Sunday, April 29, 2018

BERDOA


DOA
I. Pengantar
          Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu ‘tanggapan wajar dari manusia’, karena ‘apa yg dilahirkan dari daging adalah daging’ (#/TB Yoh 4:24*). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak ‘mengindahkan’ setiap Doa(#/TB Yes 1:15; 29:13*). Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.

II. Dalam PL

          Kohler (Old Testament Theology, 1957 hlm 251, catatan 153) mendapati kr 85 doa asli dalam PL. Sebagai tambahan ada kr 60 mazmur lengkap dan 14 bagian mazmur yg dapat disebut ‘doa’.

             a. Zaman para Bapak leluhur

             Pada zaman Bapak leluhur doa adalah menyeru nama Tuhan (#/TB Kej 4:26; 12:8; 21:33*), yakni Nama yg kudus itu disebut dalam doa atau permohonan. Karena itu ada hubungan langsung dan keakraban dalam doa (#/TB Kej 15:2* dab; #/TB Kej 18:23* dab; #/TB Kej 24:12-14,26* dab). Doa juga dihubungkan erat dengan persembahan korban (#/TB Kej 13:4; 26:25; 28:20-22*) sekalipun penggabungan ini muncul juga pada zaman-zaman yg kemudian. Persembahan doa dalam hubungan korban ini memberi kesan adanya kesatuan antara kehendak manusia dan kehendak Allah, suatu penyerahan dan penaklukan diri manusia kepada Allah. Khususnya hal ini terjadi pada doa Yakub yg dikaitkan dengan janjinya kepada Tuhan. Janji itu, yg pada dirinya adalah suatu doa, menjanjikan pelayanan dan kesetiaan jika berkat yg dicari itu diberikan (#/TB Kej 28:20* dab).

             b. Zaman pra pembuangan

             1. Pada zaman ini salah satu tekanan utama doa ialah syafaat; memang syafaat juga telah ada pada zaman Bapak leluhur (#/TB Kej 18:22* dab). Syafaat khususnya penting dalam doa-doa Musa (#/TB Kel 32:11-13,31* dab; #/TB Kel 33:12-16; 34:9*; #/TB Bil 11:11-15; 14:13-19; 21:7*; #/TB Ul 9:18-21; 10:10*). #/TB Ul 30* sebagian besar adalah juga doa syafaat, seperti halnya dengan doa-doa Harun (#/TB Bil 6:22-27*), Samuel (#/TB 1Sam 7:5-13; 12:19,23*), Salomo (#/TB 1Raj 8:22-53*) dan Hizkia (#/TB 2Raj 19:14-19*).

             Kesimpulannya agaknya demikian, bahwa syafaat itu terbatas pada pribadi-pribadi penting, yg oleh kedudukan yg diberikan Allah kepada mereka apakah sebagai nabi, imam atau raja, memiliki kekuasaan khusus dalam doa sebagai pengantara Allah dan manusia. Tapi Tuhan senantiasa tetap bebas untuk melaksanakan kehendak-Nya; justru ada doa syafaat yg tak berhasil (#/TB Kej 18:17* dab; #/TB Kel 32:30-35*). Dalam #/TB Am 7:1-6* ‘Tuhan menyesal’ terhadap perbuatan tertentu sebagai jawaban terhadap syafaat nabi, namun pada ay-ay berikutnya (#/TB Am 7:7-8:3*) Israel akhirnya diangkut sebagai tawanan. Bahkan Yeremia dilarang mewakili Israel untuk menghadap Allah (#/TB Yer 7:16; 11:14; 14:11*). Di lain pihak, syafaat Lot (#/TB Kej 19:17-23*), Abraham (#/TB Kej 20:17*), Musa (#/TB Kel 9:27-33*; #/TB Bil 12:9* dab) dan Ayub (#/TB Ayub 42:8,10*) berhasil. Yg mendasari doa-doa syafaat ini ialah hubungan pribadi yg ‘kuat’ dengan Allah, yg dimiliki oleh para pengantara itu.

