Saturday, March 31, 2018

KUASA KEBANGKITAN YESUS KRISTUS.


KUASA KEBANGKITAN YESUS KRISTUS.
       Ciri dan kejutan khas berita Kristen pertama ialah penekanannya pada kebangkitan. Pengkhotbah-pengkhotbah pertama yakin bahwa Kristus telah bangkit dan, karena itu, yakin bahwa orang-orang percaya akan bangkit pula pada waktunya. Hal ini membuat mereka bertentangan sama sekali dengan semua guru lain dari dunia kuno. Memang ada kebangkitan-kebangkitan pada agama lain, namun tidak satu pun yg sama dengan kebangkitan Kristus.
       Pada umumnya semua kebangkitan lain itu merupakan dongeng-dongeng yg dihubungkan dengan pergantian musim dan dengan keajaiban musim semi pada tiap tahun. Tapi Injil-injil menceritakan Seorang Pribadi yg sungguh-sungguh mati, namun mengalahkan kematian dengan bangkit kembali. Dan karena kebangkitan Kristus tidak sama dengan kebangkitan apa pun dalam kekafiran, maka benar pula bahwa sikap orang Kristen terhadap kebangkitan diri mereka sendiri, yg merupakan dampak wajar dari kebangkitan Tuhan, adalah sama sekali berbeda dari apa pun di dalam dunia kekafiran. Ciri khas pemikiran pada zaman itu ialah ketidakberdayaan menghadapi kematian. Jelas bahwa kebangkitan merupakan yg paling penting bagi iman Kristen.
       Gagasan Kristen tentang kebangkitan harus dibedakan baik dari gagasan Yunani maupun dari gagasan Yahudi. Orang Yunani menganggap tubuh sebagai hambatan ke kehidupan sejati, dan mereka mengharapkan saatnya jiwa akan bebas dari kungkungannya. Mereka memahami hidup setelah mati sebagai keamartaan1) jiwa, ‘tapi mereka dengan kuat menolak segala gagasan tentang kebangkitan (bnd olok-olok atas khotbah Paulus dlm #/TB Kis 17:32*). Orang Yahudi meyakini teguh harkat-harkat tubuh dan menganggapnya tidak akan binasa. Jadi mereka berharap bahwa tubuh akan dibangkitkan. Tapi mereka berpikir bahwa yg dibangkitkan adalah tepat tubuh yg sama dengan tubuh yg mati (Apoc Bar 1.2). Orang Kristen berpikir tentang tubuh yg dibangkitkan, tapi sebagai yg diubah sedemikian rupa sehingga ‘tepat guna’ bagi kehidupan yg akan datang, yg begitu berbeda dari kehidupan kini (#/TB 1Kor 15:42* dab). Jadi, gagasan Kristen adalah khas.
       1) Keamartaan dimaksudkan sebagai padanan immortalitas. Kata dasarnya ‘amarta’, dari bh Jawa yg berasal dari bh Sansekerta.
I. Kebangkitan dalam PB
          Mengenai kebangkitan hanya sedikit dalam PL dan tidak mencolok. Orang-orang PB sangat praktis, memusatkan perhatian pada tugas menjalani hidup kini dalam pelayanan kepada Allah. Mereka hanya memberi sedikit perhatian tentang kehidupan yg akan datang. Lagipula jangan dilupakan bahwa mereka hidup sebelum kebangkitan Kristus, padahal kebangkitan itu adalah justru dasar doktrin ini. Kadang-kadang mereka menggunakan gagasan tentang kebangkitan untuk menyatakan harapan nasional mengenai kelahiran kembali bangsa (ump #/TB Yeh 37*). Pernyataan yg paling jelas dan tegas mengenai kebangkitan pribadi adalah, ‘banyak dari antara orang-orang yg telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk memperoleh hidup yg kekal, dan sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yg kekal’ (#/TB Dan 12:2*). Ini jelas membayangkan kebangkitan baik orang benar maupun orang jahat, dan juga melihat konsekuensi-konsekuensi yg kekal dari perbuatan manusia.
