Monday, May 21, 2018

KITAB ULANGAN


KITAB ULANGAN

       Berasal dari LXX deuteronomion (Vulg deuteronomium), ‘pengulangan hukum Taurat’, berdasarkan pengertian yg salah tentang kata-kata ‘salinan hukum ini’ dalam #/TB Ul 17:18*.

          I. Isi ringkas

          Kitab ini terbagi tiga bagian:

          a. #/TB Ul 1:1-11:32*. Amanat Musa yg bersifat pendahuluan, disertai unsur-unsur cerita mini. Dalam #/TB Ul 1:6-3:29* Musa mengulangi tahap-tahap perjalanan Israel, mulai dari meninggalkan Horeb sampai ke lembah, di mana mereka mendirikan kemah-kemahnya. Dalam #/TB Ul 4:1-40* Musa mengucapkan nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan untuk generasi baru. Ditentukannya juga tiga kota perlindungan, dan penulis menerangkan terperinci tentang tempat di mana diucapkan kata-kata berikut (#/TB Ul 4:41-49*). Ps 5-11 merupakan amanat Musa, yg dimulai dengan mengulangi Kesepuluh Hukum, dan yg berakhir dengan hukum berikutnya.

          b. #/TB Ul 12:1-26:19*. Pemberian Hukum yg dilakukan Musa di hadapan umat Israel (lih di bawah).

          c. #/TB Ul 27:1-34:12*. Tambahan yg terdiri dari cerita dan amanat, yg berakhir dengan kematian Musa. Ps 27 memuat perintah supaya menuliskan semua hukum itu pada batu, dan supaya mengadakan perjanjian yg khidmat sesudah menyeberangi S Yordan. Ps 28 menyusul dengan berkat bagi orang-orang yg taat dan kutuk bagi yg ingkar atau durhaka. Dalam ps 29 dan 30 umat Israel diikat oleh Musa dalam suatu perjanjian, supaya beribadah kepada Yahweh, Allah mereka, dan hanya kepada-Nya saja (#/TB Ul 29:1,10*).

          Dalam ps 31 Yosua tampil, dan penulis menceritakan nasihat dan tugas yg disampaikan Musa kepadanya; lalu mereka bersama-sama mengajarkan suatu ‘nyanyian’ kepada bangsa itu (31; #/TB Ul 32:1-47*). Kitab ini diakhiri dengan berita tentang kematian Musa (#/TB Ul 32:48-52; 34:1-8*), berkat Musa kepada suku-suku Israel ‘sebelum ia mati’, dan ketaatan umat itu kepada Yosua sebagai pengganti Musa (#/TB Ul 34:9-12*).

          II. Penulis dan tarikh

          Sejak zaman Wellhausen, tarikh Ul menjadi pokok pembicaraan yg tak putus-putusnya. Wellhausen sendiri mengemukakan teori, bahwa penulis Kitab ini (yg dibatasinya hanya sampai inti ps 12-26) ialah seorang nabi, yg merampainya pada thn 622 sM. Tujuan nabi ini adalah pembaruan dalam hidup keagamaan, dan secara khusus menghancurkan bukit-bukit pengorbanan (bamot; #/TB 1Raj 3:4; 12:3*) dan memusatkan peribadatan di Yerusalem. Maka disembunyikannya Kitab ini di Bait Suci, agar kiranya ‘dijumpai’, seperti yg terjadi oleh Hilkia, yg membuahkan pembaruan tertulis dalam #/TB 2Raj 22; 23*.

          Pokok utama pandangan ini diterima oleh S. R Driver, tapi ia menganggap ps 5-11, dan barangkali lebih dari itu, adalah bagian dari Kitab itu. Untuk menghindari kesan seolah-olah itu penipuan, ditariknya tarikh Kitab itu ke belakang, ke kr thn 640 sM. Teori yg sama diterima oleh H. H Rowley, tapi ia lebih menyukai tarikh kr thn 680 sM, dan mengisyaratkan bahwa penulisnya mungkin sekali seorang pengikut nabi Yesaya. Di pihak lain beberapa ahli (Kennett, Halscher) menganggap Ul berasal dari zaman sesudah pembuangan. Mereka kemukakan bahwa #/TB Ul 17:15* tak mungkin ditulis sementara raja keturunan Daud masih menduduki takhtanya; bahwa banyak undang-undang dalam Ul tidak cocok tanggalnya dengan peristiwanya selama zaman kerajaan yg terakhir, dan ketetapan-ketetapan hukum, seperti dalam ps 13 dan 20, secara lahiriah tak dapat dilaksanakan. Sementara ahli menyarankan tarikh yg lain, yakni thn 701 sM atau yg lebih dini lagi (von Rad), pemerintahan raja Hizkia (Westphal, Hempel), atau zaman sebelum nabi-nabi (A. C Welch).