             2. Adalah mengherankan bahwa di antara semua peraturan legal dalam Pentateukh tak ada yg menyebut doa kecuali #/TB Ul 26:1-15*. Juga di sini yg lebih ditekankan ialah rumusan ibadat, bukan doa. Dalam ay #/TB Ul 26:5-11* ada pengucapan syukur, dan dalam ay #/TB Ul 26:13,14* ada suatu pernyataan tentang ketaatan pada masa lalu, tapi hanya dalam ay #/TB Ul 26:15* ada permohonan. Barangkali benar untuk menduga, bahwa korban sering dipersembahkan dengan doa (#/TB Mazm 55:13*), dan di mana tidak ada doa orang dapat ditegur (#/TB Mazm 50:7-15*). Di lain pihak sama sekali tidak disebutkan tentang doa di bagian-bagian Pentateukh di mana korban diatur. Hal ini memberi kesan bahwa korban tanpa doa cukup umum.

             3. Doa tentu tak dapat diabaikan dalam pelayanan para nabi. Penerimaan penyataan Firman dari Allah sudah melibatkan nabi yg penuh doa ke dalam hubungan dengan Allah. Mungkin sekali bahwa doa bersifat hakiki bagi nabi untuk dapat menerima Firman (#/TB Yes 6:5* dab; #/TB Yes 37:1-4*; #/TB Yer 11:20-23; 12:1-6; 42:1* dab). Penglihatan atau wahyu kenabian mendatangi Daniel ketika ia sedang berdoa (#/TB Dan 9:20* dab). Kadang-kadang Tuhan membiarkan nabi menunggu untuk waktu yg agak lama dalam doa (#/TB Hab 2:1-3*). Dari tulisan-tulisan Yeremia kita tahu, bahwa sekalipun doa menjadi syarat hakiki dan realita dalam pengalaman dan pelayanan nabi, namun sering doa mewujudkan suatu latihan roh yg bergejolak (#/TB Yer 18:19-23; 20:7-18*), dan juga suatu persekutuan yg menyenangkan sekali dengan Allah (#/TB Yer 1:4* dab; #/TB Yer 4:10; 10:23-25; 12:1-4; 14:7-9,19-22; 15:15-18; 16:19; 17:12* dab).

             4. Pada beberapa mazmur ada gabungan dari pola dan spontanitas dalam doa. Disamping doa-doa ‘tempat suci’ yg formal (ump #/TB Mazm 24:7-10; 100; 150*) ada doa-doa pribadi untuk mohon: pengampunan (51), bersekutu (63), perlindungan (57), kesembuhan (6), pemulihan nama baik (109), dan doa-doa yg penuh pujian (103). Korban dan doa juga gabung dalam beberapa Mazmur (#/TB Mazm 54:4; 66:13* dab).

             c. Zaman pembuangan

             Selama masa pembuangan faktor penting dalam agama bagi orang Yahudi ialah munculnya rumah sembahyang (sinagoge). Bait Suci di Yerusalem telah menjadi puing, dan upacara-upacara di mezbah serta korban-korban tak dapat dilayankan di Babel yg tidak suci itu. Seorang Yahudi kini tidak lagi orang yg telah dilahirkan dalam persekutuan dan menetap di situ, tapi lebih berwujud seseorang yg memilih menjadi Yahudi. Pusat umat beragama adalah rumah sembahyang, dan di antara kewajiban keagamaan yg diterima seperti sunat, berpuasa dan pemeliharaan sabat, maka doa menjadi penting.

