Tuesday, March 13, 2018

PENENTUAN DARI SEMULA (PREDESTINASI)



          I. Perbendaharaan kata Alkitab
          Prohorizo, yg dipakai dalam PB hanya berkaitan dengan Allah sebagai pelaku, mengungkapkan ihwal menunjuk terlebih dahulu (pro-) suatu keadaan bagi seseorang, atau seseorang bagi suatu keadaan. PB memakai kata-kata majemuk pro- lainnya dalam arti yg sama: 
(1) Protasso, ‘menentukan (mengatur sebelumnya)’ (Kis 17:26); 
(2) Protithemai, ‘rencana’ (Ef 1:9); tentang usul (niat) manusia (Rom 1:13; bnd pemakaian kata nama benda yg sama asalnya prothesis ‘rencana’, Rom 8:28; 9:11; Ef 1:11; 3:11; 2Tim 1:9); 
(3) Prohetoimazo, ‘mempersiapkan sebelumnya’ (Rom 9:23; Ef 2:10); 
(4) Procheirizo, ‘dari semula diuntukkan’ (Kis 3:20; 22:14); 
(5) Prokheirotoio, ‘ditunjuk sebelumnya’ (Kis 10:41).
          Problepo, ‘melihat sebelumnya’, mengandung gagasan tentang penentuan Allah yg efektif mendahului dalam Gal 3:8; Ibr 11:40*; seperti yg nampak dalam hubungannya. Demikian juga halnya proginosko, ‘mengetahui sebelumnya’ (Rom 8:29; 11:3; 1Pet 1:20), dan kata nama benda yg sama asalnya prognosis (1Pet 1:2; Kis 2:23). Arti yg sama kadang-kadang diberikan oleh kata-kata kerja tanpa majemuk tasso (Kis 13:48; 22:10) dan horizo (Luk 22:22; Kis 2:23); yg pertama mengandung arti suatu pengaturan yg tepat dalam urutan, yg kedua suatu penunjukan yg tepat. Perbedaan kata yg aneka ragamnya ini memberi kesan yg benar tentang adanya segi yg bermacam-macam dari gagasan yg diungkapkan. PB merumuskan gagasan tentang penentuan sebelumnya yg dilakukan Tuhan dengan suatu cara yg lain, yaitu dengan menceritakan bahwa apa yg mendorong dan menentukan perbuatan-perbuatan Allah di dalam dunia-Nya, di antaranya keuntungan dan nasib yg diberikan-Nya kepada manusia. Itu adalah kehendak-Nya sendiri (kata-kata nama benda, boule, Kis 2:23; 4:28; Ef 1:11; Ibr 6:17; boulema, Rom 9:19; thelema, Ef 1:5,9,11; thelesis, Ibr 2:4; kata-kata kerja boulomai, Ibr 6:17; Yak 1:18; 2Pet 3:9 ; thelo, Rom 9:22; Kol 1:27), atau ‘perkenan’-Nya (kata nama benda eudokia, Ef 1:5,9; Mat 11:26; kata kerja eudokeo, Luk 12:32; 1Kor 1:21; Gal 1:15; Kol 1:19), yaitu keputusan-Nya sendiri yg bebas yg mendahuluinya. Tapi ini bukanlah satu-satunya arti yg diberikan PB tentang kehendak Allah.

          Alkitab memahami maksud Allah bagi manusia, seperti diungkapkan baik oleh perintah-perintah-Nya yg dinyatakan kepada mereka maupun oleh pengaturan-Nya atas keadaan-keadaan mereka. Jadi ‘kehendak’-Nya dalam Alkitab meliputi baik hukum-hukum-Nya maupun rencana-Nya. Karena itu beberapa dari istilah-istilah di atas juga dipakai untuk menunjuk kepada perintah-perintah ilahi yg khusus (ump boule, Luk 7:30; thelema, 1Tes 4:3; 5:18). Tapi dalam ay-ay yg ditunjuk di atas, yg dimaksud ialah rencana Allah yg berkaitan dengan kejadian-kejadian, dan inilah yg dibicarakan dalam predestinasi.

          PL tidak menguraikan penentuan dari semula secara abstrak, tapi berbicara sering mengenai Allah yg menentukan, merencanakan dan menetapkan hal-hal yg khusus. Kenyataan-kenyataan ini dalam konteksnya menunjukkan bahwa rencana-Nya mendahului dan tak tergantung pada peristiwa dan keadaan yg direncanakan (bnd Mazm 139:16; Yes 14:24-27; 19:17; 46:10 dab; Yer 49:20; Dan 4:24).

