ESKATOLOGI
(Yunani
eskhatos). Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran ttg Akhir Zaman) tidak
hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia.
Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diriNya melalui orang-orang yg
mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yg membebaskan
umat-Nya (bh Jerman Heilsgeschichte), dan peristiwa yg terpenting dari semuanya
ialah kedatangan AnakNya Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari penyataan ini
tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tapi
mencakup juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan firman yg diilhamkan yg
menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Karena Allah ialah Tuhan atas
segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh Allah
mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata tertib
dunia ini menjadi suatu dunia yg baru.
I. Masa depan menurut PL
Para nabi Israel menatap ke depan, kepada
saatnya Allah Israel yg telah berulang-ulang mempedulikan umat-Nya dalam
sejarah mereka, akan mengindahkan mereka untuk menghakimi orang fasik,
melepaskan orang benar dan untuk menyucikan bumi ini dari seluruh kejahatan.
‘Hari Tuhan’, dengan ungkapan lain ‘pada hari itu’ mengartikan kepedulian Allah
ini, dan lebih menekankan sifat kejadian itu daripada waktunya. Justru ‘Hari
Tuhan’ berarti baik kepedulian Allah yg sudah terjadi dalam sejarah (#/TB Am
5:18*; #/TB Yoel 1:15*) maupun kepedulian terakhir pada akhir zaman (#/TB Yoel
3:14,18*; #/TB Zef 3:11,16*; #/TB Za 14:9*). ‘Pada hari-hari yg terakhir’ Allah
akan datang untuk mendirikan Kerajaan-Nya (#/TB Yes 2:2-4*; #/TB Hos 3:5*).
Beberapa
pribadi bersifat mesianis tampil dalam rangka pengharapan PL:
- seorang Raja dari keturunan Daud (#/TB Yes 9:7-8; 11:1* dab; #/TB Yer 23:5-6*),
- seorang Anak Manusia yg turun dari sorga (#/TB Dan 7:13-14*),
- seorang hamba yg menderita (#/TB Yes 53*); tapi kerap kali disebut bahwa Allah sendirilah yg akan datang untuk melepaskan umat-Nya (#/TB Yes 26:21*; #/TB Yoel 3:16*; #/TB Za 14:5*; #/TB Mal 3:1-2*).
II. Masa depan
menurut PB
Dalam
inkarnasi Yesus Kristus PB melihat sebagian pengharapan PL telah digenapi, dan
dalam kedatangan-Nya yg kedua kali kelak penggenapan seutuhnya pengharapan itu.
Apa yg menurut pengharapan PL akan terjadi dalam satu ‘Hari’, menurut PB
digenapi dalam dua hari. Penggenapan pendahuluan dan penggenapan purna adalah
dua bagian dari hanya satu pekerjaan pelepasan. Walaupun nada penggenapan sudah
berkali-kali dicanangkan dalam PB (#/TB Luk 4:18-21; 10:23-24*; #/TB Mat
11:4-5; 13:16-17*) namun penggenapan purna itu masih pada masa datang. Justru
pekerjaan Yesus pada kedatangan-Nya yg pertama berciri akhir zaman, dan
berkat-berkat yg dikaruniakan-Nya ialah berkat yg berciri akhir zaman. Dalam PB
ada unsur akhir zaman yg sudah menjadi nyata (Inggris ‘realized eschatology’).
Hidup,
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias,
walaupun dalam bentuk yg belum pernah diharapkan. Menurut #/TB Ibr 1:2* ‘zaman
akhir’ sudah di sini sekarang, yaitu hari-hari yg akan melihat berdirinya
Kerajaan Allah (#/TB Yes 2:2-4*; #/TB Hos 3:5*), sudah disini sekarang (#/TB
Ibr 1:2*). Janji tentang pencurahan Roh Kudus yg akan terjadi pada akhir zaman
(Y #/TB Ibr 12:28*; #/TB Yeh 36:27*) sekarang sudah terjadi (#/TB Kis
2:16-17*). Tapi, zaman yg akan datang masih tetap dianggap sebagai saat
menerima hidup yg kekal (#/TB Mr 10:30*), dan di seluruh PB Kerajaan Allah
tetap merupakan pokok pengharapan (mis #/TB Mat 12:32*; #/TB Luk 20:35*; #/TB
Yoh 12:25*; #/TB Ef 1:21*), walaupun kekuasaannya dalam batas tertentu dapat
dialami kini (#/TB Ibr 6:5*). Hari penggenapan purna harus datang untuk membawa
kepenuhan berkat-berkat akhir zaman yg kini dikecap baru sebagian. Jadi
peristiwa-peristiwa yg menyertai kedatangan Yesus yg kedua kali tidaklah
mengantarkan berkat yg sama sekali baru. Apa yg dikerjakan Yesus pada saat
kematian dan kebangkitan-Nya akan digenapi tuntas seutuhnya pada saat Ia datang
kelak dalam kemuliaan.
