PENDERITAAN UMAT TUHAN
Kenyataan dalam kehidupan masa
sekarang umat kekristenan tidak mau menderita dalam mengikut Yesus. Karena mengikut
Yesus adalah suatu kebahagiaan yang kekal, pemahamanan ini sangat disetujui
namaun kita melihat dari pribadi Yesus yang datang kedalam dunia dengan
penderitaan, untuk menolong orang yang lemah dan para tokoh-tokoh, para
rasul-rasul dalam PB mengalami penderitaan dan kesukaran namun kebahagiaannya
ialah ketika dalam persoalan, penderitaan ada sukacita tersediri yang dialami. Filipi
4:4 Orang percaya harus bersukacita dan memperoleh kekuatan dengan mengingat
akan kasih karunia dan dekatnya Tuhan serta janji-janji-Nya
[Bersukacitalah
senantiasa] TB Filipi 4:4-9)
Meskipun banyak anggapan mengatakan bahwa anjuran ini tidak
realistis dan mustahil untuk dilakukan, tetapi perintah ini dianjurkan oleh
orang dalam posisi menderita, Paulus kepada jemaat yang juga terancam aniaya,
Filipi! Yang mustahil menjadi mungkin, sebab sukacita yang dimaksud tidak
bergantung kepada situasi atau peristiwa-peristiwa tertentu, melainkan sukacita
yang keluar dari hati dan jiwa yang dipenuhi oleh damai sejahtera Allah yang
melampaui segala akal, dan yang memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus
Yesus (ayat Fili 4:7; bdk. Yoh 14:27).
Rahasia sukacita.Tak ada penyangkalan bila ditanyakan apakah
seseorang merindukan damai sejahtera dan sukacita dalam hidupnya.Bahkan
berbagai usaha dilakukan untuk pemenuhan kedua hal tersebut. Memang Paulus
menganjurkan untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan dengan cara askese
(mengasingkan diri), mengkonsumsi obat penenang, kemaruk harta, budak uang,
dlsb. Damai sejahtera dan sukacita tidak dapat diperoleh dengan cara-cara
kedagingan! Hanya dari Allah dan dekat dengan Kristus saja, hati dan pikiran
kita boleh mengalaminya.Hanya oleh anugerah Allah dalam Tuhan Yesus sajalah
mendatangkan sukacita terus-menerus dalam kehidupan kita.
Flp 4:4 Chairete adalah sebuah ungkapan perpisahan yang umum
dipakai.Penambahan kata senantiasa menunjukkan bahwa yang ada dalam pikiran
Paulus adalah artinya yang lebih dalam, bersukacitalah.Pengulangan menunjukkan
bahwa keadaan di Filipi adalah sedemikian rupa sehingga nasihat semacam ini
rasanya tidak masuk akal.Orang Kristen dapat diperintahkan untuk bersukacita,
sebab sumber sukacita mereka bukan dalam situasi tetapi dalam Tuhan. 5. Kata
yang agak sulit diartikan epieikes, kebaikan hati menunjuk kepada kesediaan
untuk mendengarkan alasan, kesediaan untuk tidak membalas. Motivasi bagi
"sikap manis" ini adalah kedatangan kembali Kristus yang sudah dekat.
Tuhan sudah dekat. Kata-kata sandi dari gereja mula-mula (bdg. kata Aram yang
sama artinya maranatha, dalam 1Kor 16:22).
No.
Strong: 5463, Kata : ~χαιρω~ chairo, Asal Kata : a primary
verb, Sumber : TDNT-9:359,1298 See
GREEK_TDNT 5463, Jenis : verb (=kata kerja), Dalam AV !!: rejoice 42, be glad 14, joy 5, hail 5,
greeting 3, God speed 2, all hail 1, joyfully 1, farewell 1, Jumlah : 74.
