KITAB IMAMAT
Kitab ketiga
dari kitab Taurat yg disebut oleh orang Yahudi sebagai wayyiqra’ (’ dan ia
memanggil’), ini menjadi perkataan pertama dari kitab itu dalam PL berbahasa
Ibrani. Dalam Misynah, kitab itu disebut dengan berbagai nama, yaitu hukum
imam-imam (torat kohanim), buku imam-imam (sefer kohamim), hukum persembahan
(torat haqqorbanim); nama-nama ini menunjuk kepada isi kitab itu. Dalam LXX Im
dinamai Leueitikon atau Leuitikon (sc. biblion), yaitu (kitab) keimaman. Dalam
Alkitab bh Latin, yaitu Vulgata, Im diberi judul Leviticus (sc. liber), yg sama
artinya dengan ‘(kitab) keimaman’. Dalam beberapa naskah Latin bertulisan
tangan nama yg dipakai adalah Leviticum, dan dalam Pesyito disebut ‘Kitab para
imam’. Dalam bh Indonesia nama Imamat yg dipakai.
I. Garis besar isi
Kitab Im
terutama berisi hukum. Kerangka sejarah untuk hukum-hukum ini mengacu pada
kehidupan Israel ketika bangsa itu menetap di Sinai. Kitab ini dapat dibagi
sebagai berikut:
a.
Hukum-hukum persembahan (#/TB Im 1:1; 7:38*).
b. Pelayanan
di Kemah Pertemuan dimulai (#/TB Im 8:1; 10:20*)
c.
Hukum-hukum tentang kesucian dan kenajisan (#/TB Im 11:1; 15:33*).
d. Hari Raya
Pendamaian (#/TB Im 16:1-34*).
e. Berbagai
hukum lainnya (#/TB Im 17:1; 25:55*).
f.
Janji-janji dan peringatan-peringatan (#/TB Im 26:1-46*).
g. Tambahan:
penilaian dan penebusan (#/TB Im 27:1-34*).
Dalam
pembagian ini terlihat bahwa isi Im terutama terdiri dari hukum-hukum
peribadatan. Pada saat yg sama, harus dicatat bahwa tujuannya adalah untuk
melanjutkan cerita tentang pengalaman-pengalaman Israel di Sinai. Hal ini nyata
dari kata-kata pertama Im, dan dari rumusan yg diulang-ulangi ‘Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa’ (#/TB Im 1:1; 4:1; 5:14*; dll), yg harus kita bandingkan
dengan ‘Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Harun’ (#/TB Im 10:8*) dan ‘Lalu TUHAN
berfirman kepada Musa dan Harun’ (#/TB Im 11:1*; bnd #/TB Im 13:1*; dsb). Latar
belakang sejarahnya tidak boleh dihapuskan. Kitab ini harus dipandang sebagai
bagian dari keutuhan Pentateukh.
Di Sinai,
bangsa Israel diperlengkapi bagi tugasnya, yg diungkapkan dalam ‘Kamu akan
menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yg kudus’ (#/TB Kel 19:6*). Kepada
Israel sudah dititipkan Sepuluh Firman, Kitab Perjanjian dan
peraturan-peraturan yg berkenaan dengan Kemah Pertemuan. Tempat kediaman TUHAN
ini dibangun di tengah-tengah perkemahan Israel (#/TB Kel 40*). Mungkin
hukum-hukum persembahan (#/TB Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7*) pada mulanya merupakan
bagian yg berdiri sendiri (bnd #/TB Im 7:35-38*). Tapi hukum-hukum itu sangat
cocok dalam konteks Pentateukh seperti terlihat sekarang. Sejarah persembahan
korban dan keterangan tentang pentingnya disebut dalam Im, yg harus diperhatikan
secara khusus oleh orang Kristen. Kita tahu bagaimana makna
persembahan-persembahan itu dipenuhi sempurna dalam ketaatan Yesus Kristus, yg
dimulai dalam #/TB Kej 4:3-5*. Ada juga bagian-bagian lain dari Pentateukh
sebelum Im yg menyebut korban-korban dan persembahan-persembahan. Tapi dalam Im
TUHAN mengatur segala ibadah korban dan melembagakan suatu bentuk khusus
sebagai alat pendamaian bagi Israel. #/TB Im 17:11* mengemukakan alasan
larangan makan darah (’ kehidupan dari daging terletak di dalam darah’);
larangan itu telah disebut dalam #/TB Im 3:17; 7:26* dab, tapi tidak satu pun
dari kedua ay ini mengemukakan alasan yg terus terang. Penumpahan dan
pemercikan darah seperti digambarkan dalam #/TB Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7* harus
dipahami dalam terang #/TB Im 17:11*. Hal ini merupakan petunjuk tentang
kesatuan Im.
