Thursday, January 11, 2018

Allah marah terhadap Hamba Tuhan (Maleakhi 2:1-9)


Allah marah terhadap Hamba Tuhan
 (Maleakhi 2:1-9)

     
Di bagian ini kita akan melihat penghukuman Tuhan bagi para pemimpin gereja yang tidak setia. Ada 3 hal penghukuman yang terdapat di ayat 2,3 dan 9.
Yang pertama adalah kutuk.  Maleakhi memberitakan khotbah yang sangat menakutkan, jikalau kamu tidak mendengarkan atau memberi perhatian atau dengan kata lain pertobatan untuk menghormati nama Tuhan (2) maka Aku akan mengirimkan kutuk dan berkatmu akan kurubah menjadi kutuk. Kalimat Maleakhi ini sangat mengerikan, Imam yang dipanggil Allah dan pekerjaannya untuk memberitakan dan memberkati umat, ternyata dikutuk oleh Allah. Gereja saat ini begitu mudah dijumpai dimana-mana dan sekarang pertanyannya orang datang untuk apa? Jelas jawabannya untuk beribadah kepada Allah, mempelajari Firrman Tuhan supaya kehidupannya diberkati dan menjadi berkat orang lain.

  • Namun jikalau kriteria pemimpin gereja atau Pendeta tidak memiliki mentalitas atau tidak memenuhi syarat-syarat seperti yang dikatakan Billy Graham maka Hamba Tuhan seperti ini adalah Pendeta yang dikutuk Tuhan. Kalau Pendetanya dikutuk berarti gerejanya juga terkutuk yang mengartiakan engkau beribadah setiap minggu dialtar yang terkutuk. Saya harap imanmu jangan bermain-main lagi, saya menyaksikan gereja sekarang sudah begitu redup, gereja rata-rata hanya dijadikan untuk ajang show, menumpuk kekuasaan dan kekayaan Pendeta. Tidak mengherankan jikalau pengaruh gereja didalam masyarakatpun semakin hilang. Kalau saudara melihat secara lahiriah gereja kelihatannya begitu maju, meriah dengan entertaint-entertaint yang membuat banyak orang terpesona namun jikalau saudara mau jujur melihat dengan tajam kedalam moralitas anggota gereja maka sebetulnya hanya kejahatan yang dihasilkan.1

Jikalau engkau bertahun-tahun menjadi Kristen namun kehidupan rohanimu semakin materialistis, egois, sombong dan saudara tidak pernah menginjil memberitakan keselamatan kepada orang-orang berdosa maka pasti ada sesuatu yang salah dalam gerejamu. Jikalau Pendeta-Pendeta berpraktek kejahatan dan tidak mau bertobat sehingga kejahatan menjalar sampai ke anggota maka hamba Tuhan seperti ini adalah hamba Tuhan yang terkutuk. Kesaksianmu, kehidupanmu dan Firman yang engkau beritakan adalah kutuk. Doa dan berkat yang engkau panjatkan dikutuk oleh langit. Dan akhirnya diakhir kebaktian bukan berkat yang Pendeta berikan kepada jemaat (Bil 6:23-27), melainkan kutuk.

Mungkin beberapa orang Kristen akan berkata bukankah justru hamba Tuhan seperti ini kelihatan semakin kaya dan maju dalam kehidupannya? Anggapan ini sangat benar, seolah-olah kutukan Maleakhi atas hidupnya tidak berlaku,Untuk menjawab anggapan seperti ini sekali lagi jawaban tidak diberikan secara fenomena, walaupun ada Pendeta yang benar-benar jatuh miskin dan tak jarang yang mengalami sakit penyakit sampai mati. 
Seperti yang saya saksikan seorang Pendeta di Solo yang pelayanannya begitu sesat. Pendeta ini selalu mengklaim orang Kristen harus kaya dan sehat dan jikalau mengalami sakit penyakit pasti ada sesuatu yang tidak beres dalam hidupnya. Namun akhirnya bekas Pendeta saya ini mati didalam pelariannya dan dalam usia yang sangat muda akibat kanker tenggorokan. Jikalau Pendeta-Pendeta yang tetap melakukan kejahatan dihadapan Tuhan namun gerejanya tetap semakin besar maka hal ini berarti pertanda kematian.2

Tuhan sudah tidak turut campur tangan lagi melainkan setan yang berkuasa penuh atas hidupnya. Dengan kata lain kejahatan dibiarkan terus sampai akhirnya binasa didalam kekekalan. Jikalau saudara membaca tulisan ini dan sadar akan kesalahan gerejamu maka sebaiknya kalau bisa saudara mencari gereja yang baik dan bertanggung jawab didalam memberitakan Firman Tuhan. Didalam beberapa kasus memang tidak mungkin akan pindah gereja maka bagi kita yang telah dicerahkan oleh kebenaran juga dituntut Allah untuk berani menyatakan kebenaran. Namun sekali lagi seperti yang telah saya katakan dipasal 1 untuk mengubah konsep Pendeta dan Majelis yang salah adalah masalah yang paling sulit dan sering kali harus mengalami pengalaman yang sangat pahit.
Baik kalau hukum yang pertama adalah kutuk maka hukuman yang kedua adalah direndahkan dan dihinaTuhan (9). Bagi saya pekerjaan hamba Tuhan begitu mulia, jikalau Tuhan memanggil engkau menjadi hambanya maka hal ini adalah berkat yang snagat besar yang tidak diberikan kepada orang lain. Semua orang mengharapkan pengajaran dari mulutmu (8) dan hidupmu menjadi idola bagi jemaat. Namun jikalau hamba Tuhan berbuat kejahatan maka status mulia akan diganti menjadi rendah (9). Dari contoh-contoh hamba Tuhan yang jatuh kedalam dosa sering kali sulit sekali untuk kembali lagi bisa melayani Tuhan, kecuali kalau memang gereja itu sudah begitu sesat sampai hal dosa sudah dianggap biasa oleh jemaat. Pada umunya Pendeta yang jatuh kedalam dosa besar akan dicaci maki bahkan jemaatnya sendiri tidak hanya memandang rendah Pendetanya bahkan menyiksa dirinya sendiri dengan membiarkan kepahitannya terhadap Tuhan.

