Sunday, May 6, 2018

AIR BAH


AIR BAH
       Ialah luapan air yg ditimbulkan Allah
pada zaman Nuh untuk memusnahkan segala-galanya dari muka bumi, kecuali kelompok kecil yg terpilih. Peristiwa itu dibicarakan dalam #/TB Kej 6; 7; 8*. Kata yg dipakai dalam PL untuk menerangkan peristiwa ini ialah mabbul, suatu kata yg asalnya tidak kita ketahui. Di luar cerita dalam #/TB Kej 6; 7; 8; 9; 10; 11* kata ini hanya terdapat dalam #/TB Mazm 29:10*, dan karena itu harus diterima artinya sebagai air meluap secara besar-besaran, seperti yg dibicarakan dalam Kejadian. Dalam LXX istilah mabbul diterjemahkan kataklysmos, dan kata ini dipakai juga dalam PB untuk menerangkan kejadian yg sama (#/TB Mat 24:38-39*; #/TB Luk 17:27*; #/TB 2Pet 2:5*).

       a. Alasan untuk mendatangkan air bah

       Ketika Allah melihat bahwa kejahatan manusia besar di bumi, dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka Ia memutuskan untuk memusnahkan manusia itu (#/TB Kej 6:1-7*). Tapi Nuh ialah orang yg adil benar, maka ia bersama keluarga dekatnya diselamatkan untuk memulai hidup baru.

       b. Persediaan

       #/TB Kej 6:3* dan #/TB 1Pet 3:20* memberi isyarat bahwa karena panjang sabar Allah, masih ada 120 tahun lagi masa selang sebelum datangnya air bah. Dalam jangka waktu ini Allah memerintahkan kepada Nuh supaya membuat suatu bahtera, dan memberikan kepadanya petunjuk-petunjuk yg cermat mengenai hal itu. Allah memberitahukan juga bahwa Dia hendak membuat suatu perjanjian dengan Nuh (#/TB Kej 6:18*).

       c. Yg masuk dalam bahtera Nuh

       Delapan orang diselamatkan dalam bahtera itu, yaitu Nuh beserta ketiga anaknya Sem, Ham dan Yafet, dan keempat istri mereka (#/TB Kej 6:18; 7:7,13*; #/TB 2Pet 2:5*). Ada juga dalam bahtera itu dua ekor jantan dan betina dari tiap bagian min (jenis) binatang, termasuk burung-burung (#/TB Kej 6:19-20; 7:8-9,14-15*), dan sebagai tambahan ada 12 ekor binatang, 6 ekor jantan dan 6 ekor betina, dari tiap jenis yg tahir, menurut dugaan untuk makanan dan korban persembahan (#/TB Kej 7:2-3*; bilangan binatang itu dapat diulas sebagai 7, bukan 14 dari setiap kelompok itu). Makanan untuk semua penghuni bahtera ini disimpan juga dalam kapal. Tak ada disebut mengenai binatang-binatang laut, tapi ini sudah bisa tergenggam dalam ‘dari segala yg hidup, dari segala makhluk’ (#/TB Kej 6:19*), dan bisa juga tempatnya di luar bahtera itu.

       d. Air bah

       Tatkala Nuh dengan keluarganya sudah masuk di dalam bahtera itu, Allah menutupnya di belakang Nuh (#/TB Kej 7:16*), lalu mencurahkan air ke bumi. Air ini datang dalam bentuk hujan (#/TB Kej 7:4,12*) dan dengan kekuatan yg demikian rupa sehingga Alkitab mengatakan, ‘terbukalah tingkap-tingkap di langit’ (#/TB Kej 7:11*), suatu kiasan yg berbicara banyak. Permukaan air naik juga dari bawah, seperti dilukiskan dalam ungkapan ‘terbelah segala mata air samudera air (tehom) yg dahsyat’ (#/TB Kej 7:11*), tapi ini mungkin hanyalah ungkapan kiasan, seperti yg diisyaratkan oleh pemakaian kata tehom, yg biasanya terdapat dalam syair, jadi tidak ada gunanya mencari gejala-gejala geologi dalam ungkapan ini.