III. Peristiwa-peristiwa yg mendahului kedatangan Kristus yg kedua kali
kelak
Saat
penggenapan pendahuluan sudah terjadi dalam dunia lama. Justru kita hidup dalam
ketegangan dan persengketaan antara dua zaman. ‘Anak-anak Kerajaan’ (#/TB Mat
13:38*) masih hidup dalam ‘dunia jahat’ (#/TB Gal 1:4*) yg mengalami kegelapan,
kefanaan dan kuasa Iblis (#/TB Ef 2:2-3*). Sedang Allah yg berdaulat ialah Raja
segala bangsa (#/TB Wahy 15:3*), Ia masih membiarkan Iblis menjalankan pengaruh
sehingga Iblis disebut’ilah zaman ini’ (#/TB 2Kor 4:4*). Walaupun Kristus
melalui kematian dan kebangkitan-Nya, telah mengalahkan kekuasaan Iblis (#/TB
Yoh 12:31*; #/TB Ibr 2:14*), namun selama dunia ini ada, Iblis akan terus
menentang tujuan pelepasan Allah dan menganiaya umat Allah. Peristiwa-peristiwa
yg terjadi dalam sejarah zaman ini, mencerminkan perang rohani antara kejahatan
Iblis dan Kerajaan Allah (#/TB Wahy 12*). Umat Allah dalam zaman ini bersifat
umat akhir zaman, sebab mereka sudah dipindahkan dari kerajaan kegelapan ke
dalam Kerajaan Anak Allah, yaitu Kristus (#/TB Kol 1:13*). Mereka telah
mengalami suatu kuasa yg mengubah, dan berdasarkan itu mereka tidak lagi dalam
kekuasaan dunia ini (#/TB Rom 12:2*); mereka hidup dalam pengharapan yg mantap
akan penggenapan purna (#/TB Rom 5:2; 8:18*; #/TB Ef 4:4*; #/TB Kol 1:5,27*).
Kendati demikian, karena masih hidup dalam dunia lama, pada dasarnya mereka
senantiasa terbuka terhadap penganiayaan (#/TB Mat 13:21*; #/TB Yoh 16:33*;
#/TB Kis 14:22*; #/TB Rom 12:12*) dan perlawanan dari pihak Iblis (#/TB 2Kor
11:14; 12:7*; #/TB Ef 6:11-12*; #/TB 1Pet 5:8*).
Perlawanan
Iblis yg sepanjang masa terhadap Kerajaan Allah akan memuncak dalam penampilan
suatu sosok pada akhir zaman, yg dilukiskan dengan berbagai istilah sebagai
‘Pembinasa keji’ (#/TB Mat 24:15*; bnd #/TB Dan 11:31; 12:11*), ‘manusia
durhaka’ (#/TB 2Tes 2:3*), dan ‘binatang’ (#/TB Wahy 13:1*). Ia akan diilhami
dan diberi kuasa oleh Iblis untuk melakukan tanda-tanda yg menakjubkan (#/TB
2Tes 2:9*; #/TB Wahy 13:3,13*) untuk memikat kekaguman umat manusia. Dia akan
merupakan penguasa politik yg akan memakai agama demi tujuannya yg bersifat
menghujat Allah, dengan menuntut manusia beribadah kepadanya dan bukan kepada
Allah (#/TB 2Tes 2:4*; #/TB Wahy 13:8,12*). Ia akan menuntut ketaatan mutlak —
baik berupa agama maupun politik dari warga negaranya, dan akan mengenakan
sanksi ekonomi untuk memaksakan kepatuhan (#/TB Wahy 13:16-17*).
Orang-orang yg tidak mau tunduk akan dianiaya
dengan keji sekali oleh Antikristus (#/TB Mat 24:21*; #/TB Wahy 13:7*). Begitu
ganasnya siksaan dahsyat itu (#/TB Mat 24:21*), sehingga Allah akan campur
tangan untuk mempersingkat hari-hari itu (#/TB Mat 24:22*) demi keselamatan
orang-orang pilihan. Mereka yg tetap teguh pada iman mereka dalam Kristus, yg
menolak untuk menyembah binatang itu, akan menang terhadapnya, baik dalam
kematian atau dalam maut martir sekalipun (#/TB Wahy 15:2*).
Penampilan Antikristus
dan penyiksaan orang-orang kudus merupakan serangan terakhir dari Iblis
terhadap umat Allah. Sebelum itu Antikristus dilukiskan dalam beberapa saat yg
pelik pada perjalanan sejarah umat Allah yg sedang ditebus: pada waktu
penyiksaan di bawah Antiokhus Epifanes pada thn 169 sM (#/TB Dan 8*); pada
waktu keruntuhan negara Yahudi oleh Roma (#/TB Dan 9:26*b; #/TB Luk 21:20-24*);
pada waktu penyiksaan gereja perdana (#/TB Wahy 13*). Dapat dikatakan,
Antikristus adalah suatu gejala akhir zaman, yg tampak baik pada akhir zaman
maupun sepanjang sejarah manusia (#/TB 1Yoh 2:18,22; 4:3*). Hal ini — bahwa
gejala-gejala akhir zaman tampil sepanjang sejarah manusia — ialah ciri khas
eskatologi Alkitab.
Masa
penyiksaan ini akan menyaksikan pula permulaan penghakiman Allah atas Iblis dan
pengikutnya. Why menerangkan penghakiman ini di bawah bentuk lambang, seperti 7
sangkakala (#/TB Wahy 8; 9*) dan 7 cawan (#/TB Wahy 16*). Hukuman ini terdiri
dari tulah dan malapetaka yg menyatakan murka Allah (#/TB Wahy 15:1,7; 16:19*),
ditujukan kepada binatang itu dan para penyembahnya (#/TB Wahy 14:9,10;
16:2,10*). Sebelum hukuman ini mulai diberlakukan, Allah akan memeteraikan
umat-Nya (#/TB Wahy 7:1-8*) yg akan dilindungi dari murka-Nya (#/TB Wahy 9:4*)
dan akan terlindung dalam perjuangan yg mengerikan melawan kekuasaan Iblis,
walau mengalami kematian sebagai martir (#/TB Wahy 7:9-17*). Banyak ahli
melihat dalam #/TB Wahy 7* dua kelompok umat Allah yg berlainan, yaitu
keduabelas suku Israel dalam arti harfiah, dan orang banyak yg tidak terkira
dari Gereja Kristen. Tapi ahli yg lain, dengan alasan bahwa daftar keduabelas
suku yg disebut dalam #/TB Wahy 7:1-8* tidak pernah muncul di tempat lain dalam
Alkitab (dlm #/TB Wahy 7* suku Dan tidak termasuk walaupun tercakup dlm #/TB
Yeh 48:1* barangkali merupakan latar belakang pemikiran penulis Why),
menafsirkan nas ini sebagai nubuat simbolis tentang pelindungan secara rohani
terhadap gereja, yaitu Israel sejati (bnd #/TB Wahy 2:9*).
