ROH KUDUS
Alkitab
menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh
Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari
Allah, api. Kepelbagaian itu membantu untuk menerangkan identitas dan kerja
Roh.
Ada yg
berpendapat bahwa ajaran PL dan ajaran PB mengenal pokok ini tak dapat
dipersatukan, tapi pendapat itu tidak benar. PL dan PB tidak bertentangan
tentang pemeliharaan Allah dan anugerah-Nya, atau tentang tindakan Logos dalam
penciptaan dan pekerjaan penyelamatan oleh Anak Allah, atau mengenal Roh Kudus.
Bapak dan Anak aktif dalam kedua Kitab Perjanjian itu, dan Roh Kudus bekerja
sepanjang zaman. Memang benar, hanya dalam PB terdapat gambaran rinci mengenal
aktivitas-Nya. Tapi ajaran Tuhan Yesus dan para rasul sama sekali tidak
bertentangan dengan apa yg kita pelajari dari penulis PL.
Karena Allah
itu Roh adanya (Yoh 4:24), pemikiran tentang Trinitas berasaskan ‘Roh’,
mengaburkan perbedaan antara Roh, Bapak, dan Anak. Berbicara mengenal Roh
sebagai tali kasih antara Bapak dan Anak, atau mendefinisikan Roh sebagai
‘tindakan hidup Allah di dunia’, memang menekankan kebenaran berharga namun
cenderung mengurangi kepribadian Roh, sehingga Ia menjadi tidak lebih dari
pengaruh atau kekuatan yg bersifat baik.
Berita PL
tentang aktivitas Roh memang lebih mudah diterangkan sebagai aktivitas dari
sesuatu yg impersonal — tidak berpribadi — daripada berita PB. Tapi Allah hadir
secara pribadi dan berkuasa melalui Roh-Nya, demikian PL dan PB. Dalam PL dan
PB ada gerakan dalam pekerjaan Roh Kudus dari yg eksternal ke yg internal —
dari yg lahiriah ke yg batiniah, dan dari penerapan atas ‘keadaan’ ke penerapan
atas ‘watak’. Ihwal yg ragawi dan amoral menuju ke yg rohani dan moral.
I. PL
Dalam PL dapat dilihat lima segi
pekerjaan Roh.
a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan
Roh
melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2), membentuk manusia (Kej 2:7), mencerahkan langit (#/TB Ayub 26:13), memelihara kehidupan
binatang, dan membaharui permukaan bumi (Mazm 104:30). Roh itulah ruakh
(’ nafas’, ‘angin’) Allah, tenaga dan kekuatan Allah, asas dari kehidupan
manusia dalam segala seginya. Manusia — roh, jiwa dan tubuh — terbuka bagi
kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah ‘pelita Tuhan’
(Ams 20:27) bila berada dalam Roh Tuhan. Bila roh manusia mempunyai
hubungan yg benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi kehendak Tuhan atas
dirinya. (Dlm PL manusia mempunyai roh atau roh adalah sinonim dari ia
mempunyai ‘hati’ atau ia adalah pribadi.) Sayang, karena dosa, manusia membuat
dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini ia merusak kepribadiannya
sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya. Tapi bila kepribadiannya
berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.
b. Pekerjaan Roh dalam melengkapi
manusia bagi pelayanan
Roh
datang pada orang yg dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan
kecakapan untuk mengemban tugas itu, mis keahlian (Kel 31:3),
kepemimpinan (Hak 3:10), kekuatan badani (Hak 14:6). Hal itu
dibuat-Nya tanpa harus mengubah moral orang itu.
c. Pekerjaan Roh dalam mengilhami
para nabi
Ada
kalanya mereka yg fanatik mengatakan dini digerakkan oleh Roh Kudus melakukan
hal-hal yg bagi orang-orang lain adalah berlebih-lebihan. Orang-orang lain itu
sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya orang-orang
lain itu cenderung memisahkan dini dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu
gamblang menyebut diri didiami oleh Roh Kudus (Am 7:14; Yer 31:33; Hos 9:7). Sementara itu ada pula nabi yg sungguh-sungguh menyadari
peranan dan pengaruh Roh Kudus. Karya Roh Kudus dipandang tinggi bobotnya dalam
wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani
dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.