       e. Penanggalan air bah

       Nuh masuk ke dalam bahtera itu pada hari ke-17 dari bulan kedua pada umurnya yg ke-600 thn (#/TB Kej 7:11*) dan bumi ini menjadi kering pada hari ke-27, bulan kedua dari umurnya yg ke-601, jadi, bila dihitung 30 hari satu bulan. Air bah itu lamanya 371 hari. Hujan turun selama 40 hari (#/TB Kej 7:12*) dan air terus naik selama 110 hari lagi (#/TB Kej 7:24*) = 150 hari. Maka air bah turun selama 74 hari (#/TB Kej 8:5*) = 224 hari; 40 hari kemudian burung gagak dilepaskan (#/TB Kej 8:6-7*) = 264 hari; 7 hari kemudian Nuh melepaskan merpati (#/TB Kej 8:8* dgn jalinan 7 hari lagi dlm #/TB Kej 8:10*) = 271 hari; Nuh melepaskannya kembali 7 hari kemudian (#/TB Kej 8:10*) = 278 hari, dan ketiga kalinya 7 hari kemudian (#/TB Kej 8:12*) = 285 hari. Nuh membuka tutup bahtera itu 29 hari kemudian (#/TB Kej 8:13* dgn #/TB Kej 7:11*) = 314 hari, dan akhirnya bumi kering 357 hari kemudian (#/TB Kej 8:14*) = 371 hari seluruhnya (*TAMK I, hlm 93-94).

       f. Lingkup air bah

       Dinyatakan dengan terang dalam Alkitab bahwa segala sesuatu termasuk manusia dan binatang dihapuskan melalui air bah itu, tapi dapat dikemukakan bahwa kata-kata ini harus dimengerti dalam terang pernyataan-pernyataan tentang tempat, yaitu: di atas di bumi (’ erets, #/TB Kej 6:17; 7:17,23*), di kolong langit (syamayim, #/TB Kej 6:17; 7:19*), dan di muka bumi (’ adama, #/TB Kej 7:4,23*). ‘Erets dapat berarti tanah (#/TB Kej 10:10*), syamayim bisa berarti bagian yg kelihatan dari langit (ump #/TB 1Raj 18:45*), dan luasnya ‘adama ditentukan oleh kedua kata tadi ini: justru adalah mungkin bahwa air bah dengan keganasan yg tak bertara bisa dilukiskan dengan kata-kata tersebut, walaupun tidak meliputi seluruh permukaan bumi.

       Kecaman bahwa jika air bah tidak meliputi seluruh bumi, maka tidak perlu menyelamatkan binatang-binatang, dapat di tampik dengan pandangan, bahwa jika suatu daerah alam sekitar beserta seluruh binatangnya ditimpa banjir, maka penyelamatan itu masih dapat dianggap perlu. Pernyataan bahwa semua gunung yg tinggi di bawah kolong langit ditutupi (#/TB 1Raj 7:19-20*), dan bahwa menjelang akhir air bah itu puncak-puncak itu mulai kelihatan (#/TB 1Raj 7:5*), dalam rangka ini dapat ditafsirkan sebagai suatu peristiwa yg disebabkan oleh awan dan kabut yg harus ada menyertai luapan air. Kedua penafsiran itu dapat dipertahankan dan dogmatisme mana pun tidak masuk di akal. Ajaran teologi Alkitab sudah lama ditafsirkan dalam pengertian bahwa semua manusia, kecuali Nuh sekeluarga, dimusnahkan.

       g. Akhirnya air bah

       Allah mengingat Nuh di dalam bahtera dan membuat air terus-menerus berkurang, sampai bahtera itu kandas di atas pegunungan Ararat (#/TB 1Raj 8:4*). Untuk mengetahui apakah sudah aman keluar dari bahtera, lebih dulu dilepaskan oleh Nuh seekor burung gagak, yg mungkin mendapat daging bangkai sebagai makanan, dan bertengger di atas atap bahtera itu (#/TB 1Raj 8:7*), kemudian seekor merpati, yg pada percobaan kedua membawa kembali sehelai daun zaitun, yg barangkali menandakan bahwa air sudah cukup surut pada bukit-bukit di kaki gunung, tempat tumbuhnya pohon zaitun ini, kemudian menjadi kering, dan karena itu sekarang sudah tersedia cukup makanan bagi semua binatang itu (#/TB 1Raj 8:8-11*). Ketiga kalinya dilepaskan burung merpati tapi tidak kembali lagi (#/TB 1Raj 8:12*), maka ia menganggap sudah waktunya untuk keluar dari bahtera, dan hal ini diperintahkan Allah kepadanya. Lalu Nuh mempersembahkan korban bakaran dari setiap binatang dan burung tahir (lih c di atas), dan Allah bersumpah tidak akan mendatangkan air bah lagi (#/TB 1Raj 8:21*; #/TB Yes 54:9*). Kemudian Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya (#/TB Yes 9:2*) dan mengokohkannya dalam suatu perjanjian (#/TB Kej 9:11*), dan tandanya adalah pelangi yg kelihatan di awan-awan (#/TB Kej 9:13-17*).

