Friday, December 22, 2017

DAMAI SEJAHTERA





DAMAI SEJAHTERA

 BAB I
DAMAI, HARI PENDAMAIAN
       (Ibrani yom hakkippurim). Hari ke- 10 bulan ke-7 (Tisyri, yaitu September/Oktober), bagi Israel merupakan hari suci paling khidmat. Dilarang melakukan segala jenis pekerjaan dan semua orang diperintahkan untuk benar-benar berpuasa.
          I. Tujuan
          Hari Pendamaian merupakan peringatan bahwa pengorbanan yg dilakukan di atas mezbah setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan tidaklah cukup untuk meniadakan dosa. Pada saat pemuja mempersembahkan korban bakaran mereka harus berdiri jauh, tidak boleh mendekati kehadiran Allah yg suci, yg dinyatakan antara kerub di tempat mahasuci. Hanya pada hari ini saja dari setiap tahun, darah tebusan dibawa ke tempat mahasuci, ruang singgasana yg suci, oleh Imam Besar mewakili bangsanya.
          Imam Besar ‘mengadakan pendamaian … karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka’ (#/TB Im 16:16*). Pendamaian pertama-tama diadakan untuk para imam karena pengantara Tuhan dengan umat-Nya harus tahir. Tempat Suci pun ditahirkan, karena tempat itu pun dianggap telah dikotori oleh kehadiran dan pelayanan orang-orang berdosa.
          II. Ibadah
          Mempersiapkan korban pendamaian untuk hari itu, Imam Besar menanggalkan jubah resminya dan mengenakan pakaian putih yg sederhana. Kemudian ia mengorbankan seekor sapi jantan sebagai korban penghapus dosanya sendiri dan kaum imam. Setelah mengisi pedupaannya dengan bara api dari mezbah, Imam Besar memasuki tempat mahasuci, di mana ia menaruh dupa di atas bara itu. Dupa itu mengeluarkan gumpalan asap di atas tutup pendamaian yg berfungsi sebagai penutup tabut perjanjian Tuhan. Lalu Imam Besar mengambil sedikit darah dari sapi jantan itu dan memercikkannya di atas tutup pendamaian dan di atas tanah di depan tabut itu. Dengan cara demikian pendamaian diadakan untuk kaum imam.
          Imam Besar selanjutnya mengorbankan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bangsa Israel. Sebagian dari darah binatang itu dibawa ke dalam tempat mahasuci, dan dipercikkan di sana dengan cara yg sama seperti darah dipercikkan pada waktu diadakan korban penghapus dosa bagi para imam (#/TB Im 16:11-15*).
          Setelah mentahirkan tempat mahasuci dan mezbah korban bakaran dengan campuran darah dari sapi jantan dan kambing (#/TB Im 16:18-19*) Imam Besar mengambil kambing kedua, meletakkan tangannya ke atas kepala kambing itu dan mengakui segala dosa orang Israel. Lalu kambing itu dilepaskan ke padang gurun, yg melambangkan segala dosa orang Israel telah diangkut. Bangkai-bangkai dari kedua korban itu dibawa ke luar perkemahan dan dibakar. Hari itu diakhiri dengan mempersembahkan korban tambahan lain.
          III. Arti
          Surat Ibr mengartikan upacara Hari Pendamaian sebagai lambang karya Kristus yg mengadakan pendamaian (#/TB Ibr 9:10*). Yesus disebut ‘Imam kita yg Maha Besar’ dan darah yg tertumpah di bukit Golgota dilihat sebagai perlambang darah sapi-sapi dan kambing-kambing jantan. Berbeda dari keimaman dalam PL, Kristus yg tak berdosa tidak perlu mempersembahkan korban untuk dosa-Nya sendiri.
          Sama seperti Imam Besar PL memasuki tempat mahasuci dengan darah korban yg dikorbankan, maka Yesus memasuki sorga untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan umat-Nya (#/TB Ibr 9:11-12*). Imam Besar PL harus mempersembahkan korban penghapus dosa setiap tahun untuk dosanya sendiri dan dosa-dosa umatnya. Pengulangan persembahan korban demikian setiap tahun mengingatkan bahwa pendamaian yg sempurna dan utuh diberikan. Yesus, melalui darah-Nya sendiri menciptakan kelepasan yg kekal untuk umat-Nya (#/TB Ibr 9:12*).
          #/TB Ibr 9:13-14* mencatat bahwa persembahan korban yg dilakukan para imam hanya mencapai pentahiran tubuh. Dengan upacara mereka membersihkan lahiriah orang berdosa, tapi mereka tidak dapat melakukan pembersihan batiniah, yg merupakan prasyarat untuk bersekutu dengan Tuhan. Persembahan korban ini merupakan lambang dan nubuat tentang pekerjaan Yesus, yg melalui korban-Nya yg ‘lebih baik’ menyucikan hati nurani kita dari perbuatan dosa.