          Pandangan yg lebih konservatif dikemukakan oleh E Robertson, yg mengatakan bahwa Kitab itu dirampai oleh Samuel dari bahan-bahan Musa, yg sebagian dalam bentuk tertulis.

          Jika bukti-bukti yg dipakai oleh ahli-ahli ini diteliti, akan jelas bahwa sampai tingkat tertentu mereka saling membatalkan; tidak satu pun pandangan mereka mempunyai dasar yg kokoh. Kelemahannya sbb:

          Sukar menganggap Kitab itu sebagai rencana pembaruan, yg disusun oleh seorang murid Yesaya pada bagian pertama pemerintahan Manasye. Jika tujuan penulis adalah menghancurkan bukit-bukit pengorbanan, mengapa hal itu tidak disebut? Jika keinginannya memusatkan peribadatan di Yerusalem, mengapa tidak dijelaskan? Kota Yerusalem tak pernah jelas disebut atau disinggung.

          Abad 7 sM (tarikh Ul menurut pandangan tadi) adalah zaman kegelapan, yg menyusuli runtuhnya Kerajaan Utara, dan seorang raja yg menyembah berhala menduduki takhta kerajaan Yehuda. Tapi bayangan dari semuanya itu tidak ada dalam Ul; nada Kitab ini adalah harapan cerah yg tak kenal surut. Sukar mencari tanda pengaruh Yesaya, baik dalam pandangannya maupun bahasanya. Tidak memuat ajaran mengenai ‘sisa Israel’, melainkan himbauan terhadap ‘seluruh Israel’; tak pernah dipakai rumusan para nabi ‘beginilah firman Tuhan ALLAH’, juga tak pernah terdapat sebutan khas Yesaya ‘Yg Mahakudus, Allah Israel’. Dan tidak masuk akal bahwa seorang pengkhotbah dengan bakat luar biasa berpidato serta kuasa rohani yg besar, akan takut mengumumkan pesannya secara terbuka, lebih menyukai tinggal tersembunyi dan menuliskan amanatnya dalam sebuah kitab dan kemudian menyembunyikannya di Bait Suci!

          Di pihak lain, dasar untuk menerima Musa sebagai penulisnya istimewa kuatnya. Tradisi terus-menerus mengaitkan penulisan Ul kepada Musa; Yesus membenarkan pendapat ini (#/TB Mat 19:8*) demikian juga umumnya penulis PB.

          Dalam ps 31 penulis mencatat bahwa ‘hukum Taurat’ dituliskan oleh Musa dalam suatu kitab dan diberikannya kepada imam-imam, dan diperintahkannya mereka membacakan kitab itu kepada umat Israel (#/TB Ul 31:9-13*). Selanjutnya dia perintahkan supaya ‘kitab hukum Taurat’ diletakkan di samping tabut perjanjian sebagai kesaksian (#/TB Ul 31:24-26*). Maka cocok sekali dengan berita ini, bahwa penguasa yg kemudian harus membuat salinan Kitab ini, yg disalin dari kitab yg dimiliki oleh para imam (#/TB Ul 17:18* dab). Dari sini agak kelihatan, bahwa kitab yg ditulis oleh Musa tidak memuat ps 31-34; memang, kedua ps terakhir jelas ditambahkan sesudah kematiannya.

          Tafsiran paling sederhana dan paling mungkin ialah, Musa sendiri yg ‘menulis’ pemberian Hukum itu, yaitu ps 12-26, dan bahwa amanat-amanat dan ps-ps penutup dicatat dan ditambahkan di kemudian hari. Demikianlah ‘kitab’ itu menerima pengertian seluruh Kitab Ul.