Pada
prinsipnya pandangan ini diulangi oleh Yesaya dan Yehezkiel, yg terus terang
dan tegas menyamakan Roh Kudus dengan Allah (Yes 63:10,11) dan memberikan
dua dari ketiga contoh dalam PL dimana istilah ‘Roh Kudus’ digunakan.
d. Pekerjaan Roh Kudus dalam
menghasilkan kehidupan bermoral
Bagi
pemazmur kehadiran Roh Kudus berarti kehancuran roh manusia dan penyesalan,
hati yg bersih, setia dan bahagia. Dalam Mazm 139:7 Roh Allah disamakan
dengan kehadiran-Nya dan keduanya tak dapat dihindari. Pendekatan dan kuasa
Allah membuat pemazmur menaikkan permohonan supaya hati nuraninya diselidiki
dan ia dipimpin di jalan kekal (Mazm 139:23,24).
e. Pekerjaan Roh menubuatkan
Mesias
Pemazmur
mencatat kehadiran Roh pada zamannya dan beberapa penafsir menganggap itu
puncak penyataan Roh dalam PL. Tapi nabi juga merujuk pada pekerjaan Roh pada
masa datang, dan tentang itu ada dua acuan. Pertama, nubuat bahwa Roh akan
mendiami tokoh mesianis (Yes 11:2; 42:1-4; 61:1,2; bnd Luk 4:18).
Kedua, nubuat tentang kegiatan Roh dalam umat perjanjian Allah umumnya (Yeh 36:26,27; Yoel 2:28 dab).
Kurun
waktu antar perjanjian (inter-testamental) kurang mengalami kehadiran Roh.
Menurut dugaan, dengan penuh kerinduan orang zaman itu menoleh ke belakang,
atau dengan sangat berharap memandang ke depan, tapi tidak mengalami sukacita
sebagai dampak pekerjaan Roh. Namun beberapa penafsir Gulungan Laut Mati
berkata, kuasa Roh Kudus dialami oleh orang Esen dan mungkin juga oleh sekte lain
sebelum kedatangan Kristus.
II. PB
PB penuh
rujukan pada Roh (Yunani pneuma). Ia disebut dalam tiap kitab kecuali 2 dan 3
Yoh. Dalam Injil Sinoptik banyak acuan kepada Roh berkaitan dengan peristiwa
akbar dalam hidup Yesus, kontras dengan kurangnya ucapan Yesus sendiri mengenai
pekerjaan Roh. Ucapan Yesus yg berkaitan dengan Roh hanya lima, dan beberapa
sarjana mengatakan hanya satu dari antaranya sebagai asli (#/TB Mr 3:29 = Mat 12:31 = Luk 12:10), yg lainnya dicurigai dengan berbagai alasan. Ini
bukanlah tempat untuk membicarakan keberatan itu secara rinci. Cukup mengatakan
bahwa seandainya ucapan Kristus tentang Roh ditiadakan, maka tindakan itu sama
sekali tidak dapat diterapkan atas rincian kehidupan-Nya yg dicatat penulis
Sinoptik. Roh itu berperan serta dalam peristiwa sebelum kelahiran Yesus (Luk 1:15,35,41), pada kelahiran dan peristiwa lain yg segera menyusul (Luk 2:25-27), baptisan (Mat 3:13-17), pencobaan (Mat 4:1-11),
permulaan pelayanan (Luk 4:14), ucapan pengantar pada awal pelayanan
Yesus (Luk 4:18 dab), pengusiran roh jahat dan pemberian kuasa kepada
rasul-Nya untuk membaptis dalam nama Tritunggal termasuk Roh Kudus (Mat
28:19). Hal ini bersama pertimbangan lain, cukup untuk membantah pendapat
bahwa dalam ‘agama Yesus’ peranan Roh lebih sempit dari peranan-Nya dalam
‘kepercayaan gereja perdana’, dan pendapat bahwa Yesus takut terhadap
pengertian yg berlebih-lebihan perihal Roh pada saat itu, sehingga lebih menyukai
persekutuan akrab dengan BapakNya.