          Kemah Suci PL dimaksudkan — sebagian — untuk mengajar Israel, bahwa dosa menutup jalan bagi manusia ke hadirat Tuhan. Hanya Imam Besar dan ia hanya sekali setahun, dapat memasuki tempat maha suci, dan harus membawa darah yg ia persembahkan sebagai pendamaian (#/TB Ibr 9:7*). Tapi Yesus, melalui ‘suatu cara yg baru dan hidup’, memasuki sorga tempat maha suci yg benar, di mana Ia tinggal senantiasa sebagai Pengantara bagi umat-Nya. Orang percaya tidak perlu berdiri jauh, seperti halnya orang Israel pada zaman dulu. Kim melalui Kristus, mereka dapat langsung mendekati takhta kasih karunia Allah. Dan #/TB Ibr 13:11-12* mencatat bahwa tubuh binatang yg dikorbankan pada Hari Pendamaian dibakar di luar perkemahan Israel. Yesus juga telah menderita di luar pintu gerbang Yerusalem agar Ia dapat menyelamatkan umat-Nya dari dosa.
          IV. Ibadah modern
          Dalam kebiasaan Yahudi modern, Hari Pendamaian (Yom Kippur) adalah hari terakhir dari ‘Sepuluh Hari Penyesalan’ yg dimulai dengan Rosy Hasyanah, Hari Tahun Baru Yahudi. Masa 10 hari ini disediakan bagi latihan rohani untuk menyesal, berdoa, dan berpuasa sebagai persiapan menyambut hari paling khidmat sepanjang tahun, yakni Yom Kippur. Walaupun penyerahan korban persembahan sebagai bagian dari upacara Hari Pendamaian tidak diberlakukan lagi sejak Bait Suci dihancurkan, namun orang Yahudi masih menghormati hari itu dengan berpuasa dan tidak melakukan suatu pekerjaan apa pun.
          Terompet tanduk biri-biri jantan ditiup untuk menghimbau orang beribadah di sinagoge pada malam Yom Kippur. Pada saat ini kebaktian Kol Nidre (’ Sumpah-sumpah’) yg mengesankan itu dikumandangkan. Jemaah menyesal dan memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka, sebab mereka telah melanggar sumpah karena mereka tak sanggup memenuhinya. Kebaktian diadakan esok harinya, dimulai pagi-pagi sekali hingga matahari terbenam, lalu Hari Pendamaian diakhiri dengan bunyi tiupan terompet tunggal. Sesudah itu jemaat pulang ke rumah masing-masing.
       KEPUSTAKAAN. M Noth, Leviticus, 1965; N. H Snaith, The Jewish New Year Festival, 1947, hlm 121; Leviticus and Numbers, 1967, hlm 109-118; R de Vaux, Ancient Israel, 1961, hlm 507-510; Studies in Old Testament Sacrifice, 1964, hlm 91-97. CFP/NY WBS
  


BAB II
DAMAI, PENDAMAIAN
       Istilah bh Indonesia ‘damai’ dalam beberapa bentuk digunakan sebagai padanan kata Ibrani kpr dan kata Yunani hilaskomai; mis #/TB Im 17:11* ‘mengadakan pendamaian’, #/TB 1Yoh 2:2* ‘Ia adalah pendamaian’. Damai dipakai juga sebagai padanan untuk katallage, mis #/TB Rom 5:10* ‘diperdamaikan dengan Allah’. Secara umum, pendamaian mengacu kepada karya Kristus yg menyelesaikan semua soal akibat dosa manusia, dan yg memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan Allah.
          I. Kebutuhan akan pendamaian
          Keharusan akan kebutuhan pendamaian timbul karena tiga hal: dosa itu pada dirinya adalah universal, bobotnya teramat berat, dan ketidakmampuan manusia mengatasi dosa itu. Bahwa dosa universal terbukti dalam Alkitab; lih #/TB 1Raj 8:46*; #/TB Mazm 14:3*; #/TB Pengkh 7:20*; #/TB Mr 10:18*; #/TB Rom 3:23* dan ay-ay lainnya. Bahwa bobot dosa teramat berat nampak dalam bagian-bagian yg menunjukkan betapa menjijikkan dosa itu bagi Allah, mis #/TB Hab 1:13*; #/TB Yes 59:2*; #/TB Ams 15:29*; #/TB Mr 3:29* (dosa yg tak terampuni); #/TB Mr 14:21*. Sebelum diperdamaikan dengan Allah, manusia hidup jauh dari Allah’ (#/TB Kol 1:21*), menghadapi penghakiman dan hukuman (#/TB Ibr 10:27*).
          Manusia tidak akan pernah mampu mengatasi atau menyelesaikan soal dosa ataupun menyembunyikan perbuatan dosanya (#/TB Bil 32:23*), atau membersihkan diri dari dosa (#/TB Ams 20:9*). Perbuatan atau amal apa pun tidak akan membenarkan manusia di hadapan Allah (#/TB Rom 3:20*; #/TB Gal 2:16*). Seandainya manusia harus tergantung pada dirinya sendiri, maka manusia tak akan pernah selamat. Mungkin bukti paling penting mengenai hal ini ialah fakta bahwa Kristus Anak Allah terpaksa datang ke dunia guna menyelamatkan manusia. Kenyataan memang demikian, melulu karena semua manusia adalah orang berdosa dan keadaannya fatal dan sangat menyedihkan.
