Monday, March 5, 2018

BERPACARAN/MENIKAH, CINTA BEDA AGAMA BERDASARKAN ALKITAB (IMAN KRISTEN)


BERPACARAN BERDASARKAN ALKITAB


Masa remaja adalah masa yang indah. Mengapa dikatakan indah? Karena, pada masa-masa inilah seorang remaja akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. Secara biologis, remaja putri akan mengalami haid, beberapa bagian tubuhnya mulai menonjol, dan lain sebagainya. Sedangkan, seorang remaja putra akan mulai tumbuh jenggot dan jakun, suara yang lebih membesar, dan beberapa perubahan lainnya. Pada masa ini juga, remaja akan mulai mengenal apa yang dinamakan cinta monyet. Apa itu cinta monyet? Apa itu pacaran? Mengapa bisa suka kepada lawan jenis? Dan, pertanyaan-pertanyaan lainnya.
        Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa pacaran adalah sebuah hubungan yang dijalin oleh seorang perempuan dengan laki-laki, di dalamnya ada rasa kasih dan sayang satu sama lain. Sedangkan, “berpacaran” memiliki arti berkasih-kasihan, bercinta, atau bersuka-sukaan. Sebagai remaja kristiani perlu tahu pandangan Alkitab tentang Pacaran?
        Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata “pacaran”, walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata “pacaran”. Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang persahabatan. Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita. Tidak jarang dari persahabatan muncullah rasa suka, tertarik, dan menyayangi sahabat dengan lawan jenis.
Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan hawa nafsu seperti berciuman, berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah mengingatkan bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus, sehingga remaja kristiani harus menjaga kekudusan hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal yang bijak.
Di dalam Alkitab, Tuhan memang tidak menetapkan secara jelas mengenai hal berpacaran. Akan tetapi, firman Tuhan memberikan standarisasi hidup yang harus kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Kristen yang memiliki identitas Kristus, yaitu:
· Tubuh kita adalah Bait Roh Kudus (1 Korintus 6:9)
· Melakukan yang benar, sebab tidak semua hal berguna bagi hidup kita (1 Korintus 6:12)
· Hidup kudus dan menjaga kekudusan hidup (1 Petrus 1:15)
· Menjauhi percabulan (1 Tesalonika 4:3)
        Pacaran bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi sudahkah kita menjalin sebuah hubungan pendekatan dengan lawan jenis yang sehat dan memuliakan nama Tuhan di dalamnya? Sampai taraf di mana pacaran yang kita lakukan? Oleh sebab itu, marilah kita mengintrospeksi diri dan terus memuliakan Tuhan dalam setiap hidup kita.
        Lalu, orang bagaimanakah yang seharusnya menjadi pacar anda ? Ada dalam Alkitab, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” ( 2 Timotius 2:22).
        Tidaklah bijaksana berpacaran dengan seseorang yang tidak mengasihi Allah. Ada dalam Alkitab, “Janganlah mau menjadi sekutu orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus; itu tidak cocok. Mana mungkin kebaikan berpadu dengan kejahatan ! Tidak mungkin terang bergabung dengan gelap. Tidak mungkin Kristus sepakat dengan Iblis. Apakah persamaannya antara orang Kristen dengan orang bukan Kristen.” (2 Korintus 6:14-15, BIS). “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS)
         Janganlah berpacaran dengan seseorang yang mengatakan diri sebagai seorang Kristen tapi tidak hidup sebagai orang Kristen. Ada dalam Alkitab,”Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan.”( 1 Korintus 5:11, BIS). Hindari berpacaran dengan orang yang mempunyai perilaku pemarah. Ada dalam Alkitab, “Janganlah bergaul dengan orang yang suka marah dan cepat naik darah.” (Amsal 22:24, BIS)
        Jangan berpacaran dengan seorang Kristen pemalas. Ada dalam Alkitab,”Saudara-saudara, atas kuasa Tuhan Yesus Kristus, kami perintahkan supaya kalian menjauhi semua saudara, yang hidup bermalas-malasan, dan yang tidak menuruti ajaran-ajaran yang kami berikan kepada mereka.” (2 Tesalonika 3:6, BIS)
        Kecantikan batiniah adalah yang paling berarti. Ada dalam Alkitab,”Sebaliknya, hendaklah kecantikanmu timbul dari dalam batin, budi pekerti yang lemah lembut dan tenang; itulah kecantikan abadi yang sangat berharga menurut pandangan Allah.” (1 Petrus 3:4, BIS)
Berpacaranlah dengan seseorang yang mempunyai sikap yang baik. Ada dalam Alkitab, “Semoga Allah, yang memberikan ketabahan dan penghiburan kepada manusia, menolong kalian untuk hidup dengan sehati, masing-masing dengan sikap Kristus terhadap satu sama lain.” (Roma 15:5-6, TLB. Berpacaranlah dengan seseorang yang mendorong anda dan menyokong anda. Ada dalam Alkitab,”Kalian kuat, karena kalian bersatu dengan Kristus. Sehingga Roh Allah telah membuat kalian hidup erat dan rukun satu sama lain dan saling mengasihi serta menaruh belas kasihan satu sama lain.
Apa yang harus dihindari dalam berpacaran. Ada dalam Alkitab,” Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan bermabuk-mabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati” (Roma 13:13). Berpacaran tidak termasuk hubungan seks. Ada dalam Alkitab,”Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh …. Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (1 Korintus 6:13, 18). Jagalah diri anda tetap suci. Ada dalam Alkitab,”Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci.”” ( 1Yohanes 3:3).
        Agar tidak menyakiti diri kita sendiri, keinginan dan kegiatan seks haruslah ditempatkan di bawah pengendalian Kristus. Ada dalam Alkitab,”Karena inilah kehendak Allah: Pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi istrimu sendiri dan hidup di dalam kekudusan dan kehormatan bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” (1 Tesalonika 4:3-5).

Seandainya engkau telah terlanjur, apakah yang harus anda perbuat ?
        Pertama-tama, akuilah dosa-dosamu. Ada dalam Alkitab,”Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku” (Mazmur 51:3-5). 

        Kedua, mintalah pengampunan untuk dosa-dosamu – Allah berkata engkau dapat memulai hidupmu lagi. Ada dalam Alkitab,”Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela” (Mazmur 51:9-14).

        Ketiga, Percayalah bahwa Allah benar-benar telah mengampuni anda dan berhentilah merasa bersalah. Ada dalam Alkitab,”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi ! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu ! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak” (Mazmur 32:1-7).
        Allah mempunyai seorang jodoh untuk engkau. Ada dalam Alkitab,”TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Mintalah jodoh dari Tuhan. Ada dalam Alkitab,”Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia TUHAN” (Amsal 19:14). Allah akan memberikan hasrat hati anda kepada anda. Ada dalam Alkitab,”Carilah kebahagiaanmu pada TUHAN, Ia akan memuaskan keinginan hatimu” (Mazmur 37:4, BIS). Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Matius 6:8).[1]


