Monday, March 19, 2018

HARI RAYA PASKAH


HARI RAYA PASKAH
Kel 12 membicarakan:
 (1) peristiwa sejarah Israel yg dilepaskan dari perbudakan di Mesir;
 (2) peringatannya yg terus berulang (Misynah Pesakhim Kel 9:5). Berhubungan dengan itu, walaupun terpisah, adalah
(3) larangan ragi, yg melambangkan sifat ketergesa-gesaan pada malam Keluaran yg tak terlupakan itu, dan
 (4) penyerahan anak sulung kepada Tuhan, kemudian korban-korban yg mengingatkan mereka bahwa Allah melewati rumah-rumah yg berlabur darah.
Sangat mungkin bahwa Musa mengubah upacara-upacara kuno menjadi upacara Paskah: Hari Raya Roti Tidak Beragi merupakan pesta petani, Hari Raya Paskah pesta orang pengembara dan penggembala (EBr, 1974, Makropaedia, jilid 10, hlm 219 dst). Mungkin Paskah mula-mula dihubungkan dengan penyunatan, penyembahan roh-roh, pesta kesuburan atau korban anak sulung (lih H. H Rowley, Worship in Ancient Israel, 1967, hlm 47 dst). Hingga thn 70 M orang Yahudi merayakan Paskah di Yerusalem di setiap rumah dalam wilayah kota. Dan Anak Domba Paskah disembelih dalam suatu upacara di pelataran Bait Suci. Sesudah Bait Suci hancur dan kebangsaan Yahudi hilang karena peperangan, Paskah menjadi upacara rumah tangga saja.
       Orang Samaria masih merayakan Paskah di G Gerizim sesuai upacara Paskah menurut Israel Utara kuno. Mereka memisahkan Paskah dari Hari Raya Roti Tidak Beragi. Berbeda dengan orang Yahudi, orang Samaria masih menyembelih seekor anak domba. Karena puncak Gerizim sudah menjadi kuburan, maka mereka menggunakan lerengnya (EBr, Mikropaedia, jilid 4, hlm 494). Hal ini mereka dasarkan pada pembacaan ‘Gerizim’ di Ul 27:4 (ganti ‘Ebal’) dan di Ul 12:5,14; 16:16 (ganti ‘Sion’). Pernah ada Bait tandingan di Gerizim (lih R de Vaux, Ancient Israel, 1961, hlm 342 dst) tapi penanggalannya masih dipersoalkan (bnd J Macdonald, The Theology of the Samaritans, 1964).