             Ini tidak dapat dielakkan, karena setiap persekutuan kecil di pembuangan kini tergantung kepada pelayanan sinagoge, di mana Firman dibicarakan dan diterangkan, serta doa-doa dinaikkan. Setelah kembali ke Yerusalem, sama seperti Bait Suci tidak diperbolehkan mengganti sinagoge, atau imam mengganti ahli Taurat, atau korban mengganti Firman yg hidup, demikianlah upacara tidak mengganti doa. Baik di Bait Suci maupun di sinagoge dalam upacara imamat dan pengajaran ahli Taurat, penyembah yg beriman kini mencari wajah Tuhan, mencari kehadiran-Nya secara pribadi (#/TB Mazm 100:2; 63:1* dab), dan menerima berkat-Nya dengan ungkapan penyinaran wajah-Nya atasnya (#/TB Mazm 80:2,6,18*).

             d. Zaman setelah pembuangan

             Tidak dapat diragukan bahwa setelah masa pembuangan ada kerangka kebaktian keagamaan, tapi di dalamnya kebebasan bagi perseorangan dijamin. Hal ini nampak dalam diri Ezra dan Nehemia, yg sekalipun mereka menekankan pemujaan dan Taurat, dan upacara serta korban, yaitu segi sosial dari ibadat, namun mereka juga menekankan faktor rohani dalam kesalehan (#/TB Ezr 7:27; 8:22* dab; #/TB Neh 2:4; 4:4,9*), Doa-doa mereka juga mengandung pelajaran (#/TB Ezr 9:6-15*; #/TB Neh 1:5-11; 9:5-38*; bnd juga #/TB Dan 9:4-19*). Di sini boleh dicatat, bahwa mengenai posisi tubuh saat berdoa tidak mempunyai aturan yg tetap (#/TB Mazm 28:2*; #/TB 1Sam 1:26*; #/TB 1Raj 8:54*; #/TB Ezr 9:5*; #/TB 1Raj 18:42*; #/TB Rat 3:41*; #/TB Dan 9:3,20*). Demikian juga ihwal waktu untuk berdoa; doa bermanfaat pada setiap saat, sama dengan pada jam-jam yg ditetapkan (#/TB Mazm 55:16*; #/TB Dan 6:9*). Maka pada zaman setelah pembuangan terdapat campuran dari upacara yg teratur di Bait Suci, kesederhanaan pertemuan di sinagoge, dan spontanitas kebaktian perseorangan.

             Jelas adalah sulit untuk membuat sistem doa secara lengkap. Dalam PL memang ada pola-pola bagi doa, tapi tiada aturan yg mengikat yg mengatur baik isinya maupun upacaranya. Doa yg mekanis, doa yg dikurung oleh aturan-aturan yg memaksa, tidak muncul sampai menjelang penutupan zaman antara PL dan PB, seperti dijelaskan oleh Injil-injil. Kemudian, sayangnya, baik melalui korban di Bait Suci di Yerusalem dan melalui pujian, maupun doa dan eksposisi Firman dalam sinagoge di perantauan, dan melalui sunat penyucian sabat, persepuluhan, puasa dan perbuatan-perbuatan yg berlebih-lebihan, orang-orang yg beribadah baik di Bait Suci maupun di sinagoge adalah sama-sama berusaha mendapat imbalan jasa diterima oleh Allah.

III. Dalam PB

          Ada tempat-tempat tertentu dimana ajaran PB tentang doa dikemukakan, tapi sumber pokok dari mana semua ajaran tentang doa mengalir adalah doktrin dan praktik Kristus sendiri.

             a. Injil-injil

             1. Ajaran Yesus tentang doa, secara asasi diuraikan dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya yg tertentu. Dalam perumpamaan mengenai teman meminjam tiga potong roti tengah malam (#/TB Luk 11:5-8*), Yesus menekankan keadaan keterdesakan dan kesungguhan dalam doa. Dan dasar yg di atasnya hal ini dibangun ialah kebaikan Allah Bapak (#/TB Mat 7:7-11*). Perumpamaan tentang hakim yg lalim (#/TB Luk 18:1-8*) menantang orang untuk terus berdoa, mencakup ketekunan dan kesinambungan. Bahwa Allah tidak serta merta menjawab doa bukanlah karena tak acuh, melainkan karena kasih yg ingin mengembangkan dan memperdalam iman yg pada akhirnya akan dibenarkan.