       h. Cerita-cerita sejajar dalam tulisan paku (persegi)

       Ada dijumpai berbagai versi cerita tentang air bah pada sumber-sumber tulisan paku yg digali di Asia Barat. Sebuah lempeng Sumer dari Nipur di Babel Selatan, menceritakan tentang seorang raja bernama Ziusudra, sesudah diperingati mengenai mendekatnya luapan air yg sudah ditetapkan oleh sidang para dewa untuk memusnahkan umat manusia, membuat kapal yg besar dan melarikan diri dari banjir itu. Lempeng ini berasal dari kr thn 2000 sM, tapi cerita itu agaknya sudah terkenal di Mesopotamia selama berabad-abad sebelumnya.

       Cerita yg sama terdapat juga dalam naskah-naskah Akad dari Babel maupun dari Asyur, lebih dari satu karangan. Satu di antaranya ialah Syair Pahlawan Atrahasis, yg menceritakan air bah, yg didatangkan dengan kecelakaan yg lain untuk menyucikan umat manusia. Namun cerita paling terkenal dalam bh Akad mengenai air bah, dan yg mempunyai persamaan-persamaan dengan cerita dari Sumer, merupakan bagian dari Lempeng 11, karangan yg lebih panjang, yaitu Syair Pahlawan Gilgames.

       Suatu versi cerita ini dalam bh Akad, yg digali di Niniwe kr 20 thn sebelumnya, dijumpai di British Museum London pada thn 1872. Dalam naskah ini orang yg tinggal hidup sesudah air bah, yaitu Uta-napisytim. menerangkan kepada Gilgames, bagaimana dewa Ea telah memperingatkan dia mengenai air bah yg mengancam, dan dia membuat sebuah kapal. tempat perlindungan bagi mereka sekeluarga maupun para tukang, binatang jinak maupun liar, dan harta benda dari emas dan perak. Air bah itu 7 hari, dan kapal kandas di atas G Nitsir di Persia Barat laut, dan berikutnya Utanapisytim melepaskan seekor merpati, seekor burung layang-layang, dan seekor gagak, dan tatkala burung gagak itu tidak kembali, penghuni kapal keluar dari dalam. Utanapisytim mempersembahkan korban, dan para dewa berkerumun padanya seperti lalat.

       Cerita-cerita tulisan paku ini menunjukkan persamaan-persamaan dengan cerita Alkitab, suatu kenyataan yg mungkin bisa diterangkan dengan sumber bersama dari suatu kejadian asli yg nyata. Unsur-unsur mentah yg banyak terdapat dalam cerita-cerita tulisan paku ini, mengisyaratkan bahwa cerita-cerita ini kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan cerita dalam Alkitab.

       i. Sumber-sumber

       Pernah dikemukakan bahwa cerita air bah sesuai #/TB Kej 6; 7; 8; 9* disusun dari dua sumber, yaitu J dan P (dlm Indonesia dikenal sebagai Y dan I), yg digabung oleh seorang penyusun yg bekerja sesudah Israel kembali dari Pembuangan. Menurut teori ini, tradisi-tradisi lisan dari zaman dahulu dipadu, dan dituangkan dalam tulisan yg disebut Y dalam masa yg berabad-abad, yg mulai pada awal zaman Kerajaan Israel. Sumber I adalah hasil dari tradisi yg berabad-abad dari para imam mulai pada zaman Daud, yg dituliskan dalam masa sejak kr thn 500 sM sampai zaman Ezra, sambil menggunakan bahan-bahan dari tradisi Babel yg telah dipelajari selama waktu Pembuangan, khususnya dalam bagian-bagian yg membicarakan air bah.

       Bukti untuk adanya kedua sumber itu dicari dalam gejala-gejala seperti pemakaian kedua nama Allah, yaitu YHWH dalam Y dan ‘elohim dalam I, dan adanya variasi dalam perincian cerita, misalnya bahwa Nuh menurut #/TB Kej 7:2-3* (Y) diperintahkan untuk mengambil 7 atau 14 ekor dari setiap binatang yg tahir dan 2 ekor dari yg najis ke dalam bahtera, tapi menurut #/TB Kej 6:19* (I) dia diperintahkan untuk mengambil hanya sepasang dari setiap jenis. Tapi gejala-gejala ini bisa juga diterangkan secara lain (lih Kepustakaan). Melawan teori mengenai sumber-sumber ini, maka kesatuan dari cerita air bah ini diisyaratkan oleh adanya beberapa pernyataan yg konsekuen mengenai beberapa hal, walaupun pernyataan itu dianggap berasal dari sumber-sumber yg berbeda: misalnya penyebab air bah itu (#/TB Kej 6:5-7* (Y) dan 11-13 (I)); tujuannya (#/TB Kej 6:7* (Y), 6:13,17 (I), 7:4 (Y), 7:21 (I), 7:22-23 (Y), 8:21 (Y)); dan mengenai penyelamatan dari suatu kelompok kecil yg bersifat mewakili (#/TB Kej 6:8* (Y), 6:18-20 (I), 7:1-3, 7-9 (Y), 7:13-16a (I), 7:16b (Y), 8:16-19 (I)).