Yoh 14;
15; 16 yg penuh uraian tentang Roh, menerangkan mengapa Yesus kurang menyebut
Roh pada permulaan pelayanan-Nya. Roh tak berperan sepenuhnya dalam dini orang
percaya dan atas dunia sampai Anak kembali kepada Bapak melalui salib,
kebangkitan dan kenaikan. Memang Yesus memiliki Roh dan Roh tersedia bagi Dia
(Yoh 3:34), tapi Roh hanya dapat mendiami murid Yesus (Yoh 14:17).
Dan karena Roh — pada hakikatnya — adalah ‘diri Kristus’, maka peranan langsung
Roh tidak terlalu mendesak bagi sedikit orang yg sedang menikmati kehadiran
Kristus. Kristus sendiri adalah Penasihat, Pembela, Penghibur dan Sumber
kekuatan, sehingga selama kehadiran-Nya sepanjang kurun waktu inkarnasi-Nya di
bumi ini, peranan penghibur (Parakletos) belum begitu mendesak hingga Kristus
kembali ke sorga. Selama Kristus sendiri dapat langsung menjelaskan diriNya
sendiri, bersaksi dan menyampaikan ajaran-Nya kepada murid-murid-Nya, maka
tidak diperlukan Yg lain untuk memberikan pencerahan, bersaksi dan membuat
Firman diingat. Tapi bila Yesus meninggalkan mereka, maka penting Bapak
mengutus Roh untuk mengambil alih tugas-tugas tersebut terhadap orang-orang
percaya, dan juga tugas-tugas selanjutnya yakni menginsafkan dunia akan dosa
karena tidak percaya kepada Kristus; akan kebenaran karena Kristus, penjelmaan
kebenaran, telah naik kepada Bapak; akan penghakiman karena penguasa dunia
dihukum dalam kematian Kristus (Yoh 16:7-11). Dengan jelas Kristus
menyatakan bahwa Roh tidak akan meniadakan karya dan pribadi-Nya, tapi akan
menyampaikan dan menata kekayaan anugerah dan karya Kristus (lih Kis 1:1,
berarti Yesus melanjutkan pekerjaan dan ajaran-Nya melalui RohNya Yg Kudus).
Dengan
demikian tak dapat dikatakan bahwa Yesus menurut Alkitab sengaja mengabaikan
atau tidak mengakui pentingnya peranan Roh; atau bahwa bila Ia dicatat menyebut
Roh, maka hal itu adalah melulu pengaruh gereja perdana yg memasukkan
pengalaman Pentakosta dan post Pentakosta ke dalam Injil.
Pernah
dikatakan bahwa pada ps-ps permulaan Injil Yoh, Yesus menarik perhatian pada
Roh yg ada sekarang (Yoh 3:5-8), tapi dalam bagian terakhir Yesus
berbicara mengenai Roh yg akan datang. Dalam hal ini harus diterima keduanya,
bukan mempertentangkan yg satu terhadap yg lain. Nubuat Yohanes Pembaptis bahwa
Kristus akan membaptis orang dengan Roh dan api, digenapi sebagian dalam
hidup-Nya, namun hal ini baru mendapat penggenapan sepenuhnya pada hari
Pentakosta.
