Tuesday, March 13, 2018

PUJIAN, MUSIK DAN ALAT-ALATNYA




PUJIAN, MUSIK DAN ALAT-ALATNYA
       Dalam PL kata untuk pujian antara lain halal, yg akar katanya berarti riuh; yada, pada mulanya dihubungkan dengan perbuatan dan sikap raga yg menyertai pujian; dan zamar, dihubungkan dengan memainkan atau menyanyikan nyanyian disertai musik. Untuk pujian PB menggunakan kata eukharistein (harfiah, ‘mengucapkan terima kasih’). Kata ini mengandung arti bahwa orang yg memuji lebih akrab dengan Yg dipuji, ketimbang arti yg terkandung dalam kata formal eulogein, ‘memberkati’.
       Seluruh Alkitab dipenuhi luapan pujian. Puji-pujian itu secara spontan bangkit dari lubuk hati yg paling dalam, yaitu kegirangan yg mencirikan hidup umat Allah. Allah senang dan bergembira karena karya ciptaan-Nya (#/TB Kej 1*; #/TB Mazm 104:31*; #/TB Ams 8:30-31*), dan segala makhluk, termasuk malaikat, mengungkapkan kegembiraan mereka dalam pujian (#/TB Ayub 38:4-7*; #/TB Wahy 4:6-11*). Manusia juga diciptakan untuk bergirang dalam karya-karya Allah (#/TB Mazm 90:14-16*) dan memenuhi tujuan ini dengan menerima pemberian-pemberian Allah (#/TB Pengkh 8:15; 9:7; 11:9*; #/TB Fili 4:4,8*; bnd juga W Eichrodt, Man in the Old Testament, 1951, hlm 35).
       Kedatangan kerajaan Allah di dunia ini ditandai oleh pemugaran kegembiraan dan pujian bagi umat Allah dan seluruh penciptaan (#/TB Yes 9:3*; #/TB Mazm 96:11-13*; #/TB Wahy 5:9-14*; #/TB Luk 2:13-14*). Nikmat pendahuluannya diberikan dalam upacara dan kebaktian di Bait Suci, dimana puji-pujian bangkit semata-mata dari kegirangan oleh kehadiran Allah yg menyelamatkan (#/TB Ul 27:7*; #/TB Bil 10:10*; #/TB Im 23:40*). Pujian kepada Allah diberikan di dunia ini karena karya-Nya, baik dalam penciptaan maupun penyelamatan (#/TB Mazm 24;  136*), dan merupakan gema pujian sorgawi di dunia ini (#/TB Wahy 4:11; 5:9-10*). Karena itu pujian mencirikan umat Allah (#/TB 1Pet 2:9*; #/TB Ef 1:3-14*; #/TB Fili 1:11*). Ciri orang kafir ialah penolakan mereka memberikan pujian kepada Allah (#/TB Rom 1:21*; #/TB Wahy 16:9*). Perbuatan memuji mencakup persekutuan paling erat dengan Sang terpuji. ‘Pujian bukan hanya mengungkapkan tapi juga melengkapkan kegirangan; pujian adalah kesempurnaan kegirangan yg memang menjadi tujuannya …. Pada saat memerintahkan manusia untuk memuliakan Dia, Allah mengundang manusia untuk menikmati-Nya’ (C. S Lewis, Reflections on the Psalms, 1958, hlm 95).
       Namun memuji Allah sering diperintahkan kepada manusia sebagai kewajiban, dan jelas tidak bergantung pada suasana perasaan atau keadaan (bnd #/TB Ayub 1:21*). ‘Bersukacita di hadapan Tuhan’ adalah bagian dari upacara yg diatur bagi kehidupan umum umat-Nya (#/TB Ul 12:7; 16:11-12*), dimana orang saling membantu dan menghibur untuk menaikkan pujian. Sekalipun ada mazmur-mazmur yg mengungkapkan pujian perseorangan, namun senantiasa dirasakan bahwa pujian lebih baik dinaikkan di tengah-tengah jemaat (#/TB Mazm 22:24; 34:2; 35:18*). Dengan demikian pujian itu bukan hanya memuji dan menyenangkan Allah saja (#/TB Mazm 50:23*), tapi juga menjadi kesaksian kepada umat Allah (#/TB Mazm 51:10-13*).
