PILIH, PEMILIHAN ALLAH
Allah bertindak
memilih seseorang atau suatu kelompok dari dalam suatu persekutuan yg lebih
besar, untuk tujuan atau masa depan yg ditentukan-Nya sendiri. Kata utama dalam
PL untuk gagasan ini ialah bakhar, yg berarti memilih seseorang atau sesuatu dengan
seksama, sesudah menimbang dengan masak-masak kemungkinan-kemungkinan lain (mis
batu umban, #/TB 1Sam 17:40*; tempat perlindungan, #/TB Ul 23:16*; istri, #/TB
Kej 6:2*; yg baik bukan yg jahat, #/TB Yes 7:15* dab; hidup bukan mati, #/TB Ul
30:19* dab; pelayanan kepada Tuhan Allah bukan pelayanan kepada
berhala-berhala, #/TB Yos 24:22*). Kata ini mencakup pikiran, sangat menyukai
hal yg dipilih itu, dan kadang-kadang menerima kesenangan hati daripadanya (bnd
ump #/TB Yes 1:29*).
Dalam LXX dan PB
kata kerja yg berpadanan dengan bakhar adalah eklegomai. Dalam bh Yunani kuno
kata ini biasanya dipakai dengan arti aktif, tapi para penulis Alkitab selalu
memakainya dalam bentuk yg berarti ‘memilih untuk diri sendiri’. Haireomai
dipakai tentang pemilihan Allah dalam #/TB 2Tes 2:13*, dan dalam #/TB Ul 26:18*
LXX, dengan arti yg sama. Kata-kata sifat serumpunnya adalah bakhir dan
eklektos, ‘dipilih’. PB memakai juga kata benda ekloge, ‘pemilihan’. Kata kerja
Ibr yada, artinya mengenal (yg dipakai untuk berbagai cara mengenal, paling
sedikit dlm pikiran, mengandung dan menyatakan cinta kasih seperti hubungan dua
kelamin, atau pengakuan dari pihak orang percaya terhadap Allah), dipakai dalam
#/TB Kej 18:19*; #/TB Am 3:2*; dan #/TB Hos 13:5* mengenai pemilihan Allah
(artinya, Ia mengenal orang dlm kasih). Begitu juga kata Yunani proginosko,
harfiah ‘mengetahui lebih dulu’ diterjemahkan ‘dipilih-Nya’ dalam #/TB Rom
8:29; 11:2* (bnd pemakaian ginoskd dlm #/TB 1Kor 8:3*; #/TB Gal 4:9*).
I. Dalam PL
Orang Israel
percaya bahwa Allah memilih Israel menjadi umat pilihan-Nya. Pemilihan Allah
akan Israel dilaksanakan melalui dua tindakan yg berkaitan dan saling
melengkapi. (a) Allah memilih Abraham dan keturunannya dengan jalan memanggil
Abraham dari Ur dan membawa dia ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan. Di
situ Allah mengadakan suatu perjanjian yg kekal dengan keturunannya, dan
menjanjikan kepadanya bahwa keturunannya akan menjadi berkat bagi seluruh bumi
(#/TB Kej 11:31-12:7; 15; 17; 22:15-18*; #/TB Neh 9:8*; #/TB Yes 41:8-9*). (b)
Allah memilih keturunan Abraham dengan melepaskan mereka dari perhambaan di
Mesir, membawa mereka keluar dari perbudakan melalui Musa, memperbaharui
perjanjian kepada Abraham dalam bentuk yg diperluas dengan mereka di G Sinai,
dan mendudukkan mereka di tanah perjanjian sebagai negara kebangsaan mereka
(#/TB Kel 3:6-10*; #/TB Ul 6:21-23*; #/TB Mazm 105*). Tiap tindakan pemilihan
ini diterangkan juga sebagai ‘panggilan’ Allah, yaitu dalam kedaulatan-Nya
Allah berfirman dan menentukan kejadian sedemikian rupa, supaya melaluinya Ia
memanggil pertama Abraham, dan kemudian keturunannya, untuk mengakui Dia
sebagai Allah mereka dan hidup sebagai umat-Nya (#/TB Yes 51:2*; #/TB Hos
11:1*). Orang Israel menalar kedua tindakan ini sebagai penciptaan bangsa
Israel (bnd #/TB Yes 43:1*; #/TB Kis 13:17*).