Kis
menceritakan ‘pencurahan’ Roh dan pekerjaan ganda-Nya. Kadang-kadang penekanan
terletak pada kekuatan Roh seakan-akan Ia bertindak secara impersonal (’ turun
ke atas’, ‘memenuhi’; lih Kis 2:1 dab). Kadang-kadang Ia bertindak dengan
penampilan berpribadi — personal, ump #/TB Kis 5:1 dab, di mana Ia dapat
dibohongi dan dalam ay lain Ia membimbing, memilih dan menghibur. Dalam Kis,
Kristus dan Roh terang dibedakan. Perhatikanlah Kis 8:16; 19:1-6, di mana
karunia Roh diberikan menyusuli kelahiran baru dan nampaknya dapat dilihat dan
didengar. Tapi tidak ada landasan untuk menyimpulkan bahwa kuasa karunia Roh
dapat dialami tanpa Kristus. Roh datang kepada orang yg percaya akan janji yg
dibuat bagi dan oleh Kristus (bnd acuan PL yg mengacu pada Kis 2:39 yakni Yes 54:13; 57:19; Yoel 2:28-32), dan menantikan penggenapannya —
bahwa Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai memperlengkapi
saksi-saksi perihal karya akbar Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan
keselamatan di Sion. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi
demi Kristus. Rasul-rasul dipenuhi oleh Roh, berkhotbah dan melakukan pekerjaan
kasih yg ajaib dalam nama Yesus dari Nazaret (Kis 3:6); Roh menjaga
kehormatan Anak dan menolak hormat bagi diriNya dan bagi manusia (Yoh
16:14).
Ajaran
paling rinci perihal Roh terdapat dalam surat rasuli yg bicara tentang
pengalaman jemaat yg dipenuhi oleh Roh. Beberapa sarjana melihat perkembangan
kronologis dalam ajaran Paulus mengenai Roh. Menurut mereka dalam Surat Paulus
yg paling pertama (2 dan 2 Tes), ia sependapat dengan gereja perdana, terutama
dalam pengakuan yg kurang kritis mengenai karunia lahiriah dari Roh (karunia
lidah, nubuat, 1Tes 5:19,20) disamping sifat moral batiniah, kekuatan-kekuatan
moral yg dikerjakan oleh Roh (1Tes 1:5,6). Tapi dalam Surat Rm, Kor dan
Gal Paulus prihatin — demikian para sarjana itu — perihal tuntutan
berlebih-lebihan akan Roh dari orang-orang yg menyalahgunakan karunia Roh
sehingga merusak keharmonisan gereja. Ia tetap mengklaim dan sadar akan
pengalamannya sendiri dan rekannya tentang ‘karunia lahiriah’ itu, tapi
menomorduakannya dibanding agape Kristen — kasih Kristus yg dicurahkan dalam
hati oleh Roh dan disebut kasih Roh (Rom 15:30). Penekanan lebih terletak
pada buah moral spontan yg memancar nyata dalam hidup atau perilaku orang
percaya karena Roh, ketimbang pada ‘karunia’ Roh. Karunia itu dinilai
berdasarkan bobot buah-buah Roh itu (Gal 5:22,23).
Pada tahap
ini terdapat ajaran Paulus mengenai Roh yg sangat berharga, yaitu hubungan Roh
yg sangat dekat dengan Kristus yg hampir tak dapat dipisahkan. Paulus bicara
tentang ‘Roh Kristus’, ‘Roh Allah’ ‘Roh Kudus’ dan ‘Roh’ tanpa perbedaan sampai
ungkapan yg sangat sulit ‘Tuhan yg adalah Roh’ (2Kor 3:18).
Kumpulan
Surat-surat terakhir ditulis (menurut tradisi) saat masa Paulus di penjara
(Flp, Ef, Kol, dan Surat-surat Penggembalaan) menekankan secara bersama-sama
pekerjaan Roh yg menciptakan dan memelihara kesatuan gereja (Ef 4:3,4).
Dalam
tulisan baik yg paling pertama maupun yg terkemudian (1Kor 2 dan #/TB
2Tim 3 — bila theopneustos menunjuk pada Nafas Roh Allah), Paulus
memperlihatkan hubungan antara Roh dan pengetahuan spiritual, pengertian dan
kebijaksanaan. Roh-lah yg mengetahui pikiran Allah dan yg sanggup mengajarkan
perihal Allah dengan meresapkannya ke dalam pikiran (roh) manusia (1Kor
2:4; Rom 8:26,27). Karya Roh dalam penyataan bersifat menebus. Ia tidak
hanya memberitakan berita menarik tentang Allah, tapi juga bekerjasama dengan
Allah dalam aktivitas yg dibarengi kekuatan (1Kor 2:4). Paulus tidak
menulis langsung mengenai karya Roh yg menuntun orang pada pertobatan, atau
mengenai kelahiran baru. Tapi karya Roh pada saat kelahiran baru atau
sesudahnya sering disebut. Roh-lah yg mengangkat manusia menjadi anak Allah,
dan bersaksi dengan roh manusia tentang hal itu (Rom 8:15,16; Gal
4:6). Roh Perjanjian yg memeteraikan orang percaya (Ef 1:13). Roh yg
satu yg oleh-Nya tersedia jalan masuk dalam Kristus kepada Bapak. Jalan masuk
meliputi perdamaian dan persekutuan, terutama dalam doa. Sama seperti Anak yg
berdoa di sebelah kanan Bapak, Roh juga berdoa untuk kita (Ef 2:18; Rom 8:26).
