Thursday, December 21, 2017

PENDERITAAN



PENDERITAAN UMAT TUHAN
Kenyataan dalam kehidupan masa sekarang umat kekristenan tidak mau menderita dalam mengikut Yesus. Karena mengikut Yesus adalah suatu kebahagiaan yang kekal, pemahamanan ini sangat disetujui namaun kita melihat dari pribadi Yesus yang datang kedalam dunia dengan penderitaan, untuk menolong orang yang lemah dan para tokoh-tokoh, para rasul-rasul dalam PB mengalami penderitaan dan kesukaran namun kebahagiaannya ialah ketika dalam persoalan, penderitaan ada sukacita tersediri yang dialami. Filipi 4:4 Orang percaya harus bersukacita dan memperoleh kekuatan dengan mengingat akan kasih karunia dan dekatnya Tuhan serta janji-janji-Nya
[Bersukacitalah senantiasa] TB Filipi 4:4-9)
Meskipun banyak anggapan mengatakan bahwa anjuran ini tidak realistis dan mustahil untuk dilakukan, tetapi perintah ini dianjurkan oleh orang dalam posisi menderita, Paulus kepada jemaat yang juga terancam aniaya, Filipi! Yang mustahil menjadi mungkin, sebab sukacita yang dimaksud tidak bergantung kepada situasi atau peristiwa-peristiwa tertentu, melainkan sukacita yang keluar dari hati dan jiwa yang dipenuhi oleh damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, dan yang memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (ayat Fili 4:7; bdk. Yoh 14:27).
Rahasia sukacita.Tak ada penyangkalan bila ditanyakan apakah seseorang merindukan damai sejahtera dan sukacita dalam hidupnya.Bahkan berbagai usaha dilakukan untuk pemenuhan kedua hal tersebut. Memang Paulus menganjurkan untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan dengan cara askese (mengasingkan diri), mengkonsumsi obat penenang, kemaruk harta, budak uang, dlsb. Damai sejahtera dan sukacita tidak dapat diperoleh dengan cara-cara kedagingan! Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus saja, hati dan pikiran kita boleh mengalaminya.Hanya oleh anugerah Allah dalam Tuhan Yesus sajalah mendatangkan sukacita terus-menerus dalam kehidupan kita.
Flp 4:4 Chairete adalah sebuah ungkapan perpisahan yang umum dipakai.Penambahan kata senantiasa menunjukkan bahwa yang ada dalam pikiran Paulus adalah artinya yang lebih dalam, bersukacitalah.Pengulangan menunjukkan bahwa keadaan di Filipi adalah sedemikian rupa sehingga nasihat semacam ini rasanya tidak masuk akal.Orang Kristen dapat diperintahkan untuk bersukacita, sebab sumber sukacita mereka bukan dalam situasi tetapi dalam Tuhan. 5. Kata yang agak sulit diartikan epieikes, kebaikan hati menunjuk kepada kesediaan untuk mendengarkan alasan, kesediaan untuk tidak membalas. Motivasi bagi "sikap manis" ini adalah kedatangan kembali Kristus yang sudah dekat. Tuhan sudah dekat. Kata-kata sandi dari gereja mula-mula (bdg. kata Aram yang sama artinya maranatha, dalam 1Kor 16:22).

No. Strong: 5463,  Kata       : ~χαιρω~ chairo, Asal Kata : a primary verb, Sumber    : TDNT-9:359,1298 See GREEK_TDNT 5463,  Jenis       : verb (=kata kerja), Dalam AV  !!: rejoice 42, be glad 14, joy 5, hail 5, greeting 3, God speed 2, all hail 1, joyfully 1, farewell 1, Jumlah    : 74.