Makna
pemilihan Israel nampak dari kenyataan-kenyataan yg berikut:
a. Sumber
pemilihan ini ialah kasih Allah yg bebas dan mahakuasa. Ucapan Musa dalam Ul menekankan
hal ini. Tatkala Allah memilih Israel, ‘hati (Nya) terpikat oleh mereka’ (#/TB
Ul 7:7; 23:5*). Mengapa? Bukanlah karena lebih dulu Israel memilih Dia, juga
bukan karena Israel layak menerima betas kasihan-Nya. Secara nyatanya Israel
adalah kebalikan dari memikat hati, karena jumlahnya tidak besar dan
perangainya lalim, lagi pula ia lemah, kecil dan pemberontak (#/TB Ul 7:7;
9:4-6*). Kasih Allah terhadap Israel bersifat serta-merta dan bebas, tidak
mempersoalkan kelemahan pihak Israel, dan tidak dipacu oleh suatu apa pun,
kecuali dorongan hati baik-Nya sendiri. Tuhan bergirang untuk berbuat baik
kepada Israel (#/TB Ul 28:63*; bnd #/TB Ul 30:9*) hanya melulu karena Dia
memutuskan hendak berbuat begitu.
Maka
benarlah bahwa dalam melepaskan Israel dari Mesir, Allah memegang janji yg
diucapkan-Nya kepada Bapak-bapak leluhur (#/TB Ul 7:8*), dan ada kewajiban pada
sifat Allah dalam hal ini, sebab Allah selalu setia kepada janjiNya (bnd #/TB
Bil 23:19*; #/TB 2Tim 2:13*). Tapi pengucapan janji adalah tindakan yg
terpancar dari kasih yg bebas yg Israel tidak layak menerimanya, sebab
Bapak-bapak leluhur itu sendiri adalah orang berdosa (seperti diperlihatkan dlm
Kej), dan Allah memilih Abraham, penerima pertama janji itu, dari tengah-tengah
penyembah berhala (#/TB Yos 24:2* dab). Maka di sini juga, alasan dari
pemilihan harus dicari bukan pada manusia, tapi pada Allah.
Allah adalah
Raja dunia-Nya ini, dan kasih-Nya mahakuasa. Justru Ia menggenapi pemilihan-Nya
akan Israel melalui penyelamatan berupa mujizat (’ dengan tangan yg kuat’, #/TB
Ul 7:8* dab) dari keadaan terbuang yg sangat menyedihkan. #/TB Yeh 16:3-6*
menguraikan keadaan Israel yg sangat memilukan itu, waktu Allah memilih dia;
#/TB Mazm 135:4-12* menjunjung tinggi kedaulatan Allah yg ditunjukkan waktu
membawa umat pilihan-Nya dari perbudakan menuju tanah perjanjian.
b. Tujuan
pemilihan Israel yg paling sederhana ialah, supaya umat itu mendapat berkat dan
keselamatan karena dikhususkan oleh Allah bagi diriNya sendiri (#/TB Mazm
33:12*), dan tujuan yg paling asasi ialah, supaya Allah sendiri dimuliakan,
dengan jalan Israel akan menunjukkan keterpujian-Nya di hadapan dunia (#/TB Yes
43:20* dab; #/TB Mazm 79:13; 96:1-10*), dan akan memberitakan perkara besar yg
dilakukan-Nya (#/TB Yes 43:10-12; 44:8*). Pemilihan Israel mencakup
pengkhususan Israel menjadi umat yg kudus, artinya suatu umat yg diasingkan
bagi Allah sendiri (#/TB Ul 7:6*; #/TB Im 20:26*b). Dia mengambil mereka
sebagai milik-Nya sendiri (milik pusaka-Nya) dan harta kesayangan-Nya (#/TB Ul
4:20; 32:9-12*; #/TB Kel 19:5*, #/TB Mazm 135:4*). Dia berjanji akan melindungi
mereka dan menjadikan mereka makmur (#/TB Ul 28:1-14*) dan akan hadir di
tengah-tengah mereka (#/TB Im 26:11-12*). Pemilihan menjadikan mereka umat-Nya,
dan Dia Allah mereka, dan mereka bersama-sama berada dalam ikatan perjanjian.
