Tuesday, January 9, 2018

TRITUNGGAL, TRINITAS




TRITUNGGAL, TRINITAS
       Kata Trinitas atau Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab. Dan kendati Tertullianus sudah menggunakan kata itu pada abad 2 M, barulah pada abad 4 kata ini mendapat tempat resmi dalam teologi Kristen. Tapi doktrin mengenai Allah Tritunggal inilah ajaran Kristen yg paling khas, dan ‘mencakup seutuhnya segenap unsur utama kebenaran yg diajarkan agama Kristen mengenai adanya kegiatan Allah dalam hanya satu istilah umum yg sangat luhur’ (Lowry). Teologi berusaha menerangkan keberadaan Allah dengan menyatakan, bahwa Allah satu dalam diriNya yg hakiki, tapi Ia berada dalam tiga cara atau bentuk, masing-masing merupakan Satu diri, namun dalam cara demikian hakikat Allah yg sebenarnya utuh dalam masing-masing diri. Harus diakui bahwa uraian mengenai Tritunggal mula-mula dikemukakan oleh ahli yg berbahasa Yunani. Istilah-istilah dan perbedaan-perbedaan yg mereka kemukakan sangat sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain, termasuk bh Indonesia!
I. Muasal
a. PL
             Kendati ajaran ini tidak ‘berkibar’ dalam PL, Trinitas itu sudah tersirat dalam penyataan diri Allah sejak masa paling dini. Tapi selaras dengan sifat historis penyataan Allah, maka ajaran ini mula-mula dikemukakan hanya dalam bentukyg sangat bersifat bayangan saja. Ajaran ini tersirat bukan hanya dalam bagian-bagian tersendiri, tapi terajut di sepanjang bentangan ‘kain’ penyataan PL. Siratan paling tua ialah yg teracu dalam riwayat penciptaan, dimana Allah mencipta melalui Firman dan Roh (#/TB Kej 1:3*). Di sini pertama kalinya diperkenalkan Firman Allah sebagai pribadi yg mempunyai kuasa mencipta, dan sekaligus diperkenalkan Roh Allah sebagai pembawa hidup dan ketertiban bagi seluruh ciptaan itu. Jadi dari sejak masa paling dini sudah dinyatakan suatu pusat kegiatan dari tiga yg satu seutuhnya. Allah sebagai Pencipta membuat alam semesta sebagai karya pikiran-Nya, mengungkapkan pikiran-Nya itu dalam wujud Firman, dan membiarkan RohNya bekerja sebagai asas yg menghidupkan. Justru alam semesta tidak terpisah atau lepas dari Allah, juga tidak bertentangan dengan Dia.
             #/TB Kej 1:26* pernah dianggap menyatakan secara tidak langsung, bahwa penyataan Allah Tritunggal telah diberikan kepada manusia saat ia diciptakan, atas dasar bahwa manusia akan diberi persekutuan ilahi, tapi pemberian ini kemudian hilang karena manusia jatuh ke dalam dosa. Kegiatan Allah dalam penciptaan dan pemerintahan-Nya kemudian dihubungkan dengan Firman yg dipersonifikasikan sebagai Hikmat (#/TB Ams 8:22* dab; #/TB Ayub 28:23-27*), juga dihubungkan dengan Roh sebagai Pembagi segala berkat dan sumber kekuatan badani, semangat, kebudayaan dan pemerintahan (#/TB Kel 31:3*; #/TB Bil 11:25*; #/TB Hak 3:10*).