             Dalam perumpamaan tentang pemungut cukai dan Farisi (#/TB Luk 18:10-14*), Kristus menuntut kerendahan hati dan penyesalan dalam doa, dan mengingatkan bahaya mengagungkan diri. Merendahkan diri dalam doa berarti diterima oleh Allah, meninggikan diri dalam doa berarti menutupi wajah Allah. Kristus mengajarkan kasih dalam doa pada perumpamaan hamba yg tak adil (#/TB Mat 18:21-35*). Doa yg dijawab Allah ialah doa yg dinaikkan oleh roh yg suka mengampuni. Kesederhanaan dalam doa diajarkan dalam #/TB Mat 6:5* dab; #/TB Mat 23:14*; #/TB Mr 12:38-40*; #/TB Luk 20:47*. Doa harus dibersihkan dari segala kepura-puraan atau kepalsuan. Doa harus lahir dari kesederhanaan hati dan motivasi yg lugu, serta mengungkapkan diri dalam kesederhanaan ucapan dan permohonan.

             Tuhan juga menuntut intensitas dalam doa (bnd #/TB Mr 13:33; 14:38*; #/TB Mat 26:41*). Di sini ‘berjaga-jaga’ dan ‘iman’ digabungkan dalam kewaspadaan yg celik senantiasa. Tambahan lagi dalam #/TB Mat 18:19* dab, kesatuan dalam doa ditekankan. Jika sekelompok orang Kristen yg memiliki pikiran Kristus berdoa dalam Roh Kudus, doa mereka akan dikabulkan. Tapi doa juga harus penuh pengharapan (#/TB Mr 11:24*). Doa bersifat percobaan mendapat sedikit; doa berdasarkan iman yg bekerja dalam penyerahan kepada kehendak Allah mendapat banyak (#/TB Mr 9:23*).

             2. Mengenai sasaran-sasaran doa Yesus tidak banyak berbicara. Ia puas dengan membuat Roh Kudus memimpin murid-murid-Nya dalam doa. Tujuan-tujuan yg Ia harapkan dalam doa dapat ditemukan dalam #/TB Mr 9:28* dab; #/TB Mat 5:44; 6:11,13; 9:36* dab; #/TB Luk 11:13*. Mengenai cara berdoa Tuhan mengajarkan dua hal penting. Pertama, kini doa harus dinaikkan kepada-Nya, seperti dahulu ketika Ia masih ada di dunia (ump #/TB Mat 8:2; 9:18*). Seperti dahulu Ia menuntut iman (#/TB Mr 9:23*), menguji kesungguhan (#/TB Mat 9:27-31*), membukakan ketidaktahuan (#/TB Mat 20:20-22*) dan menganggap diri penuh. dosa (#/TB Mat 14:27-31*), pada mereka yg meminta kepada-Nya, demikianlah kini Ia berbuat sama dalam pengalaman mereka yg menaikkan doa kepada-Nya.

             Kedua, kini doa juga harus dinaikkan dalam nama Kristus (#/TB Yoh 14:13; 15:16; 16:23* dab), oleh-Nya kita beroleh jalan masuk kepada Bapak. Berdoa dalam nama Kristus berarti berdoa seperti Kristus sendiri berdoa, dan berdoa kepada Bapak seperti Anak memperkenalkan Dia kepada kita; dan bagi Yesus, pusat yg sebenarnya dalam doa ialah kehendak Bapak. Di sinilah sifat asasi bagi doa Kristiani: suatu jalan masuk yg baru yg menuju kepada Bapak, yg dijamin Kristus bagi orang Kristen, dan doa dalam keselarasan dengan kehendak Bapak karena dinaikkan dalam nama Kristus.