          Pemakaian kata-kata dalam Pa itu cocok dengan praktik tradisional, yg mengerti predestinasi sebagai maksud Allah berkaitan dengan keadaan-keadaan dan nasib manusia. Segi-segi yg lebih luas dari rencana-Nya dan pemerintahan-Nya yg bersifat kosmis, paling memuaskan dimasukkan di bawah judul umum: pemeliharaan Allah (providentia). Tapi untuk meraih arti predestinasi seperti yg disajikan oleh Alkitab, maka predestinasi itu harus ditempatkan pada tempatnya dalam rencana Allah sebagai suatu keseluruhan.

II. Penyajian Alkitab
A. Perjanjian Lama 
             PL mengemukakan Allah al Khalik sebagai yg berpribadi, yg mahakuasa dan yg penuh tujuan, serta memberi jaminan kepada kita, bahwa karena kuasa-Nya adalah tanpa batas, maka tujuan-tujuan-Nya pasti dipenuhi (Mazm 33:10 dab; Yes 14:27; 43:13; Ayub 9:12; 23:13; Dan 4:35). Dia-lah Tuhan atas setiap keadaan, yg mengatur dan memberi arah kepada segala sesuatu menuju kepada akhir yg untuknya hal itu Dia buat (Ams 16:4), dan yg menentukan setiap kejadian baik yg besar maupun yg kecil, mulai dari gagasan raja-raja (Ams 21:1), dan kata-kata serta perbuatan-perbuatan segenap manusia yg telah direnungkan terlebih dahulu (Ams 16:1,9), hingga jatuhnya undi yg nampaknya sembarangan (Ams 16:33).

             Tiada sesuatu pun yg Allah tangani yg menjadi terlalu berat bagi-Nya (Kej 18:14; Yer 32:17). Gagasan bahwa penentangan manusia akan dapat mengacaukan Dia, adalah gagasan yg teramat tolol (Mazm 2:1-4). Dalam nubuat Yesaya gagasan tentang rencana Allah sebagai fakta yg menentukan dalam sejarah, adalah lebih luas dibandingkan dalam kitab PL lainnya yg mana pun. Yesaya menekankan bahwa tujuan-tujuan Allah adalah kekal, dan bahwa TUHAN merencanakan kejadian-kejadian yg kini dan yg akan datang ‘lama sebelum masa kini’, ‘sejak semula’ (bnd Yes 22:11; 37:26; 44:6-8; 46:10 dab); dan justru karena Dia-lah dan bukan yg lain yg mengatur segala kejadian (Yes 44:7), maka terjadinya peristiwa yg Dia rencanakan tak dapat terhalangi (Yes 44:24-45:25; bnd 1Raj 22:17-38; Mazm 33:10 dab; Ams 19:21; 21:31). Kecakapan TUHAN menubuatkan hal-hal yg luar biasa yg pasti akan terjadi membuktikan bahwa Ia mengawasi sejarah, sedang ketidakcakapan berhala-berhala untuk meramalkan hal-hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengawasinya (Yes 44:6-8; 45:21; 48:12-14).

             Kadang-kadang TUHAN digambarkan sebagai bereaksi terhadap keadaan-keadaan yg berkembang dengan cara yg nampaknya seolah-olah Ia tidak menanggapinya (ump jika Ia menyesal, dan mengubah perbuatan-Nya yg pertama, Kej 6:5; Yer 18:8,10; 26:3,13; Yoel 2:13; Yun 4:2). Tapi dalam hubungannya yg alkitabiah jelas bahwa tujuan dari antromorfisme ini, ialah semata-mata menekankan bahwa Allah Israel benar-benar suatu pribadi, dan bukan untuk menyebar keraguan terhadap apakah Ia benar-benar mengatur terlebih dahulu serta mengawasi urusan-urusan manusia.

             Bahwa TUHAN berdaulat atas sejarah manusia menuju ke suatu tujuan, untuk membuat terjadi tujuan yg telah Dia tetapkan sendiri bagi kesejahteraan manusia, dijelaskan dalam cerita Alkitab sedini ‘Injil yg tertua’ (Kej 3:15) dan janji-Nya kepada Abraham (Kej 12:3). Tema itu dikembangkan melalui janji-janji di padang gurun peri kemakmuran dan perlindungan di Kanaan (bnd Ul 28:1-14), dan gambaran-gambaran nubuat tentang kemuliaan mesianik yg akan menggantikan karya penghakiman Allah (Yes 9:2 dab; Yes 11:1 dab; Yes 23:5 dab; Yeh 34:20 dab; Yeh 37:21 dab; Hos 3:4 dab) dan mencapai puncaknya dalam wahyu Daniel tentang kemenangan Allah atas kebangkitan dan kejatuhan kerajaan-kerajaan duniawi untuk menegakkan pemerintahan Anak Manusia (Dan 7; bnd Dan 2:31-45). Suatu eskatologi yg menyeluruh demikian tidak dapat dengan serius dikemukakan, kecuali atas praduga bahwa Allah ialah Tuhan sejarah yg mutlak, yg mengetahui dan mengatur terlebih dahulu seluruh perjalanannya.