Kualifikasi Hamba Tuhan
Hamba Tuhan yang tidak diperkenan Allah dan sekarang kita akan melihat apa kriteria seorang hamba Tuhan yang baik. Ayat 4-7 menuliskan 4 kriteria Pendeta yang baik:

pertama panggilan Tuhan. Ayat 4 dikatakan perjanjian dengan Lewi tetap dipegang. Tidak bolah seorang Imam di Israel berasal dari suku lain kecuali Lewi yang berarti mengartikan pelayanan hamba Tuhan full timer adalah panggilan Tuhan secara khusus. Kalau saudara tidak terpanggil jangan sekali-kali menjadi Pendeta apalagi menyalah gunakan motivasi.
kedua takut akan Tuhan (5). Ini adalah rahasia kesuksesan terbesar pelayanan dari hamba Tuhan. Seorang Pendeta haruslah berjuang untuk hidup suci dan memiliki perasaan yang gentar terhadap Allahnya. Apa jadinya jikalau orang menjadi Pendeta namun cinta Tuhan tidak ada didalam hatinya? Kalau Allahnya tidak dicintai lalu siapa yang disenangi? Jawaban hanya ada 2 dan tidak ada jalan tengah, Allah atau setan, setan dengan segala keinginan daging atau Allah dengan kebenarannya. Mazmur 111:10 mengatakan permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.
ketiga motivasi yang benar (6). Di ayat 6 dikatakan ada kalimat kejujuran dan kecurangan tidak ada didalam mulutnya atau dengan kata lain memiliki motivasi yang benar. Gerakan Reformed Injili Indonesia yang dipelopori oleh Pak Stephen Tong salah satunya selalu ditekankan akan motivasi yang benar dalam melayani Tuhan. Dalam usaha melawan banyak nya gereja-gereja sesat di Indonesia terutama Kharismatik yang motivasi untuk datang kepada Tuhan hanyalah masalah kedagingan, makanya Pak Tong selalu menekankan hati yang jujur dan tulus dihadapan Allah. Orang yang melayani Tuhan dengan keras dan jujur akan diberkati Tuhan. Saya ingat bagaimana pada awal mengenal Gereja Reformed, Pendeta saya di kota porong yang bernama Rudy Pranoto selalu menekankan pentingnya motivasi yang benar didalam pelayanan gereja.
keempat berpengetahuan. Sering kali hal yang terakhir ini diabaikan namun sekali lagi Firman Tuhan mengatakan bibir seorang Imam memelihara pengetahuan (7). Seperti yang sering saya katakan Alkitab adalah buku yang sangat tebal begitu sulit dan komplex membahas seluruh kehidupan manusia secara luas. Mungkinkah seorang Pendeta akan menjadi hamba Tuhan yang memberikan kemenangan jikalau dia sendiri tidak berpengetahuan? Jawabannya tidak mungkin. Kalau seorang engineer kepingin menjadi engineer yang baik pasti akan belajar mati-matian demikian juga  dokter, maka kualifikasi hamba Tuhan yang baik harus berpengetahuan secara luas dan mendalam. Maka saya sangat tidak setuju dengan aliran-aliran Injili yang sangat dangkal. Sering kali orang mengatakan tidak apa-apa yang penting mencari jiwa yang terhilang kembali kepada Kristus.4 Maka khotbah-khotbah digereja seperti ini begitu dangkal, anak yang terhilang kembali kepada Kristus, taunya cuma penginjilan yang lain tidak tahu. Dan gereja yang dangkal mudah sekali untuk menjadi sesat karena tidak memiliki pegangan yang kuat dan mengakar.
Sekarang pertanyannya bagaimana mungkin Pendeta yang tidak berpengetahuan akan memimpin dunia yang semakin maju dan pintar? Itulah sebabnya banyak kali orang dunia menghina orang Kristen karena kebanyakan mereka bodoh dan kalau diajak berdebat selalu kalah karena tidak mampu menjawab. Charles Spurgeon mengatakan God minister always study, study and study. Kalimat ini sangat benar, charles Spurgeon sendiri memiliki koleksi buku lebih dari 12000 buku dan Dia dengan keras selalu belajar. Dengan pengetahuan, seorang Imam akan lebih efektif dalam menaklukan dunia bagi Tuhan.5

Keempat hal diatas adalah kriteria hamba yang diperkenan Tuhan. Tugas kita sebagai orang Kristen yang kebanyakan bukan Pendeta adalah berdoa supaya Tuhan memberikan pelayan-pelayan seperti ini.



Sumber:

1.Billy Graham.. 
2. https://sonnyeksposisi.wordpress.com/2016/02/27/allah-marah-terhadap-pendeta-maleakhi-21-9/
2. ENSIKLOPEDI ALKITAB
3. LAI.
4. Yesaya Penlobang, Teladan Kehidupan Rasul Paulus dlm Penginjilan bagi Umat kristen,{Yogjakarta, Andi Offset, 2017)
5.Charles Spurgeon mengatakan God minister always study, study and study.








Tuesday, January 9, 2018

COBA, PENCOBAAN



COBA, PENCOBAAN
       Kata benda Ibrani massa (TBI ‘cobaan’); kata kerja Ibrani masa (TBI, ‘menguji’, ‘mencoba’) dan bakhan (TBI kebanyakan ‘menguji’; kiasan dari melebur/membersihkan logam). LXX dan PB memakai sebagai istilah imbangannya kata benda peirasmos dan kata-kata kerja (ek)peirazo dan dokimazo; arti kata yg terakhir sesuai dengan arti kata bakhan. Kata-kata ini mengungkapkan pengertian menguji (sesuatu) dan dalam banyak ay memang demikian terjemahannya. Tapi ‘mencoba’ bisa mempunyai arti tujuan yg baik untuk menguji atau memperbaiki sifat seseorang; dalam hal ini kata itu biasanya — bukan senantiasa — diterjemahkan dengan ‘mencobai’. Bisa juga bermaksud jahat untuk menunjukkan kelemahan seseorang atau menjebak seseorang untuk berbuat jahat, dan untuk itu kadang-kadang dipakai ‘menggodai’, tapi sekali lagi, bukan tanpa keragaman. Ketiga kata Indonesia tsb di atas tak dapat dibeda-bedakan dengan tajam.