IV. Kedatangan Kristus yg kedua kali
Hari Tuhan akan mengakhiri pemerintahan
Antikristus yg singkat itu (#/TB 2Tes 2:2*). Dalam PB ‘Hari Tuhan’ ialah suatu
ungkapan yg bersifat meraup pengertian semua peristiwa, yg akan menyertai
penggenapan puma. Ungkapan ini mempunyai berbagai bentuk: ‘Hari Tuhan’ (#/TB
Kis 2:20*; #/TB 1Tes 5:2*; #/TB 2Tes 2:2*; #/TB 2Pet 3:10*); ‘Hari Tuhan Yesus’
(#/TB 2Kor 1:14*); ‘Hari Tuhan kita Yesus Kristus’ (#/TB 1Kor 1:8*); ‘Hari
Kristus Yesus’ (#/TB Fili 1:6*); ‘Hari Kristus’ (#/TB Fili 1:10; 2:16*); ‘Hari Allah’
(#/TB 2Pet 3:12*); ‘hari itu’ atau ‘hari terakhir’ (#/TB Mat 7:22; 24:36;
26:29*; #/TB Luk 10:12*; #/TB 2Tes 1:10*; #/TB 2Tim 1:18* dab); ‘akhir zaman’
(#/TB Yoh 6:39,40,44,54; 11:24; 12:48*).
Kedatangan
Kristus kelak, yg juga dapat disebut ‘kedatangan-Nya sekali lagi’ (#/TB Ibr
9:28*) digambarkan dalam PB dengan berbagai kata yg penting. Parousia, artinya
kehadiran atau ketibaan (#/TB 1Kor 14:27*; #/TB 2Kor 7:7*), dalam percakapan
Yunani dipakai untuk mengartikan kunjungan seorang penguasa. Yesus yg sama, yg
naik ke sorga, akan datang lagi ke bumi dalam kehadiran diriNya (#/TB Kis
1:11*) pada akhir zaman (#/TB Mat 24:3*) dalam kekuasaan dan kemuliaan (#/TB
Mat 24:27*) untuk memusnahkan Antikristus dan kejahatan (#/TB 2Tes 2:8*), untuk
membangkitkan orang-orang mati (#/TB 1Kor 15:23*), untuk mengumpulkan
orang-orang yg ditebus (#/TB Mat 24:31*; #/TB 2Tes 2:1*; bnd juga #/TB Mat
24:37,39*; #/TB 1Tes 2:19; 3:13; 4:15; 5:23*; #/TB Yak 5:7-8*; #/TB 2Pet 1:16*;
#/TB 1Yoh 2:28*).
Kedatangan-Nya kelak akan merupakan juga suatu apokalipsis (= pembukaan
tabir) bilamana kekuasaan dan kemuliaan yg sekarang sudah dimiliki-Nya
berdasarkan peninggian-Nya di sorga (#/TB Fili 2:9*; #/TB Ef 1:20-23*; #/TB Ibr
1:3; 2:8*) akan dinyatakan kepada dunia ini (#/TB 1Pet 4:13*). Kristus
memerintah sekarang sebagai Tuhan di sebelah kanan Allah (#/TB Wahy 3:21*),
tapi pemerintahan-Nya tidak kelihatan kepada dunia ini. Pemerintahan ini nanti
akan dinyatakan melalui apokalipsis (= penyataan-Nya, #/TB 1Kor 1:7*; #/TB 2Tes
1:7*; #/TB 1Pet 1:7,13*). Jadi kedatangan Kristus yg kedua kali kelak tidak
dapat dipisahkan dari kenaikan-Nya ke sorga dan kedudukan-Nya di sebelah kanan
Allah Bapak, sebab hal itu akan mengungkapkan ke-Ilahi-an-Nya yg sekarang kepada
dunia ini.
Kata ketiga,
yaitu epiphaneia (= penampakan), berarti bahwa kedatangan-Nya itu akan
kelihatan (#/TB 2Tes 2:8*; #/TB 1Tim 6:14*; #/TB 2Tim 4:1,8*; #/TB Tit 2:13*).
V. Kebangkitan
Pada
kedatangan Tuhan Yesus kelak, akan terjadi kebangkitan ‘mereka yg mati dalam
Kristus’ (#/TB 1Tes 4:16*). Kebangkitan itu disebut dalam beberapa ay PL (#/TB
Yes 25:8; 26:19*; #/TB Dan 12:2*; #/TB Yeh 37* juga mencerminkan kepercayaan
akan kebangkitan). Kepercayaan akan kebangkitan berakar pada keyakinan bahwa
Allah ialah Allah yg hidup, justru Ia tidak akan membiarkan umat-Nya menjadi
mangsa maut (#/TB Mat 22:32*). PB memang mengungkapkan kenyataan tentang
kebangkitan semua orang (#/TB Yoh 5:28-29*; #/TB Kis 24:15*; #/TB Wahy
20:12-13*), tapi inti penekanannya ialah kebangkitan sebagai buah penebusan.