             Tiga yg satu seutuhnya sebagai sumber kegiatan yg dinyatakan dalam penciptaan alam semesta, nampak lebih jelas lagi dalam peristiwa penebusan orang berdosa. Penyataan penebusan itu dipercayakan kepada mal’akh (Malaikat) Yahweh (#/TB Kel 3:2*) yg kadang-kadang disebut Malaikat Perjanjian. Dan setiap ay PL yg mengandung ungkapan ini merujuk kepada diri Allah, sebab jelas bahwa dalam ay-ay seperti #/TB 2Sam 24:16*; #/TB 1Raj 19:5*; #/TB 2Raj 19:35*, rujukan itu mengartikan makhluk ilahi dengan kuasa ilahi yg ditugasi untuk melaksanakan tugas khusus. Tapi dalam beberapa ay, mis #/TB Kej 16:7; 24:7; 48:16* Malaikat Allah tidak hanya memakai nama Allah, tapi juga mempunyai martabat dan kekuasaan Allah, menyelenggarakan penyelamatan oleh Allah dan menerima penghormatan dan pemujaan yg sepatutnya hanya kepada Allah. Roh Allah juga diberi tempat khas dalam sejarah penyataan dan penebusan. Roh memperlengkapi Mesias untuk pekerjaan-Nya (#/TB Yes 11:2; 42:1; 61:1*) dan memperlengkapi umat-Nya untuk menanggapi Mesias dengan iman dan ketaatan (#/TB Yoel 2:28*; #/TB Yes 32:15*; #/TB Yeh 36:26-27*). Jadi Allah yg menyatakan diriNya secara objektif melalui Malaikat Utusan, juga menyatakan diriNya secara subjektif dalam dan melalui Roh Allah, Sang Pembagi segala berkat dan karunia-karunia dalam rangka penebusan. Ucapan Berkat Imam yg tiga dampak (#/TB Bil 6:24*) juga dapat disimak mungkin sebagai bentuk pertama dari berkat dalam #/TB 2Kor 13:14*.
b. Dalam masa antar perjanjian
             Dalam masa ini membentang kepastian kendati samar-samar dan baru merupakan bayangan, yakni persiapan akan penyataan Tritunggal seutuhnya yg akan diberikan dalam PB. Pemikiran Yahudi bahwa Allah transenden — jauh di luar alam semesta — membuat manusia mencari seorang pengantara. Filo, yg terkongkong oleh pandangan yg mempertentangkan Allah dengan dunia ini secara mutlak dan metafisik menggambarkan adanya makhluk-makhluk pengantara yg menengahi Allah dan umat manusia. Diakui oleh banyak orang bahwa pengantaraan itu adalah tugas Mesias yg dijanjikan, tapi ada kecenderungan yg kuat untuk menganggap bahwa Mesias sorgawi itu juga transenden. Kendati demikian orang mengharap bahwa bila Mesias hadir di bumi, maka Roh Kudus juga akan hadir serta, yaitu Roh yg sudah mengundurkan diri dari gelanggang kenabian sesudah nabi Maleakhi, kembali dengan kuasa kenabian. Dan walaupun sudah disiratkan tiga Oknum, tapi hubungan mereka hampir tidak disinggung dan dibiarkan ‘tersembunyi’.