Dalam TB  !!: Bersukacita 1, Bersukacitalah 4, Bersukacitalah    bersukacita 1, Salam 9, bergembira 7, bergembiralah 1, bersukacita 23, bersukacita    bersukacitalah 1, bersukacitalah 5, bersukacitalah    bersukacita 1, gembira 5, girang 1, kegembiraannya 1, salam 2, sukacita 4, sukacitaku 1, syukurlah 1 [DRAFT ITL**]
  !!**) Draft Versi Interlinear Indonesia-Yunani, SEDANG dikerjakan
 Definisi Indonesia:
[Barclay] (future (masa depan) ~χαρησομαι~; aorist pasif ~ηχαρην~, infinitif ~χαρηναι~) bersukaria, bergirang-hati; ~χαιρε, χαιρετε, χαιρειν~, wasalam, dan sebagainya (dalam pertemuan atau permulaan surat)
  [Yoppi] bersukacita, senang, (bentuk salam)
 Definisi Inggris:
  1) to rejoice, be glad
  2) to rejoice exceedingly
  3) to be well, thrive
  4) in salutations, hail!
  5) at the beginning of letters: to give one greeting, salute


I. Istilah-istilah Penderitaan
          Kata Yunani paskho adalah istilah umum untuk sesuatu yg dilakukan terhadap seseorang; dalam #/TB Kis 1:3* kata ini khusus dikenakan pada penderitaan Yesus. Kata Yunani thlipsis mempunyai arti umum ‘tekanan’, beban yg berat bagi hati orang. Kata itu dipakai juga mengenai Siksaan Besar (#/TB Mr 13:19*; #/TB 2Tes 1:6* dab; #/TB Wahy 7:14*); *ESKATOLOGI. Dalam PL tak ada kata yg artinya penderitaan secara umum. Tapi ‘penderitaan’ dipakai dalam TBI untuk menerjemahkan banyak kata yg artinya sakit, dukacita, malang, siksaan, dll.
II. Ajaran
          Dalam Alkitab penderitaan dianggap gangguan atas dunia ciptaan ini. Seluruh ciptaan diciptakan dalam keadaan baik dan bebas dari penderitaan (#/TB Kej 1:31*). Sesudah dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk pertentangan, kesakitan, kebinasaan … dan maut (#/TB Kej 3:15-19*). Di langit dan bumi baru, seluruh penderitaan dihapuskan (#/TB Wahy 21:4*; #/TB Yes 65:17* dab). Pekerjaan Kristus adalah melepaskan orang dari penderitaan, kebinasaan dan maut (#/TB Rom 8:21*; #/TB 1Kor 15:26*), maupun dari dosa (#/TB Mat 1:21*). Walaupun Iblis dianggap mempunyai kekuatan untuk membuat manusia menderita (#/TB 2Kor 12:7*; #/TB Ayub 1:12; 2:6*), toh manusia menderita tidak terlepas dari kedaulatan Allah, dan Allah mengontrol serta mendatangkan penderitaan (#/TB Am 3:6*; #/TB Yes 45:7*; #/TB Mat 26:39*; #/TB Kis 2:23*).
          Beban penderitaan selalu dirasa berat oleh umat Allah (#/TB Kej 47:9*; #/TB 2Sam 14:14*). Adanya penderitaan senantiasa menjadi persoalan, karena dianggap didatangkan oleh Allah (#/TB Mazm 39:9*). Justru penderitaan harus dihubungkan dengan fakta yakni kasih Allah, keadilan dan kebenaranNya (#/TB Mazm 73*). Maka di tengah-tengah penderitaan, manusia dipaksa untuk menentukan sampai di mana dia bisa hidup oleh iman, dan seberapa jauh dapat ditolaknya keinginan hatinya untuk mendapati keterangan yg rasional.
          Masalahnya tidak akan sebegitu gawat bila semangat solidaritas dalam persekutuan masyarakat sangat kuat. Juga bila setiap pribadi, sebagai anggota dari masyarakatnya atau keluarganya bertanggung jawab dalam segala macam keadaan, sanggup menerima hukuman dan penderitaan yg menimpa umatnya sebagai tanggung jawabnya pribadi (#/TB Yos 7*). Tapi masalahnya akan menjadi lebih gawat bila hubungan yg bertanggung jawab dari setiap pribadi terhadap Allah diberi penekanan (#/TB Yer 31:29*; #/TB Yeh 18:2-4*).
