Teologi KERJA, PEKERJAAN
Kata-kata utama
di sini ialah Ibrani ma’aseh (181 kali), ‘pekerjaan’,
‘perbuatan’ (bnd Kej 5:29; Kel 5:4, d1l, terutama Mazmur-mazmur
mengenai pekerjaan Allah, lih Mazm 8:2,5; 19:1, dll); mela’kha (117 kali;
bnd Kej 2:2,3; Kel 20:9, dll); po ‘al (30 kali), ‘perbuatan’ (bnd Ul 32:4, dll). Yunani ergon (142 kali) sering muncul dalam Yoh, Ibr, Yak,
dan Why. Agak jarang dipakai ialah kata energeia yg abstrak, harfiah berarti
‘tenaga’. Itu merupakan kata khas Paulus (Ef 1:19; 3:7; 4:16; Fili
3:21; Kol 1:29; 2Tes 2:9). Perlu dicatat kata-kata Ibrani yegi`a,
‘kerja’, ‘keletihan’, dan ‘amal’, ‘kerja’, ‘kesengsaraan’; bnd Yunani kopiao,
‘bekerja’, ‘bersusah payah’ (bnd Mat 11:28; Yoh 4:38, dll), dan
ergates, ‘pekerja’ (Mat 9:37,38; 20:1-2,8; Luk 10:2,7; Yak
5:4).
Dalam bh Yunani
klasik kata kerja kopiao menunjuk pada susah payah yg ditimbulkan oleh kerja (bnd
LSJ), tapi dalam PB kata itu menunjuk pada pekerjaan itu sendiri (Mat
6:28; 11:28; Luk 5:5; 12:27; Yoh 4:38). Kata ergates menunjuk pada
perusahaan atau perdagangan yg dengannya orang memperoleh nafkah hidup (Kis 19:24), dan digunakan juga untuk menunjukkan keuntungan yg dihasilkan dari
kegiatan (Kis 16:16,19) maupun kerja yg dilibatkan oleh usaha mengejar
keuntungan. ergasia mempunyai arti etis dalam Ef 4:19 dan harfiah berarti
‘mengerjakan’; bnd ‘pekerja’ (ergates) dalam Luk 13:27; 2Kor 11:13; Fili 3:2, dan dalam arti yg baik Mat 10:10; 2Tim 2:15.
Pemakaian
Latinisme dos ergasian, ‘berilah ketekunan’ (= ’berusahalah’) oleh Lukas ( Luk 12:58) untuk menekankan peringatan Kristus mengenai perdamaian dengan
seorang musuh, oleh beberapa orang dianggap tanda pelajarannya dalam ilmu
kedokteran, yg di dalamnya istilah itu menunjuk pada pekerjaan pencampuran,
percampuran itu sendiri, dan pekerjaan pencernaan, serta pekerjaan paru-paru,
dll (bnd W. K Hobart, The Medical Language of St Luke, 1882, hlm 243). Tapi
rangkaian kata itu terdapat dalam LXX (bnd Kebijaksanaan Salomo Luk
13:19) yg diketahui Lukas.
I. Makna umum
Dari
pemakaian kata-kata tertentu yg dapat saling mengganti untuk menyatakan
kegiatan Allah maupun kegiatan manusia, jelas bahwa pekerjaan adalah hal yg
ditata oleh Allah. Dari mulanya kerja adalah tujuan Allah bagi manusia, dan
dinyatakan dalam Mazm 104:19-24 dan Yes 28:23-29 sebagai ketentuan
hikmat Allah. Penciptaan itu sendiri adalah ‘kerja’ (bnd Ams 6:6-11).
Bahwa kerja merupakan bagian integral dari
tujuan ilahi bagi manusia, tersirat dalam perintah keempat. Tapi masuknya
dosa mengubah kerja dari kegembiraan menjadi kejerihpayahan (bnd Kej
3:16-19). Dengan demikian kerja menjadi beban ganti berkat, dan, sekalipun
tidak jahat di dalam dirinya, kerja kehilangan nilainya yg sesungguhnya. Kerja
telah menjadi kesempatan berbuat dosa; apabila kerja menjadi tujuan
satu-satunya maka kerja itu sendiri menjadi berhala (bnd Pengkh
2:4-11,20-23; Luk 12:16-22). Bagi beberapa orang kerja telah menjadi
alat untuk menghisap dan menindas
(bnd Kel 1:11-14; 2:23; Yak 5:4). Tapi dalam penyelamatan, kerja
diubah lagi menjadi alat berkat. Sejak awal, Kekristenan menghukum kemalasan,
termasuk kemalasan atas nama agama (bnd 1Tes 4:11; juga Ef 4:28; 1Tim 5:13).