Pengertian mencoba atau menguji seseorang terdapat dalam berbagai hubungan di seluruh Alkitab.
       1. Orang menguji teman sesamanya manusia, seperti seseorang mencoba baju perang, untuk memeriksa dan mengukur kesanggupan-kesanggupan mereka. Kitab-kitab Injil menceritakan tentang adanya para penentang dari pihak Yahudi, yg penuh keragu-raguan disertai kebencian ‘mencobai’ Tuhan Yesus, untuk melihat apakah Dia bisa membuktikan, atau berusaha membuktikan, kuasa ke-Mesiasan-Nya di hadapan mereka menurut tolok ukur mereka (#/TB Mr 8:11*); untuk melihat apakah ajaran-Nya salah atau menyimpang dari ajaran lama (#/TB Luk 10:25*); dan untuk melihat apakah mereka dapat menjebak Dia dengan pernyataan-pernyataan-Nya yg bisa menjadi tuduhan-tuduhan kepada-Nya (#/TB Mr 12:15*).
       2. Orang harus menguji diri masing-masing sebelum mengikuti Perjamuan Kudus (Perjamuan Tuhan, #/TB 1Kor 11:28*, dokimazo), dan pada waktu-waktu yg lain juga (#/TB 2Kor 13:5*, peirazo), agar jangan menjadi congkak dan tertipu mengenai keadaan kerohaniannya sendiri. Orang Kristen perlu memeriksa apa yg dikerjakannya agar ia jangan tersesat dan kehilangan pahalanya (#/TB Gal 6:4*). Pengenalan diri yg sehat, yg timbul dari pemeriksaan diri yg ketat, merupakan inti pati kesalehan menurut Alkitab.
       3. Manusia dapat mencobai Allah dengan kelakuan yg menimbulkan tantangan yg merisaukan hati-Nya untuk membuktikan kebenaran firman-Nya, dan membuktikan kebaikan dan keadilan jalan-Nya (#/TB Kej 17:2*; #/TB Bil 14:22*; #/TB Mazm 78:18,41,56; 95:9; 106:14*; #/TB Mal 3:15*; #/TB Kis 5:9; 15:10*). Nama tempat Masa adalah peringatan permanen akan pencobaan seperti itu (#/TB Kel 17:7*; #/TB Ul 6:16*). Jadi sikap menantang Allah menunjukkan sikap tidak hormat yg sangat kasar, dan Allah sendiri melarang hal ini (#/TB Ul 6:16*; bnd #/TB Mat 4:7*; #/TB 1Kor 10:9* dab). Dalam segala kesesakan umat Allah patut menantikan pertolongan-Nya dengan hati yg tenang, dan dengan keyakinan bahwa pada waktu yg ditentukan-Nya kebutuhan mereka akan dipenuhi-Nya selaras dengan janjiNya (bnd #/TB Mazm 27:7-14; 37:7; 40; 130:5* dab; #/TB Rat 3:25* dab; #/TB Fili 4:19*).
       4. Allah mencobai umat-Nya dengan membawa mereka ke dalam keadaan-keadaan yg mengungkapkan kualitas iman dan penyerahan diri mereka, supaya semua orang dapat melihat apa yg terkandung dalam hati mereka (#/TB Kej 22:1*; #/TB Kel 16:4; 20:20*; #/TB Ul 8:2,16; 13:3*; #/TB Hak 2:22*; #/TB 2Taw 32:31*). Dengan mencobai mereka secara demikian, disucikan-Nya mereka, seperti memurnikan logam dalam bejana peleburan (#/TB Mazm 66:10*; #/TB Yes 48:10*; #/TB Za 13:9*; #/TB 1Pet 1:6* dab bnd #/TB Mazm 119:67,71*); dikuatkan-Nya kesabaran hati mereka dan didewasakan-Nya sifat Kekristenan mereka (#/TB Yak 1:2* dab, 12; bnd #/TB 1Pet 5:10*); dan dibimbing-Nya mereka, sehingga hati mereka makin merasakan kepastian yg semakin besar akan kasih-Nya terhadap mereka (bnd #/TB Kej 22:15* dab; #/TB Rom 5:3* dab). Melalui kesetiaan dalam saat-saat pencobaan, orang menjadi tahan uji di hadapan Allah (#/TB Yak 1:12*; #/TB 1Kor 11:19*).
       5. Setan mencobai umat Allah dengan memulas keadaan-keadaan dalam batas-batas yg diizinkan Allah (bnd #/TB Ayub 1:12; 2:6*; #/TB 1Kor 10:13*), untuk mengusahakan supaya manusia meninggalkan kehendak Allah. PB mengenal dia sebagai ‘si pencoba itu’ (#/TB Mat 4:3*; #/TB 1Tes 3:5*), musuh Allah dan manusia yg tak dapat diterima untuk berdamai (#/TB 1Pet 5:8*; #/TB Wahy 12*). Orang Kristen harus tetap berjaga-jaga (#/TB Mr 14:38*; #/TB Gal 6:1*; #/TB 2Kor 2:11*) dan berusaha (#/TB Ef 6:10* dab; #/TB Yak 4:7*; #/TB 1Pet 5:9*) melawan Iblis, sebab dia selalu bekerja dan berusaha untuk membuat mereka jatuh; atau dengan menindih mereka dengan beban yg berat-berat atau penderitaan yg berat (#/TB Ayub 1:11-2:7*; #/TB 1Pet 5:9*; #/TB Wahy 2:10*; bnd #/TB Wahy 3:10*; #/TB Ibr 2:18*), atau mendorong mereka untuk melakukan dosa dalam hubungan keinginan-keinginan alami (#/TB Mat 4:3* dab; #/TB 1Kor 7:5*), atau dengan membuat mereka merasa puas diri, tanpa peduli apa-apa, dan menonjolkan dirinya (#/TB Gal 6:1*; #/TB Ef 4:27*), atau dengan jalan salah menggambarkan Allah kepada mereka dan menumbuhkan pikiran palsu tentang kebenaran dan kehendak Allah (#/TB Kej 3:1-5*; bnd #/TB Mat 4:5* dab; #/TB 2Kor 11:3-14*; #/TB Ef 6:11*). #/TB Mat 4:5* dab menunjukkan bahwa Setan bahkan bisa mengutip (dan salah mengenakan) Kitab Suci untuk maksudnya, Tapi ada janji Allah bahwa jalan keselamatan akan tetap terbuka, waktu dibiarkan-Nya Setan mencobai orang-orang Kristen (#/TB 1Kor 10:13*; #/TB 2Pet 2:9*; bnd #/TB 2Kor 12:7-10*).
       Pandangan PB mengenai pencobaan dirangkum melalui penggabungan kedua jalan pikiran terakhir ini. ‘Pencobaan’ (#/TB Luk 22:8*; #/TB Kis 20:19*; #/TB Yak 1:2*; #/TB 1Pet 1:6*; #/TB 2Pet 2:9*) adalah pekerjaan Allah maupun pekerjaan Iblis. Pencobaan-pencobaan adalah keadaan-keadaan pengujian, di mana umat Allah menghadapi kemungkinan dua-duanya, yaitu yg baik dan yg jahat, dan diperhadapkan ke berbagai pancingan untuk lebih menyenangi yg terakhir. Dari sudut pendirian ini, pencobaan-pencobaan adalah pekerjaan Iblis; tapi Iblis adalah serentak alat Allah dan musuh-Nya (bnd #/TB Ayub 1:11* dab; #/TB Ayub 2:5* dab), dan pada dasarnya Allah sendirilah yg membawa umat-Nya ke dalam pencobaan (#/TB Mat 4:1; 6:13*), dan membiarkan Setan berusaha untuk menggodai mereka ke arah tujuan-tujuan Allah yg berfaedah.
       Tapi walaupun pencobaan-pencobaan tidak merampas manusia lepas dari kehendak Allah, kenyataannya yg mendorong dia berbuat salah bukanlah Allah, dan dorongan itu pun tidak merupakan dampak dari perintah-Nya (#/TB Yak 1:12* dab). Keinginan yg mendorong seseorang ke arah dosa bukanlah keinginan Allah, tapi keinginan orang itu sendiri, dan akibatnya mengerikan, jika kita menyerah kepadanya (#/TB Yak 1:14* dab). Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya meminta kepada Allah supaya mereka jangan dibawa ke dalam pencobaan (#/TB Mat 6:13*), dan supaya berjaga-jaga dan berdoa, agar mereka jangan jatuh ke dalam’ pencobaan (artinya jangan menyerah kepada desakannya), jika Allah pada suatu waktu melihat saatnya tepat untuk menguji mereka dengan pencobaan itu (#/TB Mat 26:41*).
       Pencobaan bukanlah dosa, karena Kristus sendiri dicobai juga seperti kita, tapi Dia tetap tidak jatuh ke dalam dosa (#/TB Ibr 4:15*; bnd #/TB Mat 4:1* dab; #/TB Luk 22:28*). Pencobaan hanya menjadi dosa, jika dan sesudah godaan Iblis itu diterima dan orang menyerah kepadanya.