             Berkaitan dengan pandangan tentang hubungan Allah dengan sejarah manusia inilah PL menguraikan pemilihan Allah terhadap Israel untuk menjadi umat perjanjian-Nya, sasaran dan alat karya penyelamatan-Nya. Pemilihan ini tak berdasarkan jasa jasa (Ul 7:6 dab; Yeh 16:1 dab), dan berdasarkan kasih karunia semata-mata. Pemilihan itu bertujuan; Israel ditetapkan untuk suatu tujuan, supaya diberkati dan dengan demikian menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (bnd Mazm 67;  Yes 2:2-4; 11:9 dab; 60;  Za 8:20 dab; Za 14:16 dab). Tapi untuk sementara pemilihan itu bersifat eksklusif, pemilihan Israel berarti kesengajaan melewati sisa bangsa-bangsa (Ul 7:6; lih Mazm 147:19 dab; Am 3:2; bnd Rom 9:4; Ef 2:11 dab). Selama lebih dari seribu tahun Allah membiarkan mereka berada di luar perjanjian, menjadi sasaran penghakiman-Nya akibat kejahatan-kejahatan mereka sebagai bangsa (Am 1:3-2:3) dan umat yg terpilih itu menjadi sasaran kebencian-Nya (bnd Yes 13:19; dsb).

B. Perjanjian Baru
             Penulis-penulis PB menerima sebagai benar kepercayaan PL, bahwa Allah adalah Tuhan yg berdaulat atas segala kejadian, dan yg memerintah atas sejarah bagi pemenuhan tujuan-tujuan-Nya. Kesaksian mereka yg seragam bahwa pelayanan Kristus dan zaman kristiani mewujudkan pemenuhan nubuat-nubuat alkitabiah yg dinubuatkan berabad-abad sebelumnya (Mat 1:22; 2:15,23; 4:14; 8:17; 12:17 dab; Yoh 12:38 dab; Yoh 19:24,28,36; Kis 2:17 dab; Kis 3:22 dab; Kis 4:25 dab; Kis 8:30 dab; Kis 10:43; 13:27 dab; Kis 15:15 dab; Gal 3:8; Ibr 5:6; 8:8 dab; 1Pet 1:10 dab; dsb), dan bahwa tujuan Allah yg hakiki dalam mengilhamkan Kitab-kitab Ibrani adalah untuk memberi instruksi kepada umat kristiani (Rom 15:4; 1Kor 10:11; 2Tim 3:15  dab), cukup membuktikan hal ini. (Kedua keyakinan itu diturunkan dari Tuhan Yesus sendiri: bnd Luk 18:31 dab; Luk 24:25 dab; Luk 24:44 dab; Yoh 5:39.) Tapi suatu perkembangan baru, yakni gagasan tentang pemilihan kini diterapkan bukan kepada Israel sebagai bangsa, melainkan kepada orang-orang pribadi yg percaya secara kristiani (bnd Mazm 65:3) dan yg sudah dinubuatkan jauh pada perputaran waktu paling dini.

             PL menyamakan pemilihan dengan panggilan Allah kepada Israel dalam sejarah (Neh 9:7), tapi PB membeda-bedakan kedua hal itu, dengan menggambarkan perbuatan Allah dalam menentukan beberapa orang berdosa untuk diselamatkan di dalam Kristus ‘sebelum dunia dijadikan’ (Ef 1:4; bnd Mat 25:34; 2Tim 1:9); perbuatan ini erat berhubungan dengan pemilihan-Nya atas Kristus ‘sebelum dunia dijadikan’ (1Pet 1:20). Konsepsi PB yg seragam ialah bahwa segala kasih karunia yg menyelamatkan, yg dikaruniakan kepada manusia dalam waktu (pengenalan akan Injil, pengertian akan Injil dan kuasa untuk menanggapinya, ketahanan dan kemulian yg final) mengalir dari pemilihan ilahi dalam kekekalan.