Roh Kudus —
dengan memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan
orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yg bangkit dalam dirinya. Roh
adalah Pencipta, Sumber dan Penata kekuatan sepanjang hidup dalam proses
pertumbuhan spiritual, dan hanya dengan Roh maka orang percaya dapat memperoleh
kemenangan melawan dosa. Roh melepaskan orang kudus dari belenggu
ketergantungan mutlak pada hukum secara harfiah; Roh adalah Roh Kristus
Pembebas, dan Yg mengubah orang berdosa, yg menyesuaikannya dengan citra
Kristus (2Kor 3:17,18). Roh Kudus ialah Roh Kerajaan Allah yg
mengutamakan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di atas makanan dan
minuman (#/TB Rom 14:17). Di atas segala-galanya, Roh-lah sumber kebenaran,
sumber kasih kudus yg mengungguli imam dan pengharapan, yg paling pertama dan
utama dalam daftar buah Roh hasil spontan dari pekerjaan-Nya (Gal
5:22,23). Dalam rangka itu maka karunia-Nya kepada gereja harus dihargai dan
digunakan (1Kor 12; 13). Roh-lah yg
mempersatukan, dan apabila Ia membagikan karunia yg berbeda Ia berusaha
memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera (#/TB Ef 4:3*). Janganlah
memadamkan Roh karena tidak bersandar pada-Nya, dan janganlah mendukakan-Nya
dengan mengandalkan-Nya secara salah (1Tes 5:19; Ef 4:30*).
Di luar
Surat-surat rasul Paulus acuan pada Roh Kudus sedikit dan tidak menambah
kejelasan mengenai sifat atau tabiat-Nya. Alkitab adalah ucapan dan karya-Nya
(#/TB Ibr 3:7*; #/TB 2Pet 1:21*). Hubungan-Nya dengan Kristus dinyatakan (#/TB
Ibr 9:14*; #/TB 1Pet 1:1,2*; #/TB 1Yoh 4:3*). Dalam Why Kristus yg ditinggikan
berbicara kepada jemaat melalui Roh yg transenden; Roh memperlengkapi penulis
Why dengan wahyu eskatologis dan melihat drama universal yg mencapai puncaknya
pada saat Roh dan Pengantin Perempuan bersama-sama memberi hormat kepada
Kristus Tuhan pada kedatangan-Nya yg kedua kalinya kelak.
Data-data
alkitabiah mengenai Roh Kudus menyatakan bahwa Roh Kudus tidak diciptakan, tapi
adalah daya kreatif dari Allah pengasih yg kudus, transendental namun sebagai
yg berpribadi hadir dalam roh manusia. Kadang-kadang Roh Kudus nampak sebagai
daya imanen, atau asas hidup, yg menopang alam semesta dan isinya. Pengakuan
akan kuasa Roh pada tingkat ini pun sudah sangat bermanfaat bagi manusia, yg
setiap waktu dan yg senantiasa makin tergantung pada energi alam, tapi
cenderung menyalahgunakan energi itu untuk menimbulkan kekacauan dan bencana.