       Untuk menaikkan pujian di Bait Suci, orang Lewi mengeluarkan tata cara yg rinci. Mazmur-mazmur dipakai dalam tata ibadah dan dalam pawai kudus dengan ‘sorak-sorai dan nyanyian syukur’ (#/TB Mazm 42:4*). Caranya menyanyi: barangkali antifonal, melibatkan dua koor, atau solis dan koor. Menari, yg sejak zaman terkuno menjadi alat untuk mengungkapkan pujian (#/TB Kel 15:20*; #/TB 2Sam 6:14*) juga dipakai di Bait Suci (#/TB Mazm 149:3; 150:4*). #/TB Mazm 150* mendaftarkan alat-alat musik yg dipakai dalam pujian. (*MUSIK DAN ALAT-ALATNYA.)
       Masyarakat Kristen pertama meneruskan pengungkapan kegirangan mereka dengan mengikuti kebaktian di Bait Suci (#/TB Luk 24:53*; #/TB Kis 3:1*). Tapi pengalaman mereka mengenai hidup baru dalam Kristus memaksa mereka untuk mengungkapkan pengalaman itu dalam bentuk-bentuk pujian yg baru (#/TB Mr 2:22*). Kegiranganlah yg menguasai suasana hidup kristiani. Kebaktian formal dan pujian yg dijiwainya tidak secara khusus diuraikan atau diatur, sebab hal itu dianggap berjalan dengan sendirinya. Seperti halnya mereka yg mengalami dan menyaksikan kuasa penyembuhan dan pentahiran oleh Tuhan Yesus, secara spontan meluapkan pujian (#/TB Luk 18:43*; #/TB Mr 2:12*). Demikianlah dalam gereja rasuli ada beberapa contoh peluapan pujian secara spontan demikian, bila orang mulai melihat dan mengerti kekuasaan dan kebaikan Allah dalam Kristus (#/TB Kis 2:46; 3:8; 11:18; 16:25*; #/TB Ef 1:1-14*).
       Dapat dipastikan bahwa Mzm dipakai dalam pujian gereja kuno (#/TB Kol 3:16*; bnd #/TB Mat 26:30*). Ada juga nyanyian kristiani baru (bnd #/TB Wahy 5:8-14*), seperti disebut dalam #/TB Kol 3:16*; #/TB 1Kor 14:26*. Beberapa contoh dari puji-pujian baru itu terdapat dalam Pujian Maria, Pujian Zakharia, Pujian Simeon (#/TB Luk 1:46-55,68-79; 2:29-32*). Di tempat lain dalam PB terdapat beberapa contoh pujian formal dari gereja kuno. Dari bentuk susastra dan isi agaknya #/TB Fili 2:6-11* disusun dan dipakai sebagai nyanyian pujian kepada Kristus. Di bagian-bagian PB seperti #/TB Ef 5:14* dan #/TB 1Tim 3:16* nampaknya mendengung gema atau kutipan-kutipan dari nyanyian-nyanyian kuno. Puji-pujian dalam Why (bnd #/TB Wahy 1:4-7; 5:9-14; 15:3-4*) agaknya dipakai dalam kebaktian umum untuk mengungkapkan pujian jemaat (bnd A. B Macdonald, Christian Worship in the Primitive Church, 1934).
