan (#/TB Ezr 7:27; 8:22* dab; #/TB Neh
2:4; 4:4,9*), Doa-doa mereka juga mengandung pelajaran (#/TB Ezr 9:6-15*; #/TB
Neh 1:5-11; 9:5-38*; bnd juga #/TB Dan 9:4-19*). Di sini boleh dicatat, bahwa
mengenai posisi tubuh saat berdoa tidak mempunyai aturan yg tetap (#/TB Mazm
28:2*; #/TB 1Sam 1:26*; #/TB 1Raj 8:54*; #/TB Ezr 9:5*; #/TB 1Raj 18:42*; #/TB
Rat 3:41*; #/TB Dan 9:3,20*). Demikian juga ihwal waktu untuk berdoa; doa
bermanfaat pada setiap saat, sama dengan pada jam-jam yg ditetapkan (#/TB Mazm
55:16*; #/TB Dan 6:9*). Maka pada zaman setelah pembuangan terdapat campuran
dari upacara yg teratur di Bait Suci, kesederhanaan pertemuan di sinagoge, dan
spontanitas kebaktian perseorangan.
Jelas
adalah sulit untuk membuat sistem doa secara lengkap. Dalam PL memang ada
pola-pola bagi doa, tapi tiada aturan yg mengikat yg mengatur baik isinya maupun
upacaranya. Doa yg mekanis, doa yg dikurung oleh aturan-aturan yg memaksa,
tidak muncul sampai menjelang penutupan zaman antara PL dan PB, seperti
dijelaskan oleh Injil-injil. Kemudian, sayangnya, baik melalui korban di Bait
Suci di Yerusalem dan melalui pujian, maupun doa dan eksposisi Firman dalam
sinagoge di perantauan, dan melalui sunat penyucian sabat, persepuluhan, puasa
dan perbuatan-perbuatan yg berlebih-lebihan, orang-orang yg beribadah baik di
Bait Suci maupun di sinagoge adalah sama-sama berusaha mendapat imbalan jasa
diterima oleh Allah.
III. Dalam PB
Ada
tempat-tempat tertentu dimana ajaran PB tentang doa dikemukakan, tapi sumber
pokok dari mana semua ajaran tentang doa mengalir adalah doktrin dan praktik
Kristus sendiri.
a.
Injil-injil
1. Ajaran
Yesus tentang doa, secara asasi diuraikan dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya yg
tertentu. Dalam perumpamaan mengenai teman meminjam tiga potong roti tengah
malam (#/TB Luk 11:5-8*), Yesus menekankan keadaan keterdesakan dan kesungguhan
dalam doa. Dan dasar yg di atasnya hal ini dibangun ialah kebaikan Allah Bapak
(#/TB Mat 7:7-11*). Perumpamaan tentang hakim yg lalim (#/TB Luk 18:1-8*)
menantang orang untuk terus berdoa, mencakup ketekunan dan kesinambungan. Bahwa
Allah tidak serta merta menjawab doa bukanlah karena tak acuh, melainkan karena
kasih yg ingin mengembangkan dan memperdalam iman yg pada akhirnya akan
dibenarkan.
Dalam
perumpamaan tentang pemungut cukai dan Farisi (#/TB Luk 18:10-14*), Kristus
menuntut kerendahan hati dan penyesalan dalam doa, dan mengingatkan bahaya
mengagungkan diri. Merendahkan diri dalam doa berarti diterima oleh Allah,
meninggikan diri dalam doa berarti menutupi wajah Allah. Kristus mengajarkan
kasih dalam doa pada perumpamaan hamba yg tak adil (#/TB Mat 18:21-35*). Doa yg
dijawab Allah ialah doa yg dinaikkan oleh roh yg suka mengampuni. Kesederhanaan
dalam doa diajarkan dalam #/TB Mat 6:5* dab; #/TB Mat 23:14*; #/TB Mr
12:38-40*; #/TB Luk 20:47*. Doa harus dibersihkan dari segala kepura-puraan
atau kepalsuan. Doa harus lahir dari kesederhanaan hati dan motivasi yg lugu,
serta mengungkapkan diri dalam kesederhanaan ucapan dan permohonan.
Tuhan
juga menuntut intensitas dalam doa (bnd #/TB Mr 13:33; 14:38*; #/TB Mat
26:41*). Di sini ‘berjaga-jaga’ dan ‘iman’ digabungkan dalam kewaspadaan yg
celik senantiasa. Tambahan lagi dalam #/TB Mat 18:19* dab, kesatuan dalam doa
ditekankan. Jika sekelompok orang Kristen yg memiliki pikiran Kristus berdoa
dalam Roh Kudus, doa mereka akan dikabulkan. Tapi doa juga harus penuh
pengharapan (#/TB Mr 11:24*). Doa bersifat percobaan mendapat sedikit; doa
berdasarkan iman yg bekerja dalam penyerahan kepada kehendak Allah mendapat
banyak (#/TB Mr 9:23*).
