Tuesday, May 1, 2018

IMANUEL (Ibrani ‘immanu’el, ‘Allah beserta kita’)


IMANUEL
       (Ibrani ‘immanu’el, ‘Allah beserta kita’). Kata itu muncul ‘tiga kali dalam Alkitab, dua kali dalam PL (TB Yes 7:14; 8:8) dan satu kali dalam PB (TB Mat 1:23*). Mungkin juga dipakai dalam TB Yes 8:10.
       Untuk mengerti makna kata itu, yg pada dirinya berarti ‘Allah beserta kita’, kita harus memperhatikan konteksnya di mana dia muncul. Aram dan Israel ingin membentuk suatu koalisi dengan Yehuda guna mencegah laju perkembangan kekuasaan Asyur. Yehuda bimbang, karena itu Aram dan Israel memutuskan untuk menghukumnya. Mendengar berita ini, Ahas, raja Yehuda, gemetar. Yesaya diutus menjumpai Ahas untuk memberitahu dia tidak usah takut. Kekuasaan musuh-musuhnya hampir berakhir, dan mereka tidak dapat membahayakan dia. Bahkan Yesaya menyuruh Ahas memohon pertanda untuk membuktikan kebenaran berita ilahi itu. Ahas menolak. Menanggapi penolakan raja yg munafik itu, Yesaya memberitakan bahwa Tuhan akan memberikan suatu pertanda kepada bangsa Yehuda. Dalam penglihatan, nabi itu melihat seorang dara (’ alma, wanita yg belum kawin) yg akan melahirkan seorang bayi dan akan menamakannya Imanuel.

       Dalam menafsirkan nubuat ini ada tiga unsur yg harus diperhatikan.
       a. Kelahiran bayi itu adalah pertanda. Benar bahwa suatu pertanda pada dirinya tidak harus merupakan keajaiban, tapi dalam konteks khusus ini, sesudah perintah itu disampaikan kepada Ahas untuk meminta pertanda ‘dari dunia orang mati yg paling bawah atau dari tempat tertinggi yg di atas’ (TB Yes 7:10), wajarlah bila seseorang mengharapkan pertanda seperti ‘pengunduran bayang-bayang pada penunjuk matahari’ ( 2 Raj 20:11). Harus ada yg luar biasa dalam kelahiran ini; kelahiran secara biasa tidak memenuhi syarat-syarat pertanda itu. Dalam rangka ini harus dicatat, bahwa penafsiran tambah sulit sebab nubuat itu tidak bisa diterapkan pada Hizkia, karena Hizkia sudah lahir.

       b. Ibu bayi itu adalah seorang wanita yg belum menikah. Kenapa Yesaya menggambarkan si ibu dengan kata khusus ‘alma? Kadang-kadang dikatakan, bahwa Yesaya tidak ingin mengajarkan kelahiran seorang bayi melulu dari seorang dara: seandainya ia mengingininya, ada kata yg cocok yg dapat dipakai, yaitu betula. Tapi penyelidikan PL mengungkapkan bahwa kata ini kurang mantap karena mempunyai dua arti. Kata betula dapat mengacu kepada seorang dara, tapi bila itulah maksudnya maka kata itu sering ditambahi ucapan ‘dia belum pernah bersetubuh dengan laki-laki’ (bnd #/TB Kej 24:16*). Kata betula dapat juga menggambarkan seorang gadis perawan yg sudah bertunangan (bnd #/TB Ul 22:23* dst). Dalam hal terakhir ini, gadis perawan dianggap sebagai istri (’ isysya) dari lelaki tunangannya itu, dan si lelaki sebagai suaminya (’ isy). Tapi kata betula dapat juga mengacu kepada seorang wanita yg sudah kawin (#/TB Yoel 1:8*). Berdasarkan ay terakhir ini timbul tradisi di masyarakat Yahudi, di mana kata tadi jelas mengacu kepada seorang wanita yg sudah kawin. Karena itu, seandainya Yesaya menggunakan betula maka tidaklah pasti wanita mana maksudnya, apakah gadis perawan atau seorang wanita yg sudah kawin.