KEPUSTAKAAN
Arndt; H Seeseman dim TDNT 6, hlm 23-37; M Dods dim DCG; Trench, Synonyms of the New Testament, hlm 267 dab; NIDNTT 3, hlm 798-811.

AKU, PENGAKUAN IMAN



AKU, PENGAKUAN IMAN
       J. N. D Kelly menerangkan bahwa pengakuan iman adalah ‘rumusan yg genap dan mantap merangkum ajaran hakiki agama Kristen dan seutuhnya bulat disetujui oleh kewibawaan gerejawi’ (Early Christian Creeds 1, 1972, hlm 1). Jelas bahwa pengakuan iman dalam arti yg demikian penuh dan utuh tidak terdapat dalam PB. Apa yg disebut ‘Pengakuan Iman Rasuli’ tidak berasal dari zaman para rasul. Namun penelitian baru-baru ini di bidang teologia simbolik, menunjukkan bahwa gereja tidak menunda membuat pengakuan iman sampai abad 2 dan berikutnya. Ada petunjuk yg jelas bahwa apa yg muncul sebagai potongan-potongan dari pengakuan iman, ditempatkan dalam hubungan pemberitaan misionaris gereja, ibadatnya yg kultis dan tangkisan terhadap penyembahan berhala, dapat ditemukan dalam PB. Marilah menyelidiki beberapa contoh dari bentuk-bentuk pengakuan ini. (Pembicaraan lebih lanjut silahkan baca V. H Neufeld, The Earliest Christian Confessions, 1963, dan R. P Martin, Worship in the Early Church, 1974, ps 5.)
a. Pemberitaan misionaris
       Telah terbukti bahwa di dalam gereja kuno ada kumpulan ajaran Kristen, yg khusus dianggap sebagai titipan kudus yg berasal dari Allah (lih #/TB Kis 2:42*; #/TB Rom 6:17*; #/TB Ef 4:5*; #/TB Fili 2:16*; #/TB Kol 2:7*; #/TB 2Tes 2:15*; khususnya #/TB 1Tim 4:6; 6:20*; #/TB 2Tim 1:13,14; 4:3*; #/TB Tit 1:9*). Kumpulan petunjuk-petunjuk di bidang ajaran dan pengajaran Kristen yg dikenal sebagai ‘ajaran para rasul’, ‘firman hidup’, ‘pola-pola ajaran’, ‘tradisi para rasul’, ‘kata-kata yg boleh dipercaya’ mewujudkan asas pelayanan Kristiani, dan harus dipegang teguh (#/TB Yud 1:3*; khususnya #/TB Ibr 3:1; 4:14; 10:23*), diteruskan kepada orang-orang percaya lainnya sebagaimana para rasuli sendiri telah menerimanya (lih #/TB 1Kor 11:23-32; 15:3*; di mana kata ‘menerima’ dan ‘menyerahkan’ adalah istilah-istilah teknis bagi penyampaian ajaran yg berwibawa; lih B Gerhardsson, Memory and Manuscript, 1961), dan digunakan dalam pemasyhuran Injil yg umum. Bahkan istilah ‘injil’ menunjuk kepada jaringan kebenaran yg sama, Heilsgeschichte, Sejarah Penyelamatan, yg memasyhurkan belas kasih Allah di dalam Kristus yg menyelamatkan manusia (#/TB Rom 2:16; 16:25*; #/TB 1Kor 15:1-6*).
b. Ibadat kultis
       Di bawah judul ini perbuatan-perbuatan kultis dan liturgis gereja sebagai persekutuan yg beribadah, menyatakan unsur-unsur pengakuan iman itu, ump dalam baptisan (#/TB Kis 8:37* menurut naskah Barat; #/TB Rom 10:9*; lih J Crehan, Early Christian Baptism and the Creed, 1950); dalam hidup ibadah gereja, khususnya dalam Perjamuan Kudus, yg dengannya dihubungkan pernyataan-pernyataan iman secara upacara, tatanan nyanyian, doa-doa liturgis, dan ucapan-ucapan penyerahan (ump #/TB 1Kor 12:3; 16:22*, yg barangkali adalah teladan paling kuno ttg doa bersama, Maranata, ‘Tuhan kami, datanglah!’ dan #/TB Fili 2:5-11*, dan ttg ini bnd R. P Martin, Carmen Christi: #/TB Fili 2:5-11* … NTS Monograph series 4, 1967) dan dalam pengusiran roh-roh jahat yg untuknya dipakai rumusan-rumusan guna mengusir roh jahat itu (ump #/TB Kis 16:18; 19:13*), menjadi menonjol, seperti dalam praktik orang Yahudi.
c. Teori Cullmann mengenai perumusan
       O Cullmann, The Earliest Christian Confessions, E T, 1949, hlm 25 dst, mengemukakan teori bahwa perumusan pengakuan-pengakuan iman kuno itu diarahkan sebagian guna keperluan polemik gereja dalam dunia non-Kristen. Jika dituduh di muka hakim dan dituntut untuk membuktikan kesetiaan mereka, jawaban orang Kristen adalah ‘Yesus Kristus ialah Tuhan’. Demikianlah suatu bentuk pengakuan iman ditentukan dan disistematiskan.
       ‘Pengakuan-pengakuan iman’ PB bergerak dalam keleluasaan dari pengakuan sederhana’Yesus ialah Tuhan’ hingga rumusan-rumusan yg mengandung ajaran Trinitas, seperti berkat rasuli dalam #/TB 2Kor 13:14* dan ay-ay seperti #/TB Mat 28:19* (untuknya lih Martin, Worship in the Early Church, ps 8; A. W Wainwright, The Trinity in the New Testament, 1962); #/TB 1Kor 12:4-6*; #/TB 2Kor 1:21-22*; #/TB 1Pet 1:2*; tapi #/TB 1Yoh 5:7-8* bukanlah yg disisipkan. Ada pengakuan-pengakuan iman yg hanya menyebut Bapak dan Anak, seperti #/TB 1Kor 8:6* (mungkin mewujudkan suatu pengkristenan nas pengakuan iman Yahudi yg dikenal sebagai Syema’, berdasarkan #/TB Ul 6:4*); #/TB 1Tim 2:5-6; 6:13-14*; #/TB 2Tim 4:1*. Tapi pola pokok ialah rumusan Kristologis dengan rangkuman yg begitu terperinci seperti #/TB 1Kor 15:3-6*; #/TB Rom 1:3; 8:34*; #/TB Fili 2:5-11*; #/TB 2Tim 2:8*; #/TB 1Tim 3:16* (untuknya lih R. H Gundry di Apostolic History and The Gospel, red W. W Gasque dan R. P Martin, 1970, hlm 203-222; dan #/TB 1Pet 3:18*, juga lih R Bultmann, Coniectanea Neotestamentica 11, 1949, hlm 1-14).