PL bicara tentang Roh memampukan para tukang, mengilhami para pemimpin umat,
dan menobatkan orang-orang saleh sehingga haus akan kekudusan. Semua peri
‘kecakapan’ itu digenapi dalam PB pada Dia yg melalui nafas Allah tidak
terhalang mengucapkan Firman Allah, dan yg pada diriNya sendiri adalah Logos —
Firman Allah. Dosa yg menjadi kendala dalam diri manusia dipikul oleh Dia yg
melalui Roh yg kekal mempersembahkan diriNya yg tanpa cacat kepada Allah, yg
oleh Roh kekudusan dibangkitkan dari antara orang mati (#/TB Ibr 9:14*; #/TB
Rom 1:4*). Sejak pengalaman itu Allah yg menjadi manusia bersama kita, menjadi
pengalaman Allah Roh berdiam dalam kita. Kehidupan, terang, kemerdekaan dan
kasih Kristus diambil oleh Roh dan diterapkan pada roh manusia, sehingga
manusia diinsyafkan akan kematian, kegelapan, perhambaan, dan kebencian akan
Allah dan segala kebaikan, ia diperbaharui oleh kekuatan yg menuju pada
kebenaran, yaitu Roh kemuliaan.
Pengikut
Kristus wajib sadar akan tindakan Roh yg berperang demi dia dan dengan dia,
meyakinkannya, mengubah, mendesak, mengawal dengan peringatan lembut, supaya
tidak memadamkan atau mendukakan Roh dan teristimewa supaya tidak menghujat
Roh. Dampak moral dan spiritual dalam kepribadian manusia tidak dapat terjadi
oleh dan karena sesuatu yg tidak berpribadi. Dan peningkatan kepribadian yg
benar terjadi hanya bila manusia dipertemukan dengan Roh, dalam Siapa Allah Yahweh — AKU ADALAH YANG AKU ADA
— menjumpai manusia. Pada perjumpaan itu manusia tahu pasti, bahwa tidak ada yg
lain kecuali Allah sendiri yg memanggilnya. Waktu bersekutu dengan Allah dalam
persekutuan Roh penyucian, manusia tahu bahwa sekarang dirinya berada dalam
persekutuan yg baru dengan sesamanya di dalam Kristus, memasuki dan sekaligus
menghayati sarana dan tanggung jawab dalam kerajaan Roh. Manusia baru dapat
tercipta hanya bila Roh Kudus mempersatukan manusia ragawi yg memiliki roh itu
dengan Makhluk Baru Yang Kudus. Dikelilingi oleh dosa, ketidakbenaran,
pencemaran hidup dan ancaman kematian, manusia wajib berseru kepada Roh Kudus
yg dapat menghidupkan dan yg dapat memberikan realitas pada ibadatnya,
pekerjaannya dan kesaksiannya. Hanya dengan mengambil bagian dalam Roh Kudus
dan menghormati anugerahNya, manusia dapat senantiasa dan untuk selamanya
berada dalam citra baru dan menikmati persekutuan dengan Roh Kudus.
KEPUSTAKAAN.
H Berkhof, The Doctrine of the Holy Spirit,
1965; F. D Bruner, A Theology of the Holy Spirit, 1970; J. D. G Dunn, Baptism
in the Holy Spirit, 1970; Jesus and the Spirit, 1975; ‘Spirit, Holy Spirit’,
NIDNTT 3, hlm 689-709; M Green, I Believe in the Holy Spirit, 1975; G. S
Hendry, The Holy Spirit in Christian Theology, 1965; J. H. E Hull, The Spirit
in the Acts of the Apostles, 1967; M. E Isaacs, The Concept of Spirit, 1976; G.
W. H Lampe, Holy Spirit, 1DB 2, hlm 626-638; K McDonnell (red.) The Holy Spirit
and Power, 1975; G. T Montague, The Holy Spirit: Growth of a Biblical
Tradition, 1976; D Moody, Spirit of the Living God, 1968; E Schweizer dll, TDNT
6, hlm 332-451; T. S Smail, Reflected Glory, The Spirit in Christ and
Christians, 1975; A. M Stibbs dan J. I Packer, The Spirit within You, 1967; L.
J Suenens, A New Pentecost?, 1975; J. V Taylor, The Go-Between God, 1972.
Tentang roh manusia: H. W Robinson, The Christian Doctrine of Man, 1926; W. D
Stacey, The Pauline View of Man, 1956.
No comments:
Post a Comment