2. Mengenai sasaran-sasaran doa Yesus
tidak banyak berbicara. Ia puas dengan membuat Roh Kudus memimpin
murid-murid-Nya dalam doa. Tujuan-tujuan yg Ia harapkan dalam doa dapat
ditemukan dalam #/TB Mr 9:28* dab; #/TB Mat 5:44; 6:11,13; 9:36* dab; #/TB Luk
11:13*. Mengenai cara berdoa Tuhan mengajarkan dua hal penting. Pertama, kini
doa harus dinaikkan kepada-Nya, seperti dahulu ketika Ia masih ada di dunia
(ump #/TB Mat 8:2; 9:18*). Seperti dahulu Ia menuntut iman (#/TB Mr 9:23*),
menguji kesungguhan (#/TB Mat 9:27-31*), membukakan ketidaktahuan (#/TB Mat
20:20-22*) dan menganggap diri penuh. dosa (#/TB Mat 14:27-31*), pada mereka yg
meminta kepada-Nya, demikianlah kini Ia berbuat sama dalam pengalaman mereka yg
menaikkan doa kepada-Nya.
Kedua, kini doa juga harus dinaikkan dalam
nama Kristus (#/TB Yoh 14:13; 15:16; 16:23* dab), oleh-Nya kita beroleh jalan
masuk kepada Bapak. Berdoa dalam nama Kristus berarti berdoa seperti Kristus
sendiri berdoa, dan berdoa kepada Bapak seperti Anak memperkenalkan Dia kepada
kita; dan bagi Yesus, pusat yg sebenarnya dalam doa ialah kehendak Bapak. Di
sinilah sifat asasi bagi doa Kristiani: suatu jalan masuk yg baru yg menuju
kepada Bapak, yg dijamin Kristus bagi orang Kristen, dan doa dalam keselarasan dengan
kehendak Bapak karena dinaikkan dalam nama Kristus.
4.
Mengenai praktik doa Tuhan Yesus, telah diketahui bahwa Ia berdoa secara
tersembunyi (#/TB Luk 5:15* dab; #/TB Luk 6:12*); pada waktu ada pertentangan
rohani (#/TB Yoh 12:20-28*; #/TB Luk 22:39-46*); dan di kayu salib (#/TB Mat
27:46*; #/TB Luk 23:46*). Dalam doa-doaNya Ia mengucapkan syukur (#/TB Luk
10:21*; #/TB Yoh 6:11; 11:41*; #/TB Mat 26:27*), mencari bimbingan (#/TB Luk
6:12* dab), mengajukan syafaat (#/TB Yoh 17:6-19,20-26*; #/TB Luk 22:31-34*;
#/TB Mr 10:16*; #/TB Luk 23:34*), dan bersekutu dengan Bapak (#/TB Luk 9:28*
dab). Beban dari doa ‘imam besar-Nya’ dalam #/TB Yoh 17* ialah kesatuan
gereja-Nya.
5. ‘Doa
Bapak Kami’ akan dibicarakan lebih lengkap di tempat lain. Di sini cukup
ditunjukkan bahwa setelah seruan (#/TB Mat 6:9*b) menyusullah 6 permohonan (ay
#/TB Mat 6:9*c-13b). Tiga permohonan pertama dikaitkan dengan nama Allah,
kerajaan dan kehendak-Nya, sedang 3 permohonan yg terakhir dikaitkan dengan
keperluan makan, pengampunan dan kemenangan. Setelah itu doa ditutup dengan
suatu pemuliaan (ay #/TB Mat 6:13*c) yg berisi 3 pengumuman mengenai kerajaan
Allah, kuasa dan kemuliaan-Nya. Menurut cara inilah kini orang Kristen berdoa.
b. Kisah
para Rasul
Kis
menjadi penghubung yg baik sekali antara Injil-injil dan Surat-surat, karena
dalam Kis gereja rasuli mempraktikkan ajaran Tuhan tentang doa. Gereja
dilahirkan dalam suasana doa (#/TB Mat 1:4*). Sebagai jawaban atas doalah maka
Roh Kudus diturunkan atasnya (#/TB Mat 1:4; 2:4*). Doa itu berlangsung menjadi
hawa yg dihirup gereja (#/TB Kis 2:42; 6:4,6*). Dalam pemikiran gereja tetap
ada hubungan yg erat antara doa dan kehadiran dan kuasa Roh (#/TB Kis 4:31*).