TRITUNGGAL, TRINITAS




TRITUNGGAL, TRINITAS
       Kata Trinitas atau Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab. Dan kendati Tertullianus sudah menggunakan kata itu pada abad 2 M, barulah pada abad 4 kata ini mendapat tempat resmi dalam teologi Kristen. Tapi doktrin mengenai Allah Tritunggal inilah ajaran Kristen yg paling khas, dan ‘mencakup seutuhnya segenap unsur utama kebenaran yg diajarkan agama Kristen mengenai adanya kegiatan Allah dalam hanya satu istilah umum yg sangat luhur’ (Lowry). Teologi berusaha menerangkan keberadaan Allah dengan menyatakan, bahwa Allah satu dalam diriNya yg hakiki, tapi Ia berada dalam tiga cara atau bentuk, masing-masing merupakan Satu diri, namun dalam cara demikian hakikat Allah yg sebenarnya utuh dalam masing-masing diri. Harus diakui bahwa uraian mengenai Tritunggal mula-mula dikemukakan oleh ahli yg berbahasa Yunani. Istilah-istilah dan perbedaan-perbedaan yg mereka kemukakan sangat sulit diterjemahkan ke dalam bahasa lain, termasuk bh Indonesia!
I. Muasal
a. PL
             Kendati ajaran ini tidak ‘berkibar’ dalam PL, Trinitas itu sudah tersirat dalam penyataan diri Allah sejak masa paling dini. Tapi selaras dengan sifat historis penyataan Allah, maka ajaran ini mula-mula dikemukakan hanya dalam bentukyg sangat bersifat bayangan saja. Ajaran ini tersirat bukan hanya dalam bagian-bagian tersendiri, tapi terajut di sepanjang bentangan ‘kain’ penyataan PL. Siratan paling tua ialah yg teracu dalam riwayat penciptaan, dimana Allah mencipta melalui Firman dan Roh (#/TB Kej 1:3*). Di sini pertama kalinya diperkenalkan Firman Allah sebagai pribadi yg mempunyai kuasa mencipta, dan sekaligus diperkenalkan Roh Allah sebagai pembawa hidup dan ketertiban bagi seluruh ciptaan itu. Jadi dari sejak masa paling dini sudah dinyatakan suatu pusat kegiatan dari tiga yg satu seutuhnya. Allah sebagai Pencipta membuat alam semesta sebagai karya pikiran-Nya, mengungkapkan pikiran-Nya itu dalam wujud Firman, dan membiarkan RohNya bekerja sebagai asas yg menghidupkan. Justru alam semesta tidak terpisah atau lepas dari Allah, juga tidak bertentangan dengan Dia.
             #/TB Kej 1:26* pernah dianggap menyatakan secara tidak langsung, bahwa penyataan Allah Tritunggal telah diberikan kepada manusia saat ia diciptakan, atas dasar bahwa manusia akan diberi persekutuan ilahi, tapi pemberian ini kemudian hilang karena manusia jatuh ke dalam dosa. Kegiatan Allah dalam penciptaan dan pemerintahan-Nya kemudian dihubungkan dengan Firman yg dipersonifikasikan sebagai Hikmat (#/TB Ams 8:22* dab; #/TB Ayub 28:23-27*), juga dihubungkan dengan Roh sebagai Pembagi segala berkat dan sumber kekuatan badani, semangat, kebudayaan dan pemerintahan (#/TB Kel 31:3*; #/TB Bil 11:25*; #/TB Hak 3:10*).
             Tiga yg satu seutuhnya sebagai sumber kegiatan yg dinyatakan dalam penciptaan alam semesta, nampak lebih jelas lagi dalam peristiwa penebusan orang berdosa. Penyataan penebusan itu dipercayakan kepada mal’akh (Malaikat) Yahweh (#/TB Kel 3:2*) yg kadang-kadang disebut Malaikat Perjanjian. Dan setiap ay PL yg mengandung ungkapan ini merujuk kepada diri Allah, sebab jelas bahwa dalam ay-ay seperti #/TB 2Sam 24:16*; #/TB 1Raj 19:5*; #/TB 2Raj 19:35*, rujukan itu mengartikan makhluk ilahi dengan kuasa ilahi yg ditugasi untuk melaksanakan tugas khusus. Tapi dalam beberapa ay, mis #/TB Kej 16:7; 24:7; 48:16* Malaikat Allah tidak hanya memakai nama Allah, tapi juga mempunyai martabat dan kekuasaan Allah, menyelenggarakan penyelamatan oleh Allah dan menerima penghormatan dan pemujaan yg sepatutnya hanya kepada Allah. Roh Allah juga diberi tempat khas dalam sejarah penyataan dan penebusan. Roh memperlengkapi Mesias untuk pekerjaan-Nya (#/TB Yes 11:2; 42:1; 61:1*) dan memperlengkapi umat-Nya untuk menanggapi Mesias dengan iman dan ketaatan (#/TB Yoel 2:28*; #/TB Yes 32:15*; #/TB Yeh 36:26-27*). Jadi Allah yg menyatakan diriNya secara objektif melalui Malaikat Utusan, juga menyatakan diriNya secara subjektif dalam dan melalui Roh Allah, Sang Pembagi segala berkat dan karunia-karunia dalam rangka penebusan. Ucapan Berkat Imam yg tiga dampak (#/TB Bil 6:24*) juga dapat disimak mungkin sebagai bentuk pertama dari berkat dalam #/TB 2Kor 13:14*.
b. Dalam masa antar perjanjian
             Dalam masa ini membentang kepastian kendati samar-samar dan baru merupakan bayangan, yakni persiapan akan penyataan Tritunggal seutuhnya yg akan diberikan dalam PB. Pemikiran Yahudi bahwa Allah transenden — jauh di luar alam semesta — membuat manusia mencari seorang pengantara. Filo, yg terkongkong oleh pandangan yg mempertentangkan Allah dengan dunia ini secara mutlak dan metafisik menggambarkan adanya makhluk-makhluk pengantara yg menengahi Allah dan umat manusia. Diakui oleh banyak orang bahwa pengantaraan itu adalah tugas Mesias yg dijanjikan, tapi ada kecenderungan yg kuat untuk menganggap bahwa Mesias sorgawi itu juga transenden. Kendati demikian orang mengharap bahwa bila Mesias hadir di bumi, maka Roh Kudus juga akan hadir serta, yaitu Roh yg sudah mengundurkan diri dari gelanggang kenabian sesudah nabi Maleakhi, kembali dengan kuasa kenabian. Dan walaupun sudah disiratkan tiga Oknum, tapi hubungan mereka hampir tidak disinggung dan dibiarkan ‘tersembunyi’.