             4. Mengenai praktik doa Tuhan Yesus, telah diketahui bahwa Ia berdoa secara tersembunyi (#/TB Luk 5:15* dab; #/TB Luk 6:12*); pada waktu ada pertentangan rohani (#/TB Yoh 12:20-28*; #/TB Luk 22:39-46*); dan di kayu salib (#/TB Mat 27:46*; #/TB Luk 23:46*). Dalam doa-doaNya Ia mengucapkan syukur (#/TB Luk 10:21*; #/TB Yoh 6:11; 11:41*; #/TB Mat 26:27*), mencari bimbingan (#/TB Luk 6:12* dab), mengajukan syafaat (#/TB Yoh 17:6-19,20-26*; #/TB Luk 22:31-34*; #/TB Mr 10:16*; #/TB Luk 23:34*), dan bersekutu dengan Bapak (#/TB Luk 9:28* dab). Beban dari doa ‘imam besar-Nya’ dalam #/TB Yoh 17* ialah kesatuan gereja-Nya.

             5. ‘Doa Bapak Kami’ akan dibicarakan lebih lengkap di tempat lain. Di sini cukup ditunjukkan bahwa setelah seruan (#/TB Mat 6:9*b) menyusullah 6 permohonan (ay #/TB Mat 6:9*c-13b). Tiga permohonan pertama dikaitkan dengan nama Allah, kerajaan dan kehendak-Nya, sedang 3 permohonan yg terakhir dikaitkan dengan keperluan makan, pengampunan dan kemenangan. Setelah itu doa ditutup dengan suatu pemuliaan (ay #/TB Mat 6:13*c) yg berisi 3 pengumuman mengenai kerajaan Allah, kuasa dan kemuliaan-Nya. Menurut cara inilah kini orang Kristen berdoa.

             b. Kisah para Rasul

             Kis menjadi penghubung yg baik sekali antara Injil-injil dan Surat-surat, karena dalam Kis gereja rasuli mempraktikkan ajaran Tuhan tentang doa. Gereja dilahirkan dalam suasana doa (#/TB Mat 1:4*). Sebagai jawaban atas doalah maka Roh Kudus diturunkan atasnya (#/TB Mat 1:4; 2:4*). Doa itu berlangsung menjadi hawa yg dihirup gereja (#/TB Kis 2:42; 6:4,6*). Dalam pemikiran gereja tetap ada hubungan yg erat antara doa dan kehadiran dan kuasa Roh (#/TB Kis 4:31*). Pada waktu-waktu krisis terjadi gereja lari kepada doa (#/TB Kis 4:23* dab; #/TB Kis 12:5,12*). Di seluruh Kis para pemimpin gereja muncul sebagai orang-orang yg berdoa (#/TB Kis 9:40; 10:9; 16:25; 28:8*), yg menuntut supaya orang Kristen berdoa dengan mereka (#/TB Kis 20:28,36; 21:5*).

             c. Surat-surat Paulus

             Penting sekali bahwa segera setelah Kristus menyatakan diri kepada Paulus di jalan menuju Damsyik, tentang Paulus dikatakan, ‘Ia sekarang berdoa’ (#/TB Kis 9:11*). Agaknya inilah pertama kali Paulus menemukan apakah sebenarnya doa itu, sebab begitu dalamnya perubahan hatinya yg diakibatkan oleh pertobatan. Sejak saat itu ia menjadi pendoa. Dalam doa Tuhan berfirman kepadanya (#/TB Kis 22:17* dab). Doa ialah ucapan syukur, syafaat, perealisasian kehadiran Allah (bnd #/TB 1Tes 1:2* dab; #/TB Ef 1:16* dab). Ia menemukan bahwa Roh Kudus membantunya dalam doa jika ia berusaha untuk mengetahui dan melakukan kehendak Allah (#/TB Rom 8:14,26*). Dalam pengalamannya ada hubungan yg erat antara doa dan kecerdasan Kristiani (#/TB 1Kor 14:14-19*).