Kehidupan sesudah kebangkitan merupakan berkat akhir zaman, yg dinikmati oleh
orang-orang yg ditebus (#/TB Kol 2:12-13*). Dengan kebangkitan-Nya Yesus telah
‘mematahkan kuasa maut, dan mendatangkan hidup yg tidak dapat binasa’ (#/TB
2Tim 1:10*). Kebangkitan Yesus bukan melulu pemulihan badan yg mati menjadi
hidup lagi; itu adalah tahapan pertama dari kebangkitan pada akhir zaman.
Kebangkitan-Nya adalah ‘buah sulung’ atau permulaan dari tuaian pada akhir
zaman (#/TB 1Kor 15:23*). Karena kebangkitan sudah mulai, maka orang-orang
percaya sekarang mendapat bagian dalam hidup Yesus yg sudah bangkit itu (#/TB
Ef 2:5-6*; #/TB Rom 6:4*; #/TB Fili 3:10*; #/TB Kol 3:1-3*). Maka terjaminlah
kebangkitan orang-orang yg sekarang ini hidup dalam Yesus oleh kenyataan
kebangkitan-Nya (#/TB 1Kor 15:12-20*), dan kebangkitan ini akan menjadi tahapan
kedua dari tuaian pada akhir zaman (#/TB 1Kor 15:23*).
Sifat tubuh
sorgawi atau rohaniah yg akan diberikan kepada mereka yg dibangkitkan,
dibicarakan dalam #/TB 1Kor 15:35-58*. Tubuh itu melampaui pengalaman sekarang
(ay #/TB 1Kor 15:35-37*), tapi benar-benar suatu tubuh (ay #/TB 1Kor 15:38-42*)
yg merupakan lanjutan ‘tubuh duniawi’, hanya bukanlah terdiri dari ‘daging dan
darah’ (ay #/TB 1Kor 15:50*). Paulus melukiskan tubuh rohaniah itu sebagai
‘tidak dapat binasa, mulia, kuat’ (ay #/TB 1Kor 15:42-43*). Tubuh rohaniah (ay
#/TB 1Kor 15:44*) tidak berarti tubuh yg terbuat dari roh, tapi tubuh yg
seluruhnya diberi daya hidup dan diperbarui oleh Roh kehidupan. Tubuh rohaniah
itu tidak bergantung ke dalam tata hidup yg sama sekali berbeda dari hidup yg
sekarang; tubuh itu ialah tubuh yg sekarang yg dibebaskan (#/TB Rom 8:23*)
tatkala yg fana ini ditelan oleh hidup (#/TB 2Kor 5:4*).
Orang-orang
percaya yg masih hidup pada saat kedatangan Kristus akan diubah tanpa menjalani
maut (#/TB 1Kor 15:51-52*; #/TB 1Tes 4:17*). Hal ‘diangkat menyongsong Tuhan di
angkasa’ (#/TB 1Tes 4:17*) ialah cara Paulus untuk melukiskan pengalaman
peralihan ini ke dalam tata hidup baru dari mereka yg ditebus, tanpa menjalani
maut lebih dulu.
VI. Keadaan orang mati
Menurut
Alkitab manusia tidak terdiri dari tiga bagian yg terpisah-pisah, yaitu tubuh,
jiwa dan roh. Lebih tepat, istilah-istilah ini mengacu kepada berbagai segi
dari hanya satu diri yg berdaya hidup. Jadi jika manusia akan dibangkitkan, itu
berarti bahwa tubuhnya akan dibangkitkan pula untuk hidup dalam dunia yg akan
datang. Baik hidup maupun kematian menggenggam manusia seluruhnya. Hal ini
dilukiskan dengan ajaran tentang hidup yg kekal dalam Alkitab. Hidup yg kekal
atau immortalitas tidak berarti hidup yg takkan akhir, tapi hidup bebas dari
maut (#/TB 1Kor 15:33*; #/TB 1Tim 6*) dan kebusukan (#/TB Rom 2:7*; #/TB 2Tim
1:10*). Hanya Allah yg ‘tidak takluk kepada maut’ (#/TB 1Tim 6:16*), tapi Yesus
sudah memenangkan hidup dan tubuh yg tak dapat binasa bagi manusia (#/TB 2Tim
1:10*), dan mereka akan menggantikan tubuh yg dapat mati dengan yg tidak dapat
mati pada hari kebangkitan (#/TB 1Kor 15:53-54*).
Hanya
sedikit yg dikatakan Alkitab mengenai keadaan orang mati. Dalam PL pun manusia
yg mati bukan tidak berada lagi, tapi rohnya turun ke Syeol (dunia orang mati,
#/TB Ul 32:22*). Tempat ini digambarkan sebagai tempat yg paling bawah (#/TB
Mazm 86:13*; #/TB Ams 15:24*; #/TB Yeh 26:20*), suatu negeri yg gelap gulita
(#/TB Ayub 10:22*), daerah yg sunyi (#/TB Mazm 88:11; 94:17; 115:17*). Di sini
diterimalah orang yg baru meninggal (#/TB Yes 14:9,10*) oleh orang mati, yg
berkumpul menurut suku-sukunya (#/TB Yeh 32:17-32*).
Syeol
bukanlah terutama berarti tempat, tapi keadaan orang mati. Di situ eksistensi
atau keberadaan mereka bukan menjadi tiada, tapi juga mereka tidak hidup, sebab
hidup dapat dinikmati hanya di hadapan Allah (#/TB Yes 14:10-11*) Syeol
merupakan cara PL menegaskan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia.