Pemilihan diadakan dengan tujuan menjadikan persekutuan yg hidup antara mereka
dan Dia. Bagian mereka, umat pilihan-Nya, ialah menikmati kehadiran-Nya yg
nyata lalu menerima karunia baik dan berlimpah-limpah yg dijanjikan-Nya akan
dicurahkan kepada mereka. Maka pemilihan merupakan berkat, yg menjadi sumber
dari segala berkat lainnya. Berhubungan dengan itu para nabi mengungkapkan
pengharapan bahwa sesudah pembuangan, Allah akan memulihkan kehadiran-Nya di
tengah umat-Nya di Yerusalem serta keadaan berkat di sana, dengan cara Allah
akan ‘memilih sekali lagi’ Israel dan Yerusalem (#/TB Yes 14:1*; #/TB Za 1:17;
2:12*; bnd #/TB Za 3:2*).
c. Kewajiban
agama dan susila yg tercipta oleh pemilihan Israel ini berjangkauan sangat
jauh. Pemilihan, dan hubungan perjanjian yg berdasarkan pemilihan itu
membedakan Israel dari semua bangsa lain, adalah yg menjadi dasar motivasi
untuk mengucapkan pujian syukur (#/TB Mazm 147:19-20*), untuk menaati Taurat
Allah (#/TB Im 18:4-5*), dan untuk tegas mantap menolak penyembahan berhala dan
kejahatan yg terjadi dalam dunia yg tidak dipilih (#/TB Im 18:2-3; 20:22-23*;
#/TB Ul 14:1-2*; #/TB Yeh 20:5-7*). Begitu juga pemilihan memberi Israel pegangan
untuk pengharapan dan kepercayaan yg tidak tergoyahkan kepada Allah pada waktu
kesesakan dan keputusasaan (#/TB Yes 41:8-14; 44:1-2*; #/TB Hag 2:22*; #/TB
Mazm 106:4-5*).
Tapi orang
Israel yg jahat menyalahgunakan gagasan pemilihan nasional ini, dengan menghina
bangsa lain, dan menganggap diri mereka selalu dapat mengharapkan perlindungan
Allah dan perlakuan-Nya yg istimewa, tidak peduli bagaimana pun cara hidup
mereka (bnd #/TB Mi 3:11*; #/TB Yer 5:12*). Pengertian salah ini, dan khususnya
pikiran bahwa Yerusalem sebagai kota Allah yg tidak dapat diganggu-gugat,
dipupuk oleh nabi-nabi palsu pada zaman sebelum Pembuangan (#/TB Yer 7:1-15;
23:9* dab; #/TB Yeh 13*). Tapi seperti dijelaskan Allah dari semula (#/TB Im
26:14* dab; #/TB Ul 28:15* dab) maka pemilihan secara nasional mencakup bahwa
dosa-dosa nasional akan dihukum dengan keras (#/TB Am 3:2*). Pembuangan ke
Babel membuktikan bahwa ancaman itu bukanlah omong kosong.
d. Ada orang
pribadi dalam lingkungan umat pilihan itu yg dipilih Allah untuk tugas khusus
guna mengingatkan tujuan pemilihan nasional, yaitu supaya Israel menikmati
berkat Allah dan supaya seluruh dunia mendapat berkat. Allah memilih Musa (#/TB
Mazm 106:23*), Harun (#/TB Mazm 105:26*), para imam (#/TB Ul 18:5*), para nabi
(bnd #/TB Yer 1:5*), para raja (#/TB 1Sam 10:24*; #/TB 2Sam 6:21*; #/TB 1Taw
28:5*) dan Hamba Yahweh yg menderita dalam nubuat Yesaya (#/TB Yes 42:1;
49:1-6*) yg mati untuk dosa manusia (#/TB Yes 53*) dan membawa terang bagi
bangsa non-Yahudi (#/TB Yes 42:1-7; 49:6*). Allah juga memakai Asyur dan
‘hamba-Ku’ Nebukadnezar sebagai cambuk-Nya (#/TB Yes 7:18* dab; #/TB Yes 10:5*
dab; #/TB Yer 25:9; 27:6; 43:10*), dan Koresy yg tidak mengenal Allah Israel
sebagai pemberi untung bagi umat pilihan-Nya (#/TB Yes 45:4-5*). H. H. Rowley
dalam The Biblical Doctrine of Election, 1950, ps 5, menyebut ini ‘pemilihan
tanpa perjanjian’, tapi ini tidak tepat, karena Alkitab selalu mengkhususkan
kosa kata mengenai pemilihan untuk umat perjanjian dan petugas yg berasal dari
Israel saja.