Dalam
TB !!: Bersukacita 1, Bersukacitalah 4,
Bersukacitalah … bersukacita 1, Salam 9, bergembira 7,
bergembiralah 1, bersukacita 23, bersukacita
… bersukacitalah 1, bersukacitalah
5, bersukacitalah … bersukacita 1, gembira 5, girang 1,
kegembiraannya 1, salam 2, sukacita 4, sukacitaku 1, syukurlah 1 [DRAFT ITL**]
!!**) Draft Versi Interlinear Indonesia-Yunani, SEDANG dikerjakan
Definisi Indonesia:
[Barclay] (future (masa depan) ~χαρησομαι~; aorist pasif
~ηχαρην~, infinitif ~χαρηναι~) bersukaria, bergirang-hati; ~χαιρε, χαιρετε,
χαιρειν~, wasalam, dan sebagainya (dalam pertemuan atau permulaan surat)
[Yoppi] bersukacita, senang, (bentuk salam)
Definisi Inggris:
1) to rejoice, be glad
2) to rejoice exceedingly
3) to be well, thrive
4) in salutations, hail!
5) at the beginning of letters: to give one greeting, salute
I. Istilah-istilah Penderitaan
Kata Yunani
paskho adalah istilah umum untuk sesuatu yg dilakukan terhadap seseorang; dalam
#/TB Kis 1:3* kata ini khusus dikenakan pada penderitaan Yesus. Kata Yunani
thlipsis mempunyai arti umum ‘tekanan’, beban yg berat bagi hati orang. Kata itu
dipakai juga mengenai Siksaan Besar (#/TB Mr 13:19*; #/TB 2Tes 1:6* dab; #/TB
Wahy 7:14*); *ESKATOLOGI. Dalam PL tak ada kata yg artinya penderitaan secara
umum. Tapi ‘penderitaan’ dipakai dalam TBI untuk menerjemahkan banyak kata yg
artinya sakit, dukacita, malang, siksaan, dll.
II. Ajaran
Dalam
Alkitab penderitaan dianggap gangguan atas dunia ciptaan ini. Seluruh ciptaan
diciptakan dalam keadaan baik dan bebas dari penderitaan (#/TB Kej 1:31*).
Sesudah dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk pertentangan,
kesakitan, kebinasaan … dan maut (#/TB Kej 3:15-19*). Di langit dan bumi baru,
seluruh penderitaan dihapuskan (#/TB Wahy 21:4*; #/TB Yes 65:17* dab).
Pekerjaan Kristus adalah melepaskan orang dari penderitaan, kebinasaan dan maut
(#/TB Rom 8:21*; #/TB 1Kor 15:26*), maupun dari dosa (#/TB Mat 1:21*). Walaupun
Iblis dianggap mempunyai kekuatan untuk membuat manusia menderita (#/TB 2Kor
12:7*; #/TB Ayub 1:12; 2:6*), toh manusia menderita tidak terlepas dari
kedaulatan Allah, dan Allah mengontrol serta mendatangkan penderitaan (#/TB Am
3:6*; #/TB Yes 45:7*; #/TB Mat 26:39*; #/TB Kis 2:23*).
Beban
penderitaan selalu dirasa berat oleh umat Allah (#/TB Kej 47:9*; #/TB 2Sam
14:14*). Adanya penderitaan senantiasa menjadi persoalan, karena dianggap
didatangkan oleh Allah (#/TB Mazm 39:9*). Justru penderitaan harus dihubungkan
dengan fakta yakni kasih Allah, keadilan dan kebenaranNya (#/TB Mazm 73*). Maka
di tengah-tengah penderitaan, manusia dipaksa untuk menentukan sampai di mana
dia bisa hidup oleh iman, dan seberapa jauh dapat ditolaknya keinginan hatinya
untuk mendapati keterangan yg rasional.
Masalahnya
tidak akan sebegitu gawat bila semangat solidaritas dalam persekutuan
masyarakat sangat kuat. Juga bila setiap pribadi, sebagai anggota dari
masyarakatnya atau keluarganya bertanggung jawab dalam segala macam keadaan,
sanggup menerima hukuman dan penderitaan yg menimpa umatnya sebagai tanggung
jawabnya pribadi (#/TB Yos 7*). Tapi masalahnya akan menjadi lebih gawat bila
hubungan yg bertanggung jawab dari setiap pribadi terhadap Allah diberi
penekanan (#/TB Yer 31:29*; #/TB Yeh 18:2-4*).
