Saturday, May 19, 2018

KITAB KELUARAN


KITAB KELUARAN
          I. Garis besar isi

          Kitab Kel ialah kitab kedua dalam Pentateukh. Menyajikan sejarah Israel yg menyusuli masa keberuntungan, yaitu waktu Yusuf memegang tampuk pemerintahan Mesir. Kitab Kel mencatat kedua puncak masa jaya dalam sejarah Israel, yaitu: pembebasan dari Mesir dan pemberian Taurat. Sesudah itu peristiwa-peristiwa yg dicatat dalam Kel menduduki tempat sentral dalam penyataan diri Allah kepada umat-Nya, tidak hanya di bawah perjanjian lama tapi juga di bawah perjanjian baru: karena domba Paskah menjadi lambang dari korban Tuhan Yesus, dan pesta Hari Raya Paskah menjadi dasar dari Perjamuan Kudus, peringatan penebusan umat kristiani.

          Tema utama Kel adalah peristiwa-peristiwa yg mendahului dan menyusuli keberangkatan Israel dari Mesir. Kerangka kronologisnya hanya diberikan secara umum, selaras dengan cara Ibrani melihat sejarah, yaitu sebagai deretan peristiwa, jadi bukan sebagai deretan tanggal.


          Kitab Kel mulai dengan catatan ringkas tentang keturunan Israel, sebagai jembatan peralihan dari Kej, lalu mencatat keresahan yg timbul pada pihak Mesir melihat laju pertambahan jumlah orang Israel yg begitu besar. Ini mereka anggap ancaman. Untuk menghadapinya dikeluarkan dua bahkan mungkin tiga ketetapan. Pertama, membebankan kepada orang Israel kerja paksa, diawasi oleh mandur-mandur orang Mesir. Barangkali tujuannya untuk memperoleh sejumlah besar tenaga kerja yg dibutuhkan pada saat itu, sambil mengawasi mereka dengan ketat. Kedua, kelihatannya bertujuan untuk memperberat perbudakan yg telah begitu tajam, sekaligus memeras tenaga dan waktu memikirkan dan melakukan yg lain. Ketiga, bertujuan mencegah pertambahan jumlah orang Israel selanjutnya, dengan jalan membunuh semua bayi laki-laki yg baru lahir. Bayi-bayi laki-laki dijadikan sasaran, karena dianggap kelak akan bangkit jadi pemberontak. Ketetapan ketiga melatarbelakangi kelahiran Musa dan dibesarkannya dia di istana Firaun, dan menjadi tokoh besar kedua dalam sejarah bangsa Israel.

          II. Penulis

          Aliran ‘kritik sastra’ menganggap Kitab Kel terdiri dari berbagai unsur, berasal dari beberapa sumber atau tangan yg meliputi masa dari abad 8-2 sM (lih A. H McNeile, Exodus hlm ii). Sumber-sumber yg diduga ada itu disebut Y (yg dalamnya dipakai nama Tuhan ‘Yahweh’), E (Elohim), U (Ulangan), I (Imamat) dan R (beberapa penyusun lain) OEissfeldt dalam bukunya Einleitung in das Alte Testament, hlm 230, 253 menambahkan sumber A (awam) dan P (kitab perjanjian, yaitu #/TB Kel 20:22-23:33*). Menurut Eissfeldt (hlm 289) urutan perkembangan Keluaran agaknya ialah A Y E P I R: R berarti beberapa redaksi (penyusun) yg secara teratur menambahkan YEPI pada ‘kitab’ ini.

          Jika pandangan ini dapat dibuktikan maka cerita-cerita dalam Kitab Kel jelas tidak bisa dipercayai. Tapi pandangan ini hanyalah bersifat teori yg tidak dapat dibuktikan. Seperti dikatakan Eissfeldt sendiri ‘Seluruh kritik Pentateukh adalah suatu hipotesis (pradalil) belaka, walaupun dasarnya kuat’ (Einleitung, hlm 288). Orang lain berpendapat bahwa dasar-dasarnya bukan kuat melainkan sama sekali lemah. Secara umum, kritik sastra mengakui bahwa setiap karangan memakai sumber, tapi hal ini tidaklah membuktikan adanya beberapa penulis. Juga diterima, bahwa gaya bahasa suatu tulisan sebagian besar tergantung pada pokok yg dibicarakan di dalamnya, bukan pada kosa kata atau gaya penulisnya, sehingga tidak dapat dipakai sebagai bukti adanya beberapa penulis. Kriteria yg dipakai kritik sastra untuk memotong-motong Kitab Kel menjadi sekian potongan, sekarang sudah diakui tidak bernilai.

          Lagipula, jika teori ini diterima maka akan timbul beberapa keganjilan. Ganjil sekali bahwa sumber I, yg menurut dugaan para kritikus sastra ditulis dari titik pandang imamat, tidak meningkatkan golongan imamat: Musa, pemimpin politik, tetap digambarkan sebagai lebih unggul dari Harun imam besar itu, yg dua tiga kali ditunjukkan melakukan kesalahan. Sekali lagi, seandainya keseluruhan Kitab Kel disusun di hari kemudian untuk memberi gambaran ideal tentang teokrasi yg dibayangkan sudah ada pada zaman Musa (pandangan S. R Driver, Exodus, hlm 12), maka mengingat isi kitab yg menerangkan ketegaran hati dan sifat bangsa Israel yg tak dapat diajar itu, kita hanya dapat berkata bahwa para penulis di hari kemudian itu, gagal total dalam usaha mereka.

          Pandangan Yahudi sejak zaman Yosua (#/TB Yos 8:34* dab) yg diindahkan oleh Tuhan Yesus dan diterima oleh gereja, ialah bahwa Kel merupakan kerja Musa. Itulah juga kesan yg diberikan oleh Kitab Kel sendiri. Tidak ada bukti nyata filologi yg tidak cocok dengan pandangan ini. Mungkin sudah terjadi pemodernisasian nama-nama geografis, tapi ini lain sekali dari hal memasukkan sisipan yg luas yg berasal dari zaman sesudah Musa. Penulisan Musa ini agaknya mungkin berasal dari abad 13 sM.

          ==> Image 00126
 
          III Naskah

          Dalam naskah Kitab Kel terdapat beberapa kesalahan salin, tapi hanya sedikit: misalnya huruf-huruf yg hilang, ditografi (ditulis dua kali), haplografi (seharusnya ditulis dua kali ditulis hanya satu kali saja), dll. Bilangan-bilangan yg jumlahnya besar dianggap mustahil oleh berapa orang; tapi pada satu pihak harus diingat bahwa penerusan bilangan-bilangan dalam cara tulisan Ibrani agak sulit, dan pada pihak lain jika jumlah orang-orang Israel sudah betul (artinya, salinannya tidak salah) toh tidaklah mustahil bagi bangsa sebesar itu untuk hidup dalam perjalanan karena kebutuhannya sederhana.

       KEPUSTAKAAN. A. H McNeile, The Book of Exodus, WC, 1917; E. J Young, Introduction to the Old Testament, 1954; M Noth, Exodus, 1962; BY Napier, Exodus, 1963; D. W Gooding, The Account of the Tabernacle, 1959; U Cassuto, Commentary on the Book of Exodus, 1967; B. S Childs, Exodus, 1974; R. A Cole, Exodus, TOTC 1973; J Finegan, Let My People Go, 1963; E. W Nicholson, Exodus and Sinai in History and Tradition, 1973.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...