Ciri Pertumbuhan Jemaat
Secara Kualitas
Hidup Dalam Pertobatan
Sebagai anggota jemaat
dalan satu gereja wajib hidup sesuai aturan Tuhan, dan mengikuti teladan yang telah
diberikan kepada setiap orang percaya. Karena Tuhan mau setiap umat yang
percaya harus benar-benar hidup sesuai firman Tuhan. C. Peter Wagner
menjelaskan dalam buku yang berjudul. Gereja Saudara Dapat
Bertumbuh, menjelaskan bahwa:
Maksud keseluruhan Allah bagi orang dunia yang
belum selamat adalah dasar bagi kekristenan Perjanjian Baru dan juga bagi
pertumbuhan gereja. “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan
yang hilang,” demikian dikatakan oleh Yeusus sendiri (Lukas 19:10). Tuhan itu
panjang sabar, kata Petrus menambahkan, “karena Ia menghendaki supaya jnagan
ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (II
Petrus 3:9).[1]
Orang percaya perlu bertobat dan kembali kepada
Tuhan karena Tuhan yang hidup itu mencari dan menyelamatkan orang-orang yang
terhilang. Sebab Dia yang dapat dipercayai itu ada di dalam Alkitab dan Dia
ada, untuk mencari dan mendapatkan. Yang hilang itu tujuan kedatangan Tuhan
Yesus kedalam dunia ini.
Berdoa
Orang percaya dapat
berdoa kepada Tuhan karena, itu adalah satu keawajiban yang mutlak dan tidak
dapat dihindari oleh siapapun yang percaya kepada-Nya. Kehidupan yang dimiliki oleh
setiap umat manusia adalah berasal dari Tuhan sendiri, segala kekautan,
kemampuan, akal budi, hikmat, pengatahun adalah semuanya berasal dari Tuhan
sehingga tidak ada satu seorang manusia yang dapat berkata bahwa segala yang
ada dalam hidupnya berasal dari kekauatan sendiri. Sesungguhnya semuanya adalah
milik Tuhan, manusia hanya diberi hak kebebasan untuk menggunakannya. Nancy Jo
Sulivan dalam bukunya yang berjudul, Kuasa
Doa Itu Nyata, menjelaskan bahwa:
“Doa adalah percakapan dengan Allah, dapat
memberikan keyakinan. Doa adalah tempat bertemu dengan Allah setiap hari. Doa
adalah sudut pengharapan tempat kata-kata dari hati. Doa adalah payung
kedamaian. Dibawah naungan-Nya, Allah menatap kedalam mata dan memegang tangan
serta berkata, “Anak-Ku, engkau berharga dimata-Ku, dan Aku mengasihimu.”
Berulang kali Alkitab mendorong kepada untuk berdoa, tetapi kerap kali orang percaya ditahan oleh rasa takut
bahwa apa yang akan diminta adalah
sesuatu yang keliru atau menggunakan kata-kata yang salah. Allah tidak ingin
orang yang datang kepadanya tidak merasa
sendirian, tak ada tempat berteduh, dan menggigil saat badai permasalahan
mengelilingi kehiupannya. Dia betul-betul ingin agar anak-anak-Nya tahu bhawa
Dia selalu menyertai, melindungi, dengan kehadiran-Nya yang penuh kasih. Dalam
doa, Allah menerima setiap orang yang datang pada-Nya dengan apa adanya. Dia menghargai permohonan
anak-anak-Nya ketika berkata kepada-Nya
, “Aku membutuhkan Engkau.” Dalam doa tidak perlu membuat permintaan yang
sempurna untuk dapat menggerakan tangan Allah. tidak ada formula ajaib agar doa
dijawab. [2]
Keadaan yang tidak mungkin bagi manusia jika dibwa kepada
Tuhan itu akan menjadi mungkin, pertumbuhan orang percaya dalam kerohanian itu
adalah sealalu memiliki waktu untuk berdoa dalam keadaan apapaun. Dalam prakteknya, kasih haruslah dilakukan dengan
tulus murni seperti kasih Allah Bapa. Kasih Allah Bapa adalah kasih yang kekal.
Mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, dan harus ada harga ynag dibayar, dan
pertumbuhan ini harus dilakukan dengan kesungguhan hati sepanjang hidup tanpa
ada batasnya.
Bersekutu
Setiap
umat yang wajib bersekutu dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, orang
percaya mempunyai kesempatan yang luas untuk bersekutu kepada Tuhan tanpa
dibatasi waktu. Tuhan senantiasa menunggu dan menanti setiap anak-anak yang
datang untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Kehidupan orang percaya dilihat
dari bagaimana hubungan dengan Tuhan apa yang dilakukan adalah baik, tetapi
ketika Tuhan memlihat akan kehidupan manusia Dia sangat sedih karena manusia
yang Dia ciptakan hidup tidak sesuai dengan kemauan Tuhan. Orang memiliki
persektuan dengan Allah adalah mereka yang mempunyai hungan yang intim dengan
Tuhan. Leonardo A. Sjiamsuri, dalam bukunya yang berjudul, Tujuh Langkah mencari Kemenangan
dan Terobosan, menjelaskan bahwa:
Yakobus
mengatakan bahwa iman harus disertai dengan tindakan nyata. Kalau tidak
disertai perbuatan nyata, maka iman itu pada hakekatnya mati. (Yakaa. 2:17). Ia
melanjutkan tulisannya dengan mengambil contoh Abraham, dengan mengatakan,
“Bukankah Abaraham, bapa kitaa, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatan, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya,di atas
mesbah (Yak. 2:21). Abraham tidak hanya dan percaya secara pikiran dan kemauan.
Ia mempraktikannya! Ketaatan tanpa disertai dengan tindakan sam sama dengan
ketidka taatan. [3]
Tuhan
mau supaya umat yang percaya, mempunyai persektuan dengan Allah yang benar
sehingga Ia menyatakan kuasa-Nya bagi orang yang membutuhkannya. Belajarlah
melalui kehidupan Abraham, mempunyai persektuan yang benar dengan Tuhan
sehinggaTuhan melakukan perkara yang besar dalam kehidupannya. Milikilah
persekutuan yang benar dengan Tuhan sehingga Tuhan akan melakukan perbuatan
yang besar dalam setiap kehidupan orang percaya. Pertumuhan yang ideal
sebenarnya adalah yang dilakukan selangkah demi selangkah dan senantiasa
memerikas diri dibawah kuasa terang Roh Kudus, supaya memperoleh buah yang
banyak dan tetap.
Bersaksi
Tuhan menciptakan setiap manusia dengan keadaan dan kehidupan yang berbeda
bahkan. Kehidupan yang berbeda tersebut akan membawa banyak hal dan keadaan
yang terjadi dalam kehidupan setiap orang tersebut, dapat mengakibatkan hal-hal
yang baik maupun yang buruk bisa terjadi. Sebagai orang percaya harus mempunyai
tujuan hidup yang pasti sehingga apapapun keadaan dan kondisi yang dihadapi
pasti ada jalan keluar karena sudah mengetahui cara untuk menyelesaikannya.
Orang
yang belum percaya kepada Tuhan tidak akan pernah mengerti kehidupan tentang
kehidupan yang kekal. Sebagai orang percaya perlu menjadi teladan dalam hidup
mereka, saksikan apa yang Tuhan sudah lakukan dalam setiap kehidupan sebagai
orang percaya, miliki kepekaan dalam hidup, supaya orang yang belum percaya,
akan melihat kehidupan umat yang percaya, itu akan menjdi berkat bagi mereka
dalam kehidupannya sehingga suatu saat merka juga percaya kepada Tuhan. Rasul
Paulus berkata jadikan diri kita sebagai surat yang terbuk di muka bumi ini
supaya dapat dibaca oleh orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan.