          Iman sejati, bergulat menggumuli soal dan beban penderitaan, tidak menuntut untuk segera mengetahui lengkap mengapa Allah membiarkan penderitaannya. Iman sejati dapat menunggu kendati dalam keadaan paling gawat sekalipun (#/TB Hab 2:2-4*). Iman demikian menemukan dalam kehadiran dan kebaikan Allah unsur yg lebih menentukan pada keadaan yg sedang dihadapinya, kendati penderitaan teramat pahit (#/TB Mazm 73:21-23*). Iman sejati bersedia menentang kebobrokan yg sedang berlangsung dan berjaya, sekaligus memberlakukan tata tertib baru yg sempurna sesuai yg berlaku dalam Kerajaan Allah, dari tata mana ia terima nikmat pendahuluannya (#/TB Mazm 73:24-26*; #/TB Rom 8:18*; #/TB 2Kor 4:16-18*).
          Tapi orang beriman tidaklah kebal terhadap kodrat kengerian dari masalah yg membingungkan ini. Kitab Ayb menunjukkan betapa Ayub mengalami penderitaan sampai ke tingkat yg paling mengerikan dan membingungkan dan yg tidak terjelaskan. Pada saat itu ia menolak menghibur dirinya dengan teori-teori rasional yg melulu membuat jalan-jalan Allah takluk kepada perhitungan-perhitungan manusia. Dalam pergumulan itu Ayub sempat kehilangan semangat dan putus asa. Tapi pada akhirnya ia sanggup bangkit kembali. Dalam penglihatan ia melihat Allah sendiri menantangnya, dan oleh penglihatan itu Ayub mencapai kepastian dapat menang mengatasi segala kesukarannya kendati ia belum mampu — dan ia tahu ia takkan kunjung mampu — memberikan penjelasan rasional mengenai segala ihwal dalam kehidupan ini.
          Memang sudah dikemukakan bahwa penyelesaian-penyelesaian seperti itu tidak tepat diterapkan secara umum, namun kadang-kadang diberikan alasan-alasan yg dapat jelas dimengerti tentang penderitaan tertentu (bnd #/TB Mazm 37*). Beberapa pendapat mengenai soal ini timbul dan padu jadi satu. Penderitaan bisa sebagai akibat dosa (#/TB Hos 8:7*; #/TB Luk 13:1-5*, #/TB Gal 6:8*), menimpa baik perseorangan (#/TB Mazm 1*) maupun kelompok kecil masyarakat atau seluruh bangsa (#/TB Am 1; 2*). Penderitaan kadang-kadang dapat dipandang sebagai hukuman yg dijatuhkan Allah, atau hajaran guna memperbaiki cara hidup umat-Nya (#/TB Ams 3:12*; #/TB Hak 2:22-3:6*), atau untuk menguji maupun memurnikan manusia (#/TB Mazm 66:10*; #/TB Yak 1:3,12*; #/TB 1Pet 1:7*; #/TB Rom 5:3*) atau mendekatkannya kepada Allah dalam rangka ketaatan dan persekutuan yg baru (#/TB Mazm 119:67*; #/TB Rom 8:35-37*). Jadi penderitaan bisa mendampakkan kebaikan (#/TB Rom 8:28* dab) dan bisa sebaliknya.