          II. Pendamaian dalam PL
          Allah dan manusia menjadi sangat berjauhan karena dosa manusia, dan manusia tidak dapat menemukan jalan kembali. Tapi Allah berprakarsa dan menyediakan jalan. Dapat dikatakan bahwa dalam PL pendamaian diperoleh dengan mengadakan korban-korban, tapi sekali-kali tidak boleh dilupakan bahwa tentang darah pendamaian Allah telah berkata, ‘Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu’ (#/TB Im 17:11*). Pendamaian diperoleh bukan oleh nilai apa pun yg terkandung dalam binatang yg dikorbankan, melainkan karena pengorbanan itu adalah jalan yg ditentukan sendiri oleh Allah bagi manusia untuk memperoleh pendamaian.
          Pengorbanan itu menjelaskan beberapa kebenaran tertentu mengenai pendamaian. Korban sekali-kali tidak boleh tercela. Ini menandaskan mutlaknya perlu kesempurnaan. Pengorbanan menelan harkat kualitas Maha Akbar, karena pendamaian tidak mudah dan murah, dan bobot dosa sangat berat. Kematian korban adalah segi yg paling penting dari pengorbanan itu. Hal ini terungkap sebagian dalam kiasan darah, sebagian dalam sifat umum upacara pengorbanan itu, dan sebagian lagi dalam acuan-acuan lain mengenai pendamaian.
          Dalam beberapa bagian PL pendamaian nampaknya diperoleh, atau paling tidak dimohonkan dengan cara lain disamping melalui upacara pengorbanan: tapi bagian-bagian ini juga mengacu kepada kematian sebagai jalan pendamaian. Maka dalam #/TB Kel 32:30-32* Musa berusaha mengupayakan adanya pendamaiaan karena dosa bangsa Israel, dengan cara memohon kepada Allah untuk menghapuskan namanya dari kitab yg ditulisnya. Artinya, kematiannya sendiri. Dalam Bit #/TB Kel 25:6-8,13* Pinehas mengupayakan adanya pendamaian dengan cara membunuh beberapa orang berdosa tertentu. Contoh-contoh lain dapat disebut. Tapi jelas, bahwa dalam PL telah dikenal bahwa kematianlah hukuman bagi orang berdosa (#/TB Yeh 18:20*), namun dengan luwes Allah berkenan mengindahkan kematian seorang korban untuk menggantikan kematian seorang berdosa. Demikian jelas dan gamblangnya kebijaksanaan ilahi ini sehingga penulis Surat Ibr dapat menyimpulkan dengan berkata ‘tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan’ (#/TB Ibr 9:22*).
          III. Pendamaian dalam PB
          Menurut PB pengorbanan-pengorbanan pada zaman dahulu itu bukanlah sumber utama bagi penghapusan dosa. Sebab hanya melalui kematian Kristus pelanggaran yg terjadi di bawah perjanjian pertama memperoleh penebusan (#/TB Ibr 9:15*). Salib adalah pusat PB dan bahkan pusat seluruh Alkitab. Semua hal prasalib menuju ke salib. Dan semua hal sesudah salib menoleh ke salib. Justru tidak mengherankan jika terdapat sangat banyak ajaran mengenai salib. Para penulis PB tidak menyajikan suatu ajaran klise, melainkan menulis dari sudut pandang yg berbeda-beda dan memberi penekanan yg berbeda-beda pula. Mereka menyajikan beberapa segi dad pendamaian itu. Masing-masing menuliskan apa yg ia lihat, yg satu melihat lebih dari yg lain. Tapi mereka tidak melihat sesuatu yg berbeda. Selanjutnya, kita pertama-tama akan menalar apa yg dikatakan ajaran asasi dan umum mengenai pendamaian, kemudian beberapa hal yg diinformasikan kepada kita oleh salah satu penulis PB.
             a. Pendamaian mengungkapkan kasih Allah kepada manusia
             Para penulis PB sepakat bahwa pendamaian adalah hasil kerja kasih Allah. Pendamaian itu bukan sesuatu yg dipaksakan atau diperas oleh Anak yg penuh belas kasihan dari Bapak yg keras dan ogah, yg memang adil tapi tak dapat goyah. Pendamaian menunjukkan kasih Bapak sebagaimana kasih Anak. Paulus menerangkan bahwa ‘Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa’ (#/TB Rom 5:8*). #/TB Yoh 3:16* berkata, ‘Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya’. Dalam Kitab-kitab Injil ditekankan bahwa Anak Manusia harus menderita (#/TB Mr 8:31* dan ay-ay sejajar). Artinya, kematian Kristus bukan terjadi kebetulan: kematian-Nya berakar dalam suatu keharusan ilahi. Hal ini kita lihat juga dalam doa Yesus di Getsemane jadilah kehendak-Mu, ya Bapak!’ (#/TB Mat 26:42*). Dalam Ibr dikatakan bahwa ‘oleh kasih karunia Allah, Ia (Kristus) mengalami maut bagi semua manusia’ (#/TB Ibr 2:9*). Pemikiran ini terbentang di sepanjang PB, dan baiklah kita mengingatnya dalam memikirkan cara (metode) terciptanya pendamaian.
             b. Unsur pengorbanan dalam kematian Kristus
             Pemikiran lain yg tersebar luas dalam PB ialah bahwa Kristus mati ‘untuk menanggung hukuman dosa manusia’. Bukan bahwa orang jahat melulu memberontak melawan Dia, atau bahwa musuh-musuh-Nya melakukan makar terhadap Dia dan bahwa Ia tak sanggup menghadapi mereka. Tidak. Ia ‘telah diserahkan karena pelanggaran kita’ (#/TB Rom 4:25*). Ia datang khusus untuk mati karena dosa-dosa kita. Darah-Nya ditumpahkan ‘bagi banyak orang untuk pengampunan dosa’ (#/TB Mat 26:28*). Ia ‘mengadakan penyucian dosa’ (#/TB Ibr 1:3*). ‘Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib’ (#/TB 1Pet 2:24*). ‘Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita’ (#/TB 1Yoh 2:2*). Salib Kristus tak dapat dimengerti kecuali kita melihat bahwa di kayu salib Juruselamat berurusan dengan dosa umat manusia.
