KITAB KELUARAN
I. Garis besar isi
Kitab Kel
ialah kitab kedua dalam Pentateukh. Menyajikan sejarah Israel yg menyusuli masa
keberuntungan, yaitu waktu Yusuf memegang tampuk pemerintahan Mesir. Kitab Kel
mencatat kedua puncak masa jaya dalam sejarah Israel, yaitu: pembebasan dari
Mesir dan pemberian Taurat. Sesudah itu peristiwa-peristiwa yg dicatat dalam
Kel menduduki tempat sentral dalam penyataan diri Allah kepada umat-Nya, tidak
hanya di bawah perjanjian lama tapi juga di bawah perjanjian baru: karena domba
Paskah menjadi lambang dari korban Tuhan Yesus, dan pesta Hari Raya Paskah
menjadi dasar dari Perjamuan Kudus, peringatan penebusan umat kristiani.
Tema utama Kel
adalah peristiwa-peristiwa yg mendahului dan menyusuli keberangkatan Israel
dari Mesir. Kerangka kronologisnya hanya diberikan secara umum, selaras dengan
cara Ibrani melihat sejarah, yaitu sebagai deretan peristiwa, jadi bukan
sebagai deretan tanggal.
Kitab Kel
mulai dengan catatan ringkas tentang keturunan Israel, sebagai jembatan
peralihan dari Kej, lalu mencatat keresahan yg timbul pada pihak Mesir melihat
laju pertambahan jumlah orang Israel yg begitu besar. Ini mereka anggap
ancaman. Untuk menghadapinya dikeluarkan dua bahkan mungkin tiga ketetapan.
Pertama, membebankan kepada orang Israel kerja paksa, diawasi oleh
mandur-mandur orang Mesir. Barangkali tujuannya untuk memperoleh sejumlah besar
tenaga kerja yg dibutuhkan pada saat itu, sambil mengawasi mereka dengan ketat.
Kedua, kelihatannya bertujuan untuk memperberat perbudakan yg telah begitu
tajam, sekaligus memeras tenaga dan waktu memikirkan dan melakukan yg lain.
Ketiga, bertujuan mencegah pertambahan jumlah orang Israel selanjutnya, dengan
jalan membunuh semua bayi laki-laki yg baru lahir. Bayi-bayi laki-laki
dijadikan sasaran, karena dianggap kelak akan bangkit jadi pemberontak.
Ketetapan ketiga melatarbelakangi kelahiran Musa dan dibesarkannya dia di
istana Firaun, dan menjadi tokoh besar kedua dalam sejarah bangsa Israel.
II. Penulis
Aliran
‘kritik sastra’ menganggap Kitab Kel terdiri dari berbagai unsur, berasal dari
beberapa sumber atau tangan yg meliputi masa dari abad 8-2 sM (lih A. H
McNeile, Exodus hlm ii). Sumber-sumber yg diduga ada itu disebut Y (yg dalamnya
dipakai nama Tuhan ‘Yahweh’), E (Elohim), U (Ulangan), I (Imamat) dan R
(beberapa penyusun lain) OEissfeldt dalam bukunya Einleitung in das Alte
Testament, hlm 230, 253 menambahkan sumber A (awam) dan P (kitab perjanjian,
yaitu #/TB Kel 20:22-23:33*). Menurut Eissfeldt (hlm 289) urutan perkembangan
Keluaran agaknya ialah A Y E P I R: R berarti beberapa redaksi (penyusun) yg
secara teratur menambahkan YEPI pada ‘kitab’ ini.
Jika pandangan
ini dapat dibuktikan maka cerita-cerita dalam Kitab Kel jelas tidak bisa
dipercayai. Tapi pandangan ini hanyalah bersifat teori yg tidak dapat
dibuktikan. Seperti dikatakan Eissfeldt sendiri ‘Seluruh kritik Pentateukh
adalah suatu hipotesis (pradalil) belaka, walaupun dasarnya kuat’ (Einleitung,
hlm 288). Orang lain berpendapat bahwa dasar-dasarnya bukan kuat melainkan sama
sekali lemah. Secara umum, kritik sastra mengakui bahwa setiap karangan memakai
sumber, tapi hal ini tidaklah membuktikan adanya beberapa penulis. Juga
diterima, bahwa gaya bahasa suatu tulisan sebagian besar tergantung pada pokok
yg dibicarakan di dalamnya, bukan pada kosa kata atau gaya penulisnya, sehingga
tidak dapat dipakai sebagai bukti adanya beberapa penulis. Kriteria yg dipakai
kritik sastra untuk memotong-motong Kitab Kel menjadi sekian potongan, sekarang
sudah diakui tidak bernilai.
Lagipula,
jika teori ini diterima maka akan timbul beberapa keganjilan. Ganjil sekali
bahwa sumber I, yg menurut dugaan para kritikus sastra ditulis dari titik
pandang imamat, tidak meningkatkan golongan imamat: Musa, pemimpin politik,
tetap digambarkan sebagai lebih unggul dari Harun imam besar itu, yg dua tiga
kali ditunjukkan melakukan kesalahan. Sekali lagi, seandainya keseluruhan Kitab
Kel disusun di hari kemudian untuk memberi gambaran ideal tentang teokrasi yg
dibayangkan sudah ada pada zaman Musa (pandangan S. R Driver, Exodus, hlm 12),
maka mengingat isi kitab yg menerangkan ketegaran hati dan sifat bangsa Israel
yg tak dapat diajar itu, kita hanya dapat berkata bahwa para penulis di hari
kemudian itu, gagal total dalam usaha mereka.
Pandangan Yahudi sejak zaman Yosua (#/TB
Yos 8:34* dab) yg diindahkan oleh Tuhan Yesus dan diterima oleh gereja, ialah
bahwa Kel merupakan kerja Musa. Itulah juga kesan yg diberikan oleh Kitab Kel
sendiri. Tidak ada bukti nyata filologi yg tidak cocok dengan pandangan ini.
Mungkin sudah terjadi pemodernisasian nama-nama geografis, tapi ini lain sekali
dari hal memasukkan sisipan yg luas yg berasal dari zaman sesudah Musa.
Penulisan Musa ini agaknya mungkin berasal dari abad 13 sM.
==> Image 00126
III Naskah
Dalam naskah
Kitab Kel terdapat beberapa kesalahan salin, tapi hanya sedikit: misalnya
huruf-huruf yg hilang, ditografi (ditulis dua kali), haplografi (seharusnya
ditulis dua kali ditulis hanya satu kali saja), dll. Bilangan-bilangan yg
jumlahnya besar dianggap mustahil oleh berapa orang; tapi pada satu pihak harus
diingat bahwa penerusan bilangan-bilangan dalam cara tulisan Ibrani agak sulit,
dan pada pihak lain jika jumlah orang-orang Israel sudah betul (artinya,
salinannya tidak salah) toh tidaklah mustahil bagi bangsa sebesar itu untuk
hidup dalam perjalanan karena kebutuhannya sederhana.
KEPUSTAKAAN. A. H McNeile, The Book of Exodus, WC,
1917; E. J Young, Introduction to the Old Testament, 1954; M Noth, Exodus,
1962; BY Napier, Exodus, 1963; D. W Gooding, The Account of the Tabernacle,
1959; U Cassuto, Commentary on the Book of Exodus, 1967; B. S Childs, Exodus,
1974; R. A Cole, Exodus, TOTC 1973; J Finegan, Let My People Go, 1963; E. W
Nicholson, Exodus and Sinai in History and Tradition, 1973.
No comments:
Post a Comment