Friday, January 5, 2018

PEMUDA KRISTEN YANG BIJAK DAN MANDIRI



PEMUDA KRISTEN YANG
BIJAK DAN MANDIRI

Pemuda/i GKII  Daerah Bali
Bangkit Meregenerasi
Pemuda:
Cinta Tuhan
Cinta Gereja
Cinta Jiwa-jiwa
Cinta Bangsa

“Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” 2 Timotius 2:22

Jika diperhatikan secara kasat mata pada permukaannya, akan membawa kita pada suatu gambaran bahwa adanya kesatuan antara pemuda, kehidupan kekristenan dan bagaimana cara seorang muda menyikapi kehidupan masa kini dengan bijak dan mandiri.

Internalisasi (penyatuan) antara unsur2 ini menunjukan keseluruhan perilaku pemuda/I kristiani saat menjalani aktivitas kesehari-hariannya dalam era kontenporer (masa kini). Dan tentu, hal ini menjadi titik sorotan atau perhatian secara serius. Keseriusan ini mengacu pada sebuah pertanyaan reflektif dan mengandung makna ambiguitas bahwa dalam menjalani kehidupan kita saat ini disadari atau tidakkah bahwa kita adalah diri kita sendiri ataukah pencerminan dari orang lain? Dan ataukah kita hidup sendiri atau juga bersama dengan orang lain?

Menggali lebih jauh mengenai pertanyaan yang mengandung makna peroblematis ini tentunya akan mendatangkan polemik (perdebatan), karena seakan-akan menggugat pemuda/I Kristen untuk merenung tentang kehidupan kesehari-hariannya. Namun gugatan ini akan semakin nyata apabila diletakan3 pada realitas/kenyataan objektif dalam mencermati pola pergaulan pemuda/I masa kini.

Seberapa bijak dan mandiri kah kita sebagai pemuda Kristen dalam menanggapi kenyataan-kenyataan hidup tersebut?
Dalam konteks ini, menjadi diri sendiri adalah suatu kesungguhan untuk berefleksi diri. Agar melaluinya dapat menjawab keberadaan sejatinya kita. Pertanyaan mengenai disadari atau tidakkah bahwa kita adalah diri kita sendiri ataukah pencerminan dari orang lain? Dan ataukah kita hidup sendiri atau juga bersama dengan orang lain?
Misalnya, melalui apa yang disodorkan oleh media sangat memiliki pengaruh signifikan (peranan yang cukup berarti) dalam pembentukan kepribadian kita. Dalam menentukan kebutuhan kitapun terpengaruh oleh sodoran media. Apa yang kita butuhkan atau lakukan adalah apa yang ditampilkan oleh media. Dan hal itulah yang disebut dengan klise masal media. Akibatnya secara perlahan-lahan kita mengalami krisis identitas diri atau kehilangan jati diri yang sejati.
Banyak hal yang bisa dianggap tren bagi anak muda, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, cara berdandan/bergaya, gaya hidup, tempat jalan-jalan, tempat hiburan, tempat berbelanja, barang-barang mewah, musik, film, teknologi gadget, internet, bahkan sampai kepada kebiasaan buruk yaitu merokok hingga kepada dunia gemerlap (kehidupan malam). Tekanan dari teman-teman sering dialami bagi anak-anak muda yang tidak mau mengikuti tren-tren itu. Bukan suatu hal yang mudah untuk menolak atau tidak mengikuti tren yang ada.
Sebagai anak muda yang mengenal Tuhan, tentunya harus dengan cermat mengikuti tren-tren yang ada. Anak-anak muda harus pintar-pintar memilih tren apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi mereka, agar tetap berjalan dalam kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari jalanNya.
Melihat pada dekadensi (kemerosotan) ini, maka pemberhentian dan mengupayakan untuk mengembalikan dan mengangkat kepercayaan diri agar menjadi diri sendiri sudah menjadi suatu keharusan.
Perlu diingat: menjadi diri sendiri bukan berarti mementingkan diri sendiri (individualis) ataupun juga bukan berarti segala sesuatu adalah kehendak secara pribadi (subjektis). Tetapi disini mengandung makna lebih mendalam bahwa kita adalah makluk sosial. Manusia yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain dan kita adalah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, bukanlah berarti memiliki kekuasaan sama seperti Allah, tetapi kita adalah ciptaan-Nya yang memiliki sifat-sifat Keilahian. Allah adalah Roh, jiwa manusia adalah roh juga. Sifat-sifat hakiki dari roh ialah akal budi, hati nurani dan kehendak. Roh adalah unsur yang mampu bernalar (Kej 2:15), bersifat moral dan oleh karena itu juga berkehendak bebas. Dengan demikian manusia berbeda dari semua makluk lain yang mendiami bumi. Manusia juga diberikan kekuasaan untuk menguasai bumi beserta segala isinya ( Kejadian 1:26, 28).