Bab 1
Pacaran Beda Agama? Inilah 4 Alasan Orang Kristen Tidak Boleh Melakukannya
 “Apakah orang Kristen boleh menikah beda agama?”, banyak pembaca yang memiliki pandangan yang kontradiktif dengan jawaban saya. Kebanyakan mereka menganggap saya membeda-bedakan manusia menurut agama. Katanya, saya tidak menganut toleransi antar umat beragama. Hahaha, saya hanya tertawa saja menanggapi hal itu. Sebenarnya, jika kita mendalami maksud utama diadakannya pernikahan, kita tidak mungkin berpandangan seperti itu. Ingat, tujuan utama dalam pernikahan adalah melayani Tuhan melalui keluarga yang kita bangun. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa melayani Tuhan dengan orang yang berbeda agama? Orang yang seagama saja belum tentu bisa diajak untuk melayani Tuhan, apalagi orang yang berbeda agama? Logis, bukan? Pikirkan itu! Sekarang saya akan mengupas 4 Alasan orang Kristen tidak boleh pacaran dengan orang yang berbeda agama.
#1. Jika kita pacaran dengan orang yang berbeda agama, itu menunjukkan kita hanya bermain-main dalam pacaran.
        Pacaran sangat berguna untuk menjelajahi karakter calon pasangan hidup kita. Karakter orang yang berbeda agama sudah jelas tanpa harus ditelusuri. Orang yang berbeda agama tidak mungkin mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Itu harga mati!
Jadi, apa gunanya berpacaran dengan orang yang berbeda agama? Jangan larut dengan kebaikan yang ditampilkannya! Orang yang berbeda agama bisa jadi memiliki kepribadian yang lebih baik dari kebanyakan orang, bahkan lebih baik dari kebanyakan orang Kristen.
        Namun, apakah ia mau mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Renungkan itu!
#2. Jika kita pacaran dengan orang yang berbeda agama, itu menunjukkan kita tidak benar-benar berniat menikah. Tujuan pacaran adalah menikah. Sedangkan, tujuan menikah adalah melayani Tuhan melalui keluarga kita. Nah, jika calon pasangan hidup kita tidak bisa diajak untuk melayani Tuhan, lalu untuk apa kita berpacaran dengannya? Jelas, jika kita masih ngotot berpacaran dengan orang yang berbeda agama, berarti kita tidak sungguh-sungguh ingin menikahinya. Bertobatlah jika Anda masih ngotot untuk berpacaran dengannya!
#3. Jika kita pacaran dengan orang yang berbeda agama, itu menunjukkan kita sedang menyakiti hati Tuhan. Anda mungkin tidak menyadari Tuhan terluka ketika Anda berpacaran dengan orang yang berbeda agama. Namun, faktanya memang begitu! Jelas, Tuhan tidak suka ketika Anda main-main dalam berpacaran. Mengapa? Sesuai yang saya sebutkan sebelumnya, jika kita berpacaran dengan orang yang berbeda agama, berarti kita hanya main-main dan tidak berniat menikah. Itu jelas menyakiti hati Tuhan.
#4. Jika kita pacaran dengan orang yang berbeda agama, itu menunjukkan kita membuka peluang untuk pindah agama atau murtad. Ini yang menjadi dilema bagi kita semua. Banyak yang beranggapan dengan cara pacaran kita bisa membawa orang mengikut Kristus. Namun, kenyataannya justru kitalah yang terbawa dengan agama orang itu. Mengapa? Karena jika kita lebih mencintai Tuhan Yesus, kita pasti tidak akan berpacaran dengannya. Jika kita masih berpacaran dengannya, berarti kita lebih mencintai orang itu daripada mencintai Tuhan Yesus. Saya hanya menemukan sedikit orang Kristen yang berhasil membawa orang yang berbeda agama untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dengan cara berpacaran. Namun, hal itu sebenarnya tidak cukup membuktikan orang yang baru saja pindah agama menjadi Kristen, benar-benar memiliki karakter seperti yang Tuhan mau.
Demikian, keempat alasan yang bisa saya berikan kepada Anda. Jika Anda sekarang sedang pacaran beda agama atau sedang berniat ke arah itu, semoga apa yang saya jelaskan dapat mengetuk pintu hati Anda tertutup. [2]
Bab 2
Pacaran Beda Agama Menurut Kristen Protestan: Alasan, Larangan, Cara Mengatasinya
        Siapa sih yang tidak pernah jatuh cinta? Rasanya semua umat manusia merasakan ini selama hidupnya. Namun terkadang cinta tersebut bertepuk sebelah tangan. Tidak direstui orang tua merupakan hal biasa. Apalagi jika restu karena berbeda agama. Benar, tidak? Dengan beda kenyakinan dan simbol kristen protestan sebagai masing-masing dari agamanya.
        Apakah kamu pernah jatuh cinta dengan pasangan yang berbeda agama? Sebagian dari kamu mengalaminya, sebagian lagi tidak. Banyak dari mujizat Tuhan Yesus kita menganggap cinta beda agama itu hal yang biasa. Tidak perlu diambil pusing. Apalagi kalau masih cinta monyet. Tapi, kamu perlu menyikapi hal tersebut sebelum berujung ke pelaminan.
Alasan Berpacaran dengan Beda Agama 
“Apa gunanya kamu berpacaran dengan orang yang beda agama?” Pertanyaan ini sering kita lemparkan kepada teman yang terjerat kasus cinta bertepuk sebelah tangan. Jawaban umumnya ialah “namanya sayang, ya mau gimana lagi? Lagipula masih cinta monyet. Toh belum tentu dia yang jadi pasanganku kelak.” Jawaban yang sangat simple dan masuk akal. Tapi kamu perlu tahu, tujuan kamu berpacaran ialah menatap masa depan. Kalau kamu pacaran hanya untuk senang-senang saja, lebih baik “jangan”. Toh kamu memiliki banyak teman yang bisa diajak bermain. Pernahkah kamu mendengar “cinta monyet berujung ke pernikahan?” memang sedikit orang yang mengalaminya. Namun diantara orang tersebut, ada saja yang berujung pada pernikahan beda agama. Mengapa? Alasannya karena “cinta”. Ketika kamu telah beranjak dewasa, kamu tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Kalau pacaran beda agama itu menurutmu salah, please don’t do it, boys and girls!
Larangan Pacaran Beda Agama Menurut Kristen
        Menjawab pertanyaan seputar pernikahan beda agama bukanlah hal yang mudah. Perlu kajian lebih dalam dari makna kebangkitan Yesus lagi agar semua tidak salah persepsi. Namun firman Tuhan berkata: 2 Korintus 6:14-15 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”
        Dari ayat di atas, kita memang dituntut harus memiliki pasangan yang seiman. Seiman disini maksudnya ialah satu iman di dalam Yesus Kristus. Alkitab menyuruh orang Kristiani agar menikah dengan orang yang seiman. Kalaupun berbeda agama, salah satu diantara pasangan tersebut harus ada yang mengalah. Agar pasangan seiman bisa terwujud. Lagipula, pernikahan merupakan hal yang sakral. Kamu tentu tidak mau kan kalau rumah tanggamu terguncang karena masalah perbedaan agama? Berikut larangan mengapa tidak boleh pacaran beda agama menurut perintah Tuhan Yesus:
·         Suatu pernikahan bukan sekedar “cinta” antara laki-laki dan perempuan. Melainkan bagaimana “cinta” tersebut mempunyai dasar yang teguh, yaitu percaya kepada Yesus Kristus. Pasangan seiman bisa diibaratkan seperti kapal yang tidak boleh dibawa oleh dua orang nahkoda. Begitu juga dengan pernikahan yang tidak boleh berdasarkan dua iman. Melainkan “satu iman” yaitu kepada Yesus sendiri.
·         Tuhan memang mengajarkan kita untuk mengasihi satu dengan yang lainnya. Hal ini juga dinyatakan dalam ayat Kitab Suci: 1 Yohanes 4:7 “Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.” 
·         Kita diajarkan untuk mengasihi tanpa pandang bulu. Kepada siapapun, marilah kita menyebarkan kasih sukacita. Namun untuk pasangan hidup, Tuhan mutlak mengatakan harus kepada yang seiman. Kalau kamu mengabaikannya, kamu akan berurusan dengan Tuhan. Mengapa pacaran beda agama itu dilarang?
1. Pacaran Beda Agama Menunjukkan Tidak Adanya Keseriusan Dalam Hubungan
        Masa pacaran merupakan masa yang tepat untuk mendalami karakter yang satu dengan yang lainnya. Kalau kamu berpacaran dengan orang beda agama, tentu saja karakternya akan berbeda. Kamu perlu menelusurinya Gereja terbesar di dunia lebih dalam lagi dan lagi. Namun, ada hal yang sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Orang yang beda agama sudah pasti tidak mengakui Kristus Yesus sebagai Juru S’lamat. Itu sudah jelas! Bagi kamu yang hendak pacaran beda agama, coba pertimbangkan konsekuensinya. Jangan sampai terlanjur cinta. Sehingga membuatmu harus rela melepaskan agama yang telah kamu anut selama puluhan tahun.
2. Menunjukkan Tidak Adanya Keseriusan untuk Melangkah ke Jenjang Pernikahan
        Tujuan akhir dari masa pacaran ialah pernikahan. Proses ini memakan waktu yang cukup lama. Apalagi jika kamu pacaran dengan orang yang berbeda agama. Kamu perlu tahu, tujuan menikah ialah hidup bersatu dengan orang yang dicintai. Termasuk hidup di dalam Yesus Kristus. Kalau pacarmu berbeda agama, apakah nantinya ia mau mengakui Tuhan Yesus? Syukur saja kalau “mau”, kalau tidak bagaimana? Lebih baik cari yang seiman ya anak-anak Tuhan.
3. Pacaran Beda Agama Menyakiti Hati Tuhan
        Cinta monyet ialah cinta ala ABG. Bagi kamu yang telah beranjak dewasa, tinggalkanlah cinta monyet ini. Mulailah mendalamin makna paskah dengan menjalani hubungan dengan keseriusan. Tuhan memintamu untuk serius ketika pacaran. Kalau kamu tidak serius, sama saja dengan buang waktu, bukan? Tuhan tidak suka ketika kamu main-main dalam pacaran. Secara tidak langsung, itu akan menyakiti hati-Nya. Terlebih lagi jika kamu pacaran dengan orang yang berbeda agama.
4. Pacaran Beda Agama Memungkinkanmu untuk Murtad
        “Cinta itu buta” hingga terkadang membuatmu kehilangan akal sehat. Saat pacaran, kamu berharap pasanganmu pindah untuk mengikuti sejarah agama Kristen dan juga Kristus. Namun, bagaimana jika kamu terlena dan memutuskan untuk murtad? Hal yang sangat sangat disayangkan. Tujuan baikmu untuk memperkenalkan pasangan dengan Kristus terasa sia-sia. Sangat sedikit orang Kristen yang berhasil membawa pasangannya mengikut Kristus. Yang paling banyak justru sebaliknya. Kamulah yang diajak untuk murtad.


