Thursday, May 3, 2018

SINAGOGE ATAU RUMAH IBADAT


SINAGOGE ATAU RUMAH IBADAT

       Kata Yunani sunagoge berkali-kali dipakai dalam LXX untuk perkumpulan Israel, dan terdapat 56 kali dalam PB. Pengertian dasarnya ialah tempat berkumpul. Istilah Ibrani yg sejajar dari kata benda Yunani itu ialah keneset, yaitu kumpulan sekelompok orang atau barang-barang untuk suatu tujuan. Dalam Alkitab sinagoge ialah kumpulan sekelompok orang dari suatu tempat untuk beribadah atau gerakan bersama (Luk 12:11, ‘majelis-majelis’; Luk 21:12; rumah-rumah ibadat’). Akhirnya kata itu berarti rumah atau bangunan tempat diadakannya pertemuan-pertemuan.

          I. Makna sinagoge

          Pentingnya sinagoge bagi agama Yahudi tak dapat dilebih-lebihkan. Sinagoge menentukan sifat iman Yahudi melebihi badan atau kumpulan mana pun. Di sinilah agama Yahudi belajar bagaimana menafsirkan hukum Taurat. Yeh 11:16, ’…dan Aku menjadi tempat kudus yg sedikit artinya bagi mereka…’ ditafsirkan oleh ahli-ahli Yahudi bahwa dalam perserakan di seluruh dunia, bagi Israel sinagoge akan merupakan tempat kudus dalam ukuran mini pengganti Bait Suci yg telah hilang.

          Berbeda dari Bait Suci, sinagoge terdapat di mana-mana di seluruh negeri, dan mempertemukan khalayak dengan pemimpin-pemimpin agama mereka. Menurut ucapan A Menes, ‘Pada hari-hari Sabat dan hari-hari kudus lainnya, hilangnya Bait Suci dan alpanya perayaan-perayaan korban yg khidmat, dirasakan sangat menusuk hati oleh orang-orang tawanan yg terbuang … sinagoge … merupakan pengganti untuk Bait Suci. Di sinagoge tidak ada mezbah. Doa dan pembacaan Taurat menggantikan upacara penyerahan korban. Tambahan lagi rumah sembahyang ini mempunyai fungsi sosial yg penting … merupakan ruang berkumpul dan tempat berjumpa; di situlah khalayak bisa berkumpul, kapan saja perlu untuk merundingkan soal-soal masyarakat yg penting. Sinagoge menjadi tempat lahirnya sejenis kehidupan sosial dan agama yg baru, dan meletakkan dasar bagi suatu persekutuan agama yg melingkupi seluruh dunia. Untuk pertama kalinya monoteisme Yahudi dibebaskan oleh bentuk praktik keagamaan, dari belenggu-belenggu yg mengikatnya kepada tempatnya yg khas dan istimewa. Sekarang Allah datang kepada orang Israel, di mana pun mereka tinggal’ (’ The History of the Jews ini Ancient Times’, The Jewish People, 1, hlm 78-152).

          Dewasa ini sinagoge masih tetap salah satu organisasi Yudaisme yg paling kuat peranannya, dan pusat dari hidup keagamaan dari persekutuan Yahudi. Kis menunjukkan peranan penting yg dimiliki sinagoge dalam penyebaran iman yg baru tentang Mesias.

          II. Asal mula sinagoge

          Baik PL tidak memberi keterangan yg pasti mengenai asal mula sinagoge. Demikian juga sumber-sumber di luar Alkitab, sebab dalam Kitab Apokrifa tak ada singgungan tentang sinagoge. Bahkan Kitab-kitab Apokrifa sama sekali tidak menyebut pembakaran sinagoge-sinagoge Palestina selama penganiayaan Antiokhus Epifanes pada abad 2 sM (walaupun singgungan akan soal ini mungkin dapat terlihat dlm Mazm 74:8). Sebelum Pembuangan ke Babel, ibadah keagamaan berpusat di Bait Suci Yerusalem. Selama Pembuangan, tatkala peribadatan di Yerusalem tidak mungkin, timbullah sinagoge sebagai tempat untuk pengajaran Kitab Suci dan doa. Demikianlah pendapat umum. Tapi R. W Moss mempertahankan, bahwa ‘masa Pembuangan tidak mencatat tahap pertama perihal asal mula sinagoge, namun mencatat perubahan penting dari fungsi-fungsinya; sejak saat itu dan seterusnya untuk ibadahlah kegunaannya yg pertama, walaupun bukan itu kegunaannya yg satu-satunya, dan fungsi administratifnya untuk sementara terbengkalai’ (lih artikel ‘Synagogue’ dlm DCG). Bagaimanapun juga dasar yg mungkin sebagai asal mula sinagoge terdapat dalam  Yeh 14:1, ‘Sesudah itu datanglah kepadaku beberapa orang dari tua-tua Israel dan duduk di hadapanku’ (bnd Yeh 20:1). Levertoff memastikan tanpa ragu, ‘Sinagoge harus bermula pada zaman Pembuangan Babel’ (lih artikel ‘Synagogue’ dlm ISBE).