Dalam satu dua tempat Allah memberikan penyataan tambahan (kemudian hari
ditambah lagi dlm PB), bahwa karena Dia-lah Allah yg hidup, maka Ia takkan
meninggalkan umat-Nya dalam kuasa dunia orang mati, tapi akan membawa mereka ke
hadirat-Nya supaya mereka dapat menikmati hidup di situ (#/TB Mazm 16:9-11;
49:14; 73:24*; #/TB Ayub 19:25-26*). Henokh dan Elia naik ke sorga kehadirat
Allah, tanpa melihat Syeol lebih dulu (#/TB Kej 5:24*; #/TB 2Raj 2:11*).
Dalam PB
istilah yg diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘kerajaan maut’ ialah Hades
(#/TB Mat 11:23; 16:16*; #/TB Luk 10:15* dab). Barangkali cerita orang kaya dan
Lazarus (#/TB Luk 16:19-31*), seperti cerita tentang bendahara yg tidak jujur
(#/TB Luk 16:1-9*), adalah perumpamaan yg menggunakan jalan pikiran Yahudi pada
waktu itu, dan tidak dimaksudkan untuk mengajar kita mengenai keadaan orang
mati. Petrus membicarakan tentang orang-orang yg fasik yg mati sebagai roh-roh
yg di penjara (#/TB 1Pet 3:19*).
Penyataan
bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia diperluas dalam PB. Kiasan
mengenai tidur sering dipakai tentang orang mati (#/TB Mat 27:52*; #/TB 1Kor
11:30*; #/TB 1Tes 4:13*), dan ada ahli melihat arti yg lebih dalam ketimbang
melulu kiasan ini (lih O Cullmann, Immortality, 1958) Kepada kita diberitahukan
bahwa orang-orang yg sudah ditebus akan bersama Yesus bila mereka mati (#/TB
Luk 23:43*; #/TB Fili 1:23*) dan bahwa roh-roh mereka telah menjadi sempurna
(#/TB Ibr 12:23*). Paulus enggan melihat maut sebab nampak seperti suatu
keadaan telanjang tanpa tubuh (#/TB 2Kor 5:3*), sehingga ia merindukan tubuh
rohaniah (ay #/TB 2Kor 5:4*). Tapi keengganannya itu dikalahkan oleh keyakinan,
bahwa meninggalkan tubuh berarti berada bersama Tuhan Yesus (ay #/TB 2Kor
5:8*), maka walaupun ia tidak mempunyai pengetahuan tentang keadaan roh manusia
sesudah mati, hal itu lebih diingini ketimbang berlanjut dalam eksistensi hidup
duniawi. Tujuan Allah ialah menebus manusia seutuhnya, mencakup jiwa raganya.
Ungkapan seperti ‘keselamatan’ jiwamu’ (#/TB 1Pet 1:9*; #/TB Yak 1:21*) tidak
berarti bahwa jiwa diselamatkan tanpa tubuh, karena (seperti dlm #/TB Mat
16:25*) psukhe (nyawa) berarti hidup manusia yg nyata, tanpa singgungan khusus
pada soal apakah ia mempunyai tubuh atau tidak (bnd singgungan khusus pada soal
apakah ia mempunyai tubuh atau tidak, bnd #/TB Kis 27:10*).
VII. Penghakiman
‘Manusia
ditetapkan mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi’ (#/TB Ibr
9:27*). Menurut Alkitab Allah ialah Penguasa manusia, Pemberi Hukum, dan Hakim
Terakhir (#/TB Yak 4:12*). Kadang-kadang Allah disebut Hakim (#/TB Ibr 12:23*),
kadang-kadang Kristus (#/TB 2Tim 4:8*; #/TB Kis 10:42*). Allah ‘dengan adil
akan menghakimi dunia oleh seorang yg telah ditentukanNya’ (#/TB Kis 17:31*).
Takhta pengadilan Allah (#/TB Rom 14:10*) dan takhta pengadilan Kristus (#/TB
2Kor 5:10*) adalah istilah-istilah yg dapat dipertukarkan.
Kepedulian
Alkitab ialah kenyataan penghakiman, bukan jadwal penghakiman itu, sehingga
tidak mungkin dijabarkan sederet penghakiman yg berbeda-beda dan
terpisah-pisah. Nubuat Tuhan Yesus tentang penghakiman bangsa-bangsa dalam #/TB
Mat 25* adalah kiasan yg meluas, berdasarkan pengalaman sehari-hari tentang
memisah-misahkan domba dari kambing karena bercampur-baur. Yesus hendak
mengutus murid-murid-Nya untuk mewakili-Nya (#/TB Mat 12:48-50; 23:8*) ke dalam
dunia, dan tujuan perjalanan akhir manusia akan ditentukan oleh cara mereka
menerima dan memperlakukan utusan-Nya itu. ‘Barangsiapa menyambut kamu, ia
menyambut Aku’ (#/TB Mat 10:40*). Perumpamaan ini tidak mengajarkan keselamatan
berdasarkan perbuatan baik, pun tidak menyelesaikan soal apakah akan ada jangka
waktu 1.000 thn antara kedatangan Kristus dan Penghakiman terakhir.
Penghakiman
terakhir akan didasarkan pada dua pokok persoalan, yaitu: perbuatan dan iman
kepada Kristus (#/TB Wahy 20:13-15*). Hukuman akan dijatuhkan selaras dengan
penerangan rohani yg diterima. Orang yg tidak mempunyai Taurat Musa akan
dihakimi tanpa Taurat (#/TB Rom 2:12*): mereka memiliki penerangan dari
penyataan umum (#/TB Rom 1:20*) dan isi hukum Taurat ada tertulis dalam hati
mereka (#/TB Rom 2:15*). Mereka yg ‘dengan tekun berbuat baik, mencari
kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan’ akan diberi pahala hidup yg kekal;
mereka yg tidak menaati kebenaran, tapi menaati kelaliman akan mendapat murka
(#/TB Rom 2:6-8*). Sekali lagi, mereka yg mempunyai Taurat Musa akan dihakimi
oleh Taurat (#/TB Rom 2:12*). Dasar utama dari penghakiman ialah keadilbenaran
Allah (#/TB Kej 18:25*; #/TB Rom 3:3-4*).