       Hubungan erat antara pujian dan korban persembahan perlu diperhatikan. Dalam upacara mempersembahkan korban zaman PL terdapat tempat bagi persembahan ucapan syukur disamping persembahan penghapus dosa (bnd #/TB Im 7:11-21*). Ucapan syukurlah motivasi asasi bagi persembahan buah sulung di mezbah (#/TB Ul 26:1-11*). Dalam persembahan pujian yg sungguh-sungguh itu sendiri terkandung penyembahan yg menyenangkan Allah (#/TB Ibr 13:15*; #/TB Hos 14:1*; #/TB Mazm 119:108*). Dalam pengorbanan diri Tuhan Yesus sebagai Imam, segi ucapan syukur ini mendapat tempatnya (#/TB Mr 14:22-23,26*; #/TB Yoh 17:1-2*; #/TB Mat 11:25-26*). Sesuai dengan itu hidup orang Kristen seharusnyalah pengorbanan diri (#/TB Rom 12:1*) sebagai pemenuhan imamat rajawinya (#/TB Wahy 1:5-6*; #/TB 1Pet 2:9*). Fakta bahwa persembahan pengorbanan diri seperti itu dapat dilakukan dengan cara yg nyata di tengah-tengah penderitaan, menghubungkan penderitaan dan pujian bersama-sama dalam hidup kristiani (#/TB Fili 2:17*). Ucapan syukur bukan hanya menguduskan penderitaan, tapi segala segi hidup orang Kristen (#/TB 1Tim 4:4,5*; #/TB 1Kor 10:30-31*; #/TB 1Tes 5:16-18*). Entah apa pun yg lain yg menjadi beban doa, doa itu harus mencakup pujian (#/TB Fili 4:6*).
       KEPUSTAKAAN. H Ringgren, The Faith of the Psalmists, 1963; C Westermann, The Praise of God in the Psalms, 1965; A. A Anderson, The Book of Psalms, 1972, 1, hlm 31-36; H-G Link, NIDN1T 1, hlm 206-215; H Schultz, H.-H Esser, NIDNTT 3, hlm 816-820.

MUSIK DAN ALAT-ALATNYA
          I. Musik
          Dari begitu banyaknya ay-ay yg berkaitan dengan musik dalam PL, jelas bahwa peranan musik dalam kebudayaan Ibrani sangat penting. Menurut tradisi, Yubal, anak Lamekh, ‘dialah yg menjadi bapak semua orang yg memainkan kecapi dan suling’ (#/TB Kej 4:21*); dialah penemu musik. Hubungan erat antara penggembalaan (pastoral) dengan seni musik kelihatan dari hal kakak Yubal bernama Yabal, ‘yg menjadi bapak orang yg diam dalam kemah dan memelihara ternak’ (#/TB Kej 4:20*).
          Di kemudian hari musik disahihkan untuk digunakan dalam ibadah Bait Suci, karena sebelumnya terbatas digunakan dalam kehidupan sekular. Acuan pertama kepada musik sesudah air bah ialah pada peristiwa Laban menempelak Yakub karena pergi diam-diam, tidak memberi Laban kesempatan untuk memeriahkan perpisahan ‘dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi’ (#/TB Kej 31:27*). Musik sering diperdengarkan dalam keadaan bergembira dan biasanya dibarengi tarian (*TARI, TARI-TARIAN). Ada nyanyian-nyanyian sorak-sorai kemenangan sesudah berjaya dalam pertempuran (#/TB Kel 15:1* dab; #/TB Hak 5:1* dab). Miryam dan kaum perempuan ‘memukul rebana serta menari-nari’ merayakan kehancuran Firaun dan tentara berkudanya (#/TB Kel 15:20-21*), dan Yosafat kembali dalam kemenangan ke Yerusalem ‘dengan gambus dan kecapi dan nafiri’ (#/TB 2Taw 20:28*). Musik, menyanyi dan menari adalah biasa dalam pesta (#/TB Yes 5:12*; #/TB Am 6:5*), khususnya pesta memetik buah anggur (#/TB Yes 16:10*) dan pesta perkawinan (1 Makabe 9:37, 39). Raja-raja mempunyai para penyanyi dan para pemusik di istananya (#/TB 2Sam 19:35*; #/TB Pengkh 2:8*). Gembala juga mempunyai kecapi (#/TB 1Sam 16:18*). Para teruna bermain musik di pintu gerbang (#/TB Rat 5:14*). Bahkan perempuan sundal pun meningkatkan daya godaannya dengan nyanyian (#/TB Yes 23:16*).
          Musik digunakan baik pada saat berkabung maupun ada saat bergembira. Nyayian ratapan (qina) yg mengisi Kitab Rat dan ratapan Daud karena kematian Saul dan Yonatan (#/TB 2Sam 1:18-27*) merupakan contoh yg menarik perhatian. Telah menjadi kebiasaan menggaji para ahli peratap untuk meratap pada saat-saat berkabung. Dalam hal ini biasanya termasuk para peniup seruling (#/TB Mat 9:23*). Menurut Maimonides, suami termiskin sekalipun di harap menghadirkan paling sedikit dua peniup seruling dan seorang ibu peratap waktu penguburan istrinya (Misynayot, ps 4).