Menjauhkan
Diri Dari Dosa
Hidup yang jujur itu sangat tidak mudah.
Leonardo A. Sjiamsuri menjelaskan bahwa:
Teladan hidup dari seorang tokoh dalam Alkitab dapat
menjadi satu pelajaran berharga bagi kehudupan umat yang percaya. Yusuf adalah
salah satu dari tokoh yang benar-benar mempertahankan kehidupan kesucian
dihadapan Tuhan, ketika ia di jual oleh saudara-saudaranya kepada orang Mesir,
disitulah Tuha menyertai Yusuf betapa,
dia memjadi orang yang sangat taat kepada Tuhan sehingga Tuhan mengangkat dia
menjadi raja di Mesir pada waktu kelaparan yang hebat terjadi di Mesir. Yusuf
telah membuktikan ketaatan dan kesucaian dihadapan Tuhan. (Kejadian 39:1-23).
Dalam Kejadian 39:9b. “Bagaimanakah
mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah.”[4]
Jelas
bahwa Yusuf begitu mencintai Tuhan dengan menaati perintahnya, sehingga istri
potifar membujuk dia untuk melakukan hal yang tidak benar dihadapan Tuhan,
namun ia menolaknya. Yusuf telah membuktikan kepercayaan yang sunggih kepada
Tuhan. Sebagai orang percaya teladani kehidupan Yusuf diamanapun, kapanpun, dan
dalam keadaaanapapun yakin bahwa Tuhan pasti akan selalu menyertai.
Membritakan
Injil
Orang percaya dapat memberitakan Injil
kepada setiap orang yang belum mengenal kepada Tuhan. D. Ellis, dalam bukunya, Metode Penginjilan, mengatakan bahwa:
Siapakah yang bertangung jawab mengabarkan
Injil? Pendeta? Majelis? Misionaris? Umumnya orang Kristen menganggap keawjiban
mengabarkan Injil adalah tanggung jawab para pemimpin Gereja. Alkitab tidak
membenarkan anggapan ini. Alkitab tegas menandaskan: Semua orang percaya adalah
“garam” atau “terang dunia” (Mat. 5:13-16). “Kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis.
1:8); “Kami adalah utusan-utusan Kristus” (2Kor5:20). Teladan orang Kristen
pada Gereja mula-mula (kis. 8:1,4). Perintah Yesus Kristus (mat. 28:19,20).
Menyimak keempat butir diatas, jelaslah kewajiban mengabarkan Injil adalah
tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Juruselamatnya.
Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan
karunia-karunia yang dianugerahkan Roh Kudus kepadanya.[5]
Kekautan yang dimiliki
oleh orang percaya adalah Tuhan Yesus Kristus karena Dia adalah sumber kehidupan,
sehingga wajib bagi orang percaya untuk memberitakan injil. Tidak membedakan
usia, karena kesempatan untuk mengabarkan Injil itu. Keseimbangan kasih karunia
dan kebenaran Kristus tidak hanya terlihat saat Ia menyampaikan inil tetapi
juga terlihat dalam sikap dan perilakua-Nya. Dalam kehidupan, pekerjaan-Nya
juga terlihat keseimbangan kasih karunia dan kebenaran.
[2]Nancy Jo Sullivan, Kuasa Doa Itu Nyata, (Yogyakarta:
Penerbit: Gloria Graffa, 2008), 10-11.
[3]Leonardo A. Sjiamsuri, Tujuh Langkah Mencapai Kemenangan &
Terobosan , (Jakarta: Penerbit Nafiri Gabriel, 2005), 15-16
[4]Leonardo A. Sjiamsuri, Tujuh Langkah Mencapai Kemenangan &
Terobosan , (Jakarta: Penerbit Nafiri Gabriel, 2005), 16.
No comments:
Post a Comment