Pada waktu-waktu krisis terjadi gereja lari kepada doa (#/TB Kis 4:23* dab;
#/TB Kis 12:5,12*). Di seluruh Kis para pemimpin gereja muncul sebagai
orang-orang yg berdoa (#/TB Kis 9:40; 10:9; 16:25; 28:8*), yg menuntut supaya
orang Kristen berdoa dengan mereka (#/TB Kis 20:28,36; 21:5*).
c.
Surat-surat Paulus
Penting
sekali bahwa segera setelah Kristus menyatakan diri kepada Paulus di jalan
menuju Damsyik, tentang Paulus dikatakan, ‘Ia sekarang berdoa’ (#/TB Kis
9:11*). Agaknya inilah pertama kali Paulus menemukan apakah sebenarnya doa itu,
sebab begitu dalamnya perubahan hatinya yg diakibatkan oleh pertobatan. Sejak
saat itu ia menjadi pendoa. Dalam doa Tuhan berfirman kepadanya (#/TB Kis
22:17* dab). Doa ialah ucapan syukur, syafaat, perealisasian kehadiran Allah
(bnd #/TB 1Tes 1:2* dab; #/TB Ef 1:16* dab). Ia menemukan bahwa Roh Kudus
membantunya dalam doa jika ia berusaha untuk mengetahui dan melakukan kehendak
Allah (#/TB Rom 8:14,26*). Dalam pengalamannya ada hubungan yg erat antara doa
dan kecerdasan Kristiani (#/TB 1Kor 14:14-19*).
Doa
bersifat hakiki bagi orang Kristen (#/TB Rom 12:12*). Senjata orang Kristen
(#/TB Ef 6:13-17*) mencakup doa yg diuraikan Paulus sebagai ‘segala doa dan
permohonan’, yg harus dinaikkan ‘setiap waktu’, dengan ‘tiada putusnya’
untuk’segala orang kudus’ (ay #/TB Ef 6:18*). Dan Paulus melaksanakan apa yg
ditulisnya (#/TB Rom 1:9*; #/TB Ef 1:16*; #/TB 1Tes 1:2*); karena itu ia
memberi penekanan pada doa jika ia menulis kepada orang-orang yg seiman dengan
dia (#/TB Fili 4:6*; #/TB Kol 4:2*).
Dalam
Surat-suratnya Paulus senantiasa dirasuki doa. Baiklah kita mengamati beberapa
dari doanya bertalian dengan isi doa-doa itu.
1. Dalam
#/TB Rom 1:8-12* ia mencurahkan hatinya kepada Allah sebagai ucapan syukur (ay
#/TB Rom 1:8*), menekankan pelayanan bagi Kristus dengan rohnya (ay #/TB Rom
1:9*a), mendoakan teman-temannya yg di Roma (ay #/TB Rom 1:9*b), mengungkapkan
keinginannya untuk membagikan kepada mereka suatu karunia rohani (ay #/TB Rom
1:10* dab), dan berkata bahwa dia juga tergantung kepada mereka bagi
pembangkitan rohani (ay #/TB Rom 1:12*).
2. Dalam
#/TB Ef 1:15-19* Paulus mengucapkan syukur kepada Allah untuk orang yg bertobat
(ay #/TB Ef 1:15* dab), dan berdoa agar mereka boleh menerima Roh, yg oleh-Nya
diperoleh pengenalan Allah dan penerangan hati (ay #/TB Ef 1:17,18*a), supaya
mereka boleh mengetahui harapan panggilan Allah, kekayaan warisan Allah, dan
kebesaran kuasa Allah, yg telah diungkapnyatakan dalam kebangkitan Kristus (ay
#/TB Ef 1:18*b, 19).
3. Dalam
#/TB Ef 3:14-18* Paulus memohon dengan sangat kepada Bapak (ay #/TB Ef 3:14*
dab) bagi sesamanya Kristen, supaya mereka boleh makin bertambah-tambah sadar
akan kuasa Allah (ay #/TB Ef 3:16*), hingga akhirnya Kristus dapat berdiam di
dalam mereka, dan supaya mereka boleh berakar dalam kasih (ay #/TB Ef 3:17*),
bahwa masing-masing bersama-sama boleh disempurnakan dan dipenuhi dengan
kepenuhan Allah (ay #/TB Ef 3:18* dab). Kedua doa ‘Efesus’ ini dengan cara yg
indah dirangkum dalam keinginan Paulus yg tiga macam, yakni kiranya orang
Kristen beroleh pengetahuan dan kuasa untuk menerapkan kasih Kristus, yg
olehnya mereka sebagai perseorangan dan sebagai kelompok menerima penyempurnaan.
4. Dalam
#/TB Kol 1:9* dab Paulus berdoa lagi supaya orang percaya mengetahui kehendak
Allah melalui hikmat dan pengertian rohani (ay #/TB Kol 1:9*), supaya praktik
hidup dapat sesuai dengan kepercayaan (ay #/TB Kol 1:10*), supaya mereka diberi
kuasa bagi praktik hidup mereka (ay #/TB Kol 1:11*), dan penuh ucapan syukur
terhadap hak-hak dan kedudukan mereka yg istimewa di dalam Tuhan Yesus (ay #/TB
Kol 1:12* dab).