             Dengan berbuat demikian Kristus memenuhi semua yg dilambangkan dalam pengorbanan yg lama, dan para penulis PB gemar memikirkan tentang kematian-Nya sebagai pengorbanan. Yesus sendiri menunjuk kepada darah-Nya sebagai ‘darah perjanjian’ (#/TB Mr 14:24*), yg menunjukkan kepada kita upacara pengorbanan guna memperoleh artinya. Justru bahasa Perjamuan Kudus sangat bersifat pengorbanan, yg mengacu kepada korban yg sempurna genap di kayu salib.
             Paulus berkata, ‘Yesus Kristus telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yg harum bagi Allah’ (#/TB Ef 5:2*). Kadang-kadang Paulus menunjuk bukan kepada korban-korban secara umum, tapi kepada satu korban khusus, seperti dalam #/TB 1Kor 5:7*, ‘Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus’.
             Petrus berbicara tentang ‘darah yg mahal, yaitu darah Kristus, yg sama seperti darah anak domba yg tak bernoda dan tak bercacat’ (#/TB 1Pet 1:19*), yg menyatakan bahwa dalam satu segi kematian Kristus adalah pengorbanan. Yohanes Pembaptis berseru, ‘Lihatlah Anak Domba Allah yg menghapus dosa dunia’ (#/TB Yoh 1:29*).
             Pada abad pertama M hakikat dan makna pengorbanan dikenal di mana-mana, sehingga apa pun latar belakang seseorang ia akan mengerti hunjukan pada pengorbanan bila ia membacanya. Para penulis PB memanfaatkan hal ini dan menggunakan terminologi pengorbanan untuk mengungkapkan apa yg telah Kristus lakukan untuk manusia. Apa yg dilambangkan dalam korban-korban PL, bahkan lebih dari itu, Kristus telah menggenapinya tuntas dan seutuhnya dalam kematian-Nya.
             c. Manusia diperdamaikan dengan Allah
             Ada 4 perikop tentang pendamaian yg harus dipikirkan secara khusus, yaitu #/TB Rom 5:10* dab; #/TB 2Kor 5:18* dab; #/TB Ef 2:11* dab; #/TB Kol 1:20* dab. Dalam bh Yunani dipakai istilah katallage, kallasso dan apokatalasso. Gagasan pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak yg sekarang telah didamaikan, tadinya berlawanan, dan sekarang perlawanan mereka sudah hapus. Menurut Alkitab orang berdosa adalah ‘seteru Allah’ (#/TB Rom 5:10*; #/TB Kol 1:21*; #/TB Yak 4:5*). Bobot ay-ay ini dan ay-ay searti jangan diremehkan. Seteru jelas berarti lawan atau musuh tengik. Menurut Alkitab Allah sangat memusuhi segala sesuatu yg jahat.
             Jalan mengatasi permusuhan ialah menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan itu. Dalam keadaan tertentu pihak yg bersalah boleh minta maaf, boleh membayar utangnya, boleh mengembalikan apa yg dia curi: tapi jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan itu. Justru Kristus mati untuk meniadakan dosa manusia. Dengan cara demikian Ia menyingkirkan perseteruan manusia dengan Allah, Ia membuka jalan bagi manusia untuk kembali mendekati Tuhan: inilah pendamaian!

             Sangat menarik bahwa PB tidak berkata Kristus mendamaikan Allah dengan manusia. Yg dikatakan dan ditekankan ialah pendamaian manusia dengan Allah. Dosa manusialah yg menyebabkan perseteruan itu, justru dosa manusialah yg harus digumuli. Manusia patut diajak, dengan perkataan #/TB 2Kor 5:20*, ‘berilah dirimu didamaikan dengan Allah’. Atas dasar ini ada orang berpendapat bahwa karya Kristus yg mendamaikan hanya mempengaruhi manusia saja. Tapi pandangan ini tidak cocok dengan seluruh amanat PB sebagai satu kesatuan.
             Kekudusan Allah menuntut adanya tembok pemisah antara Allah dan manusia. Jika masalah dosa diserahkan kepada manusia saja, maka ia tak akan acuh mengenai dosanya dan tidak merasakan perseteruan dengan Allah akibat dosa itu.
             Tembok pemisah dibangun karena kekudusan Allah menuntut kesucian diri manusia. Bila pendamaian terjadi, kita tidak dapat berkata bahwa Allah terlepas dari pendamaian itu. Harus ada perubahan pada tuntutan hukuman dari Allah, jika murka Allah dengan segala yg tercakup dalam ungkapan itu tidak akan ditimpakan lagi ke atas manusia.