Iman sejati,
bergulat menggumuli soal dan beban penderitaan, tidak menuntut untuk segera
mengetahui lengkap mengapa Allah membiarkan penderitaannya. Iman sejati dapat
menunggu kendati dalam keadaan paling gawat sekalipun (#/TB Hab 2:2-4*). Iman
demikian menemukan dalam kehadiran dan kebaikan Allah unsur yg lebih menentukan
pada keadaan yg sedang dihadapinya, kendati penderitaan teramat pahit (#/TB
Mazm 73:21-23*). Iman sejati bersedia menentang kebobrokan yg sedang
berlangsung dan berjaya, sekaligus memberlakukan tata tertib baru yg sempurna
sesuai yg berlaku dalam Kerajaan Allah, dari tata mana ia terima nikmat
pendahuluannya (#/TB Mazm 73:24-26*; #/TB Rom 8:18*; #/TB 2Kor 4:16-18*).
Tapi orang
beriman tidaklah kebal terhadap kodrat kengerian dari masalah yg membingungkan
ini. Kitab Ayb menunjukkan betapa Ayub mengalami penderitaan sampai ke tingkat
yg paling mengerikan dan membingungkan dan yg tidak terjelaskan. Pada saat itu
ia menolak menghibur dirinya dengan teori-teori rasional yg melulu membuat
jalan-jalan Allah takluk kepada perhitungan-perhitungan manusia. Dalam
pergumulan itu Ayub sempat kehilangan semangat dan putus asa. Tapi pada
akhirnya ia sanggup bangkit kembali. Dalam penglihatan ia melihat Allah sendiri
menantangnya, dan oleh penglihatan itu Ayub mencapai kepastian dapat menang
mengatasi segala kesukarannya kendati ia belum mampu — dan ia tahu ia takkan
kunjung mampu — memberikan penjelasan rasional mengenai segala ihwal dalam
kehidupan ini.
Memang sudah
dikemukakan bahwa penyelesaian-penyelesaian seperti itu tidak tepat diterapkan
secara umum, namun kadang-kadang diberikan alasan-alasan yg dapat jelas
dimengerti tentang penderitaan tertentu (bnd #/TB Mazm 37*). Beberapa pendapat
mengenai soal ini timbul dan padu jadi satu. Penderitaan bisa sebagai akibat
dosa (#/TB Hos 8:7*; #/TB Luk 13:1-5*, #/TB Gal 6:8*), menimpa baik perseorangan
(#/TB Mazm 1*) maupun kelompok kecil masyarakat atau seluruh bangsa (#/TB Am 1;
2*). Penderitaan kadang-kadang dapat dipandang sebagai hukuman yg dijatuhkan
Allah, atau hajaran guna memperbaiki cara hidup umat-Nya (#/TB Ams 3:12*; #/TB
Hak 2:22-3:6*), atau untuk menguji maupun memurnikan manusia (#/TB Mazm 66:10*;
#/TB Yak 1:3,12*; #/TB 1Pet 1:7*; #/TB Rom 5:3*) atau mendekatkannya kepada
Allah dalam rangka ketaatan dan persekutuan yg baru (#/TB Mazm 119:67*; #/TB
Rom 8:35-37*). Jadi penderitaan bisa mendampakkan kebaikan (#/TB Rom 8:28* dab)
dan bisa sebaliknya.
Dalam
memberikan kesaksian tentang penderitaan Mesias (#/TB 1Pet 1:10-12*), para
penulis PB diajari bagaimana Allah dapat memberi makna baru dari penderitaan.