Tuhan Yesus yg bekerja sebagai tukang kayu
(Mr 6:3), telah menguduskan jerih payah yg lazim, dan Paulus memberikan
teladan dalam hal pekerjaan yg jujur (Kis 18:3). Sebenarnya Paulus
menetapkan hukum ekonomi sosial dalam pernyataannya di 2Tes 3:10, ‘Jika
seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan’. Pada sisi lain, asas yg
dinyatakan Tuhan Yesus tetap merupakan dasar masyarakat, ‘Pekerja patut
mendapat upahnya’ (Luk 10:7).
Dalam
penghayatan anugerah, tugas-tugas manusia diberi nilai baru dan menjadi lebih
berguna. Tugas-tugas dilaksanakan demi Nama itu. Dalam rangka itu pelaksanaan
tugas diberkati tiga kali. Pekerja sendiri diberkati di dalam dia menerima
anugerah ilahi untuk melaksanakan pekerjaannya bagi kemuliaan Allah; mereka yg
memperoleh buah-buah dari tugas-tugas demikian, yg dikerjakan dalam semangat
baru dan dengan kualitas baru diberkati juga; dan dalam semuanya itu Allah
sendiri dimuliakan. Pekerjaan demikian dilakukan ‘di dalam’ dan ‘bagi’ Tuhan
(bnd Rom 14:7,8; Ef 6:5-9; Kol 3:23,24). Dengan cara itu
orang menjadi penatalayan harta Allah ( 1Kor 4:1,2; bnd Mat
25:14-30*) dan pelayan sesamanya (Mat 25:40; Gal 5:13; 1Pet
4:10). Kesungguhan iman seseorang pada akhirnya dibuktikan dengan kualitas
pekerjaannya (bnd Mat 16:27, praxis). Namun demikian diterimanya si
pekerja adalah merupakan perbuatan anugerah ilahi (bnd 1Kor 3:8-15;
perhatikan terutama ay 1Kor 3:10).
II. Makna religius
Perhatian
istimewa harus diberikan kepada pekerjaan Allah, Kristus, dan manusia dalam
hubungannya dengan iman. Pekerjaan kadang-kadang disebut perbuatan,
kadang-kadang karya.
1. Dalam PL karya Allah dikemukakan sebagai
bukti tentang kuasa, kedaulatan, hikmat dan kebaikan Allah yg tertinggi. PL
mendefinisikan Allah tidak dengan istilah-istilah abstrak seperti omnipotensia
(kemahakuasaan), melainkan dengan kegiatan-Nya. Musa mengemukakan karya Allah
sebagai bukti kebesaran-Nya yg unik, berbeda dari ilah-ilah (Ul 3:24).
Dalam Mzm pekerjaan Allah sering dinyatakan memberi dasar bagi kepercayaan
kepada kuasa dan kedaulatan-Nya, dan dasar bagi hak tunggal-Nya untuk disembah.
Karya-karya-Nya merupakan kegiatan-Nya yg bersifat menciptakan (Mazm
104:24) dan tindakan-tindakanNya yg berdaulat dalam hubungan dengan umat
tebusanNya (Mazm 77:10-19) dan dengan bangsa-bangsa (Mazm 46:7-9).
2. Oleh pekerjaan-Nya-lah Yesus menyatakan
diriNya adalah Mesias dan Anak Allah, seperti ditunjukkan dalam jawaban-Nya
kepada Yohanes Pembaptis (Mat 11:2-5). Injil Yoh merekam kegiatan
Yesus yg begitu penting dengan tujuan menyatakan ke-Mesias-an dan
ke-Allah-an-Nya guna menimbulkan iman kepada pribadiNya ( Yoh 20:30,31).
Sering Yesus menunjuk pada pekerjaan-Nya sebagai bukti bahwa Dia diutus oleh
Bapak ( Yoh 5:36; 10:37,38). Justru karena pekerjaan-Nya adalah pekerjaan
Allah (Yoh 9:3,4) maka pekerjaan-Nya itu menjadi dasar yg mantap untuk
iman kepada Dia sebagai yg unik bertalian dengan Bapak (Yoh 10:38;
14:10,11). Karena Dia menyamakan pekerjaan-Nya dengan pekerjaan Allah, maka
Dia dituduh menghujat menyamakan diriNya dengan Allah (Yoh 5:17-23).
Kematian-Nya menggenapkan pekerjaan itu (Yoh 17:4; 19:30).
