Wednesday, March 28, 2018

PENEBUSAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH


PENEBUSAN
       Penebusan berarti pembebasan dari sesuatu yg jahat dengan pembayaran suatu harga. Artinya lebih dari sekedar pembebasan saja. Demikianlah tawanan-tawanan perang dapat dibebaskan berdasarkan pembayaran harga yg disebut uang tebusan (Yunani lutron). Dengan kata lutron dibentuklah secara khusus kelompok kata untuk menyatakan ide pembebasan berdasarkan pembayaran uang tebusan. Dalam lingkaran ide-ide ini kematian Kristus dapat dipandang sebagai ‘suatu tebusan bagi orang banyak’ (#/TB Mr 10:45*).
       Budak-budak dapat dibebaskan dengan suatu proses pembayaran tebusan. Dalam upacara pembelian resmi oleh suatu ilah, maka untuk kebebasannya si budak harus membayar harga ke dalam perbendaharaan kuil. Kemudian ia harus mengalami upacara resmi yg khidmat, yg menyatakan bahwa ia telah dijual kepada ilah itu ‘untuk kebebasan’. Secara teknis ia tetap budak ilah itu, dan karena itu beberapa kewajiban agamawi dapat dikenakan atasnya. Tapi sejauh bersangkutan dengan manusia, sejak itu ia merdeka. Atau, si budak dapat membayar saja harga itu kepada tuannya. Hal yg khas mengenai setiap bentuk pembebasan ialah pembayaran harga tebusan (lutron). ‘Penebusan’ adalah nama yg diberikan untuk prosesnya.
       Di kalangan orang Ibrani situasinya berbeda, seperti dilukiskan dengan baik dalam #/TB Kel 21:28-30*. Kalau seseorang mempunyai seekor lembu yg berbahaya, ia harus mengurungnya. Apabila lembu itu lepas dan menanduk seseorang sehingga mati, hukumnya jelas, ‘lembu itu harus dilempari dengan batu sampai mati, dan pemiliknya pun harus dihukum mati’. Tapi ini bukanlah perkara pembunuhan yg disengaja. Tidak ada maksud jahat yg dipikirkan sebelumnya. Jadi ditetapkan bahwa suatu tebusan (Ibrani kofer) dapat ‘dikenakan atasnya’. Ia dapat membayar dengan sejumlah uang, dan dengan demikian menebus hidupnya yg seharusnya telah hilang.
       Kebiasaan-kebiasaan lain mengenai penebusan pada zaman kuno, melengkapi peri penebusan itu dengan hal-hal tertentu untuk menebus milik, dsb. Tapi ketiga hal yg telah disebut di atas adalah yg paling penting. Pada ketiga-tiganya terdapat hal yg sama, yaitu gagasan tentang kebebasan yg dijamin dengan pembayaran suatu harga. Di luar Alkitab kebiasaan itu secara praktis tidak berbeda. Kadang-kadang kata ini digunakan secara metaforis, tapi itu hanya memperjelas arti dasar kata itu. Pembayaran suatu harga untuk pembebasan adalah asasi dan khas.
       Itulah yg membuat konsep penebusan begitu bermanfaat bagi orang Kristen purba. Yesus mengajar mereka bahwa ‘barangsiapa berbuat dosa adalah hamba (Yunani ‘budak’) dosa’ (#/TB Yoh 8:34*). Selaras dengan ini, Paulus berpikir tentang dirinya sendiri sebagai ‘bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa’ (#/TB Rom 7:14*), terjual di bawah kuasa tuan yg kejam. Ia mengingatkan orang-orang Roma bahwa dahulu mereka adalah ‘budak-budak dosa’ (#/TB Rom 6:17*). Dari sudut pandang yg lain, manusia berada di bawah hukuman mati karena dosanya. ‘Sebab upah dosa adalah maut’ (#/TB Rom 6:23*). Pendosa adalah budak. Pendosa pasti mati. Bagaimanapun juga, dunia kuno memandang bahwa situasi manusia sangat membutuhkan penebusan. Tanpa penebusan berarti perbudakan akan berlanjut, hukuman mati akan dilaksanakan. Salib Kristus dilihat dengan latar belakang ini. Salib Kristus adalah harga yg dibayarkan untuk membebaskan budak-budak, untuk memerdekakan si terhukum.