Tapi manusia
tidak hidup selaras dengan penerangan rohani yg diberikan kepadanya, justru
berada dalam kutukan. Orang non-Yahudi memutarbalikkan penerangan dari
penyataan umum (#/TB Rom 1:21* dab) dan orang Yahudi gagal menaati Taurat (#/TB
Gal 3:10-12*). Karena Allah telah menyediakan jalan keselamatan melalui kerja
penebusan Kristus, dasar terakhir untuk penghakiman ialah hubungan seseorang
dengan Dia. Inilah satu makna dari ‘kitab kehidupan’ (#/TB Wahy 20:15*; bnd
#/TB Luk 20:20*; #/TB Fili 4:3*; #/TB Wahy 3:5; 13:8*).
Yesus
mengajarkan bahwa ‘ganjaran’ bagi manusia didasarkan pada sikap mereka terhadap
diriNya sendiri (#/TB Mat 10:32-33; 11:21-24*; #/TB Mr 8:38*). Inilah inti pati
dari Injil: keselamatan yg pertama-tama berkaitan dengan akhir zaman (#/TB Rom
13:11*; #/TB 1Tes 5:8-9*) dan yg mencakup jalan keluar dari hukuman Allah pada
hari penghakiman (#/TB Yoh 5:24*), ialah karunia Allah yg harus diterima
melalui iman kepada Kristus (#/TB Kis 4:12,16; 16:30-31*) dan penundukan diri
kepada ke-Tuhan-an-Nya (#/TB Rom 10:8*).
Eskatologi
yg sudah diwujudkannya terlihat dalam hal, bahwa penghakiman yg termasuk peristiwa-peristiwa
akhir zaman, pada intinya terjadi dalam dunia ini. Orang yg tidak percaya
berada dalam hukuman; penghakiman sungguh sudah terjadi, walaupun hukumannya
belum diterapkan (#/TB Yoh 3:18*). Orang percaya takkan mengalami hukuman,
sebab dia sudah pindah dari dalam maut (yaitu hukuman) ke dalam hidup (#/TB Yoh
5:24*).
Ajaran
Paulus mengenai pembenaran juga menekankan hal ini. Pembenaran adalah berkaitan
dengan akhir zaman: maksudnya ialah pembebasan dari hukuman dosa melalui
keputusan yg menguntungkan dari pihak Hakim pada Hari Terakhir. Lawan
pembenaran ialah penghukuman oleh Hakim itu (#/TB Mat 12:37*; #/TB Rom
8:33-34*; bnd TWNT, 2, hlm 210 dab, 221). Tapi karena kematian Kristus,
pembenaran terhadap orang-orang percaya sudah terjadi (#/TB Rom 3:21-26; 5:1*).
Berdasarkan pembenaran yg terjadi sekarang, pada hari penghakiman kita akan
diselamatkan dari murka (#/TB Rom 5:9*).
Kendati
demikian, penghakiman tetap merupakan sesuatu yg akan terjadi pada akhir zaman,
bahkan atas orang-orang percaya sekalipun. Keadilbenaran yg kita harapkan (#/TB
Gal 5:5*) ialah pembebasan pada saat penghakiman terakhir (TWNT, 2, hlm 210
dst). ‘Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus’ (#/TB 2Kor 5:10*;
bnd #/TB Mat 12:36*). Namun karena penebusan dalam Kristus, kegentaran hari
penghakiman itu sudah hilang bagi orang yg sudah di dalam Dia (#/TB 1Yoh
4:17*).
VIII. Kerajaan Allah
Kerajaan
Allah pertama-tama berarti pemerintahan oleh Allah, dan kedua, daerah tempat
pemerintahan itu dialami. Tujuannya yg terakhir akan direalisasikan hanya dalam
dunia yg akan datang. Secara negatif, hal ini berarti pemusnahan musuh-musuh
Allah, yaitu Iblis, dosa dan maut (#/TB Wahy 20:10,14,15*). Secara positif hal
itu berarti bahwa orang-orang yg sudah ditebus menikmati persekutuan yg
sempurna dengan Allah dan berkat-berkat secara sepenuhnya (#/TB Wahy 21:3-8*),
yg disimpulkan dengan ungkapan ‘hidup yg kekal’. Dengan demikian, hidup yg
kekal dan kerajaan Allah kadang-kadang merupakan ungkapan-ungkapan yg dapat
ditukar (#/TB Mat 25:34*; #/TB Mr 10:17,24*). Istilah ‘Kerajaan Allah’ dalam
Injil-injil Sinoptis dan ‘hidup yg kekal’ dalam Injil Yoh adalah searti (W. F
Howard, Christianity according to St. John, 1946, hlm 112).
