Saturday, January 6, 2018

PERTOBATAN & KELAHIRAN KEMBALI



TOBAT, PERTOBATAN
I. Dalam PL
          Kata Ibrani syuv berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Dalam #/TB Yer 3:14* diterjemahkan ‘kembalilah’, dalam #/TB Mazm 78:34* ‘berbalik’, dalam #/TB Yer 18:8* ‘bertobat’. PL beberapa kali bicara tentang suatu bangsa kembali kepada Allah, satu kali tentang bangsa kafir di Niniwe (#/TB Yun 3:7-10*), dan selebihnya berkaitan dengan Israel. PL jarang sekali mencatat pertobatan perseorangan (#/TB Mazm 51:12*, peristiwa Naaman, Yosia dan Manasye), tapi menubuatkan pertobatan ‘segala ujung bumi’ kepada Allah (#/TB Mazm 22:27*). Bagi orang Israel, yaitu umat perjanjian Allah, pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakai-Nya. Dengan perkataan lain, bukan berubah agama tapi meneguhkan kembali kepercayaan dan ketaatan pribadi kepada Allah.
          PL menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun pertobatan yg sungguh kepada Allah mencakup merendahkan diri batiniah, perubahan hati yg sungguh, dan benar-benar merindukan Yahweh (#/TB Ul 4:29* dab; #/TB Ul 30:2,10*; #/TB Yes 6:9* dab; #/TB Yer 24:7*), disertai pengenalan yg jelas dan baru akan diriNya dan jalan-Nya (#/TB Yer 24:7*; bnd #/TB 2Raj 5:15*; #/TB 2Taw 33:13*).
II. Dalam PB
          a. Metanoia dan metanoeo muncul dalam PB kr 58 kali dan selalu diterjemahkan ‘bertobat’, kecuali #/TB Luk 17:3* (’ menyesal’) dan #/TB Ibr 12:17* (’ memperbaiki kesalahan’, yg lebih merupakan tafsiran daripada terjemahan). Arti asasi kedua kata di atas ialah perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yg sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yg terungkap dalam perangai atau perilaku seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus yg melahirkan kembali orang itu.
          Tapi adalah salah bila meremehkan duka cita penyesalan dan kebencian terhadap dosa, berpaling dari dosa itu dan menghadap Allah. Memang benar, ada dukacita yg abnormal yg bukan pertobatan (lih #/TB 2Kor 7:10*); dukacita demikian jelas dalam peristiwa Yudas (#/TB Mat 27:3-5*) dan Esau (#/TB Ibr 12:17*). Tapi ada duka cita penyesalan yg sesuai dengan kehendak Allah, yg melahirkan pertobatan dan mendatangkan keselamatan (#/TB 2Kor 7:9-10*) dan hal ini, mutlak sebagai unsur pertobatan (lih #/TB Ayub 42:5-6*; #/TB Mazm 51:1-15*; #/TB Luk 22:61*).
          Pertobatan adalah syarat mutlak untuk beroleh keselamatan. Yesus memulai pelayanan-Nya di muka umum dengan seruan ‘bertobatlah’, dan salah satu ucapan-Nya sebelum Ia naik ke sorga ialah, ‘pertobatan dan pengampunan dosa harus diberitakan kepada segala bangsa’ (#/TB Luk 24:47*, bnd #/TB Luk 13:3-5*). Baik Petrus (#/TB Kis 2:38*) maupun Paulus (#/TB Kis 17:30*) memberitakan mutlak perlunya pertobatan, dan dalam #/TB Kis 20:21* Paulus meringkaskan injilnya dengan, ‘Bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus’. Tuntutan supaya bertobat, dan kenyataan bahwa pertobatan adalah mutlak perlu untuk pengampunan dosa dan beroleh hidup yg kekal, menyatakan bahwa keselamatan mustahil tanpa pertobatan. ‘Iman’ tanpa pertobatan bukanlah iman yg membawa kepada keselamatan.
          Adalah sia-sia mempertanyakan yg mana lebih dahulu: pertobatan atau iman? Keduanya terjadi serentak. Iman terarah kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yg disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah termasuk menerima anugerah Allah dalam Kristus dengan iman.