          Sebagaimana musik penting dalam hidup sosial Ibrani, demikian juga musik mempunyai peranan dalam hidup keagamaan mereka. Dalam #/TB 1Taw 15:16-24* disajikan perincian susunan para penyanyi bani Lewi dan alat-alat musik mereka. Di luar ps ini ada beberapa lagi acuan tapi tidak langsung mengenai penggunaan musik dalam ibadah keagamaan, dan sedikit sekali bukti yg bisa digunakan sebagai dasar untuk menggambarkan jelas sifat penggunaan musik dalam kebaktian di Bait Suci.
          Mengenai jenis musik yg dimainkan oleh para pemusik Ibrani, sama sekali tidak kita ketahui. Tidak ada kepastian apakah mereka mempunyai suatu sistem notasi. Tidak ada data tentang sistem yg dianut yg sampai kepada kita. Telah diusahakan untuk menafsirkan tanda-tanda tekanan suara dari naskah Ibrani sebagai bentuk notasi tapi tidak ada hasilnya. Tanda-tanda tekanan suara itu lebih diperuntukkan untuk mengucapkan daripada untuk musik. Lagipula tanda-tanda itu berasal dari waktu yg kemudian dari tarikh aslinya. Walaupun kita tidak mempunyai bukti mengenai musik instrumental Bait Suci, dapat kita lihat dari bentuk mazmur-mazmur, bahwa mazmur-mazmur itu dinyanyikan secara bergantian (antifonis), atau oleh dua paduan suara (#/TB Mazm 13;  20;  27*), atau oleh satu paduan suara beserta dengan jemaat (#/TB Mazm 136; 118:1-4*). Sangat mungkin bahwa sesudah pembuangan, paduan-paduan suara itu dibentuk dari kelompok lelaki dan kelompok perempuan yg jumlahnya sama (#/TB Ezr 2:65*). Tapi tidak jelas apakah tiap paduan suara adalah campuran, atau apakah paduan yg satu semuanya lelaki dan yg satu lagi semuanya perempuan. Mungkin mereka lebih ‘bersuara’ daripada bernyanyi, kendati cara mereka masih gelap dan pasti amat berbeda dari cara ‘bersuara’ dalam gereja RK modern.
          Di Mesopotamia ditemukan bukti tertulis (kr 1200-1000 SM) tentang cara memasang tali dan menyesuaikan nada kecapi, dan alat-alat musik dengan suatu litani (abad 6 sM), bnd D Wulstan, O. R Gurney, Iraq 30, 1968, hlm 215-233; W. G Lambert, di H Goedicke (red) Near Eastern Studies… W. F Albright, 1971, hlm 335-353. Di Ugarit (dari kr 1400 sM) ditemukan beberapa tulisan persegi yg menyajikan nyanyian-nyanyian dalam bh Huri, disertai sejenis notasi musik; bad A. D Kilmer, RA 68, 1974, hlm 69-82; Kilmer dan Wulstan, RA 68, 1974, hlm 125-128, dengan acuan lain. Pernah dicoba meniru musik kecapi dan nyanyian itu pada piringan hitam; bnd A. D Khmer, R. L Crocker, R. R Brown, Sounds from Silence, 1977.
          ==> Image 00193


          II. Alat-alat musik
          Kita memiliki agak lebih banyak pengetahuan tentang alat-alat musik dalam Alkitab, kendati tidak ada keterangan yg pasti mengenai bentuknya dan konstruksinya. Tapi sudah didapati alas-alas, milik dari bangsa kuno lain dari Asia Barat, khususnya milik Mesir. Etimologi kata-kata Ibrani sedikit menolong, begitu juga terjemahan kuno, tapi pengetahuan kita masih tetap amat sedikit. Alat-alat yg disebut dalam Alkitab dapat dibagi-bagi menjadi tiga golongan utama: alat bertali, alas tiup dan alas pukul.