       j. Arkeologi dan air bah

       Penggalian-penggalian di Ur, Kisy, Warka dan Farah di Mesopotamia Selatan, mengungkapkan bukti adanya luapan air-luapan air yg parah. Para penggali kedua tempat yg perama, yaitu Woolley dan Langdon, berpendapat bahwa sisa-sisa ini bisa dihubungkan dengan air bah yg diceritakan Alkitab, tapi hal ini tidak mungkin. Sebabnya ialah, karena lapisan-lapisan luapan air pada keempat tempat itu tidak berasal dari masa yg sama, dan dapat diterangkan melulu sebagai akibat dari meluapnya sungai yg luar biasa besarnya. Lagipula, yg paling tua dari luapan air ini, yaitu dari Ur, terjadi tidak lama sebelum thn 4000 sM. Pada tarikh itu banyak kebudayaan prasejarah yg berurutan di Asia Barat sudah lewat, dan tidak terdapat pertanda luapan air yg luar biasa besarnya di daerah-daerah lain pada tarikh itu.

       ==> Image 00006

       Jika air bah yg diceritakan Alkitab ditafsirkan sebagai luapan air setempat yg parah di dataran Mesopotamia, maka salah satu dari endapan air bah di tempat-tempat tersebut bisa dianggap menjadi buktinya. Tapi jika seperti yg kelihatannya tak dapat dielakkan, yg dimaksud dalam Alkitab ialah suatu peristiwa yg jauh lebih dahsyat daripada itu, maka bukti yg dari Mesopotamia itu harus dianggap tidak kena, dan tidak dapat disebut bukti dari air bah.

       k. Geologi dan air bah

       Kita belum mendapat bukti geologi tentang air bah yg diceritakan dalam Alkitab, walaupun banyak kejadian sudah tercatat, yg pernah dianggap (khususnya pada abad 19) sebagai bukti untuk suatu luapan air yg parah. Bagian terbesar dari kejadian-kejadian ini, sekarang ini secara memuaskan diterangkan sebagai gejala-gejala dari Zaman Es Kuarter (Quaternary Ice Age). Tapi berhubungan dengan Zaman Es itu ada perubahan-perubahan tertentu yg mungkin sekali telah menimbulkan akibat-akibat sesuai dengan cerita Alkitab, seperti misalnya permukaan-permukaan laut yg berbeda-beda karena akibat tertahannya dan terlepasnya air dalam atau dari gletser-gletser (sungai es beku), penekanan dan timbulnya tumpukan tanah selaras dengan bertambahnya dan berkurangnya berat es yg menimpanya. Tarikh akhir Zaman Es yg terakhir bisa ditentukan pada kr thn 10000 sM, sehingga mungkin sekali bahwa Nuh dan orang-orang sebayanya harus dianggap hidup pada zaman itu (*SILSILAH).

       Tapi belum terdapat bukti yg pasti, dan setiap rangka yg mencoba menempatkan peristiwa-peristiwa yg digambarkan Kitab Kej dalam kerangka sejarahnya yg nyata, tidak lebih dari hanya dugaan saja.

       KEPUSTAKAAN.
  • Umum: A Parrot, The Flood  Noah’s Ark, 1955:
  • A Heidel, The Gilgamesh Epic and Old Testament Parallels’, 1949, ps 4.
  • Mengenai bg h: J. C Whitcomb  H. M Morris (red), The Genesis Flood, 1961;
  • W. G Lambert  A. R Millard, Atrahasis, The Babylonian Story of the Flood, 1969; ANET, hlm 72-99,104-6; DOTT, hlm 17-26.
  • Mengenai bg i: O. T Allis, The Five Books of Moses, 1943; G. Ch Aalders, A Short Introduction to the Pentateuch, 1943, hlm 45-47.
  • Mengenai bg j: M. E. L Mallowan, Iraq 26, 1964, hlm 62-82;
  • R. L Raikes, Iraq 28, 1966, hlm 52-63. Mengenai bg k: J. K Charlesworth, The Quaternary Era, 2, 1957, hlm 614-619.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...