          Tak ada alasan yg wajar untuk menempatkan penulis ps 31-34 pada suatu tarikh yg lebih jauh dari waktu yg langsung menyusuli kematian Musa. Orang itu mungkin sekali Eleazar atau salah seorang rekannya. Ia menulis seperti seorang yg menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa yg ditulisnya. Rincian yg tepat sekali mengenai bahan geografisnya dan sifat undang-undang, menyaksikan bahwa Kitab itu merupakan suatu dokumen, yg sebaya dengan peristiwa-peristiwa yg diterangkannya (lih juga bg berikut).

          Rujukan-rujukan kepada pengalaman-pengalaman yg pasti menggugah perasaan Musa secara mendalam, sekali-sekali meluap tak disangka-sangka, seperti ‘tempat perbudakan’ (#/TB Ul 5:6* dll), acuan akan serangan Amalek yg keji (#/TB Ul 25:17* dab), beratnya tanggungan penghakiman (#/TB Ul 1:9-18*), umat Israel bersungut-sungut (#/TB Ul 9:22*), bahan untuk membuat tabut perjanjian (#/TB Ul 10:3*), dan musuh-musuh yg mereka kalahkan. Rujukan kepada Harun (#/TB Ul 9:20* dab; #/TB Ul 10:6* dab; #/TB Ul 32:50* dab) dan kepada Miryam (#/TB Ul 24:9*) wajar dicetuskan oleh Musa, itu kelihatan ganjil sebagai angan-angan dari nabi abad 7. Di sini kita hadapi suatu catatan yg sungguh dan dapat dipercaya, seperti apa yg diucapkan dan ditulis sendiri oleh Musa.

          III. Suasana penulisan dan tempatnya

          Latar belakang waktu, tempat dan suasana Kitab ini jelas diungkapkan. Amanat-amanat dan peristiwa-peristiwa yg diceritakan dalamnya termasuk pada bulan terakhir pengembaraan 40 thn, yg dibebankan kepada umat Israel karena kedurhakaan hati mereka (#/TB Ul 1:3,35; 2:14*). Semuanya berakhir dengan peristiwa kematian Musa.

          Dalam Kitab ini terdapat banyak perincian geografis, khususnya pada ps-ps permulaan dan terakhir. Perlu diperhatikan bahwa tanah Palestina selalu dipandang dari luar Palestina. Ketelitian yg cermat dalam memberi keterangan tentang tanah Moab dan perjalanan ke situ, merupakan contoh yg tepat sekali (lih ps 2-3, dan perhatikan #/TB Ul 1:2*).

          Ada sedikit yg kurang jelas mengenai tempat-tempat yg disebut dalam #/TB Ul 1:1* (*Di-ZAHAB). Maksudnya mungkin sebagian kata-kata Musa telah diucapkan sebelum tiba di tempat yg begitu teliti ditentukan dalam #/TB Ul 3:29* dan #/TB Ul 4:44-49*. Ini suatu ‘lembah’ di dataran tinggi, atau suatu jurang (gay’). Dari perkemahan terlihat sebuah kuil (bet) dewa Peor, berhala orang kafir, suatu nama yg menimbulkan kenangan pahit (#/TB Bil 25*; #/TB Ul 3:29; 4:46*). Dari sana, dengan memandang ke arah barat, terlihat G Ebal dan Gerizim jauh di kaki langit (#/TB Ul 11:29-30*). Tinggi di atas perkemahan itu memanjang punggung gunung atau pisga (#/TB Ul 34:1*), dari situ dapat dipandang jelas seluruh tanah Kanaan.

          Disamping Musa ada para tua-tua dan imam (#/TB Ul 27:1,9*), dan pembantunya yg setia, Yosua, selalu dekat padanya (#/TB Ul 1:38*). Pendengar yg disapa oleh Musa umumnya angkatan muda. Memang ada sejumlah tertentu (#/TB Bil 14:29*) yg masih mengingat masa kanak-kanak mereka pada waktu perbudakan di Mesir, juga mujizat-mujizat pada saat kelepasan mereka. Kadang-kadang Musa lebih menujukan ucapannya kepada golongan terakhir, kadang-kadang kepada golongan pertama. Musa optimis memandang hari depan; Allah kita selamanya adalah ‘Allah sumber pengharapan’ (#/TB Rom 15:13*). Umat Israel pasti akan menyeberangi S Yordan dan akan mewarisi tanah di seberang (#/TB Rom 3:28; 12:10*). Dua ungkapan yg paling sering diucapkan dalam Kitab ini ialah ‘masukilah, dudukilah negeri…’ (mis #/TB Rom 1:8*, sebanyak 35 kali) dan ‘tanah yg diberikan Yahweh, Allah-mu, kepadamu’ (mis #/TB Rom 5:16*, sebanyak 34 kali). Tapi kesukaran-kesukaran sekali-kali tidak diremehkan; mereka harus berjuang keras (ps 20) dan godaan menyembah berhala sangat menggiurkan (ps 13). Justru Musa menyentuh perasaan untuk mendorong mereka tetap ‘berpaut’ kepada Yahweh, Allah mereka (#/TB Rom 13:3-4*) dengan ‘segenap hati dan dengan segenap jiwa’ mereka, dan agar ‘berhati-hatilah, supaya jangan melupakan’ (#/TB Rom 6:12; 8:11*) semua kasih karunia-Nya.