Kesamaan lainnya dengan Allah juga bersifat sosial. ini didasarkan pada sifat kasih sayang-Nya. walaupun manusia telah terjatuh ke dalam dosa, namun Allah tetap menunjukan sikap persekutuan-Nya dengan manusia (Kej 3:8). Disini ditunjukan hubungan komunikasi secara langsung antara manusia dengan Allah. Ia menciptakan wanita, karena sebagaimana dikatakanNya sendiri, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18). Jelaslah bahwa manusia diciptakan dengan memiliki sifat sosial, sebagaimana Allah mempunyai sifat sosial.
Kesamaan dengan Allah ini tidak dapat dihapus, dan karena kesamaan tersebut memungkinkan manusia memperoleh penebusan, maka kehidupan manusia yang belum dilahirkan baru juga berharga. (Kej 4:15a. 9:6).
Akhirnya menjadi nyatalah bahwa menjadi diri sendiri disini lebih mengarahkan kita untuk mencari identitas diri melalui refleksi dalam penyatuan diri dengan Allah. Karena sebagai pemuda Kristen, yang sesuai pengakuan iman kita adalah orang yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. dan di dalam diri kitapun memiliki sifat-sifat keilahian.
Sehingga dalam menghadapi kehidupan masa kini, saat diperhadapkan dengan situasi dalam kehidupan pergaulan kita, selayaknya kita harus mencerminkan sifat-sifat Allah, karena itu adalah syukur. Dan ketika kita diperhadapkan dengan berbagai fenomena kehidupan masa kini, kita tidak akan terhanyut dalam permainan pembentukan keinginan dan kebutuhan melalui media. Ketika juga dipertemukan dengan kenyataan dalam kesehari-harian kita, tentunya akan hadir sebagai yang memiliki sikap sosial dan penuh kasih sayang untuk menganggap semua manusia adalah sama seperti diri sendiri yang sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dan kita akan berperan sebagai sahabat yang menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17). Akhirnya, dengan mengutip pada kitab Markus 4: 23 yang berbunyi “Barang Siapa Mempunyai Telinga Hendaklah Ia Mendengar”.
“Kehidupan yang tidak memberikan pengaruh positif bagi kehidupan orang lain adalah kehidupan yang tidak layak untuk dijalani.
Kata-kata bijak ini hendak mengajak dan mendorong kita untuk mempunyai hidup dan kehidupan yang berarti bagi sesama. Sebuah kehidupan yang di dalamnya terpancar suatu kerinduan, tekad dan kerja keras untuk melaksanakan panggilan rohaninya agar memberikan sesuatu yang positi bagi kehidupan bersama.

Dalam II Timotius 4:16, Paulus menasihatkan dan mendorong Timotius, yang berusia muda saat itu, agar memperlihatkan suatu pola hidup yang berkualitas sehingga tidak ada seorangpun menganggap ia rendah karena ia muda.
Paulus dalam Roma 12:2, menyatakan agar kita jangan serupa dengan dunia ini; tetapi kita diutus oleh Kristus ke dalam dunia untuk menjadi saksiNya yang hidup. Oleh sebab itu, sebagai pemuda-pemudi Kristen, kita tidak memisahkan diri dari dunia tetapi mengikutsertakan diri dalam usaha Allah untuk mendatangkan Syalom, damai sejahtera. Lingkungan kehidupan kita senantiasa berubah. Perubahan itu memberikan tantangan pelayanan dan kesaksian yang baru kepada kita. 

Ruang lingkup tugas panggilan pemuda Kristen dapat digambarkan sebagai berikut:
·         Tugas panggilan yang berhubungan dengan Tuhan, misalnya:
1.       Penyerahan dan persembahan diri
2.       Komitmen pelayanan
3.       Pertumbuhan rohani
4.       Menjaga dengan baik kualitas hubungan pribadinya dengan Tuhan
·         Yang berhubungan dengan gereja:
1.       Mengembangkan rasa memiliki dan kebanggaan yang positif terhadap gerejanya
2.       Partisipasi dalam kegiatan jemaat
3.       Menjadi batu hidup bagi pertumbuhan gereja
·         Yang berhubungan dengan dirinya sendiri:
1.       Pengembangan diri
2.       Pengembangan talenta
3.       Penghargaan terhadap hidup
·         Gambaran diri yang sehat
1.       Menjaga kesehatan jiwa dan pikiran
·         Yang berhubungan dengan kerja/karir:
1.       Pemahaman tentang kerja: Kerja bukan kutuk tapi berkat Tuhan , tetapi bagian hidup manusia adalah mengerjakan tugas yang diberikan Tuhan sebagai anugrah untuk mmemuliakaNya
2.       Kejujuran, keteladanan, prestasi kerja
·         Yang berhubungan dengan keluarga:
1.       Turut menciptakan suasana rumah yang nyaman bagi setiap anggota keluarga
2.       Berperan seperti embun yang menyegarkan dan menyehatkan kehidupan setiap anggota keluarga
3.       Berperan  menuntun setiap anggota keluarga bertumbuh dalam kekudusan di hadapan Tuhan
·         Yang berhubungan dengan sesama manusia:
1.       Pandangan positif pada sesama
2.       Mengembangkan empati dan simpati kepada orang lain
3.       Melihat sesama sebagai manusia yang juga dicintai oleh Tuhan
4.       Mengambangkan kasih dan murah hati terhadap sesama