Petunjuk
lain tentang kesatuannya adalah kenyataan bahwa #/TB Im 17:11* mempersiapkan
kitab untuk peralihan ke dalam peraturan-peraturan tentang kenajisan, yg
kemudian diperinci dalam berbagai sikap pada ps 11-15. Demikian juga #/TB Im
10:10* mengarah kepada pembedaan-pembedaan yg terperinci antara yg suci dengan
yg najis seperti yang dikemukakan ps 11. Dalam terang keseluruhan Kitab Im,
nampak bahwa hukum-hukum tentang kesucian dan kenajisan menunjuk kepada
tuntutan yg dibebankan kepada Israel, yaitu menjauhi dosa. Dosalah yg
memisahkan TUHAN dari umat-Nya, sehingga mereka harus mendekati DIA dengan
perantaraan korban (ps 1-7) dan imam (ps 8-10). #/TB Im 16:1* yg begitu dekat
pada #/TB Im 15:31* menunjuk kembali kepada #/TB Im 10:1* dab. Dalam #/TB Im
20:25* terdapat kiasan tentang peraturan berkenaan dengan binatang-binatang yg
najis dan tidak najis menurut ps 11; dan ay ini menyediakan hubungan yg lebih
dekat antara hukum-hukum dalam ps 18-20 dengan ps 11-15. Hal ini tidak
mendukung pendapat para ahli yg mengatakan bahwa hukum-hukum kekudusan dalam ps
17-26 pada mulanya merupakan bagian yg berdiri sendiri. Dalam #/TB Im
21:1-22:16*, ucapan-ucapan seperti yg terdapat dalam #/TB Im 11:44* dab; #/TB
Im 19:2; 20:7* diulangi dengan menunjuk kepada imam-imam (mis #/TB Im 21:8*,
‘Aku Tuhan yg menguduskan kamu, adalah kudus’). #/TB Im 25:1* mengungkapkan
bahwa kata-kata berikutnya disampaikan kepada Musa di G Sinai, tepat seperti yg
diungkapkan dalam ringkasan hukum-hukum pada #/TB Im 7:37* dab.
Kitab Im
dalam bentuknya seperti sekarang merupakan kesatuan yg terjalin rapih.
Bagian-bagian mengenai sejarah, jauh lebih banyak daripada yg dapat
dilihat sepintas lalu (bnd #/TB Im 10:1-7; 24:10-23*; ps 8-10, juga rumusan
‘Dan Tuhan berfirman kepada Musa’).
Perhatian
diarahkan juga kepada perkawinan dan kekudusan, penyucian kehidupan sehari-hari
dan sikap Israel terhadap hukum-hukum Allah (bnd #/TB Im 18:3,5,30;
19:1-3,18,37; 20:26; 22:31-33; 26*; dll).
Dilihat dari
isinya secara keseluruhan, Im dapat disebut ‘Kitab Kekudusan TUHAN’, dengan
tuntutan-Nya yg mendasar yaitu ‘Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN
adalah kudus’ (#/TB Im 20:26*). Kekudusan-Nya nampak dalam penghukuman-Nya
terhadap dosa Nadab dan Abihu (#/TB Im 10:1-7*) dan para penghujat (#/TB Im
24:1-23*). Kekudusan-Nya-lah yg mengharuskan adanya hukum-hukum tentang
persembahan dan makanan, pentahiran dan kesucian, Masa Raya dan upacara-upacara
lainnya. Para imam adalah orang-orang yg sangat penting sebagai perantara
antara Tuhan dengan Israel. Kehidupan di dalam perjanjian adalah kehidupan yg
terus menerus diatur dengan segala macam peraturan. Cita-cita yg didambakan
sedemikian mulia, sehingga tidak ada sesuatu pun kecuali persembahan yg dapat
menutupi Israel di hadapan hadirat Tuhan, karena Israel tetap sangat tidak
mampu memenuhi tuntutan-tuntutan kudus-Nya. Darah di atas mezbah sangat
dibutuhkan. Darah yg dipercikkan menunjuk ke depan, kepada Dia, yg datang untuk
menggenapi, membawa kepada kepenuhan seluruh Kitab Im, seluruh kitab Taurat,
seluruh PL. Dengan demikian Kitab Im memberitakan kepada kita ‘Sudah genap’.