       Kata-kata Ibrani yg lain yg juga terkait kurang memuaskan. Seandainya Yesaya menggambarkan sang ibu hanya sekedar wanita muda, bisa saja dia menggunakan istilah umum na’ara (’ gadis’). Tapi Yesaya sengaja menggunakan kata ‘alma, yakni suatu kata yg tidak pernah dipakai (baik dim Alkitab maupun sumber-sumber Timur Dekat lain) mengenai seseorang kecuali seorang wanita yg belum kawin. Wanita yg belum kawin itu bisa juga tidak bermoral, tapi dalam hal demikian sulit menerima kelahiran dimaksud sebagai pertanda. Justru dapat disimpulkan bahwa ibu itu adalah seorang wanita yg baik dan belum kawin; dengan perkataan lain, kelahiran itu adalah hal ajaib — supernatural. Pemakaian kata ‘alma’ inilah yg menyulitkan atau yg tidak memungkinkan penerapan ay ini pada suatu kelahiran lokal biasa.

       c. Kita harus memperhatikan daya yg terkandung dalam istilah Imanuel itu. Membaca ay itu. sepintas lalu saja, kita mengerti bahwa kehadiran Allah akan kelihatan dalam kelahiran anak itu sendiri. Tapi penafsiran demikian telah dipersoalkan dan ditolak dengan tegas oleh kebanyakan penulis modern. Mereka berkata bahwa kehadiran Allah lebih terdapat dalam pelepasan Yehuda dari kedua musuhnya di utara. Masa pertumbuhan anak kecil itu dianggap sebagai ukuran waktu yg harus berlalu sebelum kedua musuh itu dimusnahkan. Masa waktu demikian bisa singkat — seorang anak kecil dapat mengetahui beda antara yg baik dan yg buruk pada usia belianya. Karena itu, katakanlah, dalam 2 thn, bahkan mungkin juga kurang, Yehuda tidak usah takut lagi akan Aram dan Israel. Dalam pelepasan demikianlah akan dinyatakan kehadiran Allah, dan sebagai pertanda atau janji tentang pelepasan itu seorang ibu akan menamakan anaknya Imanuel.

       Penafsiran ini menghadapi masalah dahsyat yg tak kunjung dapat diatasinya. Atas mandat apakah seorang ibu dapat menamakan anaknya Imanuel? Bagaimanakah dapat dia mengetahui, bahwa anaknya sendirilah, dan bukan anak dari ibu yg lain, yg menjadi pertanda, bahwa dalam 2 thn atau kurang kehadiran Allah akan dinyatakan dalam pelepasan Yehuda dari Aram dan Israel? Lebih jauh lagi, dari mana Israel dapat mengetahui, bahwa seorang anak yg khusus istimewa sudah lahir sebagai. kegenapan nubuat itu, dan bahwa kelahiran khusus anak itulah yg menjadi pertanda seperti dijanjikan? Nampaknya jika nubuat itu mengacu kepada seorang anak setempat dan yang lahir pada waktu itu, maka anak yg akan lahir itu haruslah anak dari seorang yg terkemuka. Pribadi paling terkemuka, yaitu Hizkia, adalah mustahil. Karena itu kita harus menganggap bahwa anak itu adalah anak dari Yesaya, atau anak lain dari Ahas. Tapi hal ini pun telah disingkirkan oleh kata ‘alma. Baik istri Ahas maupun istri Yesaya tak pastas sebagai seorang ‘alma, dengan alasan yg nyata, bahwa keduanya adalah wanita yg sudah kawin.

       Karena itu lebih tepat menerapkan nama Imanuel kepada bayi itu Sendiri. Dalam kelahiran-Nya terdapat kehadiran Allah. Allah telah datang kepada umat-Nya di dalam seorang Anak, Anak yg istimewa khusus itu, yg di kemudian hari Yesaya menamakannya ‘Allah Mahakuasa’ (’ el gibbor). Penafsiran ini telah diperkuat oleh kenyataan, bahwa Yesaya mencoba menghindarkan orang-orang mempercayai raja Asyur. Pertolongan atas bangsa itu bukan terletak di tangan Asyur melainkan di tangan Allah. Di dalam keadaan kritis ini Allah hadir menyertai umat-Nya. Allah ditemukan dalam kelahiran seorang Anak.

Ay TB Yoel 1:15,16 dengan demikian memakai usia belia Anak ilahi itu sebagai ukuran waktu, yg berlalu sampai Ahas dibebaskan dari ketakutan terhadap kedua musuh dari utara. Ahas menolak pertanda dari Imanuel dan berpaling kepada raja Asyur. Ia dan pengganti-penggantinya menyebabkan keruntuhan Yehuda, tapi bagi yg sisa diberikan janji mengenai Imanuel, dan dalam Imanuel mereka akan menemui pengharapan dan penyelamatan mereka.

       KEPUSTAKAAN.
·         E. J Young, The Book of TB Yes 1*; E. W Hengstenberg, Christology of the Old Testament, 1856, 2, hlm 26-66;
·         J. G Machen, The Virgin Birth of Christ, 1930;
·         J Lindblom, A Study on the Immanuel Section of Isaiah, 1957-1958;
·         J. S Wright, C Brown, NIDNTT 2, hlm 86-87.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...