          b. Epistrefo muncul kr 30 kali. Dalam arti harfiah kata ini diterjemahkan ‘kembali’ atau ‘berpaling’ (#/TB Mat 10:13; 24:18*; #/TB Kis 16:18*; #/TB Wahy 1:12*). Satu kali diterjemahkan ‘insaf berkaitan dengan pemulihan Petrus sesudah kejatuhannya ke dalam dosa (#/TB Luk 22:32*). Jika kata itu mengandung makna keagamaan, maka biasanya diterjemahkan ‘berbalik’ (#/TB Mat 13:15* dan ay-ay sejajarnya, dialaskan pada kata Ibrani syuv), dan dua kali diterjemahkan ‘bertobat’ (#/TB Kis 3:19; 15:3*). Kata kerja biasa strefo juga diterjemahkan ‘bertobat’ dalam #/TB Mat 18:3*.
Jadi epistrefo menunjuk kepada tindakan ‘putar balik’ atau ‘pertobatan’ kepada Allah, unsur yg sangat menentukan dan dengan itu orang berdosa — Yahudi atau non-Yahudi — masuk ke dalam eskatologis Kerajaan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus dan menerima pengampunan dosa. Tindakan ini menjamin perolehan keselamatan yg dibawa oleh Kristus, dan sifatnya adalah sekali untuk selamanya, tidak dapat diulangi seperti teracu dalam pemakaian biasa ‘waktu aoristus’ dari kata kerja Yunani bersangkutan.
III. Kesimpulan
          Jelaslah bahwa jika seseorang berbalik kepada Allah, tindak perbuatan itu mengungkapkan terjadinya perubahan hati yg begitu mutlak penting dan menentukan (biasanya disertai hati yg remuk). Dalam tulisan penulis-penulis Kristen dan dalam pengertian umum gereja di Indonesia, kata ‘pertobatan’ umumnya digunakan untuk mengartikan gagasan-gagasan yg dalam bh Yunani diungkapkan baik dengan epistrefo maupun metanoia (berbalik dan berubah hati), padahal oleh beberapa bahasa lain keduanya dianggap memaksudkan dua kebenaran yg terpisah, ump conversion dan repentance dalam bh Inggris.
          Pertobatan ditilik dari nalar ilmu jiwa adalah tindakan manusia sendiri. Tapi nalar Alkitab menjelaskan bahwa dalam arti asasi dan yg sesungguhnya, Allah turut berperan dalam pertobatan. #/TB Rat 5:21* menyatakan bahwa orang berdosa bertobat kepada Allah jika Allah membawa orang itu kepada pertobatan (bnd #/TB Yer 31:18* dab). PB menyatakan bahwa jika seseorang berkemauan dan bekerja sesuai kehendak Allah berkaitan dengan keselamatannya, maka Allah sendirilah yg bekerja dalam diri orang itu, yg memampukan dan memotivasi dia melakukan itu (#/TB Fili 2:12* dab).
          Pertobatan adalah karya ilahi. Allah menyembuhkan ketidakmampuan rohani manusia, membangkitkannya dari kematian (#/TB Ef 2:1* dab), melahirkan dia kembali (#/TB Yoh 3:1* dab), membuka hatinya (#/TB Kis 16:14*), membuka dan mencelikkan matanya yg buta (#/TB 2Kor 4:4-6*), memberinya pengertian (#/TB 1Yoh 5:20*). Dalam peristiwa-peristiwa itu manusia tidak mempunyai andil apa pun. Manusia menanggapi Injil hanyalah karena Allah telah lebih dahulu bekerja dalam diri manusia menuju pertobatan itu. Berita pertobatan Paulus dan beberapa ay yg mengacu pada kuasa dan keyakinan yg diberikan Roh Kudus kepada Firman Allah (#/TB Yoh 16:8*; #/TB 1Kor 2:4* dab; #/TB 1Tes 1:5*) menunjukkan bahwa Allah menarik manusia kepada-Nya dengan daya ilahi yg mustahil ditolak, yg kadang-kadang dirasakan sebagai tak dapat dilawan oleh manusia.
KEPUSTAKAAN.
v  J Calvin, Institutes of the Christian Relegion 3, 3-5;
v  J Taylor, The Doctrine and Practice of Repentance Works 9, 1822;
v  W. D Chamberlain, The Meaning of Repentance, 1943.