             Doa bersifat hakiki bagi orang Kristen (#/TB Rom 12:12*). Senjata orang Kristen (#/TB Ef 6:13-17*) mencakup doa yg diuraikan Paulus sebagai ‘segala doa dan permohonan’, yg harus dinaikkan ‘setiap waktu’, dengan ‘tiada putusnya’ untuk’segala orang kudus’ (ay #/TB Ef 6:18*). Dan Paulus melaksanakan apa yg ditulisnya (#/TB Rom 1:9*; #/TB Ef 1:16*; #/TB 1Tes 1:2*); karena itu ia memberi penekanan pada doa jika ia menulis kepada orang-orang yg seiman dengan dia (#/TB Fili 4:6*; #/TB Kol 4:2*).

             Dalam Surat-suratnya Paulus senantiasa dirasuki doa. Baiklah kita mengamati beberapa dari doanya bertalian dengan isi doa-doa itu.

             1. Dalam #/TB Rom 1:8-12* ia mencurahkan hatinya kepada Allah sebagai ucapan syukur (ay #/TB Rom 1:8*), menekankan pelayanan bagi Kristus dengan rohnya (ay #/TB Rom 1:9*a), mendoakan teman-temannya yg di Roma (ay #/TB Rom 1:9*b), mengungkapkan keinginannya untuk membagikan kepada mereka suatu karunia rohani (ay #/TB Rom 1:10* dab), dan berkata bahwa dia juga tergantung kepada mereka bagi pembangkitan rohani (ay #/TB Rom 1:12*).

             2. Dalam #/TB Ef 1:15-19* Paulus mengucapkan syukur kepada Allah untuk orang yg bertobat (ay #/TB Ef 1:15* dab), dan berdoa agar mereka boleh menerima Roh, yg oleh-Nya diperoleh pengenalan Allah dan penerangan hati (ay #/TB Ef 1:17,18*a), supaya mereka boleh mengetahui harapan panggilan Allah, kekayaan warisan Allah, dan kebesaran kuasa Allah, yg telah diungkapnyatakan dalam kebangkitan Kristus (ay #/TB Ef 1:18*b, 19).

             3. Dalam #/TB Ef 3:14-18* Paulus memohon dengan sangat kepada Bapak (ay #/TB Ef 3:14* dab) bagi sesamanya Kristen, supaya mereka boleh makin bertambah-tambah sadar akan kuasa Allah (ay #/TB Ef 3:16*), hingga akhirnya Kristus dapat berdiam di dalam mereka, dan supaya mereka boleh berakar dalam kasih (ay #/TB Ef 3:17*), bahwa masing-masing bersama-sama boleh disempurnakan dan dipenuhi dengan kepenuhan Allah (ay #/TB Ef 3:18* dab). Kedua doa ‘Efesus’ ini dengan cara yg indah dirangkum dalam keinginan Paulus yg tiga macam, yakni kiranya orang Kristen beroleh pengetahuan dan kuasa untuk menerapkan kasih Kristus, yg olehnya mereka sebagai perseorangan dan sebagai kelompok menerima penyempurnaan.

             4. Dalam #/TB Kol 1:9* dab Paulus berdoa lagi supaya orang percaya mengetahui kehendak Allah melalui hikmat dan pengertian rohani (ay #/TB Kol 1:9*), supaya praktik hidup dapat sesuai dengan kepercayaan (ay #/TB Kol 1:10*), supaya mereka diberi kuasa bagi praktik hidup mereka (ay #/TB Kol 1:11*), dan penuh ucapan syukur terhadap hak-hak dan kedudukan mereka yg istimewa di dalam Tuhan Yesus (ay #/TB Kol 1:12* dab).

