NKI
216 Tuhan Peliharakan
God
Will Take Care Of You
Versi 1
1
Apapun juga menimpamu
Tuhan menjagamu
Naungan kasih-Nya pelindungmu
Tuhan menjagamu
Tuhan menjagamu
Waktu tenang atau tegang
Ia menjagamu
Tuhan menjagamu.
2
Bila menanggung beban berat
Tuhan menjagamu
Masa depanmu kelam pekat
Tuhan menjagamu.
3
T’lah dilengkapi-Nya hidupmu
Tuhan menjagamu
Dan didengarkan-Nya doamu
Tuhan menjagamu.
4
Cobaan apa mengganggumu
Tuhan menjagamu
Buatlah Yesus sandaranmu
Tuhan menjagamu.
PELIHARA, PEMELIHARAAN
Biasanya
pemeliharaan (providensia) dalam
teologia Kristen dirumuskan sebagai aktivitas Pencipta yg tiada putusnya, yg
oleh rahmat dan kebaikan-Nya yg berlimpah (#/TB Mazm 145:9*; bnd #/TB Mat
5:45-48*), Ia menegakkan ciptaan-Nya dalam keadaan teratur (#/TB Kis 17:28*;
#/TB Kol 1:17*; #/TB Ibr 1:3*), memimpin dan memerintah segala kejadian,
keadaan dan perbuatan bebas para malaikat dan manusia (bnd #/TB Mazm 107*; #/TB
Ayub 1:12; 2:6*; #/TB Kej 45:5-8*) dan mengarahkan segala sesuatu kepada tujuan
yg telah ditetapkan demi kemuliaan-Nya sendiri (bnd #/TB Ef 1:9-12*). Pandangan
Kristen tentang hubungan Allah dengan dunia ini harus dibedakan dengan:
(a) panteisme, yg melarutkan dunia ke dalam Allah;
(b) deisme, yg
melepaskan dunia dari Allah;
(c) dualisme, yg membagi pengawasan atas dunia antara Allah
dan suatu kekuatan yg lain;
(d) indeterminisme, yg berpendapat bahwa dunia itu lama
sekali tidak ada yg mengawasinya;
(e) determinisme, yg
menentukan adanya suatu pengawasan yg sedemikian rupa sehingga meniadakan
tanggung jawab moral manusia;
(9 ajaran tentang
kebetulan yg menyangkal bahwa ada kuasa pengawasan dunia yg rasional; (g)
ajaran tentang nasib yg menyangkal ada kuasa pengawas dunia yg penuh kebaikan.
Dalam Alkitab
pemeliharaan Allah digambarkan sebagai suatu fungsi kedaulatan ilahi. Allah
adalah Raja atas segala sesuatu, yg melakukan justru apa yg Ia kehendaki (#/TB
Mazm 103:19; 135:6*; #/TB Dan 4:35*; bnd #/TB Ef 1:11*). Keyakinan ini dengan
kuat meliputi seluruh Alkitab. Garis-garis pokok di dalamnya dapat diuraikan
sbb:
a. Pemeliharaan dan tata tertib
alamiah
Allah
memerintah segala kuasa alamiah (#/TB Mazm 147:8* dab), segala binatang buas
(#/TB Ayub 38; 39; 40; 41*), dan segala kejadian di dunia, yg besar dan yg kecil,
dari hujan angin ribut yg disertai guntur dan petir (#/TB Ayub 37*; #/TB Mazm
29*) dan tulah-tulah (#/TB Kel 7:3-11:10; 12:29* dab; #/TB Yoel 2:25*) hingga
kematian burung pipit (#/TB Mat 10:29*) atau jatuhnya undian (#/TB Ams 16:33*).