Cara Mengatasi Agar Tidak Berpacaran Beda Agama Lagi
Kasus “terlanjur cinta” banyak terjadi dewasa ini. Hal inilah yang menjadi penyebab utama mengapa banyak orang di Indonesia pindah agama. Bagaimana cara agar tidak pacaran beda agama lagi? Ini dia tipsnya:
1. Teguhkan Iman Kepada Tuhan
        Tidak ada agama yang sepenuhnya salah. Lagipula, tidak ada paksaan untuk menganut agama tertentu. Kita semua diberi kebebasan untuk menganut agama yang kita yakini. Baik itu Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, maupun Konghucu. Beberapa dari kita pernah mengalami pacaran beda keyakinan. Agar tidak terjatuh kepada kesalahan yang sama, coba teguhkan imanmu pada Tuhan. Rajinlah berdoa dan minta petunjuk dari Tuhan agar kamu selalu berada di jalan-Nya. Tidak salah juga jika kamu minta dianugerahi pasangan yang seiman.
2. Konsultasi dengan Orang Tua
        Mendapatkan pasangan yang seiman memang terasa sulit. Namun kamu bisa mengakalinya dengan memperluas jaringan. Ikutilah tujuan hidup orang Kristen dalam persekutuan di lingkungan gereja. Dengan demikian, kamu akan memiliki banyak teman. Berteman dengan orang yang seiman membuatmu dengan mudah mendapatkan pasangan yang seiman. Intinya, kamu juga harus percaya kepada Kuasa Tuhan. Ingat, Tuhan akan memberikan apapun yang kamu butuhkan tepat pada waktunya.
3. Belajar dari Pengalaman
        Langkah satu dan dua akan berjalan mulus jika kamu mau belajar dari pengalaman. Jika hubunganmu yang dulu kandas karena perbedaan keyakinan, belajarlah dari itu. Jangan sampai kamu jatuh di kesalahan yang sama lagi. Jika kamu dekat dengan lawan jenis yang beda agama, berdoalah kepada Tuhan. Mintalah agar kamu diteguhkan sehingga tidak jatuh cinta kepadanya. Pengalaman orang tua lebih banyak dari pengalamanmu. Ada baiknya jika kamu terbuka mengenai hubunganmu kepada orang tua. Orang tua bisa kamu jadikan sebagai partner untuk berdiskusi. Minta tips dari orang tua mengenai cara mendapatkan pasangan seiman.[3]