Dengan demikian, panggilan hidup pemuda tidak terbatas pada hal-hal yang sifatnya rohani. Tetapi juga yang menyangkut aspek hubungannya dengan sesama dan dirinya sendiri. Keseimbangan hidup panggilan itu melahirkan suatu pribadi yang kuat. Pribadi yang tangguh. Pribadi yang siap memberikan hidupnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan bagi Tuhan.
Yesus berkata, “Kamu adalah garam dan terang dunia” (Mat.5:13). Orang Kristen, termasuk orang muda di dalamnya, harus asin. Ia harus berbeda dengan dunia. Kalau ia menjadi tawar (sama dengan dunia), ia tidak berguna. Tetapi garam tidak berguna juga kalau tidak dikeluarkan dari lemari. Garam perlu dicampur dengan makanan. Begitu juga orang Kristen, tidak berguna kalau ia tidak mau berhubungan dan membangun suasana kehidupan yang lebih baik dengan sesamanya. Biarlah segala sesuatu yang kita lakukan dengan perkataan atau perbuatan itu semua kiranya mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan.

Kunci keberhasilan agar kita dapat menjalankan tugas panggilan tersebut adalah
 Spiritualitas dan Integritas.

Apakah yang dimaksudkan dengan spiritualitas?
Spiritualitas adalah kehalusan perasaan tentang Allah yang berbuah kualitas kehidupan yang sebagaimana diperlihatkan oleh Yesus. Kualitas hidup itu terwujud dalam hubungannya yang agung dengan Allah, hubungannya yang luhur dengan sesama dan hubungannya yang mulia dengan dirinya sendiri. “Bagiku tidak ada yang lebih menggembirakan selain bertemu dengan Allah lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajahNya kepada orang lain” demikian kata Beethoven. Sikap kita terhadap diri sendiri, sesama dan Tuhan mencerminkan kualitas spiritualitas yang ada dalam diri kita.

Sedangkan integritas memperlihatkan menyatunya antara tindakan dengan perkataan, menyatunya perbuatan dengan apa yang menjadi dasar keyakinan imannya. Dengan demikian, maka kita dapat memperlihatkan peran dan tugas panggilan kita dengan baik. Kita dapat memberikan dampak yang positif bagi sesama dalam hidup dan kehidupan kita. Hasilnya, hidup dan kehidupan kita menjadi bermakna.

Setiap pemuda Kristen harus dapat memperlihatkan sikap hidup yang memberi dampak positif bagi kehidupan sesamanya. Sebagai dampak perjumpaannya dengan Tuhan. Itu tugas panggilannya. Susunan inisial yang berbunyi “POWER” ini setidaknya akan membantu kita untuk mengingat apa saja yang perlu diperhatikan agar kita mengalami pertumbuhan rohani agar kita lebih bisa melatih diri kita menjadi lebih bijaksana dan mandiri dalam menyikapi kehidupan kita sebagai anak muda. Sehingga dapat menunjukkan dan melaksanakan tugas panggilannya.

Pertama, Pray (berdoa). Orang Kristen yang mau bertumbuh dan rindu untuk menjalani kehidupan Kristennya dengan baik, pasti selalu berkomunikasi dengan Allah melalui doa. Dalam doanya itu ia mengungkapkan ucapan syukurnya, mengakui dosa-dosanya dan juga menyampaikan permohonannya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Allah berjanji untuk selalu dekat dengan semua orang yang datang kepadaNya dalam doa (Mazmur 145:18).

Kedua, Obey (Ketaatan). Dalam Yohanes 14:15, 21, 23 Yesus berkata bahwa ketaatan kita adalah tanda kasih kita kepadaNya. Tetapi kita tidak akan mampu melakukannya dengan kekuatan sendiri. Itulah salah satu alasan mengapa Dia memberikan Roh Kudus kepada kita (ayat 16, 17). Saat kita berserah kepadaNya, Roh Allah memberi kita kekuatan untuk berjalan bersamaNya di dalam ketaatan.

Ketiga, Worship (Ibadah). Sebagai pribadi, ia harus beribadah kepada Tuhan dalam pikiran, perbuatan, doa-doanya dan lain sebagainya (Roma 12:1-2). Dalam kehidupan berjemaat, ia mempersembahkan pujian kepada Allah bersama umat Allah yang lainnya (Mazmur 111: 1; Ibrani 10: 24-25).

Keempat, Evangelize (Bersaksi). Kabar baik tentang Yesus Kristus harus dibagikan kepada orang lain melalui kesaksian hidup kita sehari-hari. 
Kelima, Read, membaca (dalam hal ini membaca Alkitab). Salah satu sumber pertumbuhan rohani yang mempengaruhi kita secara langsung ialah Alkitab. Kita harus membaca Alkitab kita secara teratur karena Firman Allah adalah susu sekaligus makanan keras rohani yang akan menumbuhkan kerohanian kita ( II Timotius 3:16; I Petrus 2:2; Ibrani 5:12–14). Alkitab memberitahu kita bagaimana kita harus hidup (Mazmur 119:105).


No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...