       Dalam metafora ini tetap ada ide tentang pembayaran harga. Tapi justru inilah yg dipersoalkan oleh beberapa orang, yg berpikir bahwa penebusan tidak lebih dari cara lain untuk mengatakan ‘pembebasan’. Alasan utama untuk berpikir demikian, ialah beberapa bagian PL yg berkata bahwa TUHAN menebus umat-Nya (#/TB Kel 6:7*; #/TB Mazm 77:15* dab; dll), dan tidak dapat dipikirkan bahwa Dia harus membayar suatu harga kepada seseorang. Tapi inilah kesalahpahaman. Memang kadang-kadang dalam PL TUHAN dipikirkan begitu kuat sehingga kekuatan segenap bangsa hanyalah barang kecil bagi-Nya, dan lagi ‘penebusan’ tidak disebut dalam ay-ay itu. Di mana dipakai penebusan, di situ ada pemikiran tentang usaha. TUHAN menebus ‘dengan lengan yg terentang’. Dia menyatakan kekuatan-Nya. Karena Dia mengasihi umat-Nya maka Dia menebusnya dengan korban, yakni diriNya sendiri. Usaha-Nya dipandang sebagai ‘harga’ penebusan. Itulah sebabnya peristilahan ‘penebusan’ dipakai.
       Istilah khas PB untuk penebusan ialah apolutrosis, suatu kata yg jarang muncul di lain tempat. Kata itu muncul 10 kali dalam PB, tapi hanya 8 kali dalam semua kepustakaan Yunani selebihnya. Ini mungkin menyatakan keyakinan orang Kristen purba, bahwa penebusan yg dikerjakan dalam Kristus adalah unik. Tapi itu tidak berarti — sebagaimana orang berpikir, bahwa mereka mengerti penebusan hanyalah sebagai ‘pembebasan’. Untuk itu mereka menggunakan kata rhuomai, ‘membebaskan’. apolutrosis berarti pembebasan berdasarkan pembayaran harga tunai dan tuntas, dan harga itu adalah kematian Juruselamat sebagai tebusan. Ungkapan ‘penebusan oleh darahNya’ (#/TB Ef 1:7*) menjelaskan bahwa darah Kristus dipandang sebagai harga tebusan. Halnya sama dengan #/TB Rom 3:24* dab, ‘dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya’.
       Dalam kutipan di atas Paulus menggunakan tiga metafora, yaitu metafora dari dunia pengadilan, dari dunia korban-korban, dan dari dunia perbudakan. Baiklah kita memusatkan perhatian pada yg terakhir. Paulus membayangkan suatu proses pembebasan, tapi dengan pembayaran suatu harga, yaitu darah Kristus. Dalam #/TB Ibr 9:15* penebusan juga dihubungkan dengan kematian Kristus. Kadang-kadang kita bertemu dengan penyebutan harta, tapi itu bukan penebusan, seperti dalam acuan-acuan tentang ‘kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar’ (#/TB 1Kor 6:19* dab; #/TB 1Kor 7:22* dab). Ide dasarnya adalah sama. Kristus membeli manusia dengan mengorbankan darahNya. Dalam #/TB Gal 3:13* harga tebusan itu dirumuskan sebagai, ‘menjadi kutuk karena kita’. Kristus menebus kita dengan menempati tempat kita, dengan memikul kutuk kita. Hal ini mengacu kepada ide tentang penggantian dalam penebusan, ide yg kadang-kadang memperoleh tekanan seperti dalam #/TB Mr 10:45* (’ tebusan bagi banyak orang’).
       Penebusan tidak hanya menengok ke belakang ke Golgota. Penebusan memandang ke depan ke kemerdekaan yg di dalamnya si tertebus berada. ‘Kamu telah dibeli, dan harganya telah lunas dibayar’, jadi Paulus dapat berkata, ‘karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu’ (#/TB 1Kor 6:20*). Justru karena mereka telah ditebus dengan harga yg demikian itu, maka orang percaya harus menjadi milik Allah. Mereka harus memperlihatkan dalam hidup mereka, bahwa mereka tidak lagi tertawan di dalam perbudakan dari mana mereka telah dilepaskan. Mereka dinasihati supaya ‘berdiri teguh di dalam kemerdekaan yg dengannya Kristus telah memerdekakan kita’ (#/TB Gal 5:1*).

BERKENAN KEPADA ALLAH
       Lawanan dengan agama-agama kafir, maka Alkitab mengajar bahwa korban dan doa manusia berkenan kepada Allah hanya kalau orang itu sendiri berkenan kepada-Nya (#/TB Mazm 119:108*; #/TB Kej 19:21*). Penerimaan korban persembahan Habel membuktikan bahwa pribadi Habel telah diterima dahulu. Melalui korban persembahannya ‘ia memperoleh kesaksian bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya’ (#/TB Ibr 11:4*). Kain juga diberitahukan, korban persembahannya akan diindahkan bila kehidupannya berkenan kepada Tuhan (#/TB Kej 4:7*).

       Para nabi PL mencemoohkan paham yg bagi manusia begitu biasa, yakni bahwa Allah dapat dibujuk untuk menerima pribadi seseorang, melulu sebab ia membawa persembahan dengan upacara yg teknis baik. Mereka tetap berpendapat bahwa perintah Tuhan adalah sebaliknya, persembahan berkenan kepada Allah hanya bila orang itu berkenan kepada-Nya (#/TB Hos 8:13*; #/TB Mal 1:10,13*). Seluruh Alkitab menggarisbawahi ajaran bahwa pribadi seseorang tidak berkenan pada Allah karena kedudukan sosial atau pentingnya seseorang. Ia tidak memandang orang (#/TB Gal 2:6*). Hendaklah semua orang meniru sifat ilahi ini! Baru sesudah peristiwa Kornelius Gereja Purba mengerti kebenaran bahwa Allah tidak menuntut bahwa seseorang berkebangsaan Yahudi atau sunat sebagai syarat untuk berkenan kepadaNya (#/TB Kis 10:35*).

Perbuatan baik yg dituntut Allah agar berkenan kepadaNya, tak boleh kurang daripada kesempurnaan-Nya. Hanya mereka yg dengan tekun berbuat baik dapat menuntut pahala berupa hidup yg kekal bagi perbuatannya (#/TB Rom 2:6-7*). Tak seorang pun mencapai norma ini: semua orang telah mengurangi kemuliaan Allah karena berbuat dosa (#/TB Rom 3:9-23*).

       Hanya Tuhan Yesus yg berkenan kepada Allah, Dia sendiri saja yg berhak menerima keputusan ‘Dalam kamu Aku sungguh berkenan’. Menurut Yehezkiel Allah sendiri akan membuat manusia yg berdosa menjadi berkenan kepadaNya (#/TB Yeh 20:40,41; 36:23-29*). Maka orang yg percaya menjadi berkenan kepada Allah oleh karena ia disatukan dengan Kristus dan menerima anugerah kebenaran-Nya (#/TB Rom 5:17*). Inilah karya Allah, yg ‘berkenan menyelamatkan mereka yg percaya’ (#/TB 1Kor 1:21*).
KEPUSTAKAAN.
  • LAE, hlm 318 dab; L Morris, The Apostolic Preaching of the Cross3, 1965, bab 1, TWNT;
  • B. B Warfield, The Person and Work of Christ, (red.) S. G Craig, 1950, bab 9;
  • Procksch, F Buchsel, TDNT 4, hlm 328-356; C Brown dll, NIDNTT 3, hlm 177-223.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...