          ==> Image 00270


          III. Keterangan umum

          Pada abad 1 M, di mana saja Yahudi tinggal di situ sinagoge ada. Bnd  Kis 13:5 (Salamis di Siprus); Kis 13:14 (Antiokhia di Pisidia);  Kis 14:1 (Ikonium);  Kis 17:10 (Berea). Di kota-kota besar, seperti Yerusalem dan Aleksandria, ada banyak sinagoge. Sebuah cerita mengatakan bahwa di Yerusalem ada 394 sinagoge sewaktu kota itu dimusnahkan oleh Titus pada thn 70 M; yg lain lagi mengatakan 480 sinagoge.

          Kitab-kitab Injil mencatat sinagoge Nazaret (Mat 13:54; Luk 4:16) dan sinagoge Kapernaum (Mr 1:21; Yoh 6:59), tempat Tuhan Yesus memberitakan kerajaan Allah. Rasul Paulus menjumpai sinagoge ke mana saja ia pergi di Palestina, Asia Kecil dan Yunani. Menurut Talmud (Shabbath 11a), selalu diusahakan supaya sinagoge dibangun di atas tanah yg agak tinggi, atau lebih tinggi dari rumah-rumah sekitarnya. Bukti-bukti arkeologi tidak membenarkan dibangun menurut bentuk Bait Suci di Yerusalem. Menurut A Edersheim, bagan bangunan ‘pada umumnya ditopang tiang-tiang penyanggah kembar, yg agaknya merupakan ruang sinagoge itu, dan gang-gang di sebelah timur dan barat nampaknya digunakan sebagai sarana jalan. Ruang tengah antara barisan tiang-tiang penyanggah itu agak sempit, tak pernah lebih dari 3 m’ (The Life and Times of Jesus the Messiah, 1, hlm 435).

          Dalam sinagoge ada peti yg dapat diangkat, yaitu tempat penyimpanan gulungan hukum Taurat dan gulungan Kitab para Nabi (Megillah 3.1). Peti itu menghadap ke pintu masuk gedung. Pada hari-hari puasa peti itu diarak. Di depan peti menghadap ke khalayak yg beribadah terdapat ‘tempat terdepan’ (Mat 23:6b) bagi pemuka-pemuka agama dan pengurus sinagoge. Taurat Musa dibaca dari suatu bema atau tempat yg ditinggikan (atau bangku yg agak tinggi, Megillah 3.1). Puing-puing dari gedung-gedung seperti itu dapat dilihat di Tell Khum (barangkali pertapakkan Kapernaum), Nebartim dan tempat-tempat lain. Sisa-sisa menunjukkan pengaruh gaya Yunani-Roma.

          Untuk menghiasi sinagoge dipakai daun pohon anggur, tempat lilin yg bercabang tujuh, anak domba paskah, dan periuk tempat manna. Tempat duduk dekat meja pembacaan ialah tempat yg lebih dihormati (Mat 23:6; Yak 2:2-3). Menurut Maimonides, ‘Mereka menaruh tempat yg ditinggikan di tengah-tengah rumah itu, sehingga orang yg membaca hukum Taurat, atau orang yg mengucapkan kata-kata nasihat maupun teguran kepada umat, boleh berdiri di atasnya, jadi semuanya dapat mendengar dia’. Laki-laki dan perempuan duduk terpisah.

          Sinagoge Besar sesuai tradisi mungkin diorganisir oleh Nehemia kr thn 400 sM. Dikatakan bahwa anggotanya ada 120 orang (Pirge Aboth 1.1). Tugas mereka ialah menelaah hukum Taurat Musa dan meneruskannya kepada khalayak umum. Sinagoge Besar kemudian diganti oleh Sanhedrin atau Mahkamah Agama (Aboth 10.1). Tentang benar adanya Sinagoge Besar diragukan, karena baik Kitab-kitab Apokrifa maupun Yosefus dan Filo tidak menyebutnya. Namun hal itu bukanlah menentukan ada tidaknya badan itu.

          IV. Tujuan dan praktik sinagoge

          Tujuan sinagoge rangkap tiga yakni ibadah, pendidikan dan pemerintahan atas kehidupan umum masyarakat. Sambil tunduk kepada hukum negeri, sinagoge mempunyai pemerintahan sendiri (Jos., Ant. 19.291). Khalayak diperintah oleh tua-tua yg diberi kuasa untuk menerapkan ketertiban dan menghukum anggota. Hukuman ialah cambukan dan pengucilan. Kepala sinagoge ialah pemerintah sinagoge (bnd Mr 5:22; Kis 13:15; 18:8). Dialah yg mengawasi apakah kebaktian dijalankan sesuai tradisi. Pejabat sinagoge ( Luk 4:20) membawa gulungan Alkitab untuk dibaca, kemudian mengembalikannya ke petinya, menghukum para anggota yg membuat kesalahan dengan mencambuknya, dan mengajar anak-anak membaca. Peritz menunjukkan bahwa ‘tugas utama perkumpulan sinagoge ialah mengajar orang banyak supaya mengerti hukum Taurat’ (lih artikel ‘Synagogue’ dlm EBi). Petugas pembagi sedekah menerima sedekah dari sinagoge, lalu membagi-bagikannya. Akhirnya, dibutuhkan juru bahasa yg cakap untuk mengulas hukum Taurat dan Kitab Nabi-nabi ke dalam bh Aram sehari-hari.

