Monday, May 21, 2018

KITAB IMAMAT


KITAB IMAMAT

       Kitab ketiga dari kitab Taurat yg disebut oleh orang Yahudi sebagai wayyiqra’ (’ dan ia memanggil’), ini menjadi perkataan pertama dari kitab itu dalam PL berbahasa Ibrani. Dalam Misynah, kitab itu disebut dengan berbagai nama, yaitu hukum imam-imam (torat kohanim), buku imam-imam (sefer kohamim), hukum persembahan (torat haqqorbanim); nama-nama ini menunjuk kepada isi kitab itu. Dalam LXX Im dinamai Leueitikon atau Leuitikon (sc. biblion), yaitu (kitab) keimaman. Dalam Alkitab bh Latin, yaitu Vulgata, Im diberi judul Leviticus (sc. liber), yg sama artinya dengan ‘(kitab) keimaman’. Dalam beberapa naskah Latin bertulisan tangan nama yg dipakai adalah Leviticum, dan dalam Pesyito disebut ‘Kitab para imam’. Dalam bh Indonesia nama Imamat yg dipakai.

          I. Garis besar isi

          Kitab Im terutama berisi hukum. Kerangka sejarah untuk hukum-hukum ini mengacu pada kehidupan Israel ketika bangsa itu menetap di Sinai. Kitab ini dapat dibagi sebagai berikut:

          a. Hukum-hukum persembahan (#/TB Im 1:1; 7:38*).

          b. Pelayanan di Kemah Pertemuan dimulai (#/TB Im 8:1; 10:20*)

          c. Hukum-hukum tentang kesucian dan kenajisan (#/TB Im 11:1; 15:33*).

          d. Hari Raya Pendamaian (#/TB Im 16:1-34*).

          e. Berbagai hukum lainnya (#/TB Im 17:1; 25:55*).

          f. Janji-janji dan peringatan-peringatan (#/TB Im 26:1-46*).

          g. Tambahan: penilaian dan penebusan (#/TB Im 27:1-34*).

          Dalam pembagian ini terlihat bahwa isi Im terutama terdiri dari hukum-hukum peribadatan. Pada saat yg sama, harus dicatat bahwa tujuannya adalah untuk melanjutkan cerita tentang pengalaman-pengalaman Israel di Sinai. Hal ini nyata dari kata-kata pertama Im, dan dari rumusan yg diulang-ulangi ‘Berfirmanlah TUHAN kepada Musa’ (#/TB Im 1:1; 4:1; 5:14*; dll), yg harus kita bandingkan dengan ‘Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Harun’ (#/TB Im 10:8*) dan ‘Lalu TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun’ (#/TB Im 11:1*; bnd #/TB Im 13:1*; dsb). Latar belakang sejarahnya tidak boleh dihapuskan. Kitab ini harus dipandang sebagai bagian dari keutuhan Pentateukh.

          Di Sinai, bangsa Israel diperlengkapi bagi tugasnya, yg diungkapkan dalam ‘Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yg kudus’ (#/TB Kel 19:6*). Kepada Israel sudah dititipkan Sepuluh Firman, Kitab Perjanjian dan peraturan-peraturan yg berkenaan dengan Kemah Pertemuan. Tempat kediaman TUHAN ini dibangun di tengah-tengah perkemahan Israel (#/TB Kel 40*). Mungkin hukum-hukum persembahan (#/TB Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7*) pada mulanya merupakan bagian yg berdiri sendiri (bnd #/TB Im 7:35-38*). Tapi hukum-hukum itu sangat cocok dalam konteks Pentateukh seperti terlihat sekarang. Sejarah persembahan korban dan keterangan tentang pentingnya disebut dalam Im, yg harus diperhatikan secara khusus oleh orang Kristen. Kita tahu bagaimana makna persembahan-persembahan itu dipenuhi sempurna dalam ketaatan Yesus Kristus, yg dimulai dalam #/TB Kej 4:3-5*. Ada juga bagian-bagian lain dari Pentateukh sebelum Im yg menyebut korban-korban dan persembahan-persembahan. Tapi dalam Im TUHAN mengatur segala ibadah korban dan melembagakan suatu bentuk khusus sebagai alat pendamaian bagi Israel. #/TB Im 17:11* mengemukakan alasan larangan makan darah (’ kehidupan dari daging terletak di dalam darah’); larangan itu telah disebut dalam #/TB Im 3:17; 7:26* dab, tapi tidak satu pun dari kedua ay ini mengemukakan alasan yg terus terang. Penumpahan dan pemercikan darah seperti digambarkan dalam #/TB Im 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7* harus dipahami dalam terang #/TB Im 17:11*. Hal ini merupakan petunjuk tentang kesatuan Im.