Hidup fisik, pada manusia dan binatang, adalah milik-Nya. Dia-lah yg
memberikannya dan mengambilnya kembali (#/TB Kej 2:17*; #/TB 1Sam 1:27*; #/TB
2Sam 12:19*; #/TB Ayub 1:21*; #/TB Mazm 102:22; 104:29* dab; #/TB Mazm 127:3*;
#/TB Yeh 24:16* dab; #/TB Dan 5:23*, dll). Demikian juga halnya dengan
kesehatan dan penyakit (#/TB Ul 7:15; 28:27,60*), keuntungan dan kemalangan (’
kejahatan’, #/TB Am 3:6*; bnd #/TB Yes 45:7*) dst.
Karena tata
tertib alamiah yg teratur itu dipandang sebagai langsung tergantung kepada kehendak
ilahi (bnd #/TB Kej 8:22*), maka Alkitab lugu menerima gagasan tentang mujizat
yg kadang-kadang terjadi yg nampaknya aneh bagi ketertiban yg telah ada; Allah
melakukan apa yg Ia kehendaki di dalam dunia, dan tiada sesuatu pun yg terlalu
berat bagiNya (bnd #/TB Kej 18:14*).
Pemerintahan
Allah berdasarkan pemeliharaan-Nya yg mantap atas tata tertib yg telah
dijadikan, memaklumkan hikmat, kuasa, kemuliaan dan kebaikan-Nya (#/TB Mazm
8:1; 19:1-5*; #/TB Kis 14:17*; #/TB Rom 1:19* dab). Orang yg dihadapkan dengan
penyataan ini, jika ia tidak mau mengakui Allah, ia tak dapat berdalih (#/TB
Rom 1:20*).
Alkitab
menyajikan kesetiaan Allah dalam memenuhi tujuan-Nya yg baik di alam semesta,
sebagai hal yg pada dirinya sendiri harus dipuji (bnd #/TB Mazm 104; 147*), serta sebagai jaminan bahwa Ia adalah
Tuhan atas sejarah manusia, dan akan memenuhi janji-Nya yg penuh kasih karunia
di bidang itu juga (bnd #/TB Yer 31:35* dab; #/TB Yer 33:19-26*).
b. Pemeliharaan dan sejarah dunia
Sejak
manusia jatuh ke dalam dosa, Allah sedang melaksanakan suatu rencana
penyelamatan. Rencana ini berkisar pada kedatangan Kristus yg pertama dan
berpuncak pada kedatangan-Nya lagi. Tujuannya ialah untuk menciptakan suatu
gereja meliputi seluruh dunia di mana Yahudi dan non-Yahudi bersama-sama
mendapat bagian dari kasih karunia Allah (#/TB Ef 3:3-11*), dan dengan ini
penyatuan kembali dunia yg kacau (#/TB Rom 8:19* dab) di bawah pemerintahan
Kristus pada waktu kedatangan-Nya yg kedua (#/TB Ef 1:9-12*; #/TB Fili 2:9*
dab; #/TB Kol 1:20*; #/TB 1Kor 15:24* dab). Melalui pemerintahan Kristus pada
masa kini dan kemenangan-Nya pada masa datang, nubuat PL tentang kerajaan
Mesianis Allah (bnd #/TB Yes 11:1-9*; #/TB Dan 2:44; 7:13-27*) dipenuhi. Tema
yg menyatukan Alkitab ialah pelaksanaan Allah atas martabatNya sebagai Raja
dengan meneguhkan kerajaan-Nya. Tiada musuh yg dapat merintangi Dia; Ia
menertawakan mereka yg menentang rencana-Nya (#/TB Mazm 2:4*) dan memakai
penentangan itu bagi tujuan-Nya sendiri (bnd #/TB Kis 4:25-28*, yg mengutip
#/TB Mazm 2:1* dab). Kemuncak sejarah ialah penaklukan mereka yg menentang
Allah dan kerajaan-Nya, seperti ditunjukkan oleh Why (#/TB Wahy 19*, dll).