Pengalaman mereka mematuhi Allah bertalian dengan maksud-Nya menyelamatkan
Israel, mengajar mereka bahwa kasih Allah harus langsung terlibat dalam malang
dan malu dari orang-orang yg hendak diselamatkan-Nya (#/TB Hos 1; 2; 3*; #/TB
Yer 9:1-2; 20:7-10*; #/TB Yes 63:9*), bahkan menanggung celaan dan penentangan
yg mereka hadapi. Karena itulah Kristus dalam menggenapi secara sempurna
kehendak-Nya yg menyelamatkan itu menjadi Hamba yg menderita. Penderitaan
demikian tidaklah timbul begitu saja sebagai akibat dari kesetiaan-Nya kepada
Allah dalam melaksanakan panggilanNya, tapi memang merupakan panggilan yg
sesungguhnya yg wajib digenapi-Nya (#/TB Yes 53*). Dalam penderitaan khas
seperti itu nampak makna baru dari vicarious (rela bertindak atau berbuat demi
orang lain, dan ikhlas menanggung segala risikonya), juga nampak suatu tujuan
baru. Dengan perkataan lain, penderitaan khas itu menyatakan bahwa SATU Orang
bisa menanggung derita dan menderita sebagai pengganti semua orang yg menjadi
obyek penderitaan itu, dan sekaligus mewakili segenap orang yg mau menerima
‘SATU Orang itu’ (lih #/TB Yes 53*; #/TB 1Pet 2:24*).
Penderitaan
mempunyai makna baru bagi orang-orang yg menjadi anggota tubuh Kristus. Mereka
turut menderita dalam penderitaan Kristus (#/TB 2Kor 1:5* dab; #/TB Mr 10:39*;
#/TB Rom 8:17*), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau
terpanggil kepada penderitaan (#/TB Fili 1:29*; #/TB 1Pet 4:1-2*). Halnya
demikian, karena anggota tubuh harus berpautan dengan Kepala baik dalam
penderitaan (#/TB Fili 3:10*; #/TB Rom 8:29*) maupun kemuliaan-Nya. Apa pun
bentuk penderitaan orang Kristen, itu dapat dianggap sebagai salib yg wajib
dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di jalan salib-Nya (#/TB Mat 16:24*; #/TB
Rom 8:28-29*). Penderitaan demikian yg memang tak dapat dielakkan, menuju
kepada kebangkitan dan kemuliaan (#/TB Rom 8:18*; #/TB Ibr 12:1-2*; #/TB Mat
5:10*; #/TB 2Kor 4:17* dab).
Adalah wajar
menanggung sengsara jika seseorang hendak masuk ke dalam Kerajaan Allah (#/TB
Kis 14:22*; #/TB Yoh 16:21*). Kedatangan zaman baru dilukiskan sebagai
didahului oleh kesakitan yg dialami seorang ibu sewaktu melahirkan, dan gereja
turut mengalami penderitaan ini secara menentukan (#/TB Mat 24:21-22*; #/TB
Wahy 12:1-2,13-17*; bnd ump #/TB Dan 12:1*; #/TB Mi 4:9-10; 5:3-5*).
Kesimpulanya: Penderitaan Kristus
pada hakikatnya adalah ‘pada’, puma dan genap untuk membebaskan semua orang
(#/TB Yes 53:4-6*; #/TB Ibr 10:14*). Jadi penderitaan yg ditanggung oleh setiap
pengikut Kristus sebagai partisipasinya dalam penderitaan Kristus, dapat
disebut menggenapkan apa yang belum tercakup dalam penderitaan Kristus (#/TB
Kol 1:24*), melulu karena kasih karunia, dan sama sekali bukan upaya keharusan
untuk menebus diri sendiri. Hal itu adalah supaya kita dapat bersekutu dengan Dia
dalam penderitaan-Nya yg vicarious — menggantikan dan melepaskan.
KEPUSTAKAAN
A. S Peake, The Problem of Suffering in the Old Testament,
1904;
S. R Driver dan G. B Gray, Job, ICC, 1921;
ERE; C. S Lewis, The Problem of Pain, 1940;
H. E Hopkins, The Mystery of Suffering, 1959;
W Eichrodt, Man in the Old Testament, 1951; H. H Rowley,
Submission in Suffering, 1951;
J Scharbert dan J
Schmidt, ‘Suffering’, EBT 3, 1970, hlm 890-897;
J Bowker, The Problem of Suffering in the World Religions,
1970; B Gartner, NIDNTT 3, hlm 719-726.
No comments:
Post a Comment