          Petunjuk lain tentang kesatuannya adalah kenyataan bahwa #/TB Im 17:11* mempersiapkan kitab untuk peralihan ke dalam peraturan-peraturan tentang kenajisan, yg kemudian diperinci dalam berbagai sikap pada ps 11-15. Demikian juga #/TB Im 10:10* mengarah kepada pembedaan-pembedaan yg terperinci antara yg suci dengan yg najis seperti yang dikemukakan ps 11. Dalam terang keseluruhan Kitab Im, nampak bahwa hukum-hukum tentang kesucian dan kenajisan menunjuk kepada tuntutan yg dibebankan kepada Israel, yaitu menjauhi dosa. Dosalah yg memisahkan TUHAN dari umat-Nya, sehingga mereka harus mendekati DIA dengan perantaraan korban (ps 1-7) dan imam (ps 8-10). #/TB Im 16:1* yg begitu dekat pada #/TB Im 15:31* menunjuk kembali kepada #/TB Im 10:1* dab. Dalam #/TB Im 20:25* terdapat kiasan tentang peraturan berkenaan dengan binatang-binatang yg najis dan tidak najis menurut ps 11; dan ay ini menyediakan hubungan yg lebih dekat antara hukum-hukum dalam ps 18-20 dengan ps 11-15. Hal ini tidak mendukung pendapat para ahli yg mengatakan bahwa hukum-hukum kekudusan dalam ps 17-26 pada mulanya merupakan bagian yg berdiri sendiri. Dalam #/TB Im 21:1-22:16*, ucapan-ucapan seperti yg terdapat dalam #/TB Im 11:44* dab; #/TB Im 19:2; 20:7* diulangi dengan menunjuk kepada imam-imam (mis #/TB Im 21:8*, ‘Aku Tuhan yg menguduskan kamu, adalah kudus’). #/TB Im 25:1* mengungkapkan bahwa kata-kata berikutnya disampaikan kepada Musa di G Sinai, tepat seperti yg diungkapkan dalam ringkasan hukum-hukum pada #/TB Im 7:37* dab.

          Kitab Im dalam bentuknya seperti sekarang merupakan kesatuan yg terjalin rapih.

          Bagian-bagian mengenai sejarah, jauh lebih banyak daripada yg dapat dilihat sepintas lalu (bnd #/TB Im 10:1-7; 24:10-23*; ps 8-10, juga rumusan ‘Dan Tuhan berfirman kepada Musa’).

          Perhatian diarahkan juga kepada perkawinan dan kekudusan, penyucian kehidupan sehari-hari dan sikap Israel terhadap hukum-hukum Allah (bnd #/TB Im 18:3,5,30; 19:1-3,18,37; 20:26; 22:31-33; 26*; dll).

          Dilihat dari isinya secara keseluruhan, Im dapat disebut ‘Kitab Kekudusan TUHAN’, dengan tuntutan-Nya yg mendasar yaitu ‘Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN adalah kudus’ (#/TB Im 20:26*). Kekudusan-Nya nampak dalam penghukuman-Nya terhadap dosa Nadab dan Abihu (#/TB Im 10:1-7*) dan para penghujat (#/TB Im 24:1-23*). Kekudusan-Nya-lah yg mengharuskan adanya hukum-hukum tentang persembahan dan makanan, pentahiran dan kesucian, Masa Raya dan upacara-upacara lainnya. Para imam adalah orang-orang yg sangat penting sebagai perantara antara Tuhan dengan Israel. Kehidupan di dalam perjanjian adalah kehidupan yg terus menerus diatur dengan segala macam peraturan. Cita-cita yg didambakan sedemikian mulia, sehingga tidak ada sesuatu pun kecuali persembahan yg dapat menutupi Israel di hadapan hadirat Tuhan, karena Israel tetap sangat tidak mampu memenuhi tuntutan-tuntutan kudus-Nya. Darah di atas mezbah sangat dibutuhkan. Darah yg dipercikkan menunjuk ke depan, kepada Dia, yg datang untuk menggenapi, membawa kepada kepenuhan seluruh Kitab Im, seluruh kitab Taurat, seluruh PL. Dengan demikian Kitab Im memberitakan kepada kita ‘Sudah genap’. Hal itu menunjuk kepada pembebasan kita; juga menunjukkan kewajiban kita untuk menjadi suci menurut pandangan-Nya, yg mengaruniakan PutraNya sendiri sebagai imam dan korban karena dosa-dosa kita.