Bab 3
Dasar Firman Tuhan
        Pertanyaan tentang pacaran beda iman atau pacaran beda agama sepertinya merupakan salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan, dan jawabannya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan karena walaupun sudah jelas apa yang tertulis di Alkitab, masih banyak orang yang tidak setuju. Ada satu bagian dalam Alkitab yang menjelaskan tentang hal ini, yaitu dalam 2 Korintus 6:14-15.
2 Korintus 6:14-15, Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
Pesan dari ayat ini jelas, bahwa dalam memilih pasangan hidup, kita harus memiliki pasangan yang satu iman.
Apa artinya satu iman?
        Satu iman yang dimaksudkan di sini adalah satu iman dalam Yesus Kristus. Setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadinya, bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki satu iman, selain daripada iman kepada Yesus Kristus berarti berbeda.
Alasan mengapa harus mempunyai pasangan yang satu iman
        Selain memang kita menuruti apa kata alkitab tentang pasangan yang seiman, ternyata firman ini mempunyai alasan yang jelas. Kalau kita lihat dari sejarah bangsa Israel, mereka seringkali jatuh pada penyembahan berhala karena pasangan mereka yang tidak seiman, yaitu pasangan dari bangsa lain. Padahal Tuhan sudah berfirman agar mereka tidak mengambil pasangan dari bangsa lain selain bangsa Israel agar mereka tidak turut menyembah allah - allah bangsa lain. Raja Salomo pun yang dikatakan sebagai orang yang paling bijak ternyata jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala pada akhir hidupnya (1 Raja2 11:1-13). Kalau Salomo yang begitu bijak saja bisa jatuh dalam dosa penyembahan berhala karena istri - istrinya, bagaimana dengan kita?
        Alasan lain adalah karena dalam suatu hubungan pernikahan, bukan hanya sekedar tentang cinta antara seorang laki - laki dan seorang perempuan, tetapi juga tentang bagaimana hubungan tersebut mempunyai dasar yang teguh, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Seperti kapal yang tidak boleh mempunyai dua orang Nakhoda, demikian juga hubungan pernikahan yang tidak boleh berdasarkan dua iman yang berbeda karena nantinya tidak mempunyai arah yang jelas. Lagipula saya yakin setiap dari kita pasti menginginkan pasangan kita, yang adalah orang yang paling dekat dengan kita di dunia ini juga diselamatkan oleh Yesus Kristus. Hubungan yang tidak dilandaskan oleh kasih kepada Yesus Kristus sangatlah berbahaya, oleh karena itu baiklah kita mempunyai pasangan yang satu iman, iman dalam Yesus Kristus.
Kan Yesus mengasihi semua orang, kok hanya boleh sama yang satu iman?
        Ya, benar sekali bahwa Yesus mengasihi semua orang dan ingin semua orang diselamatkan, oleh karena itu kita harus mengasihi semua orang tanpa terkecuali. Bertemanlah dengan siapa saja agar kasih Kristus dalam diri kita dapat terpancar kepada semua orang, namun dalam masalah memilih pasangan hidup firman Tuhan katakan mutlak harus satu iman.
Kalau hanya pacaran saja dan tidak untuk menikah bagaimana?
        Sebagai orang Kristen, hubungan pacaran harus memiliki tujuan utama yaitu "pernikahan". Pacaran merupakan proses pengenalan antara pria dan wanita yang berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan keluarga yaitu pernikahan. Jadi jika tujuan pacaran bukanlah pernikahan, ada baiknya hanya berteman saja daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan nantinya.
Kalau sudah terlanjur pacaran dengan yang beda iman bagaimana?
        Yang menjadi masalah tentu jika memang sudah terlanjur pacaran beda iman. Saya hanya bisa bilang, break dulu hubungannya, buat dia satu iman dulu kalau benar - benar mau sama dia, lalu pacaran lagi kalau memang sudah satu iman. Kalau memang tidak bisa menjadi satu iman maka lebih baik ditinggalkan dan mencari yang satu iman. Memang terkesan seperti memaksa, tetapi jika memang mau dengan orang tersebut ya memang harus seperti itu karena kita mutlak harus mempunyai pasangan yang satu iman, ingat dalam amanat agung Tuhan Yesus Kristus?
Matius 28:19, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Dengan demikian selain kita mendapatkan pasangan yang seiman, kita juga turut memenuhi amanat agung ini.
Jika dia mau ikut kita bagaimana?
        Pada dasarnya adalah pastikan dia benar - benar percaya dan mengalami Yesus terlebih dahulu, baru pacaran. Jangan sampai dia ikut agama Kristen karena mau bersama dengan kita saja, karena menurut saya bukan status sebagai Kristen yang penting, yang penting adalah bagaimana seseorang tersebut telah mengenal dan mengalami Yesus sehingga percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Percuma seseorang pindah agama Kristen kalau tidak mengenal Yesus terlebih dahulu. Memang terdengar sedikit sulit, oleh karena itu disarankan untuk memilih pasangan yang memang sudah mengenal dan mengalami Yesus. Jangan hanya melihat dari rupa saja, tetapi juga bagaimana imannya terhadap Yesus Kristus.
Bagaimana dengan orang yang sudah menikah dan beda iman?
1 Korintus 7:12-13 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
Matius 19:6, Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
        Banyak orang yang memakai dua ayat di atas untuk “sengaja” menikah dengan yang orang yang beda iman dan bilang kalau dia sudah terlanjur menikah dan berkata tidak apa – apa karena pasangannya mau hidup dengan dia. Ini merupakan hal yang sangat ironis. Orang yang sudah tahu kebenaran seharusnya tidak akan menikah dengan orang yang beda iman. Ayat dia atas bukanlah untuk membenarkan untuk menikah dengan orang yang beda iman, melainkan untuk pasangan orang yang sama – sama belum percaya lalu salah satunya menjadi percaya kepada Kristus. Jadi beda iman di sini terjadi bukan sebelum menikah, melainkan setelah menikah karena salah satunya menjadi percaya. Tapi sekali lagi, untuk orang – orang yang mengalami masalah demikian, doakan dan bawalah pasanganmu agar dapat bersama – sama hidup di dalam terang kasih Kristus.
        Banyak yang berkata “Enak dong yang sudah terlanjur menikah beda iman, mereka jadi boleh.” Pertanyaan yang sungguh ironis. Tidak ada pernikahan yang lebih indah daripada pernikahan ilahi, pernikahan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Jika pernikahan kita tidak di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka pasti ada sesuatu yang kurang. Kita seharusnya kasihan kepada mereka yang sudah terlanjur menikah beda iman karena mereka tidak bisa merasakan pernikahan ilahi di dalam Tuhan Yesus Kristus, bukannya malah iri. “Tapi sepertinya mereka terlihat bahagia.” Yang kelihatan dari luar bisa saja berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya. Tidak ada yang lebih indah dan berbahagia dibandingkan dengan mereka yang menikah di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Sepertinya sulit sekali untuk mendapatkan yang satu iman
        Mungkin banyak yang mengalami sepertinya kok malah orang dari agama lain yang dekat dengan kita, kalau itu ya jelas saja, karena kita bukanlah mayoritas di negara kita Indonesia tercinta ini, oleh karena itu kemungkinan untuk dekat dengan yang satu iman dengan kita mungkin kecil. Apakah tidak mungkin untuk orang yang selalu dekat dengan yang tidak seiman untuk mendapatkan sangan yang seiman? Tenang saja, coba perluas pergaulan, jangan pernah menghindar dari persekutuan, tetap percaya bahwa Tuhan pasti memberikan pasangan yang terbaik untuk kita yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kehendak-Nya adalah supaya kita mendapatkan pasangan hidup yang benar - benar seimbang dengan kita. Jangan ada lagi kompromi, percaya pada janji Tuhan. Jesus Bless Us.
Bab 4
PERNIKAHAN KRISTEN DENGAN NON KRISTEN
        PT Barnum menghasilkan banyak uang berdasarkan filosofinya, "Ada pengisap yang terlahir setiap menit." Para seniman Con terus berkembang dalam skema untuk menipu orang-orang yang tidak menaruh curiga dari uang mereka. Terkadang mereka harus menemukan trik baru dan menemukan orang baru, tapi mereka berhasil melakukan bisnis yang berkembang. 
        Musuh kita, Setan, memiliki permainan yang telah dia gunakan selama berabad-abad. Dia tidak pernah mengubahnya, tapi tetap berfungsi seperti pesona. Dia menggunakannya untuk melampiaskan malapetaka di antara umat Allah dan untuk menggagalkan pekerjaan Tuhan. Skema ini sangat sederhana sehingga Anda akan berpikir bahwa bahkan orang-orang yang paling naif dari umat Tuhan sekarang pasti tertangkap sekarang, tapi ternyata tidak. Apa itu permainan konyol Setan? Agar umat Tuhan menikahi orang yang tidak beriman. 
        Saya telah melihat orang-orang muda yang bersemangat secara spiritual membuang hidup mereka dengan menikahi orang-orang yang tidak percaya. Biasanya, tampaknya wanita muda Kristen yang menikahi pria yang tidak percaya, meski terkadang polanya terbalik. Ketika Anda bertanya mengapa mereka melakukan ini, Anda mendengar rasionalisasi, seperti: 
"Aku mencintainya, dan cinta adalah yang paling penting." 
"Dia berjanji untuk pergi ke gereja bersama saya dan anak-anak." 
"Jika saya putus dengan dia, dia tidak akan memiliki seseorang untuk menuntunnya kepada Kristus. Lagi pula, aku yakin dia akan menjadi seorang Kristen. " 
"Saya telah berdoa tentang hal itu dan merasakan kedamaian bahwa ini adalah kehendak Tuhan." [4]
        Saya ingin Anda mendengar saya dengan keras dan jelas: Bukan kehendak Tuhan bagi orang Kristen untuk menikahi seorang non-Kristen! Periode!! Tidak ada pengecualian!! Anda seharusnya tidak lagi berdoa untuk menikahi seorang non-Kristen daripada Anda harus berdoa tentang apakah itu adalah kehendak Tuhan bagi Anda untuk melakukan perzinahan atau membunuh tetangga Anda. Tuhan telah membuatnya dengan sangat jelas bahwa dosa bagi anak-anak-Nya untuk dinikahi dengan orang yang tidak beriman. Tidak pernah kehendak Tuhan bagi Anda untuk berbuat dosa!
        Seseorang mungkin berpikir, "Tapi saya tahu kasus di mana seorang beriman menikahi orang yang tidak beriman dan semuanya telah baik-baik saja. Orang yang tidak beriman datang untuk percaya kepada Kristus dan hari ini mereka memiliki keluarga Kristen yang baik. "Ya, Tuhan sering mengasihimu dengan menggunakan bahkan dosa kita selamanya jika kita bertobat. Saya pernah mendengar orang-orang yang mencoba bunuh diri, tapi Tuhan menyelamatkan hidup mereka dan menyelamatkan mereka. Tapi itu seharusnya tidak mendorong kita untuk berbuat dosa sehingga kasih karunia bisa berlimpah!