Paulus
menganalisis langkah-langkah dalam rencana Allah dipandang dari segi hubungan
Yahudi dan non-Yahudi dan hukum Taurat kasih karunia di #/TB Gal 3*; #/TB Rom
9; 10; 11*; bnd #/TB Ef 2:12-3:11*.
c. Pemeliharaan dan keadaan-keadaan
pribadi
Allah
memberitahukan kepada Israel sebagai bangsa, bahwa Ia akan menjadikan mereka
makmur jika mereka setia, tapi akan mendatangkan bencana atas mereka jika
mereka berbuat dosa (#/TB Im 26:14* dab; #/TB Ul 28:15* dab). Usaha untuk
mengerti keuntungan perseorangan Israel dalam terang yg asasi ini menimbulkan
berbagai persoalan. Mengapa Allah memperkenan orang jahat beruntung, bahkan
kendati ulah mereka menjadikan orang benar korban? Dan mengapa bencana justru
sering menjadi bagian orang yg berbakti kepada Allah?
Persoalan
pertama senantiasa dijawab dengan mengatakan bahwa orang jahat hanya beruntung
untuk sementara waktu saja; Allah akan segera mendatanginya dan memberikan
pembalasan (#/TB Mazm 37*, passim; #/TB Mazm 50:16-21; 73:17* dab), sekalipun
kini Ia mungkin bersabar untuk memberikan kepada mereka kesempatan bertobat
(#/TB Rom 2:4* dab; #/TB 2Pet 3:9*; #/TB Wahy 2:21*). PB menyamakan hari
pembalasan Allah dengan penghakiman terakhir (bnd #/TB Rom 2:3* dab; #/TB Rom
12:19*; #/TB Yak 5:1-8*).
Persoalan
kedua dijawab dengan bermacam cara. Ditekankan: (1) bahwa orang benar akan
dibenarkan pada datangnya hari penghakiman atas orang jahat (#/TB Mazm 37*;
#/TB Mal 3:13-4:3*); (2) sementara itu penderitaan berharga adalah sebagai
penertiban yg diberikan Allah (#/TB Ams 3:11* dab; #/TB Mazm 119:67,71*); (3)
bahwa penderitaan, jika tabah menghadapinya, dan sekalipun tidak dimengerti,
memuliakan Allah dan pada akhirnya membawa berkat (#/TB Ayub 1; 2; 42*); (4) bahwa persekutuan dengan Allah adalah
yg satu-satunya, dan bagi mereka yg menikmati persekutuan dengan Allah, maka
kemiskinan lahiriah tidak lagi menjadi momok yg menakutkan (#/TB Mazm 73:14,23*
dab; #/TB Hab 3:17* dab).
Dalam PB
kenyataan bahwa orang beriman menderita sebagai akibat dari perlakuan jahat dan
keadaan-keadaan yg menentangnya tidak lagi menjadi persoalan, karena diakui
bahwa persekutuan dalam penderitaan Kristus mempunyai sifat asasi bagi
panggilan Kristen (bnd #/TB Mat 10:24* dab; #/TB Yoh 15:18* dab; #/TB Yoh 16:33*;
#/TB Kis 9:16; 14:22*; #/TB Fili 3:10* dab; #/TB 1Pet 4:12-19*). Pengakuan ini,
dalam kaitannya dengan asas-asas PL yg telah disebutkan di atas, secara
sempurna menyelesaikan ‘persoalan tentang penderitaan’ bagi masyarakat Kristen
pertama. Karena mereka mengetahui harapan mereka yg mulia (#/TB 1Pet 1:3* dab),
dan kuasa Kristus yg menguatkan dan mendukung mereka (#/TB 2Kor 1:3* dab; #/TB
2Kor 12:9* dab), mereka dapat matang menghadapi segala situasi (#/TB Fili
4:11*). Dan oleh pengetahuan itu mereka bergirang dalam segala kesukaran (#/TB
Rom 8:35* dab), yakin bahwa melalui penentangan itu Bapak mereka yg penuh kasih
sedang membina mereka dalam kekudusan (#/TB Ibr 12:5-11*), memperkembangkan
tabiat kristiani mereka (#/TB Yak 1:2* dab; #/TB 1Pet 5:10*; bnd #/TB Rom 5:2*
dab), menguji kenyataan iman mereka (#/TB 1Pet 1:7*), dan membuat mereka layak
menerima kemuliaan (#/TB 1Pet 4:13*). Dalam segala hal Allah bekerja bagi
kesejahteraan kerohanian umat-Nya (#/TB Rom 8:28*), dan Ia memberikan kepada
mereka keperluan bendawi, apa saja yg mereka perlukan di sepanjang perjalanan
musafir mereka di dunia (#/TB Mat 6:25-33*; #/TB Fili 4:19*).