          Dalam memberikan kesaksian tentang penderitaan Mesias (#/TB 1Pet 1:10-12*), para penulis PB diajari bagaimana Allah dapat memberi makna baru dari penderitaan. Pengalaman mereka mematuhi Allah bertalian dengan maksud-Nya menyelamatkan Israel, mengajar mereka bahwa kasih Allah harus langsung terlibat dalam malang dan malu dari orang-orang yg hendak diselamatkan-Nya (#/TB Hos 1; 2; 3*; #/TB Yer 9:1-2; 20:7-10*; #/TB Yes 63:9*), bahkan menanggung celaan dan penentangan yg mereka hadapi. Karena itulah Kristus dalam menggenapi secara sempurna kehendak-Nya yg menyelamatkan itu menjadi Hamba yg menderita. Penderitaan demikian tidaklah timbul begitu saja sebagai akibat dari kesetiaan-Nya kepada Allah dalam melaksanakan panggilanNya, tapi memang merupakan panggilan yg sesungguhnya yg wajib digenapi-Nya (#/TB Yes 53*). Dalam penderitaan khas seperti itu nampak makna baru dari vicarious (rela bertindak atau berbuat demi orang lain, dan ikhlas menanggung segala risikonya), juga nampak suatu tujuan baru. Dengan perkataan lain, penderitaan khas itu menyatakan bahwa SATU Orang bisa menanggung derita dan menderita sebagai pengganti semua orang yg menjadi obyek penderitaan itu, dan sekaligus mewakili segenap orang yg mau menerima ‘SATU Orang itu’ (lih #/TB Yes 53*; #/TB 1Pet 2:24*).
          Penderitaan mempunyai makna baru bagi orang-orang yg menjadi anggota tubuh Kristus. Mereka turut menderita dalam penderitaan Kristus (#/TB 2Kor 1:5* dab; #/TB Mr 10:39*; #/TB Rom 8:17*), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil kepada penderitaan (#/TB Fili 1:29*; #/TB 1Pet 4:1-2*). Halnya demikian, karena anggota tubuh harus berpautan dengan Kepala baik dalam penderitaan (#/TB Fili 3:10*; #/TB Rom 8:29*) maupun kemuliaan-Nya. Apa pun bentuk penderitaan orang Kristen, itu dapat dianggap sebagai salib yg wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di jalan salib-Nya (#/TB Mat 16:24*; #/TB Rom 8:28-29*). Penderitaan demikian yg memang tak dapat dielakkan, menuju kepada kebangkitan dan kemuliaan (#/TB Rom 8:18*; #/TB Ibr 12:1-2*; #/TB Mat 5:10*; #/TB 2Kor 4:17* dab).
          Adalah wajar menanggung sengsara jika seseorang hendak masuk ke dalam Kerajaan Allah (#/TB Kis 14:22*; #/TB Yoh 16:21*). Kedatangan zaman baru dilukiskan sebagai didahului oleh kesakitan yg dialami seorang ibu sewaktu melahirkan, dan gereja turut mengalami penderitaan ini secara menentukan (#/TB Mat 24:21-22*; #/TB Wahy 12:1-2,13-17*; bnd ump #/TB Dan 12:1*; #/TB Mi 4:9-10; 5:3-5*).
         Kesimpulanya: Penderitaan Kristus pada hakikatnya adalah ‘pada’, puma dan genap untuk membebaskan semua orang (#/TB Yes 53:4-6*; #/TB Ibr 10:14*). Jadi penderitaan yg ditanggung oleh setiap pengikut Kristus sebagai partisipasinya dalam penderitaan Kristus, dapat disebut menggenapkan apa yang belum tercakup dalam penderitaan Kristus (#/TB Kol 1:24*), melulu karena kasih karunia, dan sama sekali bukan upaya keharusan untuk menebus diri sendiri. Hal itu adalah supaya kita dapat bersekutu dengan Dia dalam penderitaan-Nya yg vicarious — menggantikan dan melepaskan.
  
    KEPUSTAKAAN
A. S Peake, The Problem of Suffering in the Old Testament, 1904;
S. R Driver dan G. B Gray, Job, ICC, 1921;
ERE; C. S Lewis, The Problem of Pain, 1940;
H. E Hopkins, The Mystery of Suffering, 1959;
W Eichrodt, Man in the Old Testament, 1951; H. H Rowley, Submission in Suffering, 1951;
 J Scharbert dan J Schmidt, ‘Suffering’, EBT 3, 1970, hlm 890-897;
J Bowker, The Problem of Suffering in the World Religions, 1970; B Gartner, NIDNTT 3, hlm 719-726.

No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...