Sunday, December 31, 2017

HARAPAN BARU: iman, pengharapan dan kasih, {1 Kor 13:13}




Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. {1 Kor 13:13}
 HARAPAN
       Nampaknya adalah suatu kebutuhan biologis apabila seseorang memandang kemasa depannya. Walaupun tidak ada dasar-dasar rasional toh manusia tetap berharap. Lumrah bahwa harapan demikian, pun bila nampaknya dapat dibuktikan, bisa lenyap dan bersifat khayal. Dan adalah menarik perhatian, betapa seringnya harapan digambarkan oleh penyair dan penulis-penulis lainnya dengan kata-kata sifat seperti ‘pingsan’, ‘gemetar’, ‘lemah’, ‘putus asa’, ‘maya’. Sering Alkitab memakai harapan dalam pengertian biasa itu. Contohnya, pembajak harus membajak dalam pengharapan (#/TB 1Kor 9:10*). Harapan akan memperoleh upah itulah yg membuat pekerjaan terasa manis. Tapi untuk bagian besar harapan seperti yg menjadi perhatian Alkitab sangat berbeda; dan jika dibandingkan jenis harapan ini, maka harapan-harapan yg lain hampir tidak dapat dikatakan lagi harapan.

       Mayoritas pemikir sekuler di dunia kuno, tidak melihat harapan sebagai kebaikan, tapi hanyalah angan-angan sewaktu-waktu. Dan Paulus memberikan gambaran yg tepat mengenai orang-orang yg menyembah berhala, sewaktu ia berkata bahwa mereka tidak mempunyai harapan (#/TB Ef 2:12*; bnd #/TB 1Tes 4:13*). Alasannya yg paling hakiki ialah mereka hidup ‘tanpa Tuhan’.
       Di mana ada keyakinan akan Allah yg hidup, yg berprakarsa dan bertindak, dan yg campur tangan dalam hidup manusia, serta dipercaya bahwa Ia akan menepati janji-janji-Nya, di situ harapan dalam pengertian alkitabiah menjadi mungkin. Harapan demikian bukanlah tergantung pada tabiat seseorang, juga bukan disebabkan keadaan yg menguntungkan atau kemungkinan-kemungkinan manusiawi lainnya. Harapan tidak tergantung pada apa yg dimiliki seseorang, juga tidak pada apa yg dapat ia perbuat bagi dirinya, demikian juga tidak pada apa yg dapat dibuat oleh orang lain bagi dia. Contohnya, tidak ada dasar dalam situasi dan keadaan Abraham yg bisa membenarkan harapannya bahwa Sara akan melahirkan seorang anak. Tapi karena ia percaya kepada Tuhan, ia dapat ‘berharap juga’ (#/TB Rom 4:18*).
       Harapan alkitabiah tidak dapat terlepas dari iman kepada Tuhan. Berdasarkan apa yg telah Allah perbuat pada waktu lampau, terutama dalam persiapan untuk kedatangan Kristus, dan berdasarkan apa yg telah Allah perbuat dan sedang perbuat melalui Kristus, maka orang Kristen walaupun belum melihatnya, berani mengharapkan berkat-berkat pada masa datang (#/TB 2Kor 1:10*). Bagi dia, kemurahan Tuhan tidak pernah akan kering. Yg terbaik masih belum tiba. Harapannya makin bertumbuh bila ia mempelajari perbuatan-perbuatan Tuhan seperti dilaporkan dalam Alkitab (#/TB Rom 12:12; 15:4*). Kristus di dalam orang percaya adalah pengharapan akan kemuliaan masa depan (#/TB Kol 1:27*). Keselamatannya yg terakhir tergantung pada harapan yg demikian (#/TB Rom 8:24*); dan harapan akan keselamatan ini adalah sebuah ‘topi baja’, suatu bagian yg paling penting dari pakaian besi untuk berperang melawan kejahatan (#/TB 1Tes 5:8*). Harapan tidak seperti layang-layang yg tergantung kepada angin yg berubah-ubah, melainkan seperti ‘sauh jiwa yg tetap mantap dan tidak berubah’, menembus jauh ke dalam dunia abadi yg tidak nampak (#/TB Ibr 6:19*). Oleh iman orang Kristen yakin bahwa hal-hal yg ia harapkan akan menjadi kenyataan (#/TB Ibr 11:1*); dan harapannya tidak akan mengecewakan dia (#/TB Rom 5:5*).
       Tidak ada petunjuk yg jelas mengenai harapan dalam ajaran Yesus. Tapi Ia mengajar murid-murid-Nya untuk tidak mencemaskan hari esok, karena hari esok ada dalam tangan Bapak yg penuh kasih. Ia juga membimbing mereka untuk berharap dengan yakin, bahwa sesudah kebangkitan-Nya maka kuasa rohani yg bani akan tersedia bagi mereka, akan memampukan mereka membuat hal-hal yg besar bahkan melebihi apa yg telah Ia perbuat, untuk mengatasi dosa dan kematian, dan supaya mereka melihat ke masa depan, ke masa di mana mereka akan turut mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya yg kekal. Kebangkitan Yesus menghidupkan kembali harapan mereka. Kebangkitan merupakan perbuatan Allah yg paling besar dalam sejarah. Berhadapan dengan kebangkitan ‘rasa panik dan putus asa sirna’.
       Iman Kristen pada hakikatnya adalah iman di dalam Allah yg membangkitkan Yesus dari antara orang mati (#/TB 1Pet 1:21*). Allah ini, yg kepada-Nya orang Kristen menaruh kepercayaannya, disebut ‘Allah sumber pengharapan’. Ia dapat mengisi hidup orang percaya dengan kesukaan dan sejahtera, dan memampukan dia untuk memiliki harapan yg berlimpah-limpah (#/TB Rom 15:13*). Oleh kebangkitan, orang Kristen diselamatkan dari keadaan yg buruk, yaitu dari harapan dalam Kristus yg hanya terbatas di dunia ini saja (#/TB 1Kor 15:19*), ke harapan dalam Yesus Kristus pada masa kini, masa datang dan selama-lamanya (#/TB 1Tim 1:1*). Panggilan terhadapnya untuk menjadi murid Kristus juga mengandung harapan agar pada akhirnya ia dapat turut mengambil bagian dalam kemuliaan Kristus (#/TB Ef 1:18*). Harapannya tersedia di sorga untuk dia (#/TB Kol 1:5*), dan akan dinyatakan pada waktu Kristus datang (#/TB 1Pet 1:13*).
KESIMPULAN:
       Adanya harapan ini membuat orang Kristen tidak mungkin puas dengan kesukaan fana (#/TB Ibr 13:14*); harapan itu juga memacunya menuju kesucian hidup (#/TB 1Yoh 3:2,3*), dan menyanggupkan dia untuk bersukacita dalam penderitaan. Dapat dilihat betapa seringnya harapan dalam PB dihubungkan dengan ‘kesabaran’ atau ‘keteguhan’. Kebajikan ini sangat berbeda dari ketahanan Stoa, tepatnya karena harapan ini terikat dengan pengharapan yg tidak dikenal oleh aliran Stoa (lih #/TB 1Tes 1:3*; #/TB Rom 5:3-5*).