c. PB
             Sebelum Kristus datang, Roh Kudus datang memasuki hati orang-orang yg takut akan Allah, dengan cara yg belum pernah dikenal sejak akhir pelayanan nabi Maleakhi. Yohanes Pembaptis — secara khusus dan khas — menyadari kehadiran dan panggilan Roh Kudus. Pemberitaannya menggambarkan Tritunggal, yg tersirat dalam hal ia memanggil orang supaya bertobat kepada Allah, supaya percaya kepada Mesias yg sedang datang, dan tuturannya tentang baptisan oleh Roh Kudus, dan dengan demikian teracu bahwa baptisan air yg dilakukannya hanyalah perlambang.
             Pada peristiwa lain kepada Maria dinyatakan bahwa Roh Kudus akan mengambil bagian dalam penjelmaan anaknya, Yesus (#/TB Luk 1:35*), bernama pemberitahuan bahwa Anak yg akan dilahirkannya itu akan disebut ‘Anak Allah Yg Mahatinggi’, pewaris takhta Daud. Dengan demikian diungkapkan bahwa Allah Bapak dan Roh Kudus bekerja dalam penjelmaan Anak Allah. Dan pada baptisan Yesus di S Yordan ketiga Oknum itu dapat dibedakan: Anak sedang dibaptis, Bapak sedang berbicara dari sorga dan Roh sedang turun dalam wujud nyata, yaitu seekor merpati. Jadi Yesus, yg dengan demikian menerima kesaksian dari Allah Bapak dan Roh Kudus, menerima kekuasaan untuk membaptis dengan Roh Kudus. Nampaknya Yohanes Pembaptis sudah sangat dini menyadari, bahwa Roh Kudus bukan hanya bersama-sama dengan Mesias tapi juga akan datang dari Mesias. Maka Oknum ketiga ialah Roh Allah yg juga adalah Roh Mesias.
             Dalam pelayanan Yesus di muka umum, maupun pada saat Ia mengajar kedua belas murid-Nya secara tersendiri, Ia selalu mengarahkan perhatian orang kepada Allah Bapak sebagai Yg mengutus Dia dan dari Siapa Dia memperoleh kekuasaan-Nya (#/TB Yoh 5:19-20*). Dalam perbantahan-Nya dengan orang-orang Yahudi, Yesus menyatakan bahwa kedudukan-Nya sebagai Anak tidaklah melulu berasal dari Daud, tapi dari suatu sumber yg membuat Dia adalah Tuhan dari Daud, dan keadaan-Nya memang demikian saat Daud mengungkapkan kata-kata itu (#/TB Mat 22:43*). Ini menyatakan ke-Allah-an-Nya dan bahwa Dia ada sebelum segala sesuatu ada.
             Tuhan Yesus memberi kesaksian tentang Oknum dan tugas Roh Kudus, yg mengacu pada pemberitahuan bahwa pelayanan-Nya sudah mendekati akhirnya (#/TB Yoh 15:26*). Ia menyebut Roh sebagai Roh yg datang dari Allah Bapak yg juga datang dari Dia sendiri (#/TB Yoh 15:26*). Inilah dasar ajaran, bahwa Roh Kudus keluar dari dua Oknum, yaitu dari Bapak dan Anak. Persekutuan Bapak dengan Roh Kudus tampil dalam karya pelepasan yg dilaksanakan oleh Kristus. Allah Bapak mengutus Allah Anak untuk melaksanakan pekerjaan penyelamatan, dan Allah Bapak bersama Allah Anak mengutus Roh Kudus untuk menerapkan keselamatan yg dikerjakan oleh Kristus. Dengan demikian jelas mengapa Allah Perjanjian dinyatakan sebagai Tritunggal, karena keselamatan berasal pada tiap Oknum dalam ke-Allah-an itu. Ajaran Yesus tentang Tritunggal terungkap paling jelas dan ringkas dalam rumusan baptisan, yaitu: membaptis ke dalam nama Bapak, Anak dan Roh Kudus (#/TB Mat 28:19*). Membaptis ‘ke dalam nama’ lebih merupakan bentuk ungkapan Ibrani daripada ungkapan Yunani, dan bermakna pemisahan yg tajam dari Yudaisme, karena mencakup nama yg tunggal, tidak hanya nama Allah Bapak saja, tapi nama Anak dan nama Roh Kudus juga.
             Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta lebih menonjolkan lagi ‘kedirian’ Roh Kudus, dan serentak dengan itu Roh Kudus memberikan terang baru perihal Anak Allah. Pengertian para rasul tentang Rob Kudus dan hubunganNya dengan Allah Bapak dan Allah Anak disajikan jelas dalam Kis. Petrus, dalam menerangkan peristiwa Pentakosta, menggambarkannya sebagai pekerjaan Allah Tritunggal (#/TB Kis 2:32-33*). Tepat jika dikatakan bahwa gereja zaman rasul dibangun beralaskan kepercayaan kepada Allah Bapak, Anak dan Roh Kudus. Semua surat rasuli sepakat mengaitkan penebusan kepada Tritunggal, dan tiap Oknum tampil sebagai tujuan penyembahan dan pemujaan. ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus…’ (#/TB 2Kor 13:14*) tidak hanya menyimpulkan seluruh ajaran para rasul, tapi juga menerangkan makna yg lebih dalam dan hakiki dari Allah Tritunggal dalam pengalaman hidup Kristen, yakni: kasih karunia yg menyelamatkan dari Anak sebagai yg membuka pendekatan pada kasih sayang Allah Bapak dan persekutuan Roh Kudus.