e. Karena
ketidakpercayaan dan kedurhakaan, maka berkat-berkat pemilihan yg dijanjikan
itu menjadi hilang. Para nabi yg menghadapi kemunafikan yg meluas, menyerukan
bahwa Allah akan menolak orang fasik yg ada ditengah-tengah umat-Nya (#/TB Yer
6:30; 7:29*), Yesaya menubuatkan bahwa hanya sisa Israel yg setia akan hidup
dan menikmati zaman emas yg akan menyusul sesudah jatuhnya hukuman yg tak
terelakkan atas dosa-dosa Israel (#/TB Yes 10:20-22; 4:3; 27:6; 37:31* dab).
Yeremia dan
Yehezkiel yg hidup pada zaman penghukuman itu, mencari suatu hari ketika Allah,
sebagai bagian dari kerja pemulihan-Nya, akan melahirkan kembali seberapa yg
diselamatkan-Nya dari umat-Nya. Dan Allah menjamin, bahwa pada masa depan mereka
akan setia terhadap perjanjian, dengan cara memberikan mereka hati yg baru
(#/TB Yer 31:31* dab; #/TB Yer 32:39* dab; #/TB Yeh 11:19* dab; #/TB Yeh 36:25*
dab).
Nubuat-nubuat ini membulatkan perhatian kepada kesalehan perseorangan,
dengan menunjuk kepada pengertian gagasan pemilihan yg diterapkan kepada
perseorangan (bnd #/TB Mazm 65:3*), lalu memberi dasar untuk membedakan antara
pemilihan untuk hak-hak istimewa dan pemilihan untuk hidup. Bisa diambil
kesimpulan bahwa walaupun Allah telah memilih seluruh bangsa Israel bagi hak
istimewa, yaitu, hidup di dalam perjanjian-Nya, namun Dia hanya memilih
sebagian dari mereka (yaitu mereka yg dijadikan setia melalui kelahiran
kembali) untuk mewarisi kekayaan hubungan dengan Dia sendiri, yg merupakan inti
dari perjanjian itu. Sisanya kehilangan kekayaan itu karena mereka tidak
percaya. Ajaran PB mengenai pemilihan mempradalilkan perbedaan ini: lih
khususnya #/TB Rom 9*.
II. Dalam PB
PB
mengumumkan bahwa perjanjian Allah sudah diperluas sampai pada bangsa
non-Yahudi. Dan hak-hak istimewa, dalam perjanjian itu sudah beralih dari
keturunan Abraham menurut daging kepada suatu kelompok yg terutama terdiri dari
non-Yahudi (bnd #/TB Mat 21:43*), yakni orang-orang yg sudah menjadi keturunan
Abraham dan warga Israel yg benar melalui iman kepada Yesus Kristus (#/TB Rom
4:9-18; 9:6* dab; #/TB Gal 3:14* dab; #/TB Gal 3:29; 6:16*; #/TB Ef 2:11* dab;
#/TB Ef 3:6-8*). Cabang-cabang asli yg tidak percaya dipatahkan dari pohon
zaitun Allah (yaitu persekutuan yg dipilih, yg diturunkan dari Bapak-bapak
leluhur) dan tunas zaitun liar (yaitu non-Yahudi yg percaya) dicangkokkan
mengisi tempat mereka (#/TB Rom 11:16-24*). Israel yg tidak percaya itu ditolak
dan dihukum: orang yg percaya kepada Tuhan Yesus menduduki tempat Israel
sebagai bangsa pilihan Allah, hidup di dunia ini sebagai umat-Nya dan menyembah
Dia sambil memberitakan bahwa Dia Allah mereka.