             Bahasa Lukas dalam cerita Kis memberikan kesaksian yg menarik kepada kepercayaannya, bukan hanya bahwa Kristus telah ditetapkan terlebih dahulu untuk mati, bangkit dan memerintah (Kis 2:23,30 dab; Kis 3:20; 4:29 dab), tapi bahwa penyelamatan adalah buah dari kasih karunia yg mendahuluinya (Kis 2:27; 11:18,21-23; 14:27; 15:7* dab;  Kis 16:14; 18:27) yg diberikan sesuai ketentuan ilahi (Kis 13:48; 18:10).

             Dalam Injil Yoh Kristus berkata bahwa Ia diutus untuk menyelamatkan sejumlah pribadi yg telah ‘diberikan’ BapakNya kepada-Nya (Yoh 6:37 dab; Yoh 17:2,6,9,24; 18:9). Inilah ‘domba-domba-Nya’, orang-orang ‘milik’-Nya (10: 14 dab; Yoh 10:26* dab; Yoh 13:1). Bagi merekalah khususnya Ia berdoa (Yoh 17:20). Ia berusaha untuk ‘menarik’ mereka kepadaNya oleh RohNya (Yoh 12:32; bnd Yoh 6:44; 10:16,27; 16:8 dab); untuk memberikan kepada mereka hidup yg kekal, dalam persekutuan dengan Dia sendiri dan dengan Bapak (Yoh 10:28; bnd Yoh 5:21; 6:40; 17:2; Mat 11:27); untuk memegang mereka, tanpa kehilangan seorang pun (Yoh 6:39; 10:28 dab; bnd Yoh 17:11,15; 18:9); untuk membawa mereka kepada kemuliaan-Nya (Yoh 14:2 dab; bnd Yoh 17:24), dan untuk membangkitkan mereka pada hari terakhir (Yoh 6:39 dab; bnd Yoh 5:28 dab). Asas bahwa mereka yg menikmati keselamatan menikmatinya karena penetapan ilahi, di sini dijadikan jelas sekali.

             Penjelasan yg paling lengkap mengenai asas ini disajikan dalam tulisan-tulisan Paulus. Paulus mengumumkan bahwa sejak kekal Allah telah mempunyai rencana (prothesis) untuk menyelamatkan suatu gereja, sekalipun pada zaman angkatan-angkatan dahulu rencana ini tidak diberitakan kepada anak-anak manusia (Ef 3:1-11). Tujuan rencana itu ialah bahwa manusia dijadikan anak-anak angkat Allah dan diperbarui dalam gambar Kristus (Rom 8:29), dan bahwa gereja — persekutuan mereka yg telah diperbarui — akan tumbuh hingga kepada kepenuhan Kristus (Ef 4:13).

             Para orang percaya boleh bergirang dalam kepastian, bahwa sebagian dari rencana Allah telah menetapkan mereka supaya secara pribadi mendapat bagian dalam ketetapan ini (Rom 8:28 dab; Ef 1:3 dab; 2Tes 2:13; 2Tim 1:9; bnd 1Pet 1:1 dab). Pemilihan itu seluruhnya adalah karena kasih karunia (2Tim 1:9), tanpa memperhatikan jasa, bahkan tanpa ‘memperhatikan ketidakjasaan’ (bnd Yoh 15:19;  Ef 2:1 dab). Karena Allah berdaulat, maka pilihan-Nya dari semula menjamin keselamatan. Daripada-Nya keluar ‘panggilan’ yg berdaya guna, yg menghasilkan jawaban iman yg diperintahkan-Nya (Rom 8:28 dab; bnd Rom 9:23 dab; 1Kor 1:26 dab; Ef 1:13; 2Tes 2:14), pembenaran (Rom 8:30), pengudusan (1Tes 2:13), dan pemuliaan (Rom 8:30), di mana bentuk kata kerja dlm waktu yg telah lampau pasti mengandung arti pemuliaan itu terjamin; 2Tes 2:14).

             Paulus memberikan ajaran ini kepada orang Kristen, orang-orang yg telah ‘dipanggil’, supaya mereka pasti tahu keamanan masa kini dan keselamatan yg terakhir, dan untuk menjadikan mereka menyadari betapa besarnya hutang mereka terhadap belas kasihan Allah. Orang’yg dipilih’ yg dibicarakan dalam tiap surat ialah dirinya sendiri dan orang-orang percaya yg dikirimi surat (’ kamu’, ‘kami’).