             a. Alat bertali
             (i) Kecapi. Kinnor, selalu diterjemahkan ‘kecapi’ oleh TB!, itulah alat musik yg pertama disebut dalam Alkitab (#/TB Kej 4:21*) dan satu-satunya alat musik yg bertali yg disebut dalam Pentateukh. Itu jugalah salah satu alat yg akan dipakai oleh Laban orang Siria itu, untuk melepas Yakub seandainya tidak diam-diam pergi (#/TB Kej 31:27*). Acuan ini mengisyaratkan bahwa alat ini mungkin berasal dari Siria. Alat ini kecil dan bisa dibawa-bawa, justru kecapi adalah salah satu dari empat alas musik yg ada di depan nabi-nabi muda (#/TB 1Sam 10:5*). Gambar-gambar hiasan kuburan di Mesir kuno memperlihatkan orang-orang asing, dianggap orang Sem dari Syutu, menyandang kecapi sambil memegang alat petiknya. Memang belum jelas apakah kinnor dimainkan dengan alat petik atau dengan tangan. Dalam #/TB 1Sam 16:23* dikatakan, ‘Daud mengambil kecapi dan memainkannya’ (menurut asli ‘dengan tangannya’); tapi walaupun alat petik tidak disebut, itu tidaklah menjadi bukti bahwa tali kecapi dipetik hanya dengan jarinya. Tidak pasti berapa sebetulnya jumlah tali kinnor. Yosefus menduga sepuluh. Pendapat lain — alasannya alat itu dihubungkan dengan kata Ibrani syeminit (’ yg kedelapan’, LXX hyper tes ogdoes) dalam #/TB 1Taw 15:21* — mengatakan ada delapan, tapi acuan dalam ay itu masih jauh dari kepastian.
             Kinnor dibuat dari kayu, dan kecapi Daud mungkin dibuat dari kayu saru (#/TB 2Sam 6:5*). Alat-alat musik yg dibuat atas perintah Salomo untuk Bait Suci bahannya adalah kayu cendana (#/TB 1Raj 10:12*), dan ternyata sangat berharga. Yosefus memberitakan bahwa kerangkanya dibubuhi elektrum, baik logam campuran atau batu ambar (Ant., 8.94).
             ==> Image 00194

             Kata ‘kecapi’ juga dipakai oleh TBI untuk menerjemahkan kata Aram gitros, yg hanya terdapat di antara alat-alat orkes Nebukadnezar dalam #/TB Dan 3:5*. Akarnya sama dengan akar kata ‘gitar’.
             (ii) Gambus. Alat musik (Yunani psalterion, Ibrani nevel) yg dipetik dengan jari, bukan dengan alat petik, tapi keterangan yg pasti tentang alat ini belum ada. Alat ini pertama kali disebut dalam #/TB 1Sam 10:5*, dan hal ini meneguhkan pendapat bahwa asalnya dari Fenisia, sebab pada masa sebelum #/TB 1Sam 10:5* hanya sedikit hubungan erat antara Israel dan Fenisia. Pernah diusahakan menggambar kembali bentuk nevel dengan menetapkannya berasal dari suatu akar kata yg berarti botol kulit, kendi atau tempayan. Digambarkan ada bagian berbentuk bulat pada ujung yg di bawah. Bahkan penelitian mengenai akar kata ini menghasilkan praanggapan, bahwa alat itu berbentuk seruling Skot (bagpipe). Tapi saran-saran ini hanyalah dugaan.
             Seperti kinnor, nevel dibuat dari kayu saru, dan kemudian dari kayu cendana. Jelas, bahwa Daud bisa memetik nevel maupun kinnor. Karena nevel biasanya dihubungkan dalam Alkitab dengan alat-alat musik lainnya, maka umumnya diduga nevel menghasilkan suara bas.
             Kata Ibrani ‘asor sering digabung dengan nevel. Kata ‘asor berasal dari akar kata yg artinya ‘sepuluh’, justru umum dianggap talinya sepuluh. Anggapan ini terdapat juga dalam LXX dan Vulg (psalterion deeachordon dan psalterium decem chordarum). Sangat mungkin bahwa nevel ‘asor hanyalah sejenis nevel.