PB
mengemukakan gagasan tentang pemilihan itu sbb:
(a) Yesus
dinyatakan sebagai yg dipilih Allah Bapak sendiri (#/TB Luk 9:35*;
eklelegmenos, gema dari #/TB Yes 42:1*), dan mungkin juga oleh Yohanes
Pembaptis, jika eklektos adalah bacaan yg tepat dalam #/TB Yoh 1:34*. Olok-olok
dalam #/TB Luk 23:35* menunjukkan bahwa’orang yg dipilih Allah’ dipakai pada
zaman Yesus sebagai sebutan untuk Mesias (seperti dlm Enokh 40:5; 45:3-5 dst).
Dalam #/TB 1Pet 2:4-6* Kristus disebut batu penjuru yg dipilih Allah, yg
menggemakan #/TB Yes 28:16*, LXX. Dengan mengenakannya kepada Yesus maka sebutan
itu ‘menunjuk pada jabatan unik dan istimewa yg diterapkan kepada-Nya dan
kepada keriaan hati Allah Bapak karena Dia’ (J. Murray dlm Baker’s Dictionary
of Theology, 1960, hlm 179).
(b) Ungkapan
‘yg dipilih’ berarti persekutuan orang Kristen dalam sifatnya sebagai umat
pilihan Allah, lawan dari umat manusia yg selainnya. Pemakaian ini melulu
menggemakan PL. Gereja disebut ‘bangsa yg dipilih’ (#/TB 1Pet 2:9*, yg mengutip
#/TB Yes 43:20*; bnd #/TB 2Yoh 1,1:13*), artinya mempunyai hak istimewa untuk
datang kepada Allah dan tanggung jawab untuk memuji Dia, memberitakan namaNya,
dan memelihara kebenaran-Nya, yg dulu dimiliki Israel. Seperti dalam hal
Israel, Allah meluhurkan rahmatNya dengan memilih orang yg miskin dan
gembel-gembel untuk beroleh bagian yg sangat penting ini (#/TB 1Kor 1:27* dab;
#/TB Yak 2:5*; bnd #/TB Ul 7:7; 9:6*). Seperti dulu, pemilihan dan panggilan
Allah timbul dari kasih karunia-Nya menciptakan umat — umat Dia — yg sebelumnya
tidak pernah ada (#/TB 1Pet 2:10*; #/TB Rom 9:25* dab, yg mengutip #/TB Hos
1:10; 2:23*).
Dalam
Kitab-kitab Injil Sinoptik Yesus menyinggung eklektoi (orang-orang yg dipilih)
ketika Ia berbicara mengenai eskatologi. Mereka adalah orang-orang yg diterima
Allah, dan Dia masih menerima, karena mereka telah menyambut undangan Injil
lalu datang ke pesta perkawinan, dengan menanggalkan kebenaran diri dan memakai
pakaian perkawinan yg disediakan oleh tuan rumah. Artinya mereka percaya kepada
rahmat Allah (#/TB Mat 22:14*). Tuhan akan membenarkan mereka (#/TB Luk 18:7*)
dan melindungi mereka dalam siksaan dan bahaya yg akan datang (#/TB Mr
13:20,22*) sebab mereka mendapat perlindungan-Nya yg istimewa.
c. eklegomai
dipakai dalam Kitab-kitab Injil ketika Yesus memilih murid-murid-Nya (#/TB Luk
6:13*; bnd #/TB Kis 1:24; 9:15*) dan ketika gereja memilih para diaken (#/TB
Kis 6:5*) dan para utusan (#/TB Kis 15:22,25*). Inilah pemilihan untuk
pelayanan khusus, dari lapisan masyarakat persekutuan yg dipilih, seperti dalam
PL. Pemilihan Yesus akan ke-12 murid untuk jabatan rasul mencakup pengertian
memilih mereka dari dunia ini untuk menikmati keselamatan (bnd #/TB Yoh
15:16,19*), terkecuali dalam hal Yudas (bnd #/TB Yoh 13:18*).
III.
Perkembangan teologis dalam PB
Perkembangan
ide pemilihan secara teologis dan lengkap terdapat dalam Surat-surat Paulus
(lih khususnya #/TB Rom 8:28-11:36*; #/TB Ef 1:3-14*; #/TB 1Tes 1:2-10*; #/TB
2Tes 2:13-14*; #/TB 2Tim 1:9-10*). Paulus menguraikan pemilihan Allah sebagai
memilih orang-orang berdosa secara perseorangan, yg timbul dari kasih
karunia-Nya dan atas dasar kedaulatan-Nya yg mutlak dan kekal, supaya mereka
diselamatkan dan dimuliakan di dalam dan oleh Yesus Kristus.
a. Pemilihan
itu berdasarkan kasih karunia. Hal ini adalah tindakan belas kasih yg orang
tidak layak menerimanya (#/TB Rom 11:5*; bnd #/TB 2Tim 1:9*) yg disuguhkan
secara bebas kepada manusia yg sudah jatuh dalam dosa yg mesti kena murka dari
Allah (#/TB Rom 1:18* dab). Dan Allah tidak hanya memilih orang-orang berdosa
untuk diselamatkan (bnd #/TB Rom 4:5; 5:6-8*; #/TB Ef 2:1-9*); Ia memilih untuk
menyelamatkan mereka guna meninggikan kasih karunia-Nya dengan mengungkap
besarnya kedosaan mereka. Ia mengurung orang pilihan-Nya baik Yahudi maupun
non-Yahudi, dalam keadaan durhaka dan tidak percaya, sehingga mereka
memperlihatkan sifat mereka yg sebenarnya sebagai orang berdosa, dan menonjol
sebagai khas orang-orang yg tidak percaya, sebelum Ia menunjukkan kasih
karunia-Nya kepada mereka (#/TB Rom 11:30-32*; orang non-Yahudi, #/TB Rom 9:30;
10:20*; orang Yahudi, #/TB Rom 10:19,21; 11:11,25* dsb). Dengan demikian
penjadinyataan pemilihan itu juga menunjukkan bahwa kasih karunia diberikan
secara bebas.
b. Pemilihan
berdasarkan kedaulatan Allah yg didorong melulu oleh itikad baik-Nya (#/TB Ef
1:5,9*), bukan karena jasa atau aural atau karya apa pun dari manusia, yg
digenapi atau diperhitungkan lebih dulu (#/TB Rom 9:11*) atau apa pun usaha
manusia untuk memperoleh ganjar belas kasih Allah (#/TB Rom 9:15-18*). Usaha-usaha
seperti itu, bagaimanapun juga adalah sia-sia, sebab bagaimanapun tingginya
cita-cita orang berdosa dan bagaimanapun hebatnya pekerjaan mereka, mereka toh
hanya berbuat dosa (#/TB Rom 8:7* dsb). Dalam kedaulatan yg bebas Allah
memperlakukan sebagian orang berdosa seperti layaknya bagi mereka, yaitu
mengeraskan hati mereka (#/TB Rom 9:18; 11:7-10*; bnd #/TB Rom 1:28*; #/TB 1Tes
2:15* dab) dan membinasakan mereka (#/TB Rom 9:21* dab); tapi Dia memilih orang
untuk menjadi ‘sarana belas kasihan’ yg dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan (#/TB
Rom 9:23*).
Pembedaan
ini tidaklah mencakup kelaliman, sebab Pencipta tidak berhutang rahmat kepada
siapapun, dan Ia berhak berbuat sebagaimana dikehendaki-Nya terhadap makhluk yg
memberontak (#/TB Rom 9:14-21*). Mujizatnya bukan bahwa Dia menahan rahmat-Nya
dari sebagian orang, melainkan bahwa Dia memberi kasih karunia kepada sebagian
orang.
Tujuan Allah
membedakan orang berdosa dari orang berdosa lainnya sudah nampak sewaktu Ia
membatasi janji yg dibuat-Nya dengan Abraham hanya kepada garis keturunan
Ishak, dan waktu Ia menjadikan Yakub unggul dari Esau (#/TB Rom 9:7-13*). Sejak
dari mulanya sudah benar bahwa ‘tidak semua orang yg berasal dari Israel adalah
orang Israel’ (#/TB Rom 9:6*), dan bahwa orang-orang Israel yg menikmati
keselamatan yg dijanjikan kepada umat pilihan itu, hanyalah yg sisa menurut
pilihan kasih karunia (#/TB Rom 11:5; 9:27-29*). Dan akan tetap benar, demikian
Paulus, bahwa hanya pemilihan Allah sendiri berdasarkan kedaulatan-Nya yg dapat
menerangkan, mengapa bila Injil diberitakan maka ada orang yg menerimanya.
Bahwa ada orang yg tidak percaya tidak membutuhkan keterangan, karena tidak ada
orang yg dapat percaya tanpa pertolongan ilahi (#/TB 1Kor 2:14*); tapi hal
kepercayaan memerlukan keterangan. Keterangan Paulus ialah bahwa Allah melalui
Roh Kudus membuat orang pilihan itu percaya, sehingga jika orang sampai kepada
iman yg benar dan aktif kepada Yesus, itu membuktikan bahwa ia benar-benar
dipilih (#/TB 1Tes 1:4* dab; #/TB Tit 1:1*; bnd #/TB Kis 13:48*).
c. Pemilihan
terjadi dalam kekekalan. Paulus berkata bahwa Allah memilih kita ‘sebelum dunia
dijadikan’ (#/TB Ef 1:4*; #/TB 2Tes 2:13*; #/TB 2Tim 1:9*). Pemilihan ini
adalah tindakan yg menentukan ganjar bagian seseorang (#/TB Ef 1:5,11*), dan merupakan
sebagian dari tujuan kekal Allah (#/TB Ef 1:9*), yaitu pelaksanaan dari pra
pengetahuan Allah yg penuh kasih, dengan mana Allah menyelamatkan orang-orang
yg dipilihNya (#/TB Rom 8:29* dab; bnd #/TB 1Pet 1:2*). PL yg membicarakan
pemilihan nasional untuk mendapat hak-hak istimewa, menyamakan pemilihan Allah
dengan panggilan-Nya, sementara Paulus, yg membicarakan pemilihan perseorangan
untuk mendapat keselamatan, membedakan pilihan dari panggilan, dan membicarakan
pemanggilan Allah (dgn ini dimaksudkan panggilan supaya percaya yg mendorong
tanggapan) sebagai langkah pelaksanaan dalam perjalanan waktu dari tujuan kekal
yg penuh kasih sayang (#/TB Rom 8:30; 9:23* dab; #/TB 2Tes 2:13* dab; #/TB 2Tim
1:9*). Paulus menekankan pemilihan itu adalah kekal guna meyakinkan para
pembacanya bahwa pemilihan itu tidak dapat berubah, dan apa pun yg terjadi
dalam perjalanan waktu tak dapat mengoyakkan ketetapan Allah untuk
menyelamatkan mereka.
d. Pemilihan
adalah pilihan orang-orang berdosa secara perseorangan untuk diselamatkan di
dalam dan melalui Yesus Kristus. Pemilihan itu terjadi di dalam Yesus Kristus
(#/TB Ef 1:4*) Anak Allah yg telah menjadi manusia; penampakan-Nya dan
pengantaraan-Nya dalam sejarah juga tercakup dalam rencana kekal Allah (#/TB 1Pet
1:20*; #/TB Kis 2:23*). Arti pertama dipilih di dalam Kristus ialah, supaya
orang pilihan Allah menjadi serupa dengan Yesus dan turut memiliki
kemuliaan-Nya (#/TB Rom 8:29*; bnd #/TB Rom 8:17*; #/TB 2Tes 2:14*). Mereka
dipilih supaya menjadi kudus (artinya serupa dgn Yesus dlm tingkah laku mereka)
dalam dunia ini (#/TB Ef 1:4*) dan supaya mendapat kemuliaan (artinya serupa
dgn Yesus dlm diri mereka, bnd #/TB 2Kor 3:18*; #/TB Fili 3:21*) dalam dunia yg
akan datang. Arti kedua dipilih dalam Kristus ialah, bahwa orang pilihan itu
ditebus dari hutang dosa dan noda dosa oleh Yesus, melalui kematian-Nya yg
mendamaikan dan melalui karunia Roh KudusNya (#/TB Ef 5:25-27*; #/TB 2Tes
2:13*; bnd #/TB 1Pet 1:2*). Seperti dikatakan-Nya sendiri dalam #/TB Yoh
6:37-45; 10:14-16,27-30; 12:2,6,9* dab; 24), Allah Bapak telah memberikan
kepada-Nya jumlah orang tertentu untuk diselamatkan, dan Dia telah melakukan
segala sesuatu yg perlu untuk membawa mereka semuanya ke kemuliaan yg kekal.