          II. Penulis dan susunannya

          Penulis Kitab Im tidak disebut dalam kitab itu. Dikatakan bahwa TUHAN berfirman berulang kali kepada Musa, kepada Musa dan Harun atau kepada Harun; tapi tidak diberikan perintah untuk membuat catatan tertulis dari apa yg Ia firmankan. Isi Kitab Im yg sampai di tangan kita merupakan penyataan ilahi yg diberikan di Sinai pada zaman Musa (bnd #/TB Im 7:37* dab; #/TB Im 26:46* dab; #/TB Im 27:34*); tapi hal itu tidak menyelesaikan persoalan tentang siapa penulis Im. Musa tidak disebut sebagai penulis dalam bagian mana pun dari kitab tersebut, seperti yg terjadi pada bagian-bagian tertentu dari Kitab Kel (bnd #/TB Kel 17:14; 24:4; 34:27*). Mungkin seorang penulis pada waktu yg lebih kemudian menempatkan bahan-bahan yg berkenaan dengan Musa menjadi bahan Kitab Im. Mungkin juga terjadi, bahwa oleh diri Musa, kitab ini ditempatkan dalam bentuk yg sampai di tangan kita.

          Persoalan tentang penulis Im terkait dengan persoalan tentang penyusunan *Pentateukh. Kitab Im pada umumnya ditempatkan dalam karya P (karya para Imam). Tapi dalam karya P sendiri dibedakan dua bahan yg terpisah, yg disebut oleh Kuenen sebagai P1 dan P2. PI adalah bahan-bahan dari zaman pembuangan, sementara P2 adalah bahan-bahan dari zaman sesudah pembuangan. Penganut-penganut lain dari paham hipotesa dokumenter membuat pembedaan-pembedaan lain, tapi mereka semuanya sependapat bahwa Kitab Im adalah karya P.

          Keberatan-keberatan terhadap teori hipotesa dokumenter ini secara umum, dapat diterapkan secara khusus terhadap Kitab Im. Nama ‘Hukum Kekudusan’ yg diberikan kepada #/TB Im 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25; 26*, berasal dari August Klostermann yg dalam thn 1877 menulis artikel ‘Yehezkiel dan Hukum Kekudusan’ untuk Majalah Teologia Lutheran yg dicetak ulang dalam bukunya Der Pentateuch: Beitrage zu seinem Verstandnis und seiner Entstehungsgeschichte (Pentateukh: Sumbangan-sumbangan bagi pemahamannya dan sejarah penyusunannya), 1893, hlm 368-418. Nama ‘Hukum Kekudusan’ akhirnya dipakai secara luas; banyak orang melihat bahwa nama itu cocok, khususnya karena penekanan yg jelas dan berulang-ulang tentang kekudusan dan penyucian dalam #/TB Im 19:2; 20:7,8,26; 21:6-8,15,23; 22:9,16,32*.

          Tidak mungkin untuk membahas di sini persoalan, apakah ‘Hukum Kekudusan’ berdiri sendiri, didasarkan pada bukti gaya dan bh yg khusus. Lih misalnya karya S. R Driver, Literature of the Old Testament, cet ke-9, 1913, hlm 47 dst. Ditunjukkan bahwa ada hubungan yg dekat antara H dan Yehezkiel; sebenarnya beberapa ahli menganggap Yehezkiel sendiri adalah penulis atau redaktur H, sementara ahli-ahli yg lain berpendapat bahwa Yehezkiel belum mengenal H. Tapi pendapat yg terbanyak penganutnya mengatakan bahwa H lebih dahulu dari Yehezkiel. Menurut Baentsch, H adalah kumpulan hukum pada zaman pembuangan. Elliot-Binns menempatkan H pada akhir zaman kerajaan, tapi sebelum zaman Yosia (bnd ZAW 67, 1955, hlm 26-40). Dugaan tentang adanya naskah H ditentang antara lain oleh Hoffmann, Eerdmans, Noordtzij, Clamer dan Kuchler; mereka mengemukakan alasan-alasan yg kuat dan dalam berbagai sudut pandang, bermanfaat untuk dipertimbangkan.