             Hal ini tidak berarti bahwa ada perubahan dalam kasih Allah, apalagi dalam diri Allah. Alkitab sangat gamblang menandaskan bahwa kasih Allah kepada manusia tidak berubah, kendati apa pun diperbuat oleh manusia. Harus diingat, bahwa pekerjaan Kristus yg mendamaikan berakar dalam kasih Allah yg begitu besar kepada manusia. ‘Ketika kita masih berdosa’, maka pada saat itu ‘Kristus telah mati untuk kita’ (#/TB Rom 5:8*). Kebenaran ini kukuh mantap. Tapi janganlah sekali-kali menganggap bahwa pendamaian melulu bersifat subyektif. Dalam arti tertentu pendamaian terjadi di luar diri manusia sebelum terjadi di dan atas diri manusia. Paulus berkata tentang Kristus, ‘Oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu’ (#/TB Rom 5:11*). Pendamaian siap diberikan dan diberlakukan justru ditawarkan (karena pendamaian itu sudah ada dan tersedia) sebelum manusia menerimanya. Dengan kata-kata lain, pendamaian itu harus dilihat sebagai pasti dan positif hasilnya, baik pada pihak manusia maupun pada pihak Allah.
             d. Pekerjaan Kristus dan murka Allah
             Gagasan bahwa kematian Kristus menampung dan menanggung segenap murka Allah, sering dikecam oleh ahli-ahli modern sebagai ‘tidak layak’, tidak cocok dengan pengertian Kristen tentang Tuhan Allah.
             Namun orang-orang pada zaman PL tidak menganggap gagasan ini sukar: bagi mereka ‘Allah adalah … Allah yg murka setiap hari’ (#/TB Mazm 7:10*). Mereka yakin bahwa dosa menimbulkan reaksi ilahi yg hebat sekali. Allah bukan lemah secara moral, Ia sangat tegas menentang kejahatan dalam segala bentuknya. Memang, Ia panjang sabar (#/TB Neh 9:17* dab), namun murka-Nya terhadap dosa adalah pasti. Menurut #/TB Bil 14:18*, Tuhan yg panjang sabar sekali-kali tidak membebaskan orang yg bersalah dari hukuman. Justru dalam ay yg terkait dengan kemurahan Allah, disebut bahwa Ia menolak untuk melepaskan orang yg salah. Bagi orang zaman PL, bahwa Allah panjang sabar adalah sesuatu yg mengherankan, yg tidak bisa diharapkan dan yg menghasilkan hormat agamawi.
             Tapi orang yg yakin bahwa Allah murka terhadap dosa, yakin pula bahwa murka ini dapat dielakkan, biasanya melalui penyerahan korban terkait. Hal ini dapat terjadi bukan karena korban itu mengandung suatu kuasa, tapi karena Allah sendiri berkata, ‘Allah telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian dengan pengantaraan nyawa’ (#/TB Im 17:11*).
             Pengampunan tidak ditarik dari suatu ilah yg tidak mau memberikannya. Pengampunan adalah karunia dari Allah yg suka mengampuni. ‘Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka-Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah-Nya’ (#/TB Mazm 78:38*). Manusia tidak dapat melakukan suatu apa pun untuk menangkis murka Allah. Allah sendiri yg menahan murka itu dan tidak membangkitkan amarah-Nya.
             Ungkapan ‘murka Allah’ terdapat beberapa kali dalam PB. Tapi disamping itu ada bukti lain yg menyatakan bahwa Allah senantiasa gigih melawan kejahatan. Keadaan orang berdosa teramat buruk, karena ia salah di hadapan Allah. Tidak ada pada orang berdosa harapan lain kecuali penghakiman dan hukuman ilahi. Tidak penting apakah akan menyebut hal ini ‘murka Tuhan’ atau tidak, yg jelas itu adalah fakta. Namun Alkitab menyebutnya ‘murka Allah’ dan tidak ada ungkapan lain yg memuaskan.
             Istilah ‘pendamaian’ dipakai dalam #/TB Rom 3:21-26*. ‘Oleh kasih karunia (kita) telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya’. Menurut Paulus setiap orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi, telah kena hukuman, ‘Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia’ (#/TB Rom 1:18*). Berkaitan dengan latar belakang ini Paulus memaparkan pekerjaan Kristus. Kristus mati bukan untuk menyelamatkan manusia dari maut yg tidak ada. Ia melepaskan dan menyelamatkan manusia dari bahaya maut yg benar-benar ada dan riil. Vonis hukuman telah dijatuhkan menimpa manusia. Dalam ps-ps pendahuluan Surat Rm dengan tegas Paulus menekankan murka Allah, adalah justru karena pekerjaan Kristus yg menyelamatkan pasti melepaskan orang berdosa dari murka itu. Hal ini diterangkan sebagai jalan pendamaian’ (Yunani hilasterion), yg menggambarkan jalan Tuhan menyelesaikan kemelut masalah dosa manusia.