        Bagi orang percaya untuk menikahi orang yang tidak beriman adalah dengan berdosa dengan murka terhadap Allah dan umat Allah. 
Itulah pesan Maleakhi 2: 10-12. Seperti yang kita lihat, para imam telah gagal untuk hidup dan mengajarkan kebenaran Tuhan, menyebabkan banyak orang tersandung. Dari buku-buku kontemporer Ezra (9, 10) dan Nehemia (13: 23-29) kita mengetahui bahwa salah satu cara para imam telah memberi contoh yang buruk dan dengan demikian menyesatkan orang-orang sesat dalam dosa menikahi wanita asing yang tidak mengikuti Tuhan Sebenarnya, mereka bahkan menceraikan istri Yahudi mereka untuk menikahi wanita asing ini (Mal 2: 13-16). Melalui nabi, Tuhan memperingatkan umat-Nya terhadap dosa menikahi orang-orang yang tidak percaya dan perceraian.
1. Karena orang percaya untuk menikahi orang yang tidak percaya adalah berdosa dengan murka terhadap Allah. 
Teks kita terbentang empat aspek dari dosa ini: 
A. Menikahi orang yang tidak beriman adalah dosa yang mengerikan terhadap Tuhan yang menjadikan kita umatNya. "Bapa" mungkin menunjuk pada Abraham (Calvin), tapi mungkin ini menunjuk pada Tuhan, yang adalah Bapa dari bangsa Yahudi sebagai umat pilihan-Nya (1: 6). Dia menciptakan dan membentuk bangsa (Yesaya 43: 1), tidak hanya dalam arti bahwa Dia menciptakan semua orang, tetapi juga dalam arti bahwa Israel harus menjadi orang istimewa untuk milik-Nya. Dia menandatangani sebuah perjanjian dengan para ayah bangsa, memilih mereka dari yang lainnya di bumi. Sebagai Bapa Surgawi mereka yang serba bijak, Tuhan memiliki hak untuk memberi tahu umatNya siapa yang dapat mereka dan tidak dapat mereka nikahi. 
        Jika Anda mengenal Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, Anda bukan milik Anda sendiri. Kamu telah dibeli dengan darah Kristus. Anda bebas untuk menikah sebagaimana Tuhan mengarahkan dalam FirmanNya. Seperti yang akan saya tunjukkan dalam sekejap, Dia tidak menyisakan ruang untuk keraguan. Kehendaknya selalu Anda menikahi orang yang seiman, bukan orang yang tidak percaya. 
B. Menikahi orang yang tidak beriman adalah dosa yang pedas terhadap Tuhan yang menginginkan umatNya untuk menjadi kudus (terpisah) kepada-Nya. 
        Tuhan itu suci, artinya Dia benar-benar terpisah dari dosa. Dia memanggil umatNya untuk menjadi kudus juga (Im 19: 2; 1 Pet 1:16; ditambah banyak lainnya). Di sini Tuhan menuntut Yehuda dengan mencemarkan perjanjian (2:10) dan tempat kudus (2:11), secara harfiah, "hal yang kudus." Ini mungkin menunjuk pada orang-orang itu sendiri. Tuhan telah berfirman bahwa Ia akan tinggal di antara mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya (Im 26: 11-12). Dengan menikahi orang-orang yang menyembah allah asing, orang-orang Yahudi telah menajiskan diri mereka sebagai tempat tinggal Tuhan. 
Anda mungkin berpikir bahwa menikahi orang yang tidak percaya adalah tidak bijaksana, atau mungkin dosa kecil. Tapi Tuhan menyebutnya sebagai kekejian (2:11). Kata Ibrani itu digunakan di tempat lain untuk merujuk pada penyembahan berhala, sihir, mengorbankan anak-anak kepada berhala, dan homoseksualitas (Ul 13:14; 18: 9-12; Im 18:22). Ini bukan daerah abu-abu! 
        Untuk menggarisbawahi betapa menyedihkan dosa ini bagi Tuhan, saya ingin mengajak Anda melakukan tur singkat melalui kesaksian alkitabiah terhadapnya. Prinsipnya berjalan di seluruh Alkitab: Tuhan ingin umat-Nya terpisah dari orang-orang yang tidak percaya dalam hubungan penting kehidupan. Sepanjang sejarah Setan telah menggunakan pernikahan untuk orang-orang kafir untuk mengubah umat Tuhan dari pengabdian kepada-Nya. 
        Dalam Kejadian 6, bagaimanapun Anda menafsirkan "anak-anak Allah", intinya adalah sama. Setan menggunakan pernikahan yang salah untuk merusak umat manusia, yang menyebabkan penghakiman atas banjir. Dalam Kejadian 24: 1-4, Abraham membuat hambanya bersumpah demi Tuhan bahwa ia tidak akan mengambil seorang istri untuk Ishak dari orang Kanaan. Dua generasi kemudian, Esau yang tidak beriman menikahi dua istri yang tidak beriman. Hal ini ditekankan berulang kali (Kejadian 26: 34-35; 27:46; 28: 8) bahwa wanita-wanita ini membawa kesedihan kepada Ishak dan Ribka. Kemudian (Kej 34) Putri Yakub, Dinah, terlibat dengan seorang pria Kanaan. Umatnya mengundang anak laki-laki Yakub untuk menikah dengan mereka dan tinggal di antara mereka (Kej. 34: 9). Kemudian, anak laki-laki Yakub, Yehuda, menikahi wanita Kanaan dan mulai hidup seperti orang Kanaan (Kej. 38).
        Jika Israel terus kawin dengan orang Kanaan, maka itu akan menyabot rencana Allah untuk membuat sebuah bangsa yang besar keluar dari keturunan Abraham dan untuk memberkati semua bangsa melalui mereka. Jadi, Tuhan secara berurutan menyuruh Yusuf menjual perbudakan di Mesir, mengakibatkan seluruh keluarga Jacob pindah ke sana, di mana mereka akhirnya menjadi budak selama 400 tahun. Perlakuan drastis ini memperkuat masyarakat sebagai negara yang terpisah dan mencegah mereka dari perkawinan silang dengan orang-orang kafir. 
        Kemudian, melalui Musa, Tuhan memperingatkan orang-orang agar tidak kawin dengan orang-orang di negeri itu (Kel 34: 12-16; Ul 7: 1-5). Salah satu musuh paling tangguh yang harus dihadapi Musa adalah Bileam, yang menasihati Balak, raja Moab, melawan Israel. Tuhan mencegah Bileam mengutuk Israel. Tapi Bileam menasihati Balak dengan rencana berbahaya: Korupkan orang-orang yang tidak dapat Anda kutuk. Mintalah mereka untuk menikahi wanita Moab Anda. Rencana tersebut menimbulkan banyak kerusakan, sampai Pinehas bertindak berani untuk menghentikan wabah di Israel (Bil 25: 1-9). 
        Sepanjang sejarah Israel, pernikahan dengan wanita kafir menimbulkan masalah. Pelayanan Simson dibatalkan karena keterlibatannya dengan wanita Filistin (Hakim-hakim 16: 4-22). Istri isteri Sulaiman dari Salomo mengalihkan hatinya dari Tuhan (1 Raja-raja 11: 1-8). Izebel yang jahat, seorang penyembah berhala asing, mendirikan penyembahan Baal pada masa pemerintahan suaminya yang lemah, Ahab (1 Raja-raja 16: 29-22: 40). 
        Yosafat, yang sebenarnya adalah raja yang saleh, hampir menghancurkan bangsa itu dengan bergabung dengan anaknya dalam pernikahan dengan Athalya, anak perempuan Ahab dan Izebel (1 Tawarikh 18: 1). Efek mengerikan dari dosa ini tidak sampai ke permukaan selama masa Yosafat. Anaknya, Yoram, yang menikahi Athaliah, membantai semua saudara laki-lakinya dan mengubah bangsa ini menjadi penyembahan berhala. Tuhan memukulnya dengan penyakit dan dia meninggal setelah delapan tahun menjabat. Anaknya Ahazia menjadi raja dan bertahan satu tahun sebelum dibunuh. 
        Kemudian Athaliah yang jahat membuatnya bergerak. Dia membantai semua cucu laki-lakinya sendiri (kecuali satu, yang disembunyikan) dan memerintah dalam kejahatan selama enam tahun. Garis keturunan Daud, yang darinya Kristus akan dilahirkan, berada dalam jarak rambut, secara manusiawi, karena dimusnahkan karena dosa Yosafat yang menikahi anaknya terhadap seorang wanita yang tidak percaya (1 Tawarikh 17: 1-23: 15)! 
        Setelah penawanan, ketika Ezra mendengar bahwa beberapa dari sisa-sisa yang kembali telah menikahi wanita di tanah itu, dia merobek pakaiannya, menarik sebagian rambut dari kepala dan janggutnya, dan duduk ketakutan. Ini diikuti oleh saat berkabung nasional dan pertobatan (Ezra 9 & 10). Beberapa tahun kemudian, Nehemia menemukan bahwa beberapa orang Yahudi telah menikahi perempuan Kanaan. Dia bertengkar dengan mereka, mengucapkan kutukan pada mereka, memukul beberapa dari mereka, dan mengeluarkan rambut mereka, menyebut tindakan mereka "kejahatan besar" (Neh 13: 23-29)! Salah satu imam telah menikahi putri Sanbalat, salah satu musuh utama Nehemia dalam proyek pembangunan kembali tembok Yerusalem. Pelayanan Maleakhi sesuai dengan zaman Nehemia atau tidak lama kemudian. 
        Perjanjian Baru sama-sama jelas: "Jangan terikat dengan orang-orang yang tidak beriman; untuk apa kemitraan memiliki kebenaran dan pelanggaran hukum, atau persekutuan apa yang memiliki terang dalam kegelapan? Atau harmoni apa yang dimiliki Kristus dengan Belial, atau apakah orang yang beriman bersama dengan orang yang tidak beriman? Atau perjanjian apa yang memiliki bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait Allah yang hidup "(2 Korintus 6: 14-16a). 
        Ketika Paulus memberikan instruksi kepada orang-orang di Korintus yang telah menikah dengan orang-orang yang tidak percaya (1 Korintus 7: 12-16), dia tidak menganjurkan untuk memasuki pernikahan semacam itu. Sebaliknya, dia memberi nasihat kepada mereka yang telah menjadi orang percaya setelah menikah, namun pasangannya tidak. Dalam 1 Korintus 7:39 rasul memberikan sebuah kata yang jelas tentang memasuki sebuah pernikahan baru: "Seorang isteri terikat selama suaminya hidup; Tapi jika suaminya meninggal, dia bebas untuk menikah dengan siapa yang dia inginkan, hanya di dalam Tuhan "(penekanan saya). 
    Maksud saya adalah, ada sebuah prinsip yang membentang di seluruh Alkitab: Tuhan ingin umat-Nya dipisahkan untuk Dia. Hal ini terutama berlaku untuk keputusan hidup utama yang Anda nikahi. Tidak pernah kehendak-Nya bagi umat-Nya untuk bergabung dalam pernikahan dengan orang-orang yang tidak percaya. 
        Jadi, bagi orang percaya untuk menikahi orang yang tidak percaya adalah dengan berdosa dengan berduka terhadap Allah yang menciptakan umatNya, yang memanggil mereka untuk menjadi kudus. 
C. Menikahi orang yang tidak beriman adalah dosa yang mengerikan terhadap Tuhan yang mencintai umatNya. 
        "Yehuda telah menajiskan tempat kudus Tuhan yang dikasihi-Nya" (2:11). Ingatlah tema Maleakhi, "Aku telah mengasihi kamu," demikianlah firman Tuhan (1: 2). Itu karena kasih-Nya bahwa Allah menetapkan standar kekudusan yang kuat bagi umat-Nya. Dosa selalu menyebabkan kerusakan. Kekudusan membawa sukacita yang besar. 
        Kita sering lupa bahwa motif Tuhan di balik semua tindakanNya terhadap kita adalah, Dia mengasihi kita! Kita seperti anak pemberontak, yang tidak mau makan makanan bergizi atau menyikat giginya. Jadi kita lari dari rumah, dimana kita bisa makan semua junk food yang kita inginkan dan tidak pernah menyikat gigi kita. Setelah beberapa hari pertama "kebebasan" ini, kami dengan menantang berkata, "Begini, saya masih sehat, gigi saya belum membusuk dan terjatuh seperti yang dikatakan ibu saya, dan saya bersenang-senang! Ibuku salah! "Tunggu saja! 
        Setan selalu menggoda Anda dengan janji kepuasan segera dan kebohongan bahwa Tuhan benar-benar tidak mencintai Anda atau Dia tidak akan menghalangi Anda dari semua kesenangan ini. Begini cara kerjanya: Anda tahu bahwa Tuhan tidak ingin Anda menikahi orang yang tidak beriman, tapi orang yang paling menggemaskan meminta Anda keluar. Anda ragu, tapi kemudian merasionalisasi, "Apa yang bisa terjadi pada kencan?" Selain itu, telepon Anda belum berdering dengan orang-orang Kristen yang mengajak Anda keluar. Jadi Anda bilang iya, Anda akan pergi makan malam. Anda berencana untuk bersaksi kepadanya, tapi kesempatan itu tidak muncul. 
        Anda terkejut bahwa dia bukan penyembah kasar yang kasar dan kasar, seperti yang Anda pikir bisa memikirkan semua orang yang tidak percaya. Dia pemuda yang baik, peduli, dan masuk akal. Jadi kamu keluar lagi dan lagi. Lalu, ada ciuman selamat malam sopan di pintu. Perasaan Anda terhadapnya semakin kuat. Ciuman menjadi lebih bergairah, dan mereka merasa baik. Anda merasa dicintai dan istimewa. Segera, keterlibatan fisik Anda telah berjalan terlalu jauh dan hati nurani Anda mengganggu Anda. Tapi Anda menyikatnya, berpikir, "Dia akan menjadi seorang Kristen dan kita akan menikah. Semuanya akan berhasil. " 
        Pada awal perpindahan halus dari Tuhan inilah penolakan Anda terhadap kasih Allah, seperti yang diungkapkan dalam perintah-Nya untuk kekudusan Anda. Sebagai seorang Kristen, Anda harus membuat penyerahan hidup Anda di muka kepada Tuhan, percaya bahwa Dia mengasihi Anda dan mengetahui apa yang terbaik untuk Anda. Itu termasuk perintah-Nya agar Anda tidak menikahi orang yang tidak beriman. Jika Anda tidak ingin pergi ke altar dengan orang yang tidak beriman, jangan terima kencan pertama itu. Seperti Garrison Keillor yang memiliki pastor di Lake Wobegon mengatakan kepada pasangan muda, "Jika Anda tidak ingin pergi ke Minneapolis, jangan naik kereta api!"
D. Menikahi orang yang tidak beriman adalah dosa yang mengerikan terhadap Tuhan yang mendisiplinkan umatNya. 
        Kasih Tuhan tidak bertentangan dengan disiplinNya. Sebenarnya, ini berasal dari itu: "Siapa yang dikasihi Tuhan, Dia mendisiplinkan" (Ibrani 12: 6). Jika saya mencintai anak saya, bila dia salah, saya akan memperbaikinya dengan cukup kuat untuk mencegahnya melakukan tindakan itu lagi. 
Dalam ayat 12, ada ungkapan yang sulit, yang diterjemahkan, "setiap orang yang terbangun dan dijawab" (NASB), "terbangun dan sadar" (KJV Baru), atau "siapapun dia" (NIV). Ini mungkin sebuah ungkapan Ibrani yang berarti "setiap orang." Jadi, ayat tersebut berarti, "Barangsiapa berbuat dosa dengan menikahi orang yang tidak beriman, apakah ia melakukannya dengan menantang atau tidak tahu, dapatkah ia dan keturunannya terputus dari umat perjanjian Allah?" Marilah kita mengalami konsekuensi alami dari dosa-dosa kita. Orang yang menikah di luar iman itu, pada dasarnya, membolak-balik hidungnya kepada Allah dan umat perjanjian Allah. Jadi, Tuhan menyatakan bahwa dia dan keturunannya akan terputus dari umat perjanjian Allah. 
        Ini adalah prinsip menabur dan menuai. Jika Anda menabur jagung, Anda tidak menuai buah persik. Jika Anda menikah dengan orang yang tidak beriman, umumnya Anda tidak akan memiliki anak yang berkomitmen kepada Tuhan. Mereka akan melihat komitmen setengah hati Anda, terlihat dalam ketidaktaatan Anda dalam menikahi orang yang tidak beriman. Mereka juga akan melihat gaya hidup materialistik yang berorientasi pada kesenangan dari orang tua yang tidak percaya. Mereka akan menyimpulkan, "Mengapa saya sepenuhnya berkomitmen kepada Tuhan?" ada pengecualian, terutama saat orang tua yang percaya bertobat. Tapi tidak ada yang harus menaati Tuhan dan berharap kasus mereka menjadi pengecualian! Jika pasangan yang beriman tersebut berpikir bahwa dia (atau dia) dapat menaati Tuhan dan kemudian "membawa persembahannya" untuk mengurus semuanya, Maleakhi berkata, "Pikirkan dua kali!" Penawaran semacam itu tidak ada nilainya. Tuhan mencari ketaatan, bukan pengorbanan. Anak-anakmu akan menderita karena ketidaktaatanmu. 
        Ini mengarah ke bagian lain dari pesan Maleakhi. Bagi orang percaya untuk menikahi orang yang tidak beriman tidak hanya berdosa kepada Tuhan. Juga, 
Karena orang percaya untuk menikahi orang yang tidak percaya adalah berdosa dengan sungguh-sungguh terhadap umat Allah. Kita tidak pernah berdosa secara pribadi. Tindakan kita terjalin dengan jalinan masyarakat. Jika kita menajiskan bagian kain kita, seluruh kain akan terpengaruh. Maleakhi menyatakan bahwa umat Allah adalah satu (2:10). Berdosa terhadap Tuhan dengan menikahi orang yang tidak percaya adalah berdosa terhadap saudara dan saudari kita di keluarga Allah. Seolah-olah kita semua berada di kapal yang sama dan Anda berpikir bahwa Anda berhak membuat lubang di bagian perahu Anda. "Apa yang penting bagimu bagaimana aku tinggal di kepalaku?" Tanya Anda. Tentu sangat penting, tentu saja! Ada tiga cara agar Anda menyakiti orang percaya lainnya jika Anda menikahi orang yang tidak beriman: 
A. Jika Anda menikah dengan orang yang tidak beriman, Anda memurahkan perjanjian Allah di mata umat-Nya. 
        Maleakhi bertanya, "Mengapa kita masing-masing memperlakukannya dengan kejam terhadap saudaranya sehingga melanggar perjanjian nenek moyang kita?" (2:10). Kata Ibrani "pengkhianatan" berhubungan dengan kata-kata mereka untuk "pakaian" atau penutup. Idenya adalah bahwa pengkhianatan melibatkan tipu daya atau penutup. Menikahi wanita asing menutupi hubungan perjanjian Israel dengan Tuhan. Ketika seorang Yahudi melihat tetangganya bertindak seolah-olah tidak ada hubungan seperti itu, dia akan tergoda untuk bertindak dengan cara yang sama. 
        Itulah sebabnya saya berpendapat bahwa bagi orang percaya untuk menikahi orang yang tidak percaya seharusnya menjadi topik disiplin gereja. Jika seorang beriman menikahi orang yang tidak beriman dan tidak ada konsekuensi untuk dikeluarkan dari persekutuan, maka orang percaya yang kesepian di gereja akan berpikir, "Dia tampaknya bahagia, tapi saya masih sepi. Tidak ada orang Kristen yang tersedia. Mungkin saya akan berkencan dengan beberapa orang non-Kristen seperti dia. "" Seekor ragi sedikit menutupi keseluruhan benjolannya "(1 Korintus 5: 6). 
B. Jika Anda menikah dengan orang yang tidak beriman, Anda menghubungkan umat Allah dengan perjanjian kepada penyembah berhala. 
        "Yehuda ... telah menikahi anak perempuan tuhan asing" (2:11). Orang-orang Yahudi memiliki pepatah, "Dia yang menikahi wanita kafir adalah seolah-olah dia menjadikan dirinya menantu laki-laki untuk menjadi idola" (dikutip oleh EB Pusey, The Minor Prophets [Baker], hal 482, dalam Catatan Barnes ' . Anda mungkin berpikir, "Saya tidak akan pernah menikahi penyembah berhala. Meskipun dia tidak terlalu religius, tunangan saya adalah orang yang baik. Dia tidak membuat undang-undang dan tunduk di depan mereka! " 
        Tetapi jika dia tidak mengikuti Tuhan Yesus Kristus, maka dia mengikuti allah lain. Bisa jadi tuhan diri atau uang atau status. Tapi dia tidak mengikuti Tuhan yang hidup dan benar. Dengan bergabung dengan diri Anda dalam pernikahan, Anda menghubungkan orang-orang Allah dengan perjanjian nikah dengan seorang penyembah berhala, tidak peduli betapa baiknya dia. 
C. Jika Anda menikahi orang yang tidak beriman, Anda murahkan makna komitmen kepada Tuhan yang hidup. 
        Ini adalah implikasi dari ayat 12. Orang-orang ini berpikir bahwa mereka dapat menaati Tuhan atas hal yang paling penting ini dan kemudian menutupinya dengan beberapa pengorbanan dan dengan riang mengikuti jalan mereka. Tetapi Amsal 15: 8 mengatakan, "Korban orang fasik adalah kekejian bagi Tuhan." Anda tidak dapat memberontak melawan Tuhan di daerah yang sama pentingnya dengan ini dan kemudian melanjutkan tentang kehidupan di antara umat Allah seolah-olah tidak ada yang terjadi, mengharapkan Tuhan untuk abaikan itu. 
        Apa komitmen terhadap maksud Tuhan jika hal itu tidak mempengaruhi hubungan manusia yang paling signifikan? Terlepas dari hubungan Anda dengan Yesus Kristus, tidak ada hal lain yang berarti sebanyak pilihan pasangan perkawinan Anda. Jika Anda pergi ke gereja dan bernyanyi, "Oh, betapa saya mencintai Yesus," tapi keluarlah dari pintu dan menikahi orang yang tidak beriman, ia mengatakan kepada orang lain bahwa komitmen kepada Kristus tidak membuat sedikit perbedaan mengenai bagaimana Anda hidup. Anda telah sangat merusak kesaksian Anda akan Kristus bagi keluarga dan teman Anda. [5]
Kesimpulan 
        Jika Anda, sebagai seorang Kristen, telah menikahi orang yang tidak beriman, maka Anda harus dengan sungguh-sungguh bertobat di hadapan Tuhan, berduka atas fakta bahwa Anda berdosa terhadap Dia dan umat-Nya. Pengorbanan yang benar kepada Tuhan adalah hati yang hancur dan menyesal (Mazmur 51:17). Maka Anda harus mengikuti pedoman 1 Korintus 7: 12-16. Paulus menginstruksikan orang-orang percaya dalam pernikahan campuran untuk tidak memulai perceraian. Ada kemungkinan bahwa pasangan dan anak Anda akan percaya kepada Kristus melalui kehadiran Anda. Anda harus berusaha untuk menunjukkan Kristus di rumah oleh hidup Anda, bukan oleh khotbah Anda (lihat 1 Pet 3: 1-6)! Anda mungkin akan menuai beberapa benih yang telah Anda tabur dengan menikahi di luar kehendak Tuhan. Bila benih itu tumbuh, Anda perlu tunduk pada disiplin Tuhan, berhati-hatilah untuk mengakui bahwa jalan-jalannya benar. 
        Jika Anda saat ini terlibat dalam hubungan romantis dengan orang yang tidak percaya, segera pecahkanlah, sebelum Anda terjerat lebih jauh lagi! Anda telah melangkah ke jalan cepat spiritual. Jangan berlama-lama dan pikirkan seberapa baik lumpur hangat terasa di antara jari kaki Anda! Pernikahan cukup sulit bila kedua pasangan berkomitmen terhadap Kristus dan Firman Tuhan. Anda hanya menuju kehidupan yang sakit jika Anda menikahi orang yang tidak percaya yang hidup untuk diri sendiri. Anda mungkin berkata, "Tetapi jika saya melepaskannya, bagaimana dia akan mendengar tentang Kristus?" Buat seorang Kristen untuk membagikan Injil kepadanya, tapi hentikan hubungan Anda! 
        Jika Anda mengenal seorang Kristen yang berkencan dengan orang yang tidak beriman, bagikan pesan ini kepadanya atau dia. Jika Anda peduli dengan orang ini, tentang Tuhan, dan tentang umat-Nya, Anda tidak dapat tetap diam! Orangtua, mengesankan anak-anak Anda pentingnya menikahi hanya orang yang mencintai dan mengikuti Yesus Kristus. Berdoalah untuk teman masa depan anak-anak Anda, bahwa mereka akan menjadi anak muda yang saleh. Jangan jatuh untuk permainan konyol Setan. Terlalu banyak yang dipertaruhkan!.
Tuhan Yesus memberkati