             Tapi barangkali sumbangan Paulus yg terbesar bagi pengertian doa Kristiani, ialah bahwa ia meneguhkan hubungan doa itu dengan Roh Kudus. Doa sebenarnya adalah suatu karunia pemberian Roh (#/TB 1Kor 14:14-16*). Orang percaya berdoa ‘dalam Roh’ (#/TB Ef 6:18*; #/TB Yud 1:20*); karena itu doa adalah kerja sama antara Allah dan orang percaya dalam hal doa diajukan kepada Bapak, dalam nama Anak, oleh dorongan Roh Kudus yg diam di dalam dia.

             d. Surat Ibr, Yak dan 1 Yoh

             Surat Ibr memberi sumbangan penting pada pengertian tentang doa Kristiani. #/TB Ibr 4:14-16* menunjukkan bagaimana doa bisa mungkin; doa adalah mungkin karena kita mempunyai seorang Imam Besar Agung yg bersifat sekaligus insani dan ilahi, karena kini Ia berada di sorga dan karena apa yg kini sedang Ia lakukan di sana. Jika kita berdoa, maksudnya ialah supaya kita menerima belas kasihan dan kasih karunia. Penunjukkan kepada hidup doa Tuhan Yesus dalam #/TB Ibr 5:7-10* benar-benar mengajarkan apa doa itu: ‘doa-doa’ Kristus dan ‘permohonan-permohonan’-Nya ‘dipersembahkan’ kepada Allah, dan dalam pelayanan rohani ini Ia ‘belajar taat’ dan oleh karenanya ‘didengar’. Dalam #/TB Ibr 10:19-25* tekanan diletakkan pada doa bersama dan tuntutan-tuntutan serta dorongan-dorongan yg terkandung di dalamnya. Tempat doa diuraikan dalam #/TB Ibr 6:19*.

             Kitab Yak mempunyai tiga bagian penting tentang doa. Doa pada saat kebimbangan dibicarakan dalam #/TB Yak 1:5-8*; dorongan-dorongan yg benar dalam doa digarisbawahi dalam #/TB Yak 4:1-3*; dan pentingnya doa pada waktu sakit dijelaskan dalam #/TB Yak 5:13-18*.

             Dalam Suratnya yg pertama Yohanes menunjukkan cara supaya berani dan berhasil dalam doa (#/TB 1Yoh 3:21* dab), sedang dalam #/TB 1Yoh 5:14-16* ia menjelaskan hubungan antara doa dan kehendak Allah, dan menunjukkan bahwa keberhasilan dalam doa khususnya cocok bagi doa syafaat, tapi bahwa keadaan-keadaan memang dapat timbul dimana doa menjadi tak berdaya.

          IV. Kesimpulan

          Inti ajaran Alkitab tentang doa diungkapkan dengan balk oleh BY Westcott, ‘Doa yg benar — doa yg harus dijawab — ialah pengakuan dan penerimaan pribadi terhadap kehendak ilahi’ (#/TB Yoh 14:7*; bnd #/TB Mr 11:24*). Justru terkabulnya doa yg mengajarkan ketaatan, bukan pertama-tama terletak pada pengajuan permohonan khusus itu, yg dianggap oleh orang yg berdoa sebagai jalan menuju kepada tujuan yg diinginkan, tapi jaminan bahwa apa yg Allah berikan itulah yg paling efektif menuju kepada tujuan tersebut. Demikianlah kita diajar betapa Kristus telah belajar bahwa tiap perincian hidup dan penderitaan-Nya membantu pemenuhan pekerjaan yg untuknya Ia telah datang supaya memenuhinya, sehingga dengan cara demikian Ia ‘telah didengar’ dengan cara yg paling sempurna. Dalam arti inilah Ia ‘didengar bagi ketakutan-Nya kepada Allah’.

KEPUSTAKAAN.
  • H Trevor Hughes, Prophetic Prayer, 1947;
  • F Hailer, Prayer, 1932; J. G. S. S Thomson, The Praying Christ, 1959;
  • Ludwig Kohler, Old Testament Theology, 1957;
  • Th. C Vriezen, An Outline of Old Testament Theology, 1958;
  • H Schonweiss, C Brown, G. T. D Angel, NIDNTT 2, hlm 855-886;
  • H Greeven dll, TDNT 2, hlm 40-41, 685-687; 775-808; 3, hlm 296-297; 5, hlm 773-799; 6, hlm 758-766; 8, hlm 244-245.


No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...