          Tak ada satu pun dari alasan itu yg mengatakan bahwa #/TB Im 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25; 26* harus dipandang sebagai kumpulan hukum yg berdiri sendiri, dapat dianggap menentukan. Kita tidak boleh lupa bahwa di sini, seperti di bagian lain, peneliti PL banyak dipengaruhi oleh sikapnya terhadap Alkitab sebagai firman Allah. Sebagai contoh, alasan bahwa #/TB Im 26* harus ditempatkan pada masa pembuangan, sebab pembuangan ini dinubuatkan dalam ps tersebut, jauh dari perlakuan yg benar terhadap penyataan ilahi. Ketiadaan judul khusus pada awal ps 17 dijelaskan dengan sangat baik oleh pandangan bahwa di sini Kitab Im merupakan kesatuan yg terjalin dengan mulus.

          III. Makna

          Dilihat dari berbagai sudut pandang, Kitab Im besar maknanya.

          Pertama, Im memperlengkapi kita dengan latar belakang terhadap semua kitab lainnya dalam Alkitab. Untuk memahami keterangan tentang persembahan korban, upacara penyucian atau kebiasaan seperti Tahun Sabat atau Tahun Yobel, dari kitab inilah dapat diperoleh bahannya.

          Kedua, Im menarik perhatian dari sudut pandang agamawi secara umum. Dengan temuan penggalian-penggalian arkeologis, kita dapat membandingkan tatanan dalam Im dengan tatanan lainnya yg terdapat dalam bangsa lain seperti Fenisia, Kanaan, Mesir, Asyur, Babilonia dan Hitti.

          Ketiga, sampai dengan hari ini orang Yahudi ortodoks menemukan kumpulan peraturan mereka — misalnya tentang makanan — dari kitab ini. Hoffmann, seorang penafsir Kitab Im dari kalangan Yahudi, menunjukkan bahwa kepercayaan-kepercayaan lain yg menggunakan PL, terutama memilih Kitab Kej sebagai pokok studi mereka, sementara orang Yahudi secara khusus mengarahkan perhatiannya kepada Kitab Im.

          Keempat, Kitab Im memberitahu orang Kristen cara Allah Israel memerangi dosa di kalangan Israel. Ia memeranginya melalui tatanan-tatanan-Nya tentang persembahan dan penyucian — dosa masyarakat melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel, dosa-dosa seksual dengan hukum-hukum pentahiran — dan juga melalui janji-janji dan peringatan-peringatan-Nya. Tentang peperangan melawan dosa ini, Kitab Im menunjukkan kepada kita, Kristus sebagai jalan pengampunan, jalan penyucian, Imam Besar, Nabi dan Guru, Raja yg memerintah kita dengan segala peraturan-Nya. Itulah makna yg tetap ada pada Kitab Im. Kitab itu adalah kitab penyucian, pengudusan kehidupan (korban bakaran ditempatkan pada bg depan dari kitab itu), kitab tentang pencegahan dan pengampunan dosa, perlawanan dan penyingkiran dosa dari kalangan umat Tuhan. Hari *Pendamaian mendapat tempat yg sentral dalam kitab ini (#/TB Im 16*); upacara dengan memakai dua ekor kambing yg menentukan pada hari itu mengingatkan kita bahwa ‘Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya daripada kita pelanggaran kita’ (#/TB Mazm 103:12*).*TAURAT.

       KEPUSTAKAAN. A. A Bonar, A Commentary on #/TB Im 4*; S. H Kellogg, The Book of Leviticus, Expositor’s Bible, 1891; S. R Driver dan H. A White, The Book of Leviticus, 1898; A. T Chapman dan A. W Streane, The Book of Leviticus, CBSC, 1914; W. H Gispen, Het Boek Liviticus, 1950; N. Micklem, Leviticus, IB, 2, 1955; H Cazelles, Le Levitique, Bible de Jerusalem, 2,1958; M. Noth, Das dritte Buch Mose, Leviticus, 1962. L. G V ink, Leviticus, 1962; J. L Mays, LBC, 1963; K Elliger, HAT, 1966; N. H Snaith, NCB, 1967; W Komfeld, Das Buch Leviticus, 1972; A Ibanez Arana, El Levitico, 1975; G. J Wenham, Leviticus, 1978.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...