          Undang-undang yg dituliskan dalam ps 12-26 tepat cocok dengan latar belakang ini, dan tidak cocok dengan latar belakang lain yg mana pun.

          IV. Pemberian hukum

          Undang-undang yg tercantum pada ps 12-26 disebut dalam ay pembukaan sebagai ketetapan dan peraturan (#/TB Rom 12:1*); dalam #/TB Ul 26:17* ditambahkan kata ‘perintah’. Dengan memakai ketiga kata ini kita golong-golongkan hukum-hukum itu dalam tiga kelompok.

             a. Peraturan peraturan

             Dalam hubungan ini definisi kata ini dibatasi ketat sekali. Peraturan adalah suatu hukum atau undang-undang yg ditentukan oleh penguasa atau adat kebiasaan, yg menjadi patokan bagi seorang hakim untuk mengadili suatu perkara khusus. Contoh-contoh khas dapat dilihat dalam peraturan-peraturan #/TB Kel 21*. Penting disadari bahwa banyak dari peraturan ini dirumuskan dalam terminologi yg serupa, bahkan dengan terminologi yg persis sama dengan Kitab Undang-undang Hammurabi dan Kitab Undang-undang bangsa Sem, dari kurun waktu beberapa abad lebih dini dari Musa. Hal ini menunjukkan bahwa Allah membimbing Musa untuk memasukkan undang-undang ketertiban umum yg sudah mantap berlaku guna melengkapi peraturan-peraturan yg dicatatnya untuk diberlakukan di tanah perjanjian.

             b. Ketetapan-ketetapan

             Kata ‘ketetapan’ (khoq) berasal dari akar kata yg berarti mengukir atau menoreh. Dengan demikian artinya ialah peraturan yg permanen atau ketetapan. Bedanya dengan ‘peraturan’ sebagai undang-undang adalah demikian: ‘peraturan’ lebih terkait dengan hakim, sedang ‘ketetapan’ lebih terkait dengan kata hati atau Allah. Kedua perbedaan itu disajikan dalam #/TB 1Raj 6:12*; di situ Salomo diperintahkan ‘menuruti’ ketetapan-ketetapan Allah, dan ‘melakukan’ peraturan-peraturan-Nya. Biasanya kata-kata ini diungkapkan dalam diri kedua; keduanya merupakan petunjuk budi pekerti, dan dengan demikian menkonstitusikan peraturan hidup yg berasal dari Allah, peraturan mana tidak terdapat dalam kitab-kitab undang-undang Semit. Beberapa dari peraturan itu berkaitan dengan upacara agama, hari-hari ‘raya (#/TB Ul 16:1; 17*), atau persembahan (#/TB Ul 2:5-28*). Di situ tercakup undang-undang keadilan, kesucian (mis #/TB Ul 16:19; 23:17*), kebaikan hati dan belas kasih (#/TB Ul 23:15,24*). Walau ada beberapa mengenai keadaan-keadaan yg sudah kuno, semua yg lainnya masih sama kokohnya seperti pada zaman penulisannya, dan semuanya patut kita teliti.

             c. Perintah-perintah

             Walaupun kata ‘perintah’ dapat dikenakan kepada setiap jenis perintah, tapi demi kemudahan di sini artinya dibatasi hanya pada perintah-perintah yg tidak mempunyai kewajibanabadi, yg dapat digenapi hanya satu kali untuk selamanya, seperti perintah untuk memusnahkan kuil-kuil bangsa kafir (#/TB Ul 12:2*), pengangkatan para hakim dan petugas (#/TB Ul 16:18*), dan penentuan kota-kota perlindungan (#/TB Ul 19:1-13*).