Kepercayaan
kepada pemeliharaan Allah (providensia) menentukan banyak dari sikap-sikap
asasi kesalehan alkitabiah. Pengetahuan bahwa Allah mengatur keadaannya,
mengajar orang percaya untuk berharap hanya kepada-Nya dalam kerendahan hati
dan kesabaran akan pembenaran dan penyelamatan (#/TB Mazm 37; 40:12* dab; #/TB
Yak 5:7* dab; #/TB 1Pet 5:6* dab). Dan pengetahuan itu melarang dia untuk
membiarkan bertumbuh rasa sedih dan putus asa (#/TB Mazm 42; 43*), dan
memberikan kepada mereka keberanian dan harapan, jika mereka digoda (#/TB Mazm
60; 62*). Pengetahuan itu memacu segala
doa bagi pertolongan dan pujian terhadap segala hal yg baik yg dinikmatinya.
d. Pemeliharaan dan kebebasan manusia
Allah
memerintah hati dan perbuatan-perbuatan segenap manusia (bnd #/TB Ams 21:1*;
#/TB Ezr 6:22*), sering untuk tujuan-tujuan-Nya sendiri yg tidak diduga oleh mereka
(bnd #/TB Kej 45:5-8; 50:20*; #/TB Yes 10:5* dab; #/TB Yes 44:28-45:4*; #/TB
Yoh 11:49* dab; #/TB Kis 13:27* dab).
Kesimpulan:
Pengawasan Allah adalah mutlak, dalam
arti bahwa manusia hanya melakukan apa yg telah Dia atur supaya mereka lakukan;
namun mereka benar-benar menjadi perantara yg bebas, dalam arti bahwa
keputusan-keputusan mereka adalah milik mereka sendiri, dan bahwa mereka secara
moral bertanggung jawab atasnya (bnd #/TB Ul 30:15* dab). Tapi harus diadakan
pembedaan antara hal bahwa Allah membiarkan atau menyerahkan orang-orang
berdosa untuk melakukan kejahatan yg lebih mereka sukai (#/TB Mazm 81:11* dab;
#/TB Kis 14:16*; #/TB Rom 1:24-28*), dan karya-Nya yg penuh kasih karunia untuk
mendesak umat-Nya supaya menghendaki dan melakukan apa yg diperintahkan-Nya
(#/TB Fili 2:13*); sebab, dalam hal yg pertama, menurut aturan penghakiman
Alkitab, kesalahan bagi kejahatan yg dilakukan itu seluruhnya ditanggung oleh
orang yg berbuat dosa itu (bnd #/TB Luk 22:22*; #/TB Kis 2:23; 3:13-19*),
sedang dalam hal yg kedua pujian bagi kebaikan yg dilakukan orang harus
diberikan kepada Allah (bnd #/TB 1Kor 15:10*).
KEPUSTAKAAN
.
- Arndt A. E Garvie, di HDB; A. H Strong, Systematic Theology 12, 1949, hlm 419-443;
- L Berkhof, Systematic Theology4, 1949, hlm 165-178;
- Calvin, Institutes, 1, hlm 16-18;
- K Barth, Church Dogmatics, 3, iii, ET, 1960, hlm 3-288;
- S Peake, The Problem of Suffering in the Old Testament, 1904;
- 0 Cullmann, Christ and Time, ET, 1951;
- G. C Berkouwer, The Providence of God, 1952;
- P Jacobs, H Krienke, NIDNTT 1, hlm 692-697; J Behm, TDNT 4, hlm 1009-1017.
No comments:
Post a Comment