Dalam PL
 Kel 12 yg merupakan titik berangkat penelitian cukup jelas tentang pokok-pokok berikut.
          1. Paskah (Ibrani pesakh), berasal dari kata kerja yg artinya ‘melewatkan’ dengan makna ‘menyelamatkan’ (Kel 12:13,27 dst). Jelas, pandangan yg mengatakan bahwa Allah secara harfiah ‘melewati’ rumah-rumah orang Israel yg sudah berlabur darah dan membunuh orang-orang Mesir, mempunyai makna yg cocok. Istilah Paskah dipakai baik untuk perayaan maupun untuk hewan korban. Menurut BDB ada kata kerja seakar yg berarti ‘berjalan pincang’ dan ada teori lain (lih T. H Gaster, Passover: Its History and Traditions, 1949, hlm 23-25). Tapi KB mengambil kesimpulan lain.
          2. Bulan Abib, yg kemudian disebut bulan Nisan, adalah bulan musim menuai dan waktu terjadinya Paskah pertama, dijadikan bulan pertama dari tahun Yahudi sebagai penghormatan (Kel 12:2; Ul 16:1; bnd Im 23:5; Bil 9:1-5; 28:16).
          3. Korban Paskah, apakah itu anak domba seperti yg umum dinalar? Dalam Ul 16:2 pemilihan binatang sembelihan itu pasti jauh lebih rinci, dalam  Kel 12:3-5* hal itu merupakan soal tafsiran. Kata Ibrani seh (Kel 12:3), menurut BDB artinya adalah domba atau kambing, tanpa mempersoalkan umur, menurut KB artinya ‘anak’ domba atau kambing. Ada juga persoalan tentang terjemahan setepatnya dari kata ben-syana (Kel 12:5), yg arti harfiahnya ialah ‘anak berumur setahun’. Jika itu maksud yg sebenarnya, seperti dipertahankan oleh beberapa ahli, yakni binatang yg umurnya antara 12 dan 24 bulan (bnd Gesenius-Kautzsch-Cowley, Hebrew Grammar, bg 128 v; G. B Gray, Sacrifice in the OT, 1925, hlm 345-351), maka yg dimaksud ialah domba atau kambing yg sudah besar. Tapi tafsiran tradisional yg mengambil umur 12 bulan sebagai batas umur teratas, bukan sebagai batas umur terbawah, sama sekali belum terbukti salah. Talmud pada umumnya cenderung membatasi domba Paskah itu dalam lingkungan kambing domba, dan lebih mengikuti Kel daripada Ul (lih ump Menakhot  Kel 7:6 bersama Gemara). Pilihan domba atau anak domba, domba atau kambing beberapa kali diizinkan (Pesakhim Kel 8:2 b; 66a), tapi pendapat umum agak lebih cenderung memilih domba (Shabbath Kel 23:1; Kelim Kel 19:2; Pesakhim 69b; dst). Suatu keputusan tanpa menentukan setepatnya umur binatang korban Paskah itu, mengucilkan betina, atau jantan yg umurnya sudah lewat 2 thn, yg secara diam-diam menopang tafsiran umur 1 thn (Pesakhim Kel 9:7). Tapi ada keterangan yg mengandung pertentangan, yg menerangkan secara pasti, bahwa korban Paskah berlaku sudah sejak umur 8 hari (Parah Kel 1:4). Sekalipun penggunaan semesta dari kata domba tidak dapat dibuktikan secara pasti berdasarkan Alkitab atau Talmud, tapi paling sedikit jelas, bahwa hal ini lumrah sekali. Boleh diperhatikan, bahwa juga masa kini orang Samaria menuruti tradisi kuno masih mengorbankan seekor anak domba di lereng G Gerizim.
          4. Pada malam Paskah di Mesir, kedua tiang pintu dan ambang atas dari setiap pintu rumah orang Israel dilabur dengan darah domba. Sementara orang menduga ada hubungannya dengan sihir. Darah itu ditaruh dalam sebuah pasu, Ibrani saf (kata ini dapat juga berarti ‘ambang’), dilakukan dengan memakai seikat hisop, yaitu daun dari marjoram, suatu lambang biasa untuk ketahiran (lih juga N. H Snaith, The Jewish New Year Festival, 1947, hlm 21 dst).
          5. Dalam Kel 12:6; 16:12*; Im 23:5*; Bil 9:3,5,11* terdapat ungkapan ‘pada waktu senja’ (Ibrani har, ‘di antara dua malam’). Ada dua tafsiran menurut praktik dalam masyarakat: diartikan antara jam 15.00 dan terbenamnya matahari, yg merupakan versi Farisi (Pesakhim 61 a; Jos. BJ 6. 423), atau, antara terbenamnya matahari dan malam, versi Samaria dan masyarakat lain. Seperti diterangkan Edersheim, waktu yg lebih dini (sore) memberi kesempatan yg lebih panjang untuk menyembelih anak-anak domba yg cukup banyak, jadi merupakan tafsiran yg lebih tepat.
          6. Kel 12:43-49 melarang non-Yahudi turut merayakan Paskah, tapi membuka kesempatan bagi proselit yg diharapkan akan mengikuti segala tata cara upacara.
          Seluruh drama dan arti rohani dari Kel 12 dituangkan dalam 17 kata yg penuh arti dalam Ibr 11:28.
          Perayaan Paskah yg digambarkan Ul 16 dalam beberapa segi yg penting berbeda dari perayaan Paskah dalam Kel 12. Tekanan diberikan kepada darah yg menghilang; upacara yg khas bersifat rumah tangga sudah menjadi suatu persembahan resmi pada pusat tempat kudus, dengan adanya pilihan yg agak lebih luas tentang binatang korbannya. Ay TB Kel 12:7 menyebut ‘memasak’ bukan memanggang korban itu. Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi, yg di sini disebut roti penderitaan, sudah dibaurkan lebih seksama dibandingkan dalam Kel. Ini merupakan perkembangan, peristiwa itu diubah menjadi peringatan, bukan pertentangan; lagi pula cocok dengan bukti PB. Jadi, tidak mutlak harus diterima bahwa ada selang waktu yg besar antara kedua ps itu; perubahan-perubahan suasana bisa sudah diramalkan pada masa perjalanan di padang gurun. Selanjutnya ada tercatat, bahwa sebulan kemudian, Hari Raya Paskah kedua diadakan untuk kepentingan orang-orang yg secara peraturan imamat tidak tahir pada Paskah pertama (TB Bil 9:1-14).
          Paskah dirayakan di dataran Yerikho waktu Israel mulai menaklukkan tanah Kanaan (TB Yos 5:10 dab). Pada masa pemerintahan raja Hizkia (2Taw 30:1-27) dan Yosia (2Taw 35:1-19), tempat perayaan Paskah yg dianggap tetap adalah Bait Suci di Yerusalem. Perayaan raja Hizkia memanfaatkan perayaan Paskah kedua yg sah, yg disebut di atas, sebab umat Israel tidak berkumpul di Yerusalem, dan para imam tidak dalam ketahiran imamat, seperti pada hari yg terdahulu itu. Uraian pendek dari nabi Yehezkiel (Yeh 45:21-24) membicarakan perayaan Paskah di Bait Suci idaman menurut gambarannya. Ketiga pokok yg menarik perhatian ialah, peran serta pemimpin negara secara penuh, adanya korban penghapus dosa, dan perubahan yg menyeluruh dari perayaan keluarga menjadi perayaan umat Israel. Binatang-binatang sembelihan yg disebut-sebut ialah lembu, kambing dan anak kambing. Peraturan-peraturan Kitab Ul agak lumayan diperluas, walau tidak. ditempatkan dalam pola pikiran yg baru.
          Kebiasaan orang Yahudi pada masa terakhir penggunaan Bait Suci yg dibangun oleh raja Herodes, digambarkan dalam traktat Misyna Pesakhim. Khalayak umum berkumpul di pelataran luar Bait Suci itu, berkelompok-kelompok untuk menyembelih domba-domba Paskah. Imam-imam berdiri baris dua; dalam satu baris setiap imam memegang sebuah pasu emas, dalam baris yg satu lagi setiap imam memegang sebuah pasu perak. Pasu yg menampung darah dari domba sembelihan yg bakal mati itu diserahkan dari tangan ke tangan demikian terus sampai ke ujung baris, dan di situ darah tersebut dibuang oleh imam terakhir dengan acara tertentu di atas mezbah. Semua ini dilakukan dengan menyanyikan Hallel, atau Mazm 113; 114; 115; 116; 117; 118*. Kelompok tadi biasanya bersifat keluarga, tapi dapat juga ikatan lain, seperti ikatan yg mempersatukan Tuhan Yesus dan murid-Nya.