       Dalam terang uraian di atas, tidaklah mengherankan betapa seringnya harapan disebutkan terkait dengan iman. Para pahlawan iman yg disebut dalam #/TB Ibr 11* adalah mercusuar dari harapan. Mungkin yg lebih menarik adalah hubungan yg sering terjadi antara harapan, kasih dan iman. Kombinasi ketiga unsur iman, pengharapan dan kasih terdapat dalam #/TB 1Tes 1:3; 5:8*; #/TB Gal 5:5,6*; #/TB 1Kor 13:13*; #/TB Ibr 6:10-12*; #/TB 1Pet 1:21,22*. Karena hubungannya dengan kasih, maka harapan orang Kristen terlepas dari pementingan diri sendiri. Orang Kristen hanya mengharapkan berkat bagi dirinya sendiri, yg ia ingin membagikannya kepada orang lain. Bila ia mengasihi sesamanya ia berharap bahwa mereka juga dapat menjadi penerima hal-hal yg baik, yg ia tahu bahwa Allah mau memberikannya kepada mereka.
       Paulus bersaksi tentang harapannya sebesar kasih dan imannya sewaktu ia mengembalikan hamba yg melarikan diri, Onesimus, kepada tuannya Filemon. Dengan demikian iman, pengharapan dan kasih jelas tidak dapat dipisah-pisahkan. Harapan tidak bisa ada tanpa iman, dan kasih tidak dapat dipraktikkan tanpa harapan. Ketiga hal inilah yg tetap tinggal (#/TB 1Kor 13:13*), dan bersama-sama mencirikan pola hidup Kristen. Oleh sebab itu Milikilah iman, Pengharapan dan kasih {1 Kor 13:13}

Ayat:
Ibr 10:23  Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
1Ptr 1:3 ¶  Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
1Ptr 1:21  Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
1Ptr 3:15  Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah.

       KEPUSTAKAAN.
 E. J Bicknell, The First and Second Epistles to the Thessalonians, WC, 1932; RB 61, 1954, hlm 481-532;
 J. J von Allmen, Vocabulary of the Bible, 1958; R Bultmann, K. H Rengstorf, TDNT 2, hlm 517-535;
 E Hoffmann, NIDNTT 2, hlm 238-246.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...