Kesaksian-kesaksian


“saya pernah mengalami pacaran dengan beda agama, tapi memang dari awal salah dikarenakan pacaran bukan karena sayang, dan saya juga pernah alami begitu guncang ketika putus, saya menyesal dan saya bawa dalam doa+puasa saya waktu itu untuk diberi kesempatan ke 2, jika dikira" ampir 14 hari, sehingga drop berat badan saya ampir 18 kilo, dan YA Tuhan menjawabnya.. saya tahu bahwa Tuhan menjawab doa saya saat itu.. tetapi sayangnya Saya melakukan kesalahan yang sama kembali.. sehingga kesempatan yang sudah diberikan justru Hancur berantakan... Jika anda memiliki kekasih yang bukan 1 iman, bawakan dalam doa jika perlu puasa, dan yang paling utama adalah anda meminta BUKAN BERDASARKAN UNTUK MEMUASKAN NAFSU KAMU SENDIRI, tetapi karena kasih, kasih yang berasal dari Kristus, itulah cinta yang sejati, karena ketika kita pertahankan hanya karena ingin memuaskan nafsu kita, justru berdosa kepada Tuhan, tidak ada yang salah jika kita pacaran YG TERPENTING DARI SEMUANYA ADALAH.. IMAN ANDA SENDIRI, teruskan pergumulan anda (ttpi ingat bukan utk memuaskan hasrat dan nafsu kita), krn kita tidak tahu siapa jodoh kita, apakah seiman atau tidak, tujuan dari itu semua adalah MENUMBUHKAN DAN MEMATANGKAN IMAN kita kepada Yesus.. KRN ketika IMAN kita semakin Tumbuh maka kita semakin Layak menjadi anakNya, " Barang siapa yang Kukasihi ia akan Kutegur dan Kuhajar..."


http://lh3.googleusercontent.com/zFdxGE77vvD2w5xHy6jkVuElKv-U9_9qLkRYK8OnbDeJPtjSZ82UPq5w6hJ-SA=s35
Saya baru saja memutuskan hubungan yg telah dibina selama 3 tahun dengan beda iman, awalnya saya tidak ingin ke jenjang serius namun dia meyakinkan saya bahwa dia akan ikut saya untuk percaya Kristus. Saya menjadi yakun karna dulu papa nya yg kristen ditarik mama nya ke muslim. Saya merasa tdk akan terlalu sulit karna keluarga papa nya kriaten semua. Bertahun tahun kita jalani hubungan ini kita juga sering gereja bareng, sudah sangat begitu kuat deh cinta dan sayang kita. Kita sama sama saling membutuhkan, sudah memimpikan rumah tangga yg indah. Namun tiba saat nya untuk hubungan yg lebih serius mulai dia tdk tega menyakiti mama nya, apakah saya mau dilamar dia seorang diri tanpa keluarganya satupun dan berkata belum siap memilih, sementara keluarga saya semua sudah kenal dia begitupun keluarganya. Saya sangat terpukul kecewa dan merasa dipermainkan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mundur dan hingga sekarang saya belum terbiasa menjalani hari tanpa dia. Tapi karna Tuhan Yesus saya masih bisa kuat dan bertahan. Saya yakin Rencana Tuhan lebih indah, dan saya siap menerima berkat yg lebih lagi. Amin


Selamat siang, syalom. Nama saya Komang Sanjaya. Saya orang Bali beragama Hindu. Saya punya masalah yang sama soal beda agama ini. Kita sudah saling sayang, dia beragama Kristen Protestan. Kami juga sudah di usia 25 ke atas. Saya tidak mau paksa dia ikut agama saya, begitupun sebaliknya. Bagi saya, agamanya adalah salah satu sisi yang membentuk dia seperti sekarang ini. Dia yg saya cintai juga salah satunya karena agamanya. Saya sayang dia apa adanya. Saya tidak mau merubah diri dia hanya untuk menuruti keegoisan saya. Percuma juga kan kalau dia ikut agama saya dengan terpaksa dan tidak bahagia. Saya sangat yakin semua agama pasti mengajarkan kebaikan. Dan Tuhan itu sejatinya satu dan sama. Saya juga sudah menemukan jalan untuk menikah beda agama. Masalahnya, saya pernah baca ayat dalam Alkitab di bagian "Korintus", menyatakan bahwa menikah beda agama bagi seorang kristiani itu tidak boleh, dan hukumnya adalah dosa karena bersekutu dengan orang-orang yg tidak percaya kepada Yesus Kristus sang juru selamat. Saya sekarang bingung. Saya sudah sayang dengan dia sejak usia 18 tahun. Dan Tuhan pun tahu kalau hanya dia yang saya inginkan dalam hidup saya ini. Saya tidak terlalu menyalahkan perbedaan kita, saya hanya takut apa yg saya inginkan ini bertentangan dengan keyakinannya. Saya mau kami bisa bersama. Karena saya yakin perasaan kasih dan sayang saya untuk dia ini adalah anugerah Tuhan juga kan. Saya butuh pencerahan. Saya mohon bantuannya. Terimakasih.


Saya baru putus dengan pacar saya yg beda agama , kita sudah pacarn 3 tahun kita putus karna salah satu dari kami tidak ada yg mau mengalah atau tidak mau meninggal kn kepercayaannya , setelah putus baru saya merasakan rasa yang begitu sakit tetapi saat saya lagi sakit hati sayang terus memanggil nama Tuhan yesus sampai hati saya merasa tenang dan damai , thans gad šŸ˜‡

Memang menjalani hidup bersama yg bukan seiman terkadang susah. Saya saja sdh 6 tahun bersama pasangan yg berbeda keyakinan, terkadang ribut kalau membahas ttg keyakinan, tp itulah konsekuensi yg hrs diterima...


saya baru aja putus dengan pacar saya, saya tidak tega melihat mama sakit karena memikirkan saya. tetapi saya ingin memiliki keduanya saya ingin memiliki Yesus dan dia. apa yang harus saya perbuat? banyak orang bilang "sudah ikhlaskan saja" tapi apa kenyataannya sangat sulit di jalani, kami juga sadar ini adalah perbuatan yang akan melukai hati keluarga kami masing", sudha beberapa kali kami mencoba untuk berpisah tetapi tetap tidak ada keiklasan dihati kami masing"
http://lh4.googleusercontent.com/-ZGxeSfmI_1A/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAABk/9mSwAN0_RR0/s35-c/photo.jpg
klo gk ada rasa iklas maka belajarlah iklas. memang menyakitkan dan tidak mudah oleh sbb itu jgn dicoba klo sedari awal udh tau beda keyakinan. klo saudari memang percaya Yesus tentu saudari juga percaya bahwa Yesus juga bisa pulihkan rasa sakit saudari. kllo toh pacar saudari gk bisa percaya dengan Yesus buat apa saudari pertahankan. apakah saudari mau menjauh dari sumber berkat anugrah dan keselamatan. jgnlah keras hati... dan cari pembenaran. katakan tidak pada nikah beda keyakinan. jgn ikut2an m3ninggalkan Yesus krna cinta sebab upahnya binasa...
http://lh4.googleusercontent.com/-ZGxeSfmI_1A/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAABk/9mSwAN0_RR0/s35-c/photo.jpg
dan Puji Tuhan walaupun sakit saudari ttp pilih Yesus. percayalah tidak ada yg sia sia bila bersama Yesus. Tetap m3langkah bersamaNya. TYm




http://lh3.googleusercontent.com/zFdxGE77vvD2w5xHy6jkVuElKv-U9_9qLkRYK8OnbDeJPtjSZ82UPq5w6hJ-SA=s35
boleh bertanya kah? bukankah perasaan cinta itu datangnya dari Tuhan,, klau memang dilarang kok tetap dikasih? :)
ini pikiranku, jangan marah klau tidah seprinsip.
Jodoh kita g tahu siapa, yang ngatur Tuhan, bahkan mungkin saja bukan dari agama yang sama.
dan memang ada ayat yang mengatakan bahwa yang telah disatukan Tuhan tak dapat dipisahkan, maaf, tapi menurutku manusia sendiri memaksa Tuhan untuk menyatukan mereka. saat kalian menikah, apakah kalian yakin pasangan kalian itu jodoh yang tepat? apakah Tuhan benar2 ngomong ke saudara bahwa itu jodohmu? benar2 ngomong secara gamblang dan ada bukti? dan kalian sudah membawa pernikahan itu digereja, "memaksa" Tuhan untuk menyatukan kalian.
maaf saya hanya mengutarakan pendapat,,no offense disini.
dan saya orang kristen kok, dan sudah menerima Tuhan Yesus.
http://lh5.googleusercontent.com/-CTnFlzuORHg/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAABE/1DPWEHndOZ0/s35-c/photo.jpg
saya jawab pertanyaan kamu dulu yaa
Tuhan membiarkan jatuh cinta, untuk kita belajar, untuk kita tau, perbedaan itu ada,, dan saya setuju sama pendapat kamu yg setelah itu :D
http://lh5.googleusercontent.com/-suG-trSSM6w/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAADc/8YEFSessplM/s35-c/photo.jpg
hmm,, Tuhan Yesus adalah Allah yg berbicara. Dia Tuhan, dan Dia bisa bicara. Saya sering mendengarnya. Kalau anda juga pengen bisa, silakan lebih intim lagi dengan Tuhan ;)
http://lh4.googleusercontent.com/-ZGxeSfmI_1A/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAABk/9mSwAN0_RR0/s35-c/photo.jpg
yg dikatakan saudar philif itu sangat benar. libatkanTuhan dalam segala perkara. klo anda mau tau bahwa apakah jodoh kita adalah dari Tuhan. maka ujilah hubungan itu. berdoalah dan mintalah tanda. Tuhan akan memberikan confirmasiNya. bagaiman cara menguji sebuah hubungan anda bisa share dengan gembala anda. gereja2 kharismatik biasanya begitu terhadap para pemuda/inya. saya tidak asal bicara. saya melakukannya. Tuhan memberikan perasaan bukan u tuk menguasai kita. tp kitalah yg mengendalikan pikiran, perasaan dan kehendak kita. supaya perasaan kita bukan karena kehendak daging kita melainkan oleh roh.


http://lh4.googleusercontent.com/-mLWQvP3UNuc/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAAE8/nAXPjMOqi3E/s35-c/photo.jpg
saya pernah pacaran dengan orang beda agama, dan itu cukup lama. Setelah putus rasa sayang itu masih ada, susah banget dilepas. Tapi, Tuhan Yesus buka jalan, Dia pertemukan saya dengan seseorang kristiani. Akhirnya kami menjalin hubungan, saya merasakan perubahan yang cukup drastis pada diri saya setelah menjalin hubungan dengan dia. Saya merasa lebih dekat lagi dengan Yesus. Buat teman-teman, firman Tuhan itu tidak pernah salah, 2 korintus 6:14 sudah menjelaskan semuanya. Jadi lebih baik carilah pasangan yang seiman dan jalin hubungan itu dengan menjadikan Yesus sebagai landasanmu. IMANUEL! o:)





[1] http://scdc.binus.ac.id/po/2016/05/berpacaran-menurut-pandangan-alkitab/

[2] Buku; http://www.bagas.org/2016/01/pacaran-beda-agama.html
[4]christian24 September 2017 12.37 (PERNIKAHAN KRISTEN DENGAN NON KRISTEN)
[5] http://www.tanyaalkitab.com/2012/12/pacaran-beda-iman-menurut-alkitab.html

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...