c. PB
             Sebelum Kristus datang, Roh Kudus datang memasuki hati orang-orang yg takut akan Allah, dengan cara yg belum pernah dikenal sejak akhir pelayanan nabi Maleakhi. Yohanes Pembaptis — secara khusus dan khas — menyadari kehadiran dan panggilan Roh Kudus. Pemberitaannya menggambarkan Tritunggal, yg tersirat dalam hal ia memanggil orang supaya bertobat kepada Allah, supaya percaya kepada Mesias yg sedang datang, dan tuturannya tentang baptisan oleh Roh Kudus, dan dengan demikian teracu bahwa baptisan air yg dilakukannya hanyalah perlambang.
             Pada peristiwa lain kepada Maria dinyatakan bahwa Roh Kudus akan mengambil bagian dalam penjelmaan anaknya, Yesus (#/TB Luk 1:35*), bernama pemberitahuan bahwa Anak yg akan dilahirkannya itu akan disebut ‘Anak Allah Yg Mahatinggi’, pewaris takhta Daud. Dengan demikian diungkapkan bahwa Allah Bapak dan Roh Kudus bekerja dalam penjelmaan Anak Allah. Dan pada baptisan Yesus di S Yordan ketiga Oknum itu dapat dibedakan: Anak sedang dibaptis, Bapak sedang berbicara dari sorga dan Roh sedang turun dalam wujud nyata, yaitu seekor merpati. Jadi Yesus, yg dengan demikian menerima kesaksian dari Allah Bapak dan Roh Kudus, menerima kekuasaan untuk membaptis dengan Roh Kudus. Nampaknya Yohanes Pembaptis sudah sangat dini menyadari, bahwa Roh Kudus bukan hanya bersama-sama dengan Mesias tapi juga akan datang dari Mesias. Maka Oknum ketiga ialah Roh Allah yg juga adalah Roh Mesias.
             Dalam pelayanan Yesus di muka umum, maupun pada saat Ia mengajar kedua belas murid-Nya secara tersendiri, Ia selalu mengarahkan perhatian orang kepada Allah Bapak sebagai Yg mengutus Dia dan dari Siapa Dia memperoleh kekuasaan-Nya (#/TB Yoh 5:19-20*). Dalam perbantahan-Nya dengan orang-orang Yahudi, Yesus menyatakan bahwa kedudukan-Nya sebagai Anak tidaklah melulu berasal dari Daud, tapi dari suatu sumber yg membuat Dia adalah Tuhan dari Daud, dan keadaan-Nya memang demikian saat Daud mengungkapkan kata-kata itu (#/TB Mat 22:43*). Ini menyatakan ke-Allah-an-Nya dan bahwa Dia ada sebelum segala sesuatu ada.
             Tuhan Yesus memberi kesaksian tentang Oknum dan tugas Roh Kudus, yg mengacu pada pemberitahuan bahwa pelayanan-Nya sudah mendekati akhirnya (#/TB Yoh 15:26*). Ia menyebut Roh sebagai Roh yg datang dari Allah Bapak yg juga datang dari Dia sendiri (#/TB Yoh 15:26*). Inilah dasar ajaran, bahwa Roh Kudus keluar dari dua Oknum, yaitu dari Bapak dan Anak. Persekutuan Bapak dengan Roh Kudus tampil dalam karya pelepasan yg dilaksanakan oleh Kristus. Allah Bapak mengutus Allah Anak untuk melaksanakan pekerjaan penyelamatan, dan Allah Bapak bersama Allah Anak mengutus Roh Kudus untuk menerapkan keselamatan yg dikerjakan oleh Kristus. Dengan demikian jelas mengapa Allah Perjanjian dinyatakan sebagai Tritunggal, karena keselamatan berasal pada tiap Oknum dalam ke-Allah-an itu. Ajaran Yesus tentang Tritunggal terungkap paling jelas dan ringkas dalam rumusan baptisan, yaitu: membaptis ke dalam nama Bapak, Anak dan Roh Kudus (#/TB Mat 28:19*). Membaptis ‘ke dalam nama’ lebih merupakan bentuk ungkapan Ibrani daripada ungkapan Yunani, dan bermakna pemisahan yg tajam dari Yudaisme, karena mencakup nama yg tunggal, tidak hanya nama Allah Bapak saja, tapi nama Anak dan nama Roh Kudus juga.
             Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta lebih menonjolkan lagi ‘kedirian’ Roh Kudus, dan serentak dengan itu Roh Kudus memberikan terang baru perihal Anak Allah. Pengertian para rasul tentang Rob Kudus dan hubunganNya dengan Allah Bapak dan Allah Anak disajikan jelas dalam Kis. Petrus, dalam menerangkan peristiwa Pentakosta, menggambarkannya sebagai pekerjaan Allah Tritunggal (#/TB Kis 2:32-33*). Tepat jika dikatakan bahwa gereja zaman rasul dibangun beralaskan kepercayaan kepada Allah Bapak, Anak dan Roh Kudus. Semua surat rasuli sepakat mengaitkan penebusan kepada Tritunggal, dan tiap Oknum tampil sebagai tujuan penyembahan dan pemujaan. ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus…’ (#/TB 2Kor 13:14*) tidak hanya menyimpulkan seluruh ajaran para rasul, tapi juga menerangkan makna yg lebih dalam dan hakiki dari Allah Tritunggal dalam pengalaman hidup Kristen, yakni: kasih karunia yg menyelamatkan dari Anak sebagai yg membuka pendekatan pada kasih sayang Allah Bapak dan persekutuan Roh Kudus.