Dalam PB
          Pada zaman PB domba Paskah disembelih menurut upacara — di Bait Suci. Tapi makanan Paskah itu boleh dimakan di setiap rumah dalam wilayah kota. Suatu kelompok yg terikat satu sama lain oleh ikatan-ikatan bersama, seperti Yesus dengan murid-Nya, boleh merayakan Paskah, seolah-olah mereka merupakan keluarga. Jemaat Kristen segera sesudah penutupan kanon PB, sadar bahwa Perjamuan Kudus yg ditetapkan Yesus, menggantikan Paskah, dan bahwa inilah tujuan yg Dia maksud.
          Sesudah Bait Suci Yerusalem musnah thn 70 M, tidak mungkin lagi menyembelih domba korban sesuai tata upacara PL. Dan perayaan Paskah Yahudi kembali lagi menjadi perayaan keluarga, seperti yg dulu pada Paskah pertama, ibarat roda yg berputar kembali tepat pada permulaannya. Upacara minum anggur yg diharuskan paling sedikit empat kali yg merupakan pembaharuan kemudian hari, (barangkali) tidak luput dari kemungkinan penyalahgunaan. Masih tetap ada daya hidup dalam adat Yahudi itu.


KEPUSTAKAAN.
  • J Jeremias, TDNT 5, hlm 896-904; SB, 4.1, hlm 41-76; B Schaller, NIDNTT 1, hlm 632-635;
  • R. A Stewart, ‘The Jewish Festivals’, EQ 43, 1971, hlm 149-161;
  • G. B Gray, Sacrifice in the OT, 1925, hlm 337-397;
  • A Edersheim, The Temple: Its Ministry and Services as they were in the Time of Jesus Christ;
  • J. B Segal, The Hebrew Passover from Earliest Times to AD 70, 1963:
  • A GuiIding, The Fourth Gospel and Jewish Worship, 1960;
  • J Jeremias, Jerusalem in the Time of Jesus, 1969.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...