Kerajaan
Allah tidak didirikan hanya melalui satu tindakan akhir zaman saja, tapi dalam
paling sedikit dua, mungkin tiga, tahapan. Melalui penjelmaan-Nya Kristus
mengikat (#/TB Mat 12:29*) atau memusnahkan Iblis (#/TB Ibr 2:14*). Ia
mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yg tidak dapat binasa (#/TB 2Tim
1:10*). Kemenangan awal ini melawan Iblis dan maut adalah pekerjaan Kerajaan
Allah, pekerjaan pemerintahan penyelamatan oleh Allah dalam Kristus. Dengan
demikian Kerajaan Allah yg masih tetap di masa yg akan datang (#/TB Mat 13:43*;
#/TB 1Kor 6:9*; #/TB Wahy 12:10*) dikatakan sudah dekat (#/TB Mat 4:17*) atau
sudah datang (#/TB Mat 12:28*), maka Kerajaan itu sudah mendampakkan wawasan
berkat sekarang ini (#/TB Kol 1:13*). Kerajaan Allah datang dalam berbagai
tindakan penebusan.
Penggenapan
Kerajaan Allah secara final akan mencakup bumi yg diperbaharui. Dalam PL tata
bumi yg baru itu kadang-kadang dilukiskan seolah-olah melanjutkan tata bumi yg
sekarang ini (#/TB Mi 4:1-5*; #/TB Yes 11:1-9*), kadang-kadang timbul dari
bencana alam sebagai hukuman yg menimpa tata bumi lama (#/TB Yes 13:9-13;
24:1-26:21*). Dalam #/TB Yes 65:17; 66:22* tata bumi baru itu disebut ‘langit
baru dan bumi baru’ (#/TB Yes 65:17; 66:22*), tapi dalam ciptaan baru ini masih
tetap ada suatu bumi.
Pengharapan
ini dilanjutkan dalam PB dan bersifat serupa dengan ajaran tentang kebangkitan:
ada baik hal-hal yg bersambungan maupun hal-hal yg tidak bersambungan antara yg
lama dan yg baru. Seluruh ciptaan akan turut mengambil bagian dalam kelepasan
manusia dari kutuk dosa (#/TB Rom 8:21*). Hukuman Allah akan menimpa bumi yg
terkutuk karena dosa, dan tata bumi sekarang akan guncang (#/TB Mat 24:29*;
#/TB Wahy 6:12-17*) dan akan lenyap (#/TB 2Pet 3:10*). Sesudah hukuman ini
timbullah ‘langit baru dan bumi baru, di mana terdapat kebenaran’ (#/TB 2Pet
3:13*). Di bumi yg ditebus dan yg baru inilah akan tinggal umat Allah dalam
tubuh-tubuh yg ditebus (= baru) pula, yg akan menikmati persekutuan yg sempurna
dengan Allah (#/TB Wahy 21:1-8*). Pendamaian final pada waktu itu sudah genap
(#/TB Kol 1:20*; #/TB Ef 1:10*), sudah dikabulkan doa gereja ‘Datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi, seperti di sorga’ (#/TB Mat 6:10*).
IX. Kerajaan seribu tahun
Kitab Why
melukiskan kemenangan Kerajaan Allah atas Iblis dalam dua tahap. Iblis, yg
sudah diikat oleh Kristus (#/TB Mat 12:29*), selanjutnya akan dikekang lagi
sebelum ia dibinasakan tuntas pada kali yg terakhir dalam lautan api (#/TB Wahy
20:14*). Pada saat kedatangan Kristus, Iblis akan diikat dan dilemparkan ke
dalam jurang maut supaya ia jangan menyesatkan bangsa-bangsa (#/TB Wahy
20:1-3*). Kristus akan memerintah bumi ini (#/TB Wahy 5:10*; bnd #/TB Mat
19:28*; #/TB 2Tim 2:12*; bnd O Cullmann, The Early Church, 1956, hlm 112 dst) bersama
orang-orang kudus-Nya yg sudah dibangkitkan-Nya selama 1.000 thn (#/TB Wahy
20:4*).
Pandangan
bahwa ‘1.000 thn’ harus ditafsirkan secara harfiah, disebut pramilenialisme.
Istilah khiliasme (dari kata Yunani khilias, seribu) mengartikan pandangan yg
sama, tapi istilah ini biasanya digunakan untuk pandangan-pandangan yg terlalu
berat menekankan kenikmatan dan kesenangan materialis yg diharapkan selama
1.000 thn itu. Jika demikian cara memahaminya, maka Kerajaan 1.000 thn itu
adalah lanjutan dari pemerintahan Kristus yg sekarang. Pandangan ini ditopang
oleh #/TB 1Kor 15:23-28*, yg menyebut tiga tahap kemenangan Kerajaan Allah,
yaitu: kebangkitan Kristus, kedatangan-Nya yg kedua, dan telos atau akhirnya (bnd T Craig, IB, 10, hlm 237 dst).
Kristus sekarang ini ialah Tuhan, yg
bertakhta di sebelah kanan Allah, tapi pemerintahan-Nya belum dinyatakan kepada
dunia ini. Zaman yg kekal tidak merupakan masa pemerintahan Kristus, sebab Dia
akan menyerahkan Kerajaan-Nya kepada Allah Bapak (#/TB 1Kor 15:24-28*). Jika
mau tegas, kita kiranya bisa membedakan Kerajaan Kristus (yaitu pada masa
sekarang dan selama jangka waktu 1.000 thn nanti), dari Kerajaan Allah yg kekal
(lih 0 Cullmann, hlm 109 dst), walaupun perbedaan ini tidak ditopang oleh
Alkitab, yg menyamakan Kerajaan Kristus dengan Kerajaan Allah (#/TB Kol 1:13;
4:11*; #/TB Ef 5:5*).
Ada suatu
bentuk pandangan pramilenialisme yg disebut dispensationalisme, yg seharusnya
jangan dikacaukan dengan yg pertama. Bentuk pandangan ini mengajarkan bahwa
Kerajaan Seribu Tahun bukanlah suatu tahapan dalam pekerjaan Kristus Penebus,
tapi zaman penggenapan janji-janji teokratis kepada bangsa Israel. Nubuat
pemulihan Israel sebagai bangsa akan kembali ke tanah pusakanya akan digenapi,
disertai takhta harfiah (takhta Daud, #/TB 2Sam 7*; #/TB Mazm 89*; #/TB Luk
1:32*), Bait Suci yg nyata, dan sistem korban-korban secara harfiah (lih J. F
Walvoord, The Millennial Kingdom, 1959).
Banyak
penafsir merasa bahwa pengertian Kerajaan 1.000 thn secara harfiah, tidak cocok
dengan ajaran Alkitab lainnya tentang hal-hal yg akan terjadi pada akhir zaman.
Maka pengikatan Iblis dalam #/TB Wahy 20:1-4* dijabarkan dengan pengikatannya
yg terjadi melalui inkarnasi Kristus (#/TB Mat 12:28-29*), dan ‘kebangkitan pertama’
(#/TB Wahy 20:5*) serta pemerintahan orang-orang kudus bersama Kristus berarti
hidup baru dalam Kristus (#/TB Ef 2:5*; #/TB Yoh 5:25*), atau kemenangan
orang-orang kudus yg mati martir yg ada di sorga. Dalam kedua hal ini Kerajaan
Seribu Tahun melambangkan zaman gereja. Menurut pandangan ini kedatangan
Kristus yg kedua akan membawa langsung Penghakiman terakhir brserta langit dan
bumi yg baru. Pandangan ini disebut amilenialisme.
Pandangan
lain menganggap bahwa segala bahasa apokaliptis yg terdapat dalam Why
melambangkan bekerjanya Allah dalam sejarah, dan bahwa Kerajaan Allah harus
menjadi nyata pada zaman ini melalui pemberitaan Injil. Tugas gereja untuk
menyebarkan Injil mencakup kerinduan supaya anggota masyarakat menjadi Kristen.
Karena pandangan ini mengharapkan kedatangan Kristus hanya sesudah suatu ‘abad
emas’, maka hal itu disebut post-milenialisme (’ post’ = sesudah).
X. Kerajaan maut — neraka
Bagian akhir
tujuan perjalanan orang-orang yg sudah ditebus ialah bumi baru, perjalanan
akhir orang-orang fasik ialah Gehenna (neraka), suatu istilah yg diturunkan
dari kata Ibrani ge-hinnom, artinya lembah bin-Hinom yg letaknya di luar
Yerusalem, tempat pengorbanan anak-anak dalam api kepada Molokh (#/TB 2Taw
28:3; 33:6*). Dalam tulisan nabi-nabi Gehenna menjadi lambang penghakiman (#/TB
Yer 7:31,32*), kemudian hari lambang penghukuman yg terakhir. Allah berkuasa
untuk melemparkan orang ke dalam neraka (#/TB Luk 12:5*; #/TB Mat 10:28*; bnd
#/TB Mat 5:29-30*). Itulah tempat api yg tak terpadamkan (#/TB Mr 9:43*) atau
api kekal (#/TB Mat 18:8*).
Why
menggambarkan hukuman terakhir sebagai laut api dan belerang (#/TB Mat 20:10*)
yg menjadi nasib dari binatang, Iblis dan orang-orang yg tidak diselamatkan
(#/TB Mat 20:15*). Bahwa ini merupakan bahasa kiasan terbukti dari hal bahwa
maut dan kerajaan maut dilemparkan ke dalam laut api itu. ‘Itulah kematian yg
kedua’ (#/TB Wahy 20:14*). Tuhan Yesus membicarakan tentang hukuman terakhir
dengan memakai kata ‘api’ (#/TB Mat 13:42,50; 25:41*) atau ‘kegelapan yg paling
gelap’ (#/TB Mat 8:12; 22:13; 25:30*; bnd #/TB 2Pet 2:17*; #/TB Yud 1:13*).
Kedua kata api dan kegelapan merupakan lambang hukuman, tapi keduanya
melukiskan suatu kenyataan yg menakutkan, jika seseorang dijauhkan dari hadirat
dan berkat-berkat Allah dalam Kristus (#/TB Mat 7:23; 25:41*; #/TB 2Tes 1:9*).
Untuk berpendapat bahwa akhirnya seluruh manusia akan diselamatkan, seperti
banyak ahli modern (mis E Stauffer, New Testament Theology, 1955) tidak dapat
dibenarkan PB.
KEPUSTAKAAN.
P Badham, Christian Beliefs about Life after
Death, 1976;
J Baillie, And the Life Everlasting, 1934;
G. R Beasley-Murry. Jesus and the Future, 1954;
G. C Berkouwer, The Return of Christ, 1972;
J Bright, Covenant and Promise, 1976;
E Brunner, Eternal Hope, 1954;
0 Cullmann, ‘The Return of Christ’, dlm A. J. B
Higgins (red), The Early Church, 1956;
S. J De-Vries, Yesterday, Today and Tomorrow,
1975;
M. J Harris, Them 1, 1975-1976, hlm 50-55;
J Hick, Death and Eternal Life, 1976;
G. E Ladd, Crucial Questions about the Kingdom
of God, 1952;
The Presence of the Future, 1974;
W Manson dll, Eschatology, 1953;
R Martin-Achard, From Death to Life, 1960;
J Moltmann, Theology of Hope, 1967;
L Moore, The Parousia in the NT, 1966; NIDNTT,
2, hlm 886-935;
R Schnackenburg, God’s Rule and Kingdom, 1963;
C Ryder Smith, The Bible Doctrine of the
Hereafter, 1958;
S. H Travis, The Jesus Hope, 1974.
No comments:
Post a Comment