             Kata gambus terdapat juga sebagai terjemahan dari kata Aram psanterin (#/TB Dan 3:5* dab), satu lagi alat musik dalam orkes Nebukadnezar. Kata Aram itu kelihatannya terjemahan dari kata Yunani psalterion. J Stainer (The Music of the Bible, hlm 40-55) menerangkan panjang lebar, bahwa alat yg dimaksud nyatanya adalah sejenis serdam. Tapi yg dapat dikatakan secara pasti hanyalah alat itu bertali.
             (iii) Rebab, salah satu alat dalam orkes Nebukadnezar (#/TB Dan 3:5*), kata Aram sabbekha. Biasanya disamakan dengan alat Yunani sambuke, yaitu kecapi kecil, talinya empat dan menghasilkan nada yg tinggi, atau kecapi yg besar, yg bertali banyak.
             (iv) Serdam, kata Aram sumponya, #/TB Dan 3:5*, umumnya dianggap semacam seruling.
             b. Alat-alat tiup

             (i) Seruling (Ibrani khalil). Kata ini hanya terdapat 6 kali dalam PL. Dalam PB seruling ialah aulos, yg dipakai dalam LXX untuk khalil. Vulg memakai tibia. Kata aulos dan tibia adalah kata-kata umum, yg maksudnya baik alat tiup yg dibuat dari teberau seperti ‘oboe’ dan ‘clarinet’, maupun alas-alas yg dipakai dengan meniup dari samping lubang seperti seruling, atau ke dalam lubang seperti serunai.
             Kata khalil berasal dari akar kata yg artinya melubangi atau menembus. Kata aulos dari akar kata yg artinya mengembus. Tapi baik turunan kata khalil ataupun terjemahannya dalam LXX, tidak memberi sedikit pun keterangan tentang bentuk alat itu. Kesimpulan mengenai pendapat-pendapat ini lebih cenderung memihak ‘oboe’ daripada suling, tapi tanpa kepastian. Sama seperti dewasa ini, agaknya pada zaman kuno seorang pemain alat musik yg bahannya teberau, biasa membawa persediaan teberau dalam kotak (Yunani glossokomon). Kas yg dipakai Yudas untuk menyimpan uang (#/TB Yoh 12:6; 13:29*) adalah kotak teberau.
             Seruling dipakai dalam arak-arakan (#/TB Yes 30:29*), pada sukacita nasional (#/TB 1Raj 1:40*), dan waktu meratap pada penguburan (#/TB Mat 9:23*). Seruling dapat memperdengarkan suara yg sangat mengharukan, seperti terbukti pada acuan #/TB Yer 48:36*.
             Seruling dipakai juga sebagai terjemahan kata Aram masrogita. Hanya terdapat dalam #/TB Dan 3:5*, dan akar katanya adalah syaraq, suatu kata yg meniru suara dan yg berarti ‘bersiul’ atau ‘mendesis’. Memainkan hampir semua jenis suling atau serdam biasanya disertai suara mendesis. Maka anggapan bahwa alat yg dimaksud adalah sejenis itu dapat diterima.
             Seruling dipakai juga untuk menerjemahkan kata Ibrani ‘ugav (#/TB Ayub 30:31; 31:12*; #/TB Mazm 150:4*; dan #/TB Kej 4:21* dipakai suling). Nampaknya kata atau istilah ini mencakup semua alat tiup. Asal kata ugav tidaklah jelas. Ada yg menghubungkannya dengan akar kata yg artinya ‘keinginan nafsu’, ‘cinta kasih yg luar biasa’, justru nada-nadanya merangsang syahwat. Tapi ini tidak lebih dari dugaan saja. Bentuk alat itu tentulah menyerupai bentuk suling atau sejenisnya.
             (ii) Sangkakala. Kata ini dipakai untuk menerjemahkan beberapa kata Ibrani. a. geren, harfiah berarti tanduk (#/TB Yos 6*; #/TB Dan 3:5*). Sangkakala jelas dibuat dari tanduk binatang, tapi kemudian dibuat dari logam dengan meniru bentuk aslinya.
             b. Sopar, tanduk yg agak panjang, dengan ujung bawahnya melengkung ke atas. Inilah sangkakala nasional Israel, dipakai pada peristiwa-peristiwa militer atau agama untuk memanggil orang berkumpul. Sampai hari ini masih dipakai di sinagoge Yahudi.
             c. khatsotsera, Ibrani, dibuat dari perak tempaan. Alat ini bukan alat militer, tapi alat kudus. Dalam #/TB Bil 10:1-10* terdapat peraturan mengenai alat ini.