II. Perumusan Tritunggal
          Seperti sudah dijelaskan, Alkitab tidak memberikan rumusan lengkap tentang Allah Tritunggal, tapi dalamnya disajikan semua unsur yg diperlukan teologi untuk menyusun ajaran itu. Ajaran Yesus mengandung kesaksian tentang kepribadian yg sebenarnya dari setiap Oknum yg berbeda dalam ke-Allah-an dan mengurai hubungan antara ketiga Oknum itu. Jadi para pakar teolog diberi peluang untuk merumuskan Tritunggal berdasarkan data-data acuan yg tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar gereja. Yg paling utama dituntut dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian Kristus sebagai asas kepercayaan gereja.
          Irenaeus dan Origenes bersama Tertullianus memulai upaya merumuskan ajaran Tritunggal, dan hasilnya diterima oleh gereja yg am. Di bawah pimpinan Atanasius ajaran Tritunggal diumumkan di Konsili Nicaea (325 M) sebagai kepercayaan gereja. Dan satu abad kemudian, atas pimpinan Agustinus ajaran itu mendapat perumusannya yg diabdikan dalam pengakuan yg disebut Pengakuan Iman Atanasius, yg dijunjung tinggi oleh gereja-gereja yg mengakui Tritunggal sampai hari ini. Sesudah doktrin ini dijelaskan lebih lanjut oleh Calvin (lih 13.13 Warfield, Calvin and Augustine, 1956, hlm 189-284) gereja-gereja reformasi juga menerimanya sah sebagai asas kepercayaan.
          Ajaran Tritunggal mengatakan bahwa Allah satu dalam harkat dan hakikat-Nya, tapi dalam diriNya ada tiga Oknum yg tidak membentuk perseorangan yg tersendiri dan berbeda. Ketiga Oknum itu adalah tiga cara atau bentuk dalam mana Allah berada. Tapi ‘Oknum’ adalah ungkapan yg tidak sempurna untuk mengungkapkan kebenaran itu, karena ungkapan ini mengartikan kepada kita perseorangan yg tersendiri, yg berbudi dan bisa memilih. Padahal dalam harkat Allah ada BUKAN tiga perseorangan, tapi hanya tiga pembedaan diri dalam Allah yg satu seutuhnya.
          Kepribadian manusia mencakup kebebasan berkehendak, bertindak dan merasa, yg mencirikan tingkah laku manusia itu. Semua hal itu tidak dapat dihubungkan dengan Allah Tritunggal: tiap Oknum mempunyai kesadaran sendiri dan penguasaan diri sendiri, tapi tidak pernah bertindak sendiri-sendiri apalagi bertentangan. Mengatakan bahwa Allah esa, maksudnya ialah kendati Allah pada diriNya adalah pusat kehidupan tri mitra, namun hidup-Nya tidaklah terbelah tiga atau trilateral — tiga pihak yg berbeda. Ia satu dalam hakikat, kepribadian, dan kehendak. Mengatakan bahwa Allah Tritunggal dalam Keutuhan, maksudnya ialah keutuhan dalam keanekaan, dan keanekaan itu nampak dalam tiga Oknum, dalam sifat, dan dalam tindakan. Lagipula substansi dan tindakan-tindakan ketiga Oknum itu dicirikan oleh urutan tertentu, berupa subordinasi dalam soal hubungan, tapi tidak dalam kodrat. Bapak sebagai sumber ke-Allah-an ialah yg Pertama: asal mula dari segala sesuatu. Anak, yg diperanakkan kekal oleh Bapak, yg Kedua, Dialah yg menyatakan Bapak. Roh Kudus yg kekal yg keluar dari Bapak dan Anak, yg Ketiga, Dia-lah yg melaksanakan. Karena ketiga Oknum itu ilahi dan kekal, maka subordinasi itu tidaklah mengartikan ada yg lebih utama daripada yg lain, tapi memaksudkan urutan giliran dalam tindakan dan penyataan. Jadi dapat dikatakan bahwa ciptaan adalah dari Allah Bapak, melalui Allah Anak, oleh Roh Kudus.
          Catatan khusus. Tuturan tentang Tritunggal disajikan oleh Bapak-bapak Gereja dengan menggunakan kategori-kategori filsafat Yunani yg sukar sekali diterjemahkan ke dalam bh Indonesia. Masalahnya ialah, istilah apa yg dapat dipakai bagi Bapak, Anak dan Roh, yg tidak memberi kesan bahwa ada tiga Allah? Bh Yunani hupostasis, bh Latin persona, bh Inggris Person, bh Indonesia Oknum: masing-masing sudah diusulkan tapi tidak ada yg memuaskan.