             Ada yg berkata bahwa ‘pengetahuan Allah yg mendahului’ bukanlah ‘penetapan terlebih dahulu’, dan pemilihan terhadap pribadi-pribadi dalam PB itu berarti Allah telah mengetahui terlebih dahulu bahwa orang-orang yg dipilih itu akan menerima Injil. Artinya, Ia tidak menentukannya. Kesulitan pandangan ini ialah: 

(1) berarti, pemilihan didasarkan pada amal dan jasa, sedang Alkitab menandaskan pemilihan berdasarkan kasih karunia (Rom 9:11; 2Tim 1:9), dan kasih karunia tidak memperhatikan sama sekali apa yg dikerjakan manusia untuk dirinya sendiri (Rom 4:4; 11:6; Ef 2:8 dab; Tit 3:5); 
(2) jika pemilihan itu dilakukan supaya orang percaya (2Tes 2:13) dan supaya ia berbuat baik (Ef 2:10), maka pemilihan itu tak dapat dilakukan atas dasar pengetahuan yg mendahului hal-hal itu; 
(3) seandainya pandangan itu benar, Paulus seharusnya menunjuk bukan kepada pemilihan Allah, tapi kepada iman orang Kristen sendiri sebagai dasar bagi kepastian akan keselamatannya yg final; 
(4) Alkitab memberi kesan menyamakan pengetahuan terlebih dahulu dengan penetapan terlebih dahulu (bnd Kis 2:23).

III. Pemilihan dan penolakan
          ‘Penolakan’ pertama-tama muncul dalam  Yer 6:30 (bnd Yes 1:22) berupa kiasan pemurnian logam. Gagasan yg terkandung dalamnya ialah, bahwa sesuatu yg karena keadaannya telah rusak, tak dapat lulus dari pengujian Allah, dan yg karena itu ditolak oleh-Nya. Perumpamaan itu muncul lagi dalam PB, dipakai untuk menggambarkan dunia bangsa-bangsa non-Yahudi (Rom 1:28) dan bagi orang Kristen (1Kor 9:27; 2Kor 13:5 dab; bnd  2Tim 3:8; Tit 1:16). Tapi teologi kristiani sejak Agustinus, bicara tentang penolakan bukan sebagai penolakan Allah terhadap orang-orang yg berbuat dosa di dalam sejarah hidup ini, melainkan sebagai apa yg ada di belakangnya, yaitu sebagai keputusan Allah sejak kekal, untuk melewati mereka dan tidak memberikan kepada mereka kasih karunia-Nya yg menyelamatkan (bnd 1Pet 2:8; Yud 1:4). Demikianlah menjadi lazim untuk merumuskan predestinasi (penentuan dari semula) sebagai terdiri dari pemilihan dan penolakan bersama-sama.

          Sudah dipersoalkan, apakah penolakan harus dengan cara itu dimasukkan ke dalam prothesis atau rencana Allah yg kekal. Ada beberapa orang yg membenarkan usaha memasukkannya dengan bersandar kepada Rom 9:17 dab; 21 dab; Rom 11:7 dab. Agaknya sulit mengingkarinya mengingat Rom 9:22, bahwa pengerasan hati dan tidak selamatnya beberapa orang, yg dalam ay Rom 9:19-21 ditunjukkan oleh Paulus sebagai hak Allah, benar-benar mewujudkan bagian dari maksud predestinasi-Nya; sekalipun perlu diperhatikan, bahwa maksud Paulus ialah untuk menekankan bukan kekerasan Allah untuk menolak, melainkan kesabaran-Nya untuk menahan kemurkaan-Nya terhadap orang-orang yg telah menjadi masak untuk dibinasakan (bnd Rom 2:4). Tapi untuk menetapkan jangkauan yg sebenarnya dari ay-ay ini dalam hubungannya tidaklah mudah; lih buku-buku tafsiran.

          
       KEPUSTAKAAN. 
  • Arndt; 13.13 Warfield, ‘Predestination’, J Denney, ‘Reprobation’, di HDB; Calvin, Institutes, 3, 21-24; 
  • Calvin, Concerning the Eternal Predestination of God, terjemahan Inggris oleh J. K. S Reid, 1960;
  •  E Jacob, Theology of the Old Testament, terjemahan Inggris, 1958, hlm 183-207; 
  • G. C Berkouwer, Divine Election, 1960; Tafsiran-tafsiran atas Rom 9; 10; 11, khususnya Sanday dan Headiam, ICC, 1902; P Jacobs, H Krienke, NIDNTT 1, hlm 692-697.

No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...