             (iii) Kelentung, Ibrani mena’an’im, terdapat dalam #/TB 2Sam 6:5*. Dipakai dalam gabungan dengan ceracap (lih c{iii} di bawah) dan alat-alat lain. Dipakai oleh Daud dan umat Israel waktu mereka menyanyi dan menari-nari di hadapan Yahweh. Akar katanya berarti ‘menggigil’, ‘gemetar’, dan mungkin alat itu adalah semacam gemerincing. LXX menerjemahkan dengan kumbala, ‘cymbals’, dan jelas kurang teliti dibandingkan Vulg sistra, ‘menggerincing’ (Yunani seistron dari kata kerja seio, ‘berguncang’, ‘berayun kian kemari’). RSV memilih terjemahan ‘castanets’. Ada gambar-gambar gemerincing dari zaman Mesir kuno yg berhasil diselamatkan dan masih tersimpan, terdiri dari simpai lonjong pada suatu pegangan; di situ dipasang tongkat-tongkat kecil dengan cincin yg lepas, yg berdering-dering bersama-sama jika alat itu digerak-gerakkan.
c. Alat-alat pukul
             (i) Giring-giring terdapat 4 kali dalam Kel (ump #/TB Kel 28:33*), yg mengacu kepada giring-giring pada pakaian Harun, Imam Besar, Ibrani pa’amon, akar katanya berarti ‘memukul’.
             (ii) Kerincing-kerincing kuda, Ibrani metsilla, #/TB Za 14:20*, berasal dari akar kata yg sama dengan metsillayim,, ceracap; kerincing-kerincing ini mengacu kepada cakram logam atau genta-genta kecil yg digantungkan di tali kekang kuda.
             (iii) Ceracap atau kerincing-kerincing, Ibrani metsiltayim dan selselim (meniru suara mendengung atau gemetar), Yunani kumbalon, suatu piring bergelembung atau berlekuk. Metsiltayim kelihatannya barulah timbul kemudian dalam Taw, Ezr dan Neh, bentuk terdahulu yakni tseltselim sudah terdapat dalam Mzm dan 2 Sam. Dalam #/TB Mazm 150* kata itu dipakai dua kali pada satu ay dengan kata sifat yg berbeda. Ada dua macam ceracap dalam zaman kuno. Satu, terdiri dari dua belahan seperti belahan tempurung, dibuat dari logam dan mempunyai pegangan tangan, dipukul-pukulkan yg satu kepada yg lain. Yg kedua berbentuk cawan, yg satu diam di tempatnya dan yg satu lagi dipukulkan kepada yg pertama tadi. Diduga kedua alat inilah yg dimaksud dalam #/TB Mazm 150*.

             (iv) Rebana, Ibrani tof, LXX tumpanon. Alat ini sejenis tambur, dipegang oleh tangan yg satu dan dipukul dengan tangan yg satu lagi. Dipakai untuk mengiringi nyanyian dan tarian (#/TB Kel 15:20*). Selalu dihubungkan dalam PL dengan sukacita dan kegembiraan, dan dipakai untuk mengiringi kegembiraan pesta (#/TB Yes 5:12*) dan sorak-sorai dari arak-arakan kemenangan (#/TB 1Sam 18:6*).
       KEPUSTAKAAN. J Stainer, The Music of the Bible, 1914; C. H Cornill, Music in the Old Testament, 1909; ISBE; S. B Finesinger, ‘Musical Instruments in the Old Testament’, di HULA 3, 1926, hlm 21-75; K Sachs, A History of Musical Instruments, 1940; H Hartmann, Die Musik der sumerischen Kultur, 1960; T. C Mitchell dan R Joyce di D. J Wiseman, red., Notes on some Problems in the Book of Daniel, 1965, hlm 19-27; J Rimmer, Ancient Musical Instruments of Western Asia (British Museum), 1969.


No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...