II. Perumusan Tritunggal
          Seperti sudah dijelaskan, Alkitab tidak memberikan rumusan lengkap tentang Allah Tritunggal, tapi dalamnya disajikan semua unsur yg diperlukan teologi untuk menyusun ajaran itu. Ajaran Yesus mengandung kesaksian tentang kepribadian yg sebenarnya dari setiap Oknum yg berbeda dalam ke-Allah-an dan mengurai hubungan antara ketiga Oknum itu. Jadi para pakar teolog diberi peluang untuk merumuskan Tritunggal berdasarkan data-data acuan yg tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar gereja. Yg paling utama dituntut dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian Kristus sebagai asas kepercayaan gereja.
          Irenaeus dan Origenes bersama Tertullianus memulai upaya merumuskan ajaran Tritunggal, dan hasilnya diterima oleh gereja yg am. Di bawah pimpinan Atanasius ajaran Tritunggal diumumkan di Konsili Nicaea (325 M) sebagai kepercayaan gereja. Dan satu abad kemudian, atas pimpinan Agustinus ajaran itu mendapat perumusannya yg diabdikan dalam pengakuan yg disebut Pengakuan Iman Atanasius, yg dijunjung tinggi oleh gereja-gereja yg mengakui Tritunggal sampai hari ini. Sesudah doktrin ini dijelaskan lebih lanjut oleh Calvin (lih 13.13 Warfield, Calvin and Augustine, 1956, hlm 189-284) gereja-gereja reformasi juga menerimanya sah sebagai asas kepercayaan.
          Ajaran Tritunggal mengatakan bahwa Allah satu dalam harkat dan hakikat-Nya, tapi dalam diriNya ada tiga Oknum yg tidak membentuk perseorangan yg tersendiri dan berbeda. Ketiga Oknum itu adalah tiga cara atau bentuk dalam mana Allah berada. Tapi ‘Oknum’ adalah ungkapan yg tidak sempurna untuk mengungkapkan kebenaran itu, karena ungkapan ini mengartikan kepada kita perseorangan yg tersendiri, yg berbudi dan bisa memilih. Padahal dalam harkat Allah ada BUKAN tiga perseorangan, tapi hanya tiga pembedaan diri dalam Allah yg satu seutuhnya.
          Kepribadian manusia mencakup kebebasan berkehendak, bertindak dan merasa, yg mencirikan tingkah laku manusia itu. Semua hal itu tidak dapat dihubungkan dengan Allah Tritunggal: tiap Oknum mempunyai kesadaran sendiri dan penguasaan diri sendiri, tapi tidak pernah bertindak sendiri-sendiri apalagi bertentangan. Mengatakan bahwa Allah esa, maksudnya ialah kendati Allah pada diriNya adalah pusat kehidupan tri mitra, namun hidup-Nya tidaklah terbelah tiga atau trilateral — tiga pihak yg berbeda. Ia satu dalam hakikat, kepribadian, dan kehendak. Mengatakan bahwa Allah Tritunggal dalam Keutuhan, maksudnya ialah keutuhan dalam keanekaan, dan keanekaan itu nampak dalam tiga Oknum, dalam sifat, dan dalam tindakan. Lagipula substansi dan tindakan-tindakan ketiga Oknum itu dicirikan oleh urutan tertentu, berupa subordinasi dalam soal hubungan, tapi tidak dalam kodrat. Bapak sebagai sumber ke-Allah-an ialah yg Pertama: asal mula dari segala sesuatu. Anak, yg diperanakkan kekal oleh Bapak, yg Kedua, Dialah yg menyatakan Bapak. Roh Kudus yg kekal yg keluar dari Bapak dan Anak, yg Ketiga, Dia-lah yg melaksanakan. Karena ketiga Oknum itu ilahi dan kekal, maka subordinasi itu tidaklah mengartikan ada yg lebih utama daripada yg lain, tapi memaksudkan urutan giliran dalam tindakan dan penyataan. Jadi dapat dikatakan bahwa ciptaan adalah dari Allah Bapak, melalui Allah Anak, oleh Roh Kudus.
          Catatan khusus. Tuturan tentang Tritunggal disajikan oleh Bapak-bapak Gereja dengan menggunakan kategori-kategori filsafat Yunani yg sukar sekali diterjemahkan ke dalam bh Indonesia. Masalahnya ialah, istilah apa yg dapat dipakai bagi Bapak, Anak dan Roh, yg tidak memberi kesan bahwa ada tiga Allah? Bh Yunani hupostasis, bh Latin persona, bh Inggris Person, bh Indonesia Oknum: masing-masing sudah diusulkan tapi tidak ada yg memuaskan.

III. Implikasi-implikasi doktrin ini
          Implikasi-implikasi doktrin Tritunggal sangat vital bagi teologi dan juga bagi pengalaman dan hidup Kristen. Berkaitan dengan ke-Allah-an, doktrin ini menyatakan bahwa Allah benar-benar HIDUP. Dan bahwa Allah jauh sama sekali dari apa pun yg disebut berhenti atau pasif. Allah Tritunggal adalah keutuhan dan kepenuhan hidup, berada dalam hubungan yg kekal, dan dalam persekutuan yg tak pernah putus atau berhenti. Hal ini membuat penyataan dan pengungkapan diri Allah dapat dimengerti. Allah, dalam arti mutlak, dapat mengungkapkan diriNya sendiri melalui tindakan penyataan diri sendiri antara ketiga Oknum itu. Dia dapat juga dalam arti terbatas, mengungkapkan diriNya ke luar melalui penyataan diri sendiri berkomunikasi terhadap ciptaan-Nya.
          Mengenai alam semesta doktrin Tritunggal mengupayakan kesatuan dan keanekaan, membuat alam semesta menjadi suatu kosmos dalam keteraturan. Karena semua hal tergantung pada kehendak baik Allah, maka tak mungkin ada dualisme di pusat alam semesta. Tapi ada tempat bagi keanekaan yg tak terhingga. Kita dapat berkata bahwa keanekaan hidup dalam Allah dipantulkan dalam alam semesta berupa bentuk-bentuk hidup yg berbeda-beda secara luas. Hidup Allah bisa mendapati bermacam-macam manifestasi, dan hal ini memberi kejamakan unsur dan kejamakan sisi kepada alam semesta yg Dia rencanakan ini. Lagipula, persekutuan yg mengikat Allah Tritunggal, menjadi dasar bagi persekutuan lingkungan umat manusia, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan secara istimewa dalam lingkungan gereja, karena di situ Roh Kudus menjadi Petugas dan Pengantara persekutuan itu.

KEPUSTAKAAN.
  • J. R Illingworth, The Doctrine of the Trinity, 1909;
  • C. W Lowry, The Trinity and Christian Devotion, 1946;
  • E Garvie, The Christian Doctrine of the Godhead, 1925;
  • H. Bavinck, The Doctrine of God, 1951, hlm 255-334;
  • B Warfield dalam ISBE (artikel ‘Tritunggal’); R. S Franks, The Doctrine of the Trinity, 1953; K Barth, Church Dogmatics 1; D Lamont, Christ and the World of Thought, 1934, hlm 221-247.

1 comment:

  1. Ulangan 6 : 4, Injil Markus 12 :29

    Teks Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד. "

    Cara membacanya menurut peraturan tata bahasa Ibrani, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad. "
    🕎✡️🐟✝️🕊️🇮🇱📖

    ReplyDelete

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...