LAHIR, KELAHIRAN KEMBALI

       Kata Yunani palingenesia muncul dalam #/TB Mat 19:28* (’ penciptaan kembali’) dan dalam  #/TB Tit 3:5* (’ kelahiran kembali’). Injil Mat memakai kata itu dalam pengertian eskatologis untuk menunjuk pada pemulihan segala sesuatu, yg mengingatkan kita bahwa pembaharuan pribadi merupakan bagian dari pembaharuan yg lebih luas meliputi semesta alam. Di dalam Tit kata itu dipakai menunjuk pada pribadi.

       Di tempat lain digunakan berbagai kata untuk menyatakan perubahan yg diadakan olch Roh Kudus. Gennao (dgn anothen, #/TB Yoh 3:3,7*), yg berarti ‘memperanakkan’ atau ‘melahirkan’, digunakan dalam #/TB Yoh 1:13; 3:3,4,5,6,7,8*; #/TB 1Yoh 2:29; 3:9; 4:7; 5:1,4,18*. Dalam #/TB 1Pet 1:3,23* terdapat kata anagennao —‘ memperanakkan kembali’ atau ‘melahirkan kembali’. Kata-kata ini digunakan untuk menggambarkan tindakan mula-mula yg memperbaharui. Kata Anakainosis(#/TB Rom 12:2*; #/TB Tit 3:5*) dan kata kerja anakainoo (#/TB 2Kor 4:16*; #/TB Kol 3:10*) berarti membuat baru atau memperbaharui. Ay-ay ini memperlihatkan bahwa penggunaan kedua kata itu tidak terbatas pada awal pembaharuan tapi meluas pada proses yg menyusul. Kita dapat memperhatikan, berkenaan dengan buah kelahiran baru, istilah-istilah seperti kaine ktisis, ‘suatu ciptaan baru’ (#/TB 2Kor 5:17*; #/TB Gal 6:15*), dan kainos anthropos, ‘seorang manusia baru’ (#/TB Ef 2:15; 4:24*). Dua kali kita menjumpai istilah synzoopoieo, ‘menghidupkan bersama-sama’ (#/TB Ef 2:5*; #/TB Kol 2:13*), yg mengisyaratkan suatu perubahan, bukan saja sedramatis kelahiran, tapi sedramatis pembangkitan. Apokueo (#/TB Yak 1:18*) berarti melahirkan.

Semua istilah ini menunjukkan suatu perubahan menyeluruh secara terpadu dan dramatis yg dapat disamakan dengan kelahiran, kelahiran kembali, kejadian kembali, atau malah kebangkitan. Beberapa dari istilah ini dalam ay terkait menunjukkan bahwa perubahan ini mempunyai dampak-dampak yg tetap dan Was pada diri orang yg mengalaminya.

I. Pengutaraan PL

          Ide tentang kelahiran kembali lebih menonjol dalam PB ketimbang PL, tapi banyak bagian PL mengutarakan pembaharuan nasional. Pemikiran ini terdapat dalam pernyataan-pernyataan mengenai perjanjian baru dan taurat yg ditulis dalam hati atau pemberian hati yg baru (#/TB Yer 24:7; 31:31* dab; #/TB Yer 32:38* dab; #/TB Yeh 11:19; 36:25-27*, dan bg mengenai ‘lembah tulang-tulang kering’, #/TB Yeh 37:1-14*).