             Dalam #/TB 1Yoh 2:2* Yesus disebut ‘pendamaian untuk segala dosa kita’. Dalam ay #/TB 1Yoh 2:1* Ia disebut ‘pengantara pada Bapak’. Karena dibutuhkan pengantara dengan Allah, maka pasti manusia sudah dalam keadaan sangat berbahaya. Jadi pendamaian di sini adalah sama seperti di tempat-tempat lain, yg berarti Yesus menanggung murka Allah guna membebaskan manusia dari murka itu.
             Tapi pandangan Alkitab tentang pendamaian tidak tergantung dari hanya beberapa ay tertentu saja. Pendamaian merupakan cerminan dari ajaran Alkitab sebagai keseluruhan. Pendamaian mengingatkan kita bahwa Allah sangat melawan segala kejahatan, bahwa sifat ilahi ini cocok disebut ‘murka’, dan bahwa murka itu dielakkan hanya melalui pekerjaan Kristus yg mendamaikan.

             e. Kristus mati sebagai wakil manusia
             Para ahli setuju, bahwa kematian Kristus adalah untuk orang lain. Jika dalam suatu pengertian Ia mati ‘karena dosa’, dalam pengertian lain Ia mati ‘karena kita’. Bila kita berkata bahwa Kristus mati sebagai wakil, itu berarti bahwa Ia mati khusus untuk kita. Sebagai wakil kita Ia tergantung di kayu salib. Hal ini diungkapkan dalam #/TB 2Kor 5:14*, ‘Satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati’. Kematian seorang wakil dihitung sebagai kematian mereka yg diwakili-Nya. Dalam #/TB 1Yoh 2:1* Yesus disebut ‘pengantara pada Bapak’, maka pemikiran tentang perwakilan tersirat jelas, dan bagian ini segera dilanjutkan dengan uraian tentang kematian Kristus karena dosa. Salah satu tema pokok Surat Ibr ialah mengenai Yesus sebagai Imam Agung. Pemikiran ini diulangi beberapa kali. Apa pun yg lain yg dapat dikatakan mengenai seorang Imam Besar, yg jelas adalah Ia mewakili orang lain. Karena itu pemikiran tentang perwakilan dapat dikatakan sangat kuat dalam Surat Ibr ini.

             f. Kematian Kristus sebagai pengganti
             Walaupun banyak ahli modem tidak mau menerimanya, namun hal pengganti (substitusi) merupakan ajaran PB, bukan dalam satu dua tempat tapi di seantero PB. Menurut #/TB Mr 10:45*, ‘Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang’.
             Baik rincian maupun garis besar ay ini menunjuk pada gagasan pengganti. Dalam rinciannya istilah ‘tebusan’ mempunyai arti pengganti, dan kata depan anti (’ bagi’) juga dipakai dalam arti pengganti: dalam garis besarnya, manusia seharusnya mati, justru Kristus mati sebagai pengganti, dan manusia tidak harus mati lagi. Kebenaran yg sama dinyatakan oleh kutipan-kutipan PB dari #/TB Yes 53* mengenai Hamba yg menderita, karena tentang Dia dikatakan, ‘la ditikam karena pemberontakan kita, Ia diremukkan karena kejahatan kita; ganjaran yg mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpa kan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh … Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kits sekalian’ (#/TB Yes 53:5*).
             Tersembunyinya semangat Kristus di Getsemane menunjuk pada hal yg sama. Ia berani, dan banyak yg jauh kurang layak daripada Dia juga telah menghadapi maut dengan tenang. Tersembunyinya semangat dan mencuatnya penderitaan itu tak dapat dipahami kecuali kita terima apa yg dikatakan Paulus, bahwa ‘Dia yg tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karma kita’ (#/TB 2Kor 5:21*). Dalam kematian-Nya Ia menggantikan kita, dan jiwa-Nya yg suci tersembunyi dari pengenalan ini dengan orang-orang berdosa. Dan nampaknya hanya hal inilah yg dapat menjelaskan seruan, ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (#/TB Mr 15:34*).
             Menurut #/TB Gal 3:13*, ‘Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita’. Ia menanggung kutuk atas kita, yg berarti Ia menggantikan kita. Pemikiran yg sama terdapat dalam #/TB Rom 3:21-26*. Di situ Paulus mengembangkan gagasan bahwa keadilan Allah dimanifestasikan dengan cara melalui mana dosa diampuni, yakni salib. Ia tidak mengatakan — seperti beberapa orang menganggap — kebenaran Allah diperlihatkan dalam fakta bahwa dosa diampuni, tapi bahwa kebenaran itu diperlihatkan pada jalan melalui mana dosa diampuni.
             Penebusan bukanlah ihwal melupakan dosa-dosa yg telah terjadi dahulu (#/TB Rom 3:25*). Salib menunjukkan bahwa lah adalah benar sewaktu Ia pada saat yg sama membenarkan orang-orang yg percaya. Ini tentu berarti bahwa Allah benar dalam cara-Nya menangani soal dosa, dan ini persis sama dengan mengatakan bahwa Kristus menanggung hukuman dosa manusia. Pemikiran ini juga terdapat dalam ay yg berhubungan dengan menanggung atau memikul dosa, mis #/TB Ibr 9:28*; #/TB 1Pet 2:24*. Arti menanggung dosa dijelaskan dalam PL sebagai menanggung hukuman akibat dosa. Misalnya dalam #/TB Yeh 18:20* dikatakan, ‘Orang yg berbuat dosa, itu yg harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya’. Dan dalam #/TB Bil 14:34* mengembara di padang gurun digambarkan sebagai menanggung akibat kesalahan umat Israel. Jadi apabila Kristus disebut menanggung dosa kita, itu berarti bahwa Ia menanggung hukuman kita.

             Penggantian mendasari kenyataan bahwa Kristus ‘telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia’ (#/TB 1Tim 2:6*). Istilah Yunani antilutron (tebusan) merupakan kata gabungan yg berarti pengganti tebusan. Dalam kamus Grimm-Thayer istilah ini diterangkan sebagai ‘sesuatu berikan untuk mengganti sesuatu yg lain sebagai harga tebusannya’. Tidaklah mungkin membuang arti penggantian dari istilah ini. Pemikiran yg sama terdapat dalam nubuat sinis Kayafas, ‘Lebih berguna bagi kita jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa’ (#/TB Yoh 11:50*). Bagi Kayafas kata-kata itu merupakan kebijaksanaan politis belaka, tapi bagi Yohanes kata-kata itu mengandung nubuat bahwa Kristus akan mati ganti manusia.
             Bukti-bukti di atas kendati tidak lengkap namun kuat dan antap. Tidak mungkin untuk menyangkal bahwa menurut PB penggantian adalah salah satu segi dari pekerjaan Kristus.
             g. Segi-segi pendamaian lainnya dalam PB
             Demikianlah pokok-pokok utama mengenai pendamaian yg terdapat di seluruh PB. Kebenaran-kebenaran lain yg penting telah dinyatakan oleh penulis-penulis tertentu (tapi tidak berarti bahwa kebenaran-kebenaran itu kurang layak diterima, melainkan hanyalah cara penggolongan saja). Paulus melihat di kayu salib jalan pelepasan. Manusia pada dasarnya adalah hamba dosa (#/TB Rom 6:17; 7:14*), tapi dalam Kristus orang sudah menjadi merdeka (#/TB Rom 6:14,22*). Demikian pula melalui Kristus orang dimerdekakan dari daging, mereka telah menyalibkan daging’ (#/TB Gal 5:24*), karena ‘keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh’ (#/TB Gal 5:17*) dan daging yg bukan dari Kristus pasti akan mati (#/TB Rom 8:13*). Murka Allah nyata atas manusia yg menindas kebenaran (#/TB Rom 1:18*), tapi Kristus melepaskan orang juga dari murka ini. Orang-orang percaya ‘dibenarkan oleh darah-Nya’, dan karena itu akan diselamatkan dari murka Allah (#/TB Rom 5:9*).
             Hukum Taurat dapat dipandang dari berbagai sudut, tapi menganggap hukum Taurat sebagai jalan untuk memperoleh keselamatan adalah mencelakakan. Hukum Taurat menunjukkan dosa seseorang kepada orang itu (#/TB Rom 7:7*), dan bahwa memasuki persekutuan yg telah dirasuki dosa akan mematikan dia (#/TB Rom 7:9-11*). Akibatnya ialah bahwa ‘semua orang, yg hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk’ (#/TB Gal 3:10*); tapi ‘Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat’ (#/TB Gal 3:13*). Bagi orang pada zaman purba kematian adalah musuh yg paling mengerikan, yg terhadapnya tak seorang pun dapat menang. Tapi Paulus menyanyikan lagu kemenangan dalam Kristus yg memberi kemenangan, bahkan atas maut (#/TB 1Kor 15:55-57*). Jelas sekali bahwa Paulus melihat Kristus adalah Pelepas maha sanggup.
             Ada banyak segi positif pendamaian. Tapi cukuplah menyebut penyelamatan, pembenaran, dan pengangkatan. Semua ini merupakan gagasan yg sangat berarti bagi Paulus. Dalam beberapa hal ia merupakan orang pertama yg menggunakan istilah-istilah tersebut. Jelas ia berpikir bahwa Kristus telah berbuat banyak untuk umat-Nya dalam kematian-Nya yg mendamaikan.
             Bagi penulis Surat Ibr pemikiran utama ialah mengenai Kristus sebagai Imam Agung yg mulia. Penulis mengembangkan sepenuhnya gagasan tentang keunikan dan kesempurnaan pengorbanan Kristus. Berlawanan dengan korban-korban di atas mezbah-mezbah Yahudi yg dilayani oleh imam-imam keturunan Harun, maka korban Kristus dalam kematian-Nya adalah kekal sifatnya. Itu tidak akan pernah berubah. Kristus telah menyelesaikan tuntas segenap soal dosa manusia.
             Dalam tulisan Yohanes terdapat pemikiran tentang Kristus sebagai penyataan khusus dari Bapak. Dia-lah diutus oleh Bapak, dan segala yg diperbuat-Nya harus diartikan dalam terang kenyataan ini. Jadi Yohanes melihat Kristus memenangkan pertarungan melawan kegelapan, mengalahkan si Jahat. Ia berbicara banyak tentang pelaksanaan maksud Allah dalam Kristus. Ia melihat kemuliaan yg benar pada salib di atas mana telah dilakukan pekerjaan akbar dan perkasa.