          Orang-orang yg cakap diizinkan memimpin kebaktian (Yesus, Luk 4:16; Mat 4:23; Paulus, Kis 13:15). Hari Sabat ditetapkan untuk kebaktian umum (Kis 15:21). Misyna (Megillah 4.3), menunjukkan bahwa kebaktian ada 5 bagian. Pertama, Syema’ dibacakan. Doa ini diambil dari  Ul 6:4-9; 11:13-21; Bil 15:37-41. Lalu doa-doa sinagoge diucapkan bersama-sama. Di antaranya yg paling tua dan terkenal ialah permohonan dan berkat yg delapan belas. Yg pertama dari ‘Berkat yg Delapan Belas’ berbunyi ‘Terpujilah Engkau, Yahweh Allah kami, Allah dari Bapak leluhur kami, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub: Allah yg besar, yg berkuasa dan yg dahsyat, Allah yg Mahatinggi, yg menunjukkan rahmat dan belas kasihan-Nya, yg menciptakan segala sesuatu, yg mengingat kebajikan-kebajikan dari Bapak leluhur kami, dan dalam kasih-Nya hendak mendatangkan seorang Penebus bagi anak cucunya demi NamaMu; Ya, Raja dan Penolong kami, Juruselamat dan Perisai kami! Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Perisai Abraham.’

          Doa lainnya ialah, ‘Dan dalam kasih setia-Mu, Engkau akan kembali ke Yerusalem, kota-Mu itu, dan akan diam di tengah-tengahnya, seperti yg telah Kau katakan. Dan bangunlah dia segera pada zaman kami ini sebagai suatu rumah yg kekal, dan Engkau segera akan membangun kembali takhta Daud di tengah-tengahnya.’

          Pemulihan Israel ke tanah nenek moyang mereka, terpulangnya kemuliaan Syekinah ke Bait Suci dan Yerusalem yg dibangun kembali, dan pemulihan wangsa Daud adalah tema-tema yg berulang-ulang muncul dalam doa.

          Acara ini disambung dengan pembacaan hukum Taurat. Kitab-kitab Pentateukh, yg sekarang dibaca dalam sinagoge-sinagoge sepanjang tahun, mula-mula diselesaikan dalam 3 thn. Usai pembacaan bagian pertama Kanon PL itu, dilanjutkan dengan pembacaan bagian pilihan dari Kitab Nabi-nabi. Pada zaman Tuhan Yesus bagian ini belum ditetapkan, tapi pembaca diizinkan memilih sendiri (Luk 4:16 dab). Pembacaan Alkitab merupakan pusat kebaktian. Bagian dari Kitab Nabi-nabi diterangkan; dan daripadanya diambillah nasihat. Kebaktian diakhiri dengan berkat. Pada masa-masa kemudian acara ditambah dengan penerjemahan dan penjelasan bagian Alkitab yg dibaca. Untuk menjalankan kebaktian umum dalam sinagoge dibutuhkan tenaga sepuluh laki-laki dewasa.

          ‘Sinagoge (TBI: jemaat) orang Libertini’ (libertinoi, Latin libertini, artinya ‘orang yg sudah bebas atau dibebaskan’) ialah nama yg diberikan kepada pengikut-pengikut suatu sinagoge di Yerusalem, yg bersoal jawab dengan Stefanus (Kis 6:9). Mereka ialah orang Yahudi yg ditawan waktu penyerbuan Pompieus, lalu di kemudian hari dibebaskan oleh tuan-tuan mereka. Maka hak-hak istimewa yg dimiliki warga kota Roma diberikan kepada mereka.

          ‘Jemaat Iblis’ disinggung dalam Wahy 2:9; 3:9. Karena lukisannya bersifat umum, tak mungkin dipastikan jemaat mana maksud penulis. Agaknya suatu golongan bidat di dalam tubuh gereja muda itulah maksudnya.

       KEPUSTAKAAN.
  • Tulisan-tulisan dalam JewE, HDB, EBi EJ; G. F Moore, Judaism 1, 1927, hlm 281-307; 1
  • Abrahanys, Studies in Pharisaism and the Gospels, 1, 1917;
  • E Guilding, The Fourth Gospel and Jewish Worship, 1960.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...