          Walaupun yg dimaksud dalam ay-ay ini adalah bangsa, suatu bangsa dapat diperbaharui hanya apabila pribadi-pribadi di dalamnya diubah. Jadi, dalam ide pembaharuan nasional itu kita temukan juga ‘hati yg baru’ yg diberikan kepada pribadi-pribadi. Bagian-bagian yg lain lebih langsung mengenai pribadi (bnd #/TB Yes 57:15*), terutama #/TB Mazm 51*, dan doa Daud yg dinyatakan dalam ay #/TB Mazm 51:8*. Mengingat pandangan yg serius tentang dosa dan dampak-dampaknya yg dinyatakan dalam mazmur ini, tidak mengherankan bahwa di sini terdapat lebih dari sekedar bayangan tentang kebutuhan akan pembaharuan pribadi.

II. Pengutaraan PB

          Ajaran ini harus dipikirkan dalam kerangka manusia berada dalam dosa (#/TB Yoh 3:6*; #/TB Ef 2:1-3,5*). Akibat-akibat dosa terhadap watak dasar manusia begitu serius, sehingga tanpa kelahiran baru, pendosa tidak mampu melihat, apalagi masuk ke dalam kerajaan Allah (#/TB Yoh 3:3,5*; bnd #/TB 1Kor 2:6-16*).

          Prakarsa dalam hal kelahiran kembali berasal dari Allah (#/TB Yoh 1:13*); itu adalah dari atas (#/TB Yoh 3:3,7*) dan prakarsa Roh (#/TB Yoh 3:5,8*). Ide yg sama terdapat dalam #/TB Ef 2:4,5*; #/TB 1Yoh 2:29; 4:7*; dll. Tindakan Allah ini sangat menentukan sekali untuk sekalian. Bentuk-bentuk aoristus dipakai dalam #/TB Yoh 1:13; 3:3,5,7*. Pemakaian bentuk-bentuk perfektum menyatakan bahwa tindakan awal yg tunggal ini membawa serta dampak-dampak yg luas, seperti dalam #/TB 1Yoh 2:29; 3:9; 4:7*; #/TB 1Yoh 5:1,4,18*. Buah-buah kelahiran baru yg tetap, menurut ay-ay ini ialah melakukan keadilan, tidak melakukan dosa, mengasihi satu terhadap yg lain, percaya bahwa Yesus adalah Kristus, dan mengalahkan dunia. Buah-buah ini menyatakan bahwa dalam hal-hal rohani manusia bukannya sama sekali pasif. Ia pasif dalam kelahiran baru; Allah bertindak ke atas dirinya. Tapi buah tindakan yg demikian itu adalah kegiatan yg luas jangkauannya; ia bertobat secara aktif, percaya kepada Kristus, dan untuk selanjutnya berjalan dalam hidup yg baru.

          #/TB Yoh 3:8* memperingatkan kita bahwa mengenai pokok ini ada banyak hal yg tak dapat dimengerti. Namun kita harus menyelidiki apa yg sebenarnya terjadi atas pribadi dalam kelahiran baru. Dapat dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam kepribadian, orangnya adalah pribadi yg sama. Tapi sekarang ia secara berbeda dikendalikan. Sebelum kelahiran baru dosa mengendalikan manusia dan membuatnya pemberontak terhadap Allah; sekarang Roh mengendalikannya dan mengarahkannya kepada Allah. Orang yg lahir kembali berjalan menurut Roh, hidup dalam Roh, dipimpin oleh Roh, dan diperintahkan untuk dipenuhi oleh Roh (#/TB Rom 8:4,9,14*; #/TB Ef 5:18*). Ia tidak sempurna; ia harus tumbuh dan maju (#/TB 1Pet 2:2*), tapi dalam tiap-tiap bagian kepribadiannya ia diarahkan kepada Allah.

          Kita dapat mendefinisikan kelahiran baru sebagai suatu tindakan atas kodrat manusia oleh Roh Kudus, yg membawa perubahan dalam seluruh pandangan pribadi. Ia sekarang dapat dilukiskan sebagai manusia baru yg mencari, menemukan, dan mengikuti Allah dalam Kristus.