             Dari semua ini jelas bahwa pendamaian berwawasan luas dan dalam. Para penulis PB berusaha sebisa mungkin menyajikan arti dari perbuatan ilahi yg agung ini, kendati dengan bahasa yg serba kurang. Ada hal-hal penting lainnya yg jumlahnya jauh lebih banyak daripada yg dikemukakan di atas. Tapi semua pokok yg telah dinyatakan itu adalah penting, dan tak boleh diabaikan. Dan janganlah sekali-kali menganggap bahwa pendamaian melulu hal negatif. Karya Kristus mengorbankan diriNya untuk menyingkirkan dosa, membuka jalan bagi kehidupan baru dalam Kristus. Dan kehidupan baru itu, buah hasil karya Kristus di atas salib, janganlah dipikirkan sebagai suatu rincian yg tak berarti. Kepada kehidupan yg baru itu tertuju segala sesuatu yg lain.

       KEPUSTAKAAN D. M Baillie, God was in Christ, 1956; J Denney, The Death of Christ, 1951; The Christian Doctrine of Reconciliation, 1917; V Taylor, The Atonement in New Testament Teaching; G Aulen, Christus Victor, 1931; S Cave, The Doctrine of the Work of Christ; E Brunner, The Mediator; K Barth, Church Dogmatics, 4, i; The Doctrine of Reconciliation; J. S Stewart, A Man in Christ; Anselm, Cur Deus Homo?; L Morris, The Apostolic Preaching of the Cross, 1965; The Cross in the New Testament, 1967; J Knox, The Death of Christ; J. I Parker, TynB 25, 1974, hlm 3-45. LM/NY WBS/MBD

BAB III
DAMAI SEJAHTERA
       Pengertian dasar dari kata Ibrani syalom adalah sehat walafiat, utuh, keadaan baik. Kata Yunani eirene pertama-tama berarti negatif dalam tulisan klasik. Tapi melalui LXX (yg memakai kata itu untuk menerjemahkan syalom), maka kata itu dalam PB mempunyai makna syalom, dan hampir selalu mempunyai anti rohani. Bahwa kata itu mempunyai anti yg sangat luas, nampak dari banyaknya terjemahannya:
       selamat: #/TB Kej 43:27*; #/TB Kel 4:13*; #/TB Mr 5:34*; #/TB Luk 7:50*
       persahabatan: #/TB Yos 9:15*
       jangan kuatir: #/TB Hak 19:20*
       damai: #/TB 1Raj 5:12*; #/TB Ibr 12:14*
       kesejahteraan: #/TB Mazm 122:7*; #/TB Yer 28:7*
       kemujuran: #/TB Mazm 73:3*
       tenteram: #/TB Mazm 4:7*
       keselamatan: #/TB Mazm 85:9*
       damai sejahtera: #/TB Yes 48:18; 57:19*; #/TB Luk 1:79; 2:14; 10:5*; #/TB Yoh 14:27; 20:19*; #/TB Kis 10:36*.
       Karena dunia sudah kacau akibat dosa manusia, dan karena kesejahteraan datang hanya sebagai karunia Allah, maka pengharapan akan datangnya Mesias membawa zaman kedamaian atau kesejahteraan (#/TB Yes 2:2-4; 11:1-9*; #/TB Hag 2:6-8*), dan merupakan kedatangan Raja Damai (#/TB Yes 9:6* dab; bnd #/TB Yer 33:15* dab; #/TB Yeh 34:23* dab; #/TB Mi 5:6*; #/TB Za 9:9* dab). PB menunjukkan penggenapan dari pengharapan ini. Dalam Kristus damai sejahtera sudah datang (#/TB Luk 1:79; 2:14,29* dab). Dia-lah yg mengaruniakannya (#/TB Mr 5:34*; #/TB Luk 7:50*; #/TB Yoh 20:19,21,26*), dan murid-murid-Nya menjadi pembawanya (#/TB Luk 10:5* dab; #/TB Kis 10:36*).
       Kebutuhan paling utama dan yg pertama dari manusia berdosa ialah harus ada damai sejahtera dengan Allah. Artinya, permusuhan yg ditimbulkan oleh dosa dijauhkan dulu melalui kematian Kristus (#/TB Rom 5:1*; #/TB Kol 1:20*). Barulah. kemudian menyusul kesejahteraan batin (#/TB Fili 4:7*), yg tidak akan dapat dirongrong oleh kemelut dunia (#/TB Yoh 14:27; 16:33*). Damai sejahtera antara manusia dengan manusia adalah sebagian dari tujuan kematian Kristus (#/TB Ef 2*) dan tujuan dari pekerjaan Rob Kudus (#/TB Gal 5:22*); tapi manusia harus aktif untuk mengembangkannya (#/TB Ef 4:3*; #/TB Ibr 12:14*), tidak melulu hanya dalam arti menjauhkan perselisihan atau pertentangan, tapi juga dalam arti keselarasan dan peranan yg sungguh dari tubuh Kristus (#/TB Rom 14:19*; #/TB 1Kor 14:33*).

       KEPUSTAKAAN W Foerster dan G von Rad mengenai ‘eirene’ dlm TDNT 2, hlm 400-420; D Gillett, Them 1, 1976, hlm 80 dst; H Beck, C Brown, NIDNTT 2, hlm 776-783. FF/MHS

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...