III. Implikasi-implikasi doktrin ini
          Implikasi-implikasi doktrin Tritunggal sangat vital bagi teologi dan juga bagi pengalaman dan hidup Kristen. Berkaitan dengan ke-Allah-an, doktrin ini menyatakan bahwa Allah benar-benar HIDUP. Dan bahwa Allah jauh sama sekali dari apa pun yg disebut berhenti atau pasif. Allah Tritunggal adalah keutuhan dan kepenuhan hidup, berada dalam hubungan yg kekal, dan dalam persekutuan yg tak pernah putus atau berhenti. Hal ini membuat penyataan dan pengungkapan diri Allah dapat dimengerti. Allah, dalam arti mutlak, dapat mengungkapkan diriNya sendiri melalui tindakan penyataan diri sendiri antara ketiga Oknum itu. Dia dapat juga dalam arti terbatas, mengungkapkan diriNya ke luar melalui penyataan diri sendiri berkomunikasi terhadap ciptaan-Nya.
          Mengenai alam semesta doktrin Tritunggal mengupayakan kesatuan dan keanekaan, membuat alam semesta menjadi suatu kosmos dalam keteraturan. Karena semua hal tergantung pada kehendak baik Allah, maka tak mungkin ada dualisme di pusat alam semesta. Tapi ada tempat bagi keanekaan yg tak terhingga. Kita dapat berkata bahwa keanekaan hidup dalam Allah dipantulkan dalam alam semesta berupa bentuk-bentuk hidup yg berbeda-beda secara luas. Hidup Allah bisa mendapati bermacam-macam manifestasi, dan hal ini memberi kejamakan unsur dan kejamakan sisi kepada alam semesta yg Dia rencanakan ini. Lagipula, persekutuan yg mengikat Allah Tritunggal, menjadi dasar bagi persekutuan lingkungan umat manusia, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan secara istimewa dalam lingkungan gereja, karena di situ Roh Kudus menjadi Petugas dan Pengantara persekutuan itu.

KEPUSTAKAAN.
  • J. R Illingworth, The Doctrine of the Trinity, 1909;
  • C. W Lowry, The Trinity and Christian Devotion, 1946;
  • E Garvie, The Christian Doctrine of the Godhead, 1925;
  • H. Bavinck, The Doctrine of God, 1951, hlm 255-334;
  • B Warfield dalam ISBE (artikel ‘Tritunggal’); R. S Franks, The Doctrine of the Trinity, 1953; K Barth, Church Dogmatics 1; D Lamont, Christ and the World of Thought, 1934, hlm 221-247.

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...