Arti ketiga dipilih dalam Kristus ialah, bahwa berkat-berkat pemilihan itu
sampai kepada sang terpilih dengan jalan mereka dipersatukan dengan Kristus.
Sebagai Adam yg terakhir Yesus mewakili mereka, dan sebagai pemberi hidup Ia
diam di dalam mereka melalui RohNya melalui iman.
IV. Makna
pemilihan bagi orang percaya
Paulus
menekankan tiga makna religius dari pengetahuan orang percaya akan
keterpilihannya.
(a)
Menunjukkan kepadanya bahwa keselamatan — dari awal sampai akhir —
segala-segalanya adalah dari Allah, buah dari rahmat-Nya yg berdaulat.
Penebusan yg diperoleh orang percaya hanya dalam Kristus dan dia terima hanya
melalui iman, sumbernya sama sekali bukanlah pada kualitas pribadi, tapi melulu
karunia — dampak dari karunia pemilihan. Setiap berkat rohani mengalir
kepadanya dari ketetapan pemilihan Allah (#/TB Ef 1:3* dab). Maka pengetahuan
akan keterpilihannya patut mengajar orang percaya untuk bermegah di dalam
Allah, dan hanya di dalam Allah saja (#/TB 1Kor 1:31*), dan menaikkan pujian
bagi-Nya yg adalah hakNya (#/TB Rom 11:36*). Tujuan terakhir dari pemilihan
ialah supaya Allah terpuji (#/TB Ef 1:6,12,14*) dan pikiran tentang
keterpilihan patut memacu orang berdosa yg sudah ditebus menaikkan puji-pujian
dan ucapan syukur yg tak henti-hentinya, seperti kenyataan pada Paulus (#/TB
Rom 11:33* dab, #/TB Ef 1:3* dab; #/TB 1Tes 1:3* dab; #/TB 2Tes 2:13* dab). Apa
yg dinyatakan Allah mengenai pemilihan bagi Paulus dianggap sebagai pendorong
untuk beribadah, bukan pendorong untuk adu pikiran.
(b) Meyakinkan
orang percaya akan keselamatannya yg kekal, dan membuang segala alasan untuk
menjadi takut dan patah semangat. Jika ia berada dalam kasih karunia sekarang,
maka ia akan berada di dalam kasih karunia untuk selama-lamanya. Apa pun tak
bisa mempengaruhi kedudukannya yg sudah dibenarkan itu (#/TB Rom 8:33* dab);
apa pun tidak bisa memisahkannya dari kasih Allah di dalam Kristus (#/TB Rom
8:35-39*). Ia sudah aman seaman-amannya, karena itu ia tak mungkin lebih aman
dari keadaannya sekarang. Inilah pengetahuan yg berharga: maka setiap orang
dihimbau supaya berusaha mencari tahu, apakah ia benar-benar dipilih, lalu
membuatnya teguh (bnd #/TB 2Pet 1:10*).
(c)
Mendorong orang percaya untuk mengusahakan susila yg baik. Pengetahuan akan
keterpilihan itu tidak mengizinkan seseorang berbuat dosa atau menjadi angkuh
(bnd #/TB Rom 11:19-22*), malah pengetahuan serta berkat-berkat yg mengalir
daripadanya, menjadi perangsang paling unggul untuk melakukan kasih yg khudu,
yg bersukacita dan yg berterima kasih, yg merupakan pendorong utama untuk hidup
kudus (#/TB Kol 3:12-17*).
KEPUSTAKAAN.
- Arndt; TWNT 4, hlm 147-197; T. Nicol dalam DAC;
J Orr dalam HBD;
- C. H Hodge, Systematic Theology 2, hlm 331-353;
- H. H Rowley, The Biblical Doctrine of Election,
1950;
- G. C. Berkouwer, Divine Election, 1960, TDNT 4,
hlm 144-192; NIDNTT 1, hlm 533-543.