Hal itu menunjuk kepada pembebasan kita; juga menunjukkan kewajiban kita untuk
menjadi suci menurut pandangan-Nya, yg mengaruniakan PutraNya sendiri sebagai
imam dan korban karena dosa-dosa kita.
II. Penulis dan susunannya
Penulis
Kitab Im tidak disebut dalam kitab itu. Dikatakan bahwa TUHAN berfirman
berulang kali kepada Musa, kepada Musa dan Harun atau kepada Harun; tapi tidak
diberikan perintah untuk membuat catatan tertulis dari apa yg Ia firmankan. Isi
Kitab Im yg sampai di tangan kita merupakan penyataan ilahi yg diberikan di
Sinai pada zaman Musa (bnd #/TB Im 7:37* dab; #/TB Im 26:46* dab; #/TB Im
27:34*); tapi hal itu tidak menyelesaikan persoalan tentang siapa penulis Im.
Musa tidak disebut sebagai penulis dalam bagian mana pun dari kitab tersebut,
seperti yg terjadi pada bagian-bagian tertentu dari Kitab Kel (bnd #/TB Kel
17:14; 24:4; 34:27*). Mungkin seorang penulis pada waktu yg lebih kemudian
menempatkan bahan-bahan yg berkenaan dengan Musa menjadi bahan Kitab Im.
Mungkin juga terjadi, bahwa oleh diri Musa, kitab ini ditempatkan dalam bentuk
yg sampai di tangan kita.
Persoalan
tentang penulis Im terkait dengan persoalan tentang penyusunan *Pentateukh.
Kitab Im pada umumnya ditempatkan dalam karya P (karya para Imam). Tapi dalam
karya P sendiri dibedakan dua bahan yg terpisah, yg disebut oleh Kuenen sebagai
P1 dan P2. PI adalah bahan-bahan dari zaman pembuangan, sementara P2 adalah
bahan-bahan dari zaman sesudah pembuangan. Penganut-penganut lain dari paham
hipotesa dokumenter membuat pembedaan-pembedaan lain, tapi mereka semuanya
sependapat bahwa Kitab Im adalah karya P.
Keberatan-keberatan terhadap teori hipotesa dokumenter ini secara umum,
dapat diterapkan secara khusus terhadap Kitab Im. Nama ‘Hukum Kekudusan’ yg
diberikan kepada #/TB Im 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25; 26*, berasal dari
August Klostermann yg dalam thn 1877 menulis artikel ‘Yehezkiel dan Hukum
Kekudusan’ untuk Majalah Teologia Lutheran yg dicetak ulang dalam bukunya Der
Pentateuch: Beitrage zu seinem Verstandnis und seiner Entstehungsgeschichte
(Pentateukh: Sumbangan-sumbangan bagi pemahamannya dan sejarah penyusunannya),
1893, hlm 368-418. Nama ‘Hukum Kekudusan’ akhirnya dipakai secara luas; banyak
orang melihat bahwa nama itu cocok, khususnya karena penekanan yg jelas dan
berulang-ulang tentang kekudusan dan penyucian dalam #/TB Im 19:2; 20:7,8,26;
21:6-8,15,23; 22:9,16,32*.
Tidak
mungkin untuk membahas di sini persoalan, apakah ‘Hukum Kekudusan’ berdiri
sendiri, didasarkan pada bukti gaya dan bh yg khusus. Lih misalnya karya S. R
Driver, Literature of the Old Testament, cet ke-9, 1913, hlm 47 dst.
Ditunjukkan bahwa ada hubungan yg dekat antara H dan Yehezkiel; sebenarnya
beberapa ahli menganggap Yehezkiel sendiri adalah penulis atau redaktur H,
sementara ahli-ahli yg lain berpendapat bahwa Yehezkiel belum mengenal H. Tapi
pendapat yg terbanyak penganutnya mengatakan bahwa H lebih dahulu dari
Yehezkiel. Menurut Baentsch, H adalah kumpulan hukum pada zaman pembuangan.
Elliot-Binns menempatkan H pada akhir zaman kerajaan, tapi sebelum zaman Yosia
(bnd ZAW 67, 1955, hlm 26-40). Dugaan tentang adanya naskah H ditentang antara
lain oleh Hoffmann, Eerdmans, Noordtzij, Clamer dan Kuchler; mereka mengemukakan
alasan-alasan yg kuat dan dalam berbagai sudut pandang, bermanfaat untuk
dipertimbangkan.