Tapi
barangkali sumbangan Paulus yg terbesar bagi pengertian doa Kristiani, ialah
bahwa ia meneguhkan hubungan doa itu dengan Roh Kudus. Doa sebenarnya adalah
suatu karunia pemberian Roh (#/TB 1Kor 14:14-16*). Orang percaya berdoa ‘dalam
Roh’ (#/TB Ef 6:18*; #/TB Yud 1:20*); karena itu doa adalah kerja sama antara
Allah dan orang percaya dalam hal doa diajukan kepada Bapak, dalam nama Anak,
oleh dorongan Roh Kudus yg diam di dalam dia.
d. Surat
Ibr, Yak dan 1 Yoh
Surat Ibr
memberi sumbangan penting pada pengertian tentang doa Kristiani. #/TB Ibr
4:14-16* menunjukkan bagaimana doa bisa mungkin; doa adalah mungkin karena kita
mempunyai seorang Imam Besar Agung yg bersifat sekaligus insani dan ilahi,
karena kini Ia berada di sorga dan karena apa yg kini sedang Ia lakukan di
sana. Jika kita berdoa, maksudnya ialah supaya kita menerima belas kasihan dan
kasih karunia. Penunjukkan kepada hidup doa Tuhan Yesus dalam #/TB Ibr 5:7-10*
benar-benar mengajarkan apa doa itu: ‘doa-doa’ Kristus dan
‘permohonan-permohonan’-Nya ‘dipersembahkan’ kepada Allah, dan dalam pelayanan
rohani ini Ia ‘belajar taat’ dan oleh karenanya ‘didengar’. Dalam #/TB Ibr
10:19-25* tekanan diletakkan pada doa bersama dan tuntutan-tuntutan serta
dorongan-dorongan yg terkandung di dalamnya. Tempat doa diuraikan dalam #/TB
Ibr 6:19*.
Kitab Yak
mempunyai tiga bagian penting tentang doa. Doa pada saat kebimbangan
dibicarakan dalam #/TB Yak 1:5-8*; dorongan-dorongan yg benar dalam doa
digarisbawahi dalam #/TB Yak 4:1-3*; dan pentingnya doa pada waktu sakit dijelaskan
dalam #/TB Yak 5:13-18*.
Dalam
Suratnya yg pertama Yohanes menunjukkan cara supaya berani dan berhasil dalam
doa (#/TB 1Yoh 3:21* dab), sedang dalam #/TB 1Yoh 5:14-16* ia menjelaskan
hubungan antara doa dan kehendak Allah, dan menunjukkan bahwa keberhasilan
dalam doa khususnya cocok bagi doa syafaat, tapi bahwa keadaan-keadaan memang
dapat timbul dimana doa menjadi tak berdaya.
IV.
Kesimpulan
Inti ajaran
Alkitab tentang doa diungkapkan dengan balk oleh BY Westcott, ‘Doa yg benar —
doa yg harus dijawab — ialah pengakuan dan penerimaan pribadi terhadap kehendak
ilahi’ (#/TB Yoh 14:7*; bnd #/TB Mr 11:24*). Justru terkabulnya doa yg
mengajarkan ketaatan, bukan pertama-tama terletak pada pengajuan permohonan
khusus itu, yg dianggap oleh orang yg berdoa sebagai jalan menuju kepada tujuan
yg diinginkan, tapi jaminan bahwa apa yg Allah berikan itulah yg paling efektif
menuju kepada tujuan tersebut. Demikianlah kita diajar betapa Kristus telah
belajar bahwa tiap perincian hidup dan penderitaan-Nya membantu pemenuhan
pekerjaan yg untuknya Ia telah datang supaya memenuhinya, sehingga dengan cara
demikian Ia ‘telah didengar’ dengan cara yg paling sempurna. Dalam arti inilah
Ia ‘didengar bagi ketakutan-Nya kepada Allah’.
KEPUSTAKAAN.
- H Trevor Hughes, Prophetic Prayer, 1947;
- F Hailer, Prayer, 1932; J. G. S. S Thomson, The Praying Christ, 1959;
- Ludwig Kohler, Old Testament Theology, 1957;
- Th. C Vriezen, An Outline of Old Testament Theology, 1958;
- H Schonweiss, C Brown, G. T. D Angel, NIDNTT 2, hlm 855-886;
- H Greeven dll, TDNT 2, hlm 40-41, 685-687; 775-808; 3, hlm 296-297; 5, hlm 773-799; 6, hlm 758-766; 8, hlm 244-245.
No comments:
Post a Comment