III. Alat-alat kelahiran kembali
          Dalam #/TB 1Pet 3:21* dengan erat baptisan dihubungkan dengan hal masuk ke dalam keadaan keselamatan, dan #/TB Tit 3:5* menunjuk pada pembasuhan kelahiran kembali. #/TB 1Pet 1:23* dan #/TB Yak 1:18* menyebutkan Firman Allah sebagai alat kelahiran baru. Banyak orang, berdasarkan ay-ay semacam itu, berpendapat bahwa hal-hal ini merupakan saluran-saluran yg perlu yg dengannya kelahiran kembali sampai kepada manusia. Dengan mengingat #/TB 1Kor 2:7-16*, kita harus bertanya apakah Firman Allah adalah alat kelahiran kembali dengan cara ini. Di sini dijelaskan bahwa manusia kodrati berada dalam keadaan demikian sehingga ia tidak dapat menerima hal-hal yg dari Roh Allah. Suatu campur tangan Allah, yg membuat manusia kodrati mampu menerima Firman Allah, harus mendahului hal mendengar Firman Allah dalam sikap yg mendatangkan keselamatan. Apabila hal ini telah terjadi, maka Firman Allah melahirkan hidup yg ham. Jelas bahwa kelahiran baru dalam #/TB 1Pet 1:23* dan #/TB Yak 1:18* dimengerti dengan cara lebih luas ketimbang dalam Yoh. Yohanes membedakan antara kelahiran kembali dan iman yg dihasilkan olehnya (ump #/TB Yoh 1:12,13*; #/TB 1Yoh 5:1*); Petrus dan Yakobus, dengan memasukkan Firman sebagai alat, menunjukkan bahwa mereka membayangkan dalam pikiran mereka seluruh proses yg melaluinya Allah membawa manusia kepada kepercayaan yg sadar kepada Kristus.

          Hal ini dapat digambarkan sebagai penghamilan dan kelahiran. Roh Kudus membuahi atau menghamilkan hidup baru itu dengan suatu tindakan langsung pada jiwa manusia, sesudah itu hidup tersebut dilahirkan (apokueo, #/TB Yak 1:18*) dengan Firman. Gennao (#/TB 1Pet 1:23*) dapat berarti baik menghamilkan maupun melahirkan.
          Selanjutnya ada keberatan-keberatan alkitabiah terhadap ide bahwa baptisan itu sendiri membawa anugerah yg melahirkan kembali. Mengamati baptisan ex opere operato (otomatis) ini, ternyata cara baptisan ini bertentangan dengan ay-ay yg lain, terutama protes para nabi terhadap penyalahgunaan upacara-upacara imamat, dan kecaman Paulus terhadap pandangan Yahudi mengenai sunat (bnd #/TB Rom 2:28* dab, #/TB Rom 4:9-12*). Ada peristiwa-peristiwa pertobatan tanpa pembaptisan (#/TB Kis 10:44-48; 16:14,15*). Ay terakhir penting sekali, karena pembukaan hati Lidia secara khusus disebutkan sebelum pembaptisan. Kalau dibantah bahwa bagi orang Kristen angkatan-angkatan berikutnya halnya adalah berbeda, maka sikap Paulus terhadap pandangan-pandangan yg sama mengenai sunat seharusnya menjawab persoalan itu. Anugerah yg melahirkan kembali datang secara langsung oleh Roh kepada para pendosa yg hilang itu. Firman Allah membawanya ke dalam pengungkapan dalam iman dan pertobatan. Baptisan bersaksi tentang persekutuan rohani dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan yg melaluinya hidup baru dibawa, tapi tidak membawanya secara otomatis di mana tidak ada iman. *BAPTISAN; *IMAN, KEPERCAYAAN; *HIDUP, KEHIDUPAN.

       KEPUSTAKAAN.
Artikel-artikel mengenai Kelahiran kembali oleh J. V Bartlet (HDB), J Denney (DCG), A Ringwald, NIDNTT. Sebagian besar karya Dogmatika membicarakan pokok ini — The Human Nature in its Fourfold State, 1720, hlm 131-168; B Citron, The New Birth, 1951.

No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...