3. Orang percaya melalui perbuatan
baiknya memperlihatkan kegiatan ilahi dalam dirinya (Mat 5:16; Yoh 6:28; 14:12). Sebaliknya, orang yg tidak memiliki iman melalui perbuatan
jahatnya memperlihatkan bahwa ia terpisah dari Allah (Yoh 3:19; Kol
1:21; Ef 5:11; 2Pet 2:8, dll). Karena itu, perbuatan baik
merupakan bukti iman yg hidup, seperti ditekankan oleh Yakobus dalam
perlawanannya terhadap mereka yg menganggap din diselamatkan hanya dengan iman
tanpa perbuatan (Yak 2:14-26). Yakobus selaras dengan Paulus,
berulangkali menyatakan perlunya perbuatan, yakni perlunya tingkah laku yg
sesuai dengan hidup baru di dalam Kristus, sebagai konsekuensi dari hal bahwa
kita masuk ke dalamnya hanya dengan iman ( Ef 2:8-10; 1Kor 6:9-11; Gal 5:16-26, dll). Perbuatan yg ditolak oleh Paulus ialah
perbuatan-perbuatan yg orang menganggapnya sebagai alat mendapat perkenan Allah
dan menjamin pembebasan mereka dari kesalahan dosa (Rom 4:1-5; Ef
2:8,9;Tit 3:5). Karena keselamatan diberikan oleh Allah di dalam
anugerah, maka perbuatan sampai tingkat manapun tidak akan bisa mendapatkannya.
Justru perbuatan baik orang kafir adalah sia-sia saja sebagai alat
penyelamatan, sebab ia menyandarkan diri pada daging dan bukan pada anugerah
Allah (Rom 8:7,8).
“Tuhan menempatkanya ditaman
yang sangat indah yang dikelilingi oleh ciptaan Tuhan yang hidup dan diberi
akses, keindahan, penyediaan tempat tinggal, kegembiraan, petualangan, tanggung
jawab dan kesenangan dan mereka bebas untuk menikmati semua hal tersebuat.”
Tuhan tidak hanya menciptakan manusia untuk kehidupan; Dia juga
menciptakan gairah untuk memilih hidup, supaya mengelolah bumi ini sesuai
dengan kehendak-Nya dan melakukan semua milik kepunyaan-Nya menjadi hormat bagi
nama-Nya. Dengan demikian segala ciptaan yang diberikan Tuhan kepada semua
manusia dapat dikelola semaksimal mungkin dengan pengetahuan, keterampilan atau
hikmat (ilmu) yang dimiliki manusia karena semua itu bersumber dari Dia yang
menciptakan langit dan bumi.
Kehidupan setiap hari dalam dunia ini saling ketergantungan antara satu
dengan yang lain sehingga banyak hal yang membuat orang bisa meniru atau
mencontohi. Tuhan memberikan kebebasan untuk hidup tetapi ada perintah dan
aturan yang harus dilalui untuk menikmati kehidupan ini dengan baik. Oleh sebab
itu Kitab Kejadian memberikan gambaran bahwa manusia berkuasa atas ikan-ikan
dilaut dan burung-burung diudara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang yang
merayap di bumi. Inilah amanat yang Tuhan berikan sehingga setiap orang yang
sudah mengenal Yesus itu sendiri melakukan hal ini sehingga dapat berkuasa atas
semua ciptaan kerena manusia adalah makluk Tuhan yang mulia yang mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk pengembangan pemberitaan Injil itu sendiri.[1]
PENERAPAN
Anugerah Tuhan dinyatakan bagi umatNya, tugas-tugas manusia diberi nilai baru dan menjadi lebih berguna. Tugas-tugas dilaksanakan demi Nama itu. Dalam rangka itu pelaksanaan tugas diberkati. Pekerja sendiri diberkati di dalam dia menerima anugerah ilahi untuk melaksanakan pekerjaannya bagi kemuliaan Allah; mereka yg memperoleh buah-buah dari tugas-tugas demikian, yg dikerjakan dalam semangat baru dan dengan kualitas baru dan diberkati; dan dalam semuanya itu Allah sendiri dimuliakan.
- Pekerjaan demikian dilakukan ‘di dalam’ dan ‘bagi’ Tuhan ( Rom 14:7,8; Ef 6:5-9; Kol 3:23,24).
- Dengan cara itu orang menjadi penatalayan harta Allah ( 1Kor 4:1,2; bnd Mat 25:14-30) dan
- Pelayan sesamanya (Mat 25:40; Gal 5:13;1Pet 4:10).
- Kesungguhan iman seseorang pada akhirnya dibuktikan dengan kualitas pekerjaannya (Mat 16:27).
- Pekerja adalah merupakan perbuatan anugerah ilahi (bnd 1Kor 3:8-15; perhatikan terutama ay 1Kor 3:10).
KEPUSTAKAAN.
- J Calvin, Institutes 3.7; A Richardson, The Biblical Doctrine of Work, 1952;
- J Murray, Principles of Conduct, 1957, hlm 82-106; H-C Hahn, F Thiele, NIDNTT 3, hlm 1147-1159.
- Yesaya Penlobang. Teladan Kehidupan Rasul Paulus dalam Penginjlan bagi umat Kristen, Penerbit Andi, 2017, hlm, 49.
[1]
Yesaya Penlobang. Teladan Kehidupan Rasul Paulus dalam Penginjlan bagi umat Kristen,
Penerbit Andi, 2017, hlm, 49
No comments:
Post a Comment