Tak ada satu
pun dari alasan itu yg mengatakan bahwa #/TB Im 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24;
25; 26* harus dipandang sebagai kumpulan hukum yg berdiri sendiri, dapat
dianggap menentukan. Kita tidak boleh lupa bahwa di sini, seperti di bagian
lain, peneliti PL banyak dipengaruhi oleh sikapnya terhadap Alkitab sebagai
firman Allah. Sebagai contoh, alasan bahwa #/TB Im 26* harus ditempatkan pada masa
pembuangan, sebab pembuangan ini dinubuatkan dalam ps tersebut, jauh dari
perlakuan yg benar terhadap penyataan ilahi. Ketiadaan judul khusus pada awal
ps 17 dijelaskan dengan sangat baik oleh pandangan bahwa di sini Kitab Im
merupakan kesatuan yg terjalin dengan mulus.
III. Makna
Dilihat dari
berbagai sudut pandang, Kitab Im besar maknanya.
Pertama, Im
memperlengkapi kita dengan latar belakang terhadap semua kitab lainnya dalam
Alkitab. Untuk memahami keterangan tentang persembahan korban, upacara
penyucian atau kebiasaan seperti Tahun Sabat atau Tahun Yobel, dari kitab
inilah dapat diperoleh bahannya.
Kedua, Im
menarik perhatian dari sudut pandang agamawi secara umum. Dengan temuan
penggalian-penggalian arkeologis, kita dapat membandingkan tatanan dalam Im
dengan tatanan lainnya yg terdapat dalam bangsa lain seperti Fenisia, Kanaan,
Mesir, Asyur, Babilonia dan Hitti.
Ketiga,
sampai dengan hari ini orang Yahudi ortodoks menemukan kumpulan peraturan
mereka — misalnya tentang makanan — dari kitab ini. Hoffmann, seorang penafsir
Kitab Im dari kalangan Yahudi, menunjukkan bahwa kepercayaan-kepercayaan lain
yg menggunakan PL, terutama memilih Kitab Kej sebagai pokok studi mereka,
sementara orang Yahudi secara khusus mengarahkan perhatiannya kepada Kitab Im.
Keempat,
Kitab Im memberitahu orang Kristen cara Allah Israel memerangi dosa di kalangan
Israel. Ia memeranginya melalui tatanan-tatanan-Nya tentang persembahan dan
penyucian — dosa masyarakat melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel, dosa-dosa
seksual dengan hukum-hukum pentahiran — dan juga melalui janji-janji dan
peringatan-peringatan-Nya. Tentang peperangan melawan dosa ini, Kitab Im
menunjukkan kepada kita, Kristus sebagai jalan pengampunan, jalan penyucian,
Imam Besar, Nabi dan Guru, Raja yg memerintah kita dengan segala peraturan-Nya.
Itulah makna yg tetap ada pada Kitab Im. Kitab itu adalah kitab penyucian,
pengudusan kehidupan (korban bakaran ditempatkan pada bg depan dari kitab itu),
kitab tentang pencegahan dan pengampunan dosa, perlawanan dan penyingkiran dosa
dari kalangan umat Tuhan. Hari *Pendamaian mendapat tempat yg sentral dalam
kitab ini (#/TB Im 16*); upacara dengan memakai dua ekor kambing yg menentukan
pada hari itu mengingatkan kita bahwa ‘Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya
daripada kita pelanggaran kita’ (#/TB Mazm 103:12*).*TAURAT.
KEPUSTAKAAN. A. A Bonar, A Commentary on #/TB Im
4*; S. H Kellogg, The Book of Leviticus, Expositor’s Bible, 1891; S. R Driver
dan H. A White, The Book of Leviticus, 1898; A. T Chapman dan A. W Streane, The
Book of Leviticus, CBSC, 1914; W. H Gispen, Het Boek Liviticus, 1950; N.
Micklem, Leviticus, IB, 2, 1955; H Cazelles, Le Levitique, Bible de Jerusalem,
2,1958; M. Noth, Das dritte Buch Mose, Leviticus, 1962. L. G V ink, Leviticus,
1962; J. L Mays, LBC, 1963; K Elliger, HAT, 1966; N. H Snaith, NCB, 1967; W
Komfeld, Das Buch Leviticus, 1972; A Ibanez Arana, El Levitico, 1975; G. J
Wenham, Leviticus, 1978.
No comments:
Post a Comment