             Pemberian hukum ini disertai perasaan keagamaan yg sangat hangat: Nama Yahweh terdapat 189 kali. Waktu Musa menetapkan peraturan-peraturan yg gunanya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah umat Israel, serentak ia berusaha mempertautkan mereka kepada Yahweh, Allah mereka, dalam rasa ketaatan dan kasih sayang.

          V. Kutipan-kutipan di kemudian hari

          ‘Kitab Taurat’ yg ditemukan Hilkia di Bait Suci, hampir pasti memuat (paling sedikit berisikan) Kitab Ul; demikian juga kitab yg dibaca oleh Ezra (#/TB Neh 7:73*). Lama sebelum peristiwa ini, raja Yosafat menyuruh orang-orang Lewi ke kota-kota berkubu di Yehuda untuk mengajar dari ‘kitab Taurat Yahweh’ (#/TB 2Taw 17:8* dab). Lebih dini lagi ialah kitab yg dipesankan Daud kepada Salomo untuk dipatuhinya (#/TB 1Raj 2:3*). Di Sikhem Yosua mematuhi perintah untuk mengukirkan hukum Musa pada batu-batu (#/TB Yos 8:30-35*; bnd #/TB Yos 1:8; 24:26*). Yg lebih penting lagi ialah Tuhan Yesus sendiri menggunakan-Nya. Dalam pencobaan-Nya tiga kali Dia kutip ay dari kitab ini sebagai kitab yg berwibawa (#/TB Mat 4:4,7,10*; #/TB Ul 8:3; 6:13,16*). Untuk menjawab pertanyaan ahli Taurat Ia juga mengutip Ul (#/TB Mr 12:29*; #/TB Ul 6:4*). Jelas, bahwa Kitab Ul sudah Dia kenal baik.

          Ucapan Musa tentang seorang nabi yg akan datang (#/TB Ul 18:15*) ditafsirkan oleh Petrus dan Stefanus sebagai nubuat mengenai Yesus Kristus (#/TB Kis 3:22; 7:37*); dan ada lagi kutipan-kutipan lain dari kitab ini dalam PB. Paulus, mengikuti teladan Musa, mengajarkan perlunya agama yg sungguh yg timbul dari hati, dan mengenakan #/TB Ul 30:11-14* kepada iman dalam Yesus Kristus (#/TB Rom 10:6-8*). Lih juga #/TB Gal 3:10,13*; #/TB Ibr 10:28*.

          Mengenai Kitab Ul Yesus Kristus berkata: ‘Ada tertulis’ (#/TB Mat 4:4,7,10*) dan dengan rasa terima kasih dapat kita tambahkan ‘untuk menjadi pelajaran bagi kita’ (#/TB Rom 15:4*).

       KEPUSTAKAAN. P Bius dan J Leclerq, Le Deuteronome, 1963; R. E Clements, God’s Chosen People, 1968; P. C Craigie, ‘Deuteronomy’, 1977; S. R Driver, Deuteronomy, ICC, 1902; G. H Davies, ‘Deuteronomy’, Peake’s Commentary on the Bible, edisi 1962; C. F Keil dan F Delitzsch, Biblical Commentary on the OT, 3,1864; M. G Kline, Treaty of the Great King, 1963; G. T Manley, The Book of the Law, 1957; D. J McCarthy, Treaty and Covenant, 1963; G. E Mendenhall, Law and Covenant in Israel and the Ancient Near East, 1955; E. W Nicholson, Deuteronomy and Tradition, 1967; E Robertson, The OT Problem, 1950; G von Rad, Deuteronomy, 1966; Studies in Deuteronomy, 1953; G. A Smith, The Book of Deuteronomy, 1918; J. A Thompson, Dueteronomy, TOTC, 1974; The Ancient Near Eastern Treaties and the Old Testament, 1964; M Weinfeld, Deuteronomy and the Deuteronomic School, 1972; A. C Welcb, The Code of Deuteronomy, 1924; Deuteronomy and the Framework to the Code, 1932; G. J Wenham, The Structure and Date of Deuteronomy (skripsi, belum terbit), 1970; ‘Deuteronomy and the Central Sanctuary’, TynB 22, 1971, hlm 103-118; G. E Wright, Deutoronomy, 1B 2; The OT and Theology, 1965.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...