          Ada bagian-bagian lain Alkitab yg membicarakan kebangkitan, terutama beberapa mazmur (ump #/TB Mazm 16:10* dab; #/TB Mazm 49:13* dab). Arti yg tepat dari perkataan Ayub yg terkenal itu (#/TB Ayub 19:25-27*) masih merupakan pencarian, tapi sulit untuk memastikan bahwa di sini tidak ada gagasan tentang kebangkitan. Kadang-kadang nabi-nabi pun mengungkapkan gagasan itu (ump #/TB Yes 26:19*). Tapi dalam keseluruhannya PL berbicara sedikit saja tentang kebangkitan. Barangkali sebabnya adalah fakta bahwa ajaran mengenai kebangkitan terdapat di antara bangsa-bangsa seperti Mesir dan Babel. Dalam suatu kurun waktu ketika sinkretisme merupakan bahaya yg gawat, fakta itu nampaknya telah mencegah orang Ibrani untuk terlalu menaruh perhatian terhadap gagasan tentang kebangkitan.
          Selama periode antara dua Perjanjian, ketika bahaya tidak begitu menekan, gagasan tentang kebangkitan lebih menonjol. Tidak dicapai kesepakatan mengenai itu, malah dalam zaman PB orang Saduki tetap menolak adanya kebangkitan. Tapi pada waktu itu kebanyakan orang Yahudi menerima gagasan tentang kebangkitan. Pada umumnya mereka menganggap bahwa tubuh-tubuh yg sama ini akan dikembalikan hidup sebagaimana adanya sekarang.
II. Kebangkitan Kristus
          Dalam tiga peristiwa Kristus menghidupkan kembali orang mati (putri Yairus, putra janda dari Nain, dan Lazarus). Tapi itu tidak dianggap sebagai kebangkitan, melainkan hidup kembali. Tidak ada petunjuk bahwa seorang pun dari ketiganya mengalami lain kecuali kembali ke kehidupan yg telah mereka tinggalkan. Dan Paulus dengan tegas mengatakan, bahwa Kristus adalah ‘yg sulung dari orang-orang yg telah meninggal’ (#/TB 1Kor 15:20*). Tapi keajaiban-keajaiban itu memperlihatkan bahwa Kristus adalah Tuan atas maut. Hal itu nyata lagi dalam fakta bahwa la bernubuat yg la akan bangkit pada hari yg ke-3 setelah disalibkan (#/TB Mr 8:31; 9:31; 10:34*; dll). Hal ini adalah penting. Ini memperlihatkan bahwa Kristus adalah berdaulat dan berkuasa atas keadaan. Itu berarti pula bahwa kebangkitan adalah sangat penting, sebab kejujuran Tuhan Yesus terlibat di dalamnya.
          Injil-injil menyaksikan bahwa Kristus disalibkan, mati dan dikuburkan. Juga menyaksikan bahwa pada hari yg ketiga kuburan yg di dalamnya Dia dikuburkan menjadi kosong. Dan bahwa malaikat-malaikat mengatakan kepada perempuan-perempuan tertentu, bahwa Yesus dibangkitkan, dan bahwa dalam jangka waktu beberapa minggu Ia muncul di depan para pengikut-Nya. Sering kali disangkal bahwa Yesus bangkit, tapi sangkalan itu sama sekali tidak dapat bertahan terhadap bukti-bukti berupa fakta-fakta nyata. Bukti pertama, yakni fakta nyata kuburan yg kosong. Keempat Injil sepakat mengenai hal ini. Ada yg mendalihkan bahwa murid-murid pergi ke kuburan yg salah, di mana seorang muda berpakaian putih berkata, ‘la tidak di sini’, yg berarti, Ia ada di kuburan yang lain’. Pada satu pihak itu adalah spekulasi semata-mata. Pada pihak lain menimbulkan macam-macam pertanyaan. Adalah tidak mungkin, bahwa kuburan yg benar sama sekali dilupakan oleh semua orang, baik kawan maupun lawan. Dan apabila ‘kuburan yang sebenarnya’ maupun ‘kuburan yang lain’ itu memang masih berisikan mayat Yesus, kenapa penguasa dan lawan-lawan Yesus tidak menjadikan itu bukti untuk membuyarkan berita kebangkitan, yg justru sangat mereka tentang dan sangat memusingkan mereka?
Tapi kalau toh kosongnya kuburan Yesus itu harus dipermasalahkan, maka ada tiga kemungkinan:
  • Pertama, para sahabat Yesus menyingkirkan tubuh Yesus;
  • Kedua, para lawan Yesus menyingkirkan tubuh Yesus;
  • Ketiga, benar Yesus bangkit.
 Kemungkinan pertama sukar dipertahankan. Semua bukti menunjukkan bahwa tidak ada pikiran tentang kebangkitan dalam benak para murid. Mereka mutlak tak berpengharapan pada sore hari Jumat Agung yg pertama itu. Mereka putus asa, kalah, bersembunyi karena ketakutan terhadap orang-orang Yahudi. Lagipula, Matius menceritakan bahwa penjaga ditempatkan di seberang kuburan Yesus, sehingga tidak mungkin mereka telah mencuri mayat Yesus, seandainya pun mereka ingin melakukannya.
          Tapi ketidakmungkinan yg melengkapkan segala ketidakmungkinan ialah, bahwa murid-murid sendiri menderita karena memberitakan kebangkitan, sebagaimana Kis mencatat bahwa mereka menanggung derita karenanya. Beberapa orang dipenjarakan, dan Yakobus dihukum mati. Orang tidak akan mau memikul hukuman-hukuman demikian hanya demi menjunjung tinggi sesuatu yg mereka sendiri jelas ketahui adalah penipuan. Harus pula dipertimbangkan, bahwa ketika agama Kristen menjadi masalah gawat, sehingga cukup alasan bagi para penguasa untuk membasminya, tentu para imam kepala telah siap untuk membayar informasi mengenai pencurian mayat Yesus. Tentang bayaran, kasus Yudas cukup menunjukkan bahwa seorang pengkhianat bisa dibeli di kalangan murid-murid. Dengan segala pertimbangan itu, mustahillah untuk beranggapan bahwa orang Kristen mencuri mayat Kristus.
          Juga adalah sama sulitnya untuk mempertahankan pandangan, bahwa musuh-musuh Yesus memindahkan tubuh Yesus. Mengapa mereka harus melakukan itu? Jelas tidak ada alasan yg masuk akal. Seandainya mereka memang melakukannya, maka mereka sendiri telah membangkitkan berita kebangkitan, yg justru jelas terbukti mereka mati-matian membasminya. Lagipula penjaga kuburan akan jadi penghalang bagi mereka seperti bagi murid-murid. Dan atas kemungkinan kedua, penolakan paling kuat dan menentukan ialah, kemustahilan mereka dapat atau mampu menunjukkan atau mengajukan mayat Yesus, sebagai satu-satunya bukti utuh dan sempurna bahwa mayat itu tidak bangkit, teristimewa pada pertama kalinya berita kebangkitan diberitakan.
          Petrus dan sahabat-sahabatnya memberikan penekanan utama pada kebangkitan Tuhan Yesus. Jelas betapa kebangkitan itu memotivasi dan memacu pikiran mereka. Dalam situasi demikian, seandainya musuh-musuh mereka mempertunjukkan tubuh Yesus, maka agama Kristen pasti telah tenggelam jadi tertawaan besar. Bungkamnya orang Yahudi adalah sama bobotnya dan maknanya dengan wicaranya orang Kristen itu. Kemustahilan atau ketidakmampuan musuh-musuh Yesus untuk mempertunjukkan tubuh Yesus, menjadi bukti yg memeteraikan bahwa kemustahilan itu adalah mutlak!
          Kedua kemungkinan di atas sama-sama tidak dapat diterima. Justru kebangkitan sebagai penyebab kuburan menjadi kosong mencolok khas sebagai kenyataan, benar dan mutlak. Ini diperkuat oleh penampakan-penampakan Yesus sesudah kebangkitan. Seluruhnya 10 kali penampakan dalam peristiwa yg berbeda-beda, yg direkam dalam lima cerita yg kita miliki (ke-4 Injil dan #/TB 1Kor 15*). Memang sukar menyelaraskan cerita-cerita itu (namun bukan tidak mungkin, usaha dim Scofield Reference Bible, menunjukkan bahwa penyelarasan adalah mungkin). Kesulitan-kesulitan itu hanyalah menunjukkan bahwa cerita-cerita itu berdiri sendiri. Tidak ada pengulangan yg baku dari suatu cerita resmi. Dan ada kesesuaian yg mengesankan mengenai fakta-fakta pokok. Ada keanekaragaman dalam kesaksian-kesaksian utama. Kadang-kadang 1 atau 2 orang melihat Tuhan Yesus, kadang-kadang jumlah yg lebih besar, ump ke-11 murid, lain kali sebanyak 500 orang. Baik laki-laki maupun perempuan termasuk dalam jumlah itu. Penampakan itu kebanyakan kepada orang-orang percaya, tapi penampakan kepada Yakobus barangkali merupakan kepada orang yg sampai pada saat itu tidak percaya.
          Istimewa pentingnya adalah Paulus. Ia tidak mudah percaya, terpelajar dan sangat membenci orang Kristen. Dan ia tegas telah melihat sendiri Yesus setelah Yesus bangkit dari kematian. Paulus begitu pasti mengenai kebangkitan Yesus, sehingga ia mendasarkan seluruh sisa hidupnya pada kepastian. Tentang Paulus berkata Canon Kennett, ‘dalam jangka waktu 5 thn pertama dari penyaliban Yesus, bukti kebangkitan Yesus dalam hemat paling sedikit seorang terpelajar, tak dapat dibantah’ (Interpreter 5, 1908-1909, hlm 267).
          Dalam semua hal ini janganlah dilupakan perubahan diri murid-murid. Sebagaimana dikemukakan di atas, mereka adalah orang-orang yg kalah total dan putus asa pada waktu penyaliban Yesus, tapi hanya beberapa hari kemudian sesudah itu mereka bersedia dijebloskan ke penjara bahkan mati demi Yesus. Mengapa ada perubahan itu? Orang tidak akan menempuh risiko sedemikian apabila mereka tidak benar-benar yakin akan kebenaran sesuatu. Murid-murid benar-benar yakin justru karena mereka adalah saksi mata.
          Juga dapat ditambahkan bahwa keyakinan mereka tercermin dalam ibadah mereka. Mereka menghormati hari Tuhan, suatu peringatan mingguan tentang kebangkitan, sebagai ganti hari Sabat. Pada hari Tuhan mereka melaksanakan perjamuan suci, yg adalah bukan peringatan tentang Kristus yg mati, melainkan pengungkapan dan pernyataan terima kasih untuk berkat=berkat yg diberikan oleh Tuhan yg hidup dan menang berjaya. Sakramen mereka yg lain, baptisan, adalah mengingatkan bahwa orang percaya dikuburkan bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Dia (#/TB Kol 2:12*). Kebangkitan memberi makna kepada semua yg mereka lakukan.
          Sering dikatakan bahwa Kristus tidak benar mati, melainkan jatuh pingsan. Kemudian dalam dinginnya kuburan la sadar kembali. Ini menimbulkan bermacam-macam pertanyaan. Bagaimana Kristus keluar dari kuburan? Apa yg terjadi kemudian atas Dia? Apa kegiatan-Nya sesudah itu? Kenapa la tidak segera ditangkap? Kapan Dia mati dan di mana dikuburkan? Dan pertanyaan-pertanyaan lain.
          Di samping itu pendapat lain mengatakan bahwa murid-murid korban halusinasi. Tapi penampakan-penampakan setelah kebangkitan tidak dapat diterangkan dengan cara demikian. Halusinasi dialami orang dalam hal tertentu dan yg mencarinya. Tidak ada bukti bahwa hal itu terdapat di antara para murid. Dan sekali halusinasi mulai, akan cenderung untuk terulang terus; padahal sebaliknya, penampakan Yesus berhenti tiba-tiba. Halusinasi merupakan ihwal pribadi, padahal penampakan bahkan terhadap 500 orang terjadi sekaligus — bersama-sama dan dalam suatu waktu yg sama melihat Tuhan Yesus. Jelas tidak ada gunanya menukarkan keajaiban pada aras fisik (kebangkitan tubuh) dengan keajaiban pada aras psikologis (halusinasi masal) yg dituntut oleh pandangan ini.
          Pada zaman modern ini banyak ahli yg berkata bahwa kebangkitan dari kematian tidaklah mungkin, bahwa ‘tulang-tulang Yesus beristirahat di tanah Palestina’. Mereka ‘menerangkan’ bahwa Yesus bangkit dalam pemberitaan Kristen, artinya: para murid mengerti bahwa sekalipun sudah mati la hidup melalui kematian, sehingga mereka boleh memberitakan la masih hidup. Yg lain ‘menerangkan’ kebangkitan sebagai perubahan dalam pikiran para murid. Orang-orang ini telah mengenal Yesus yg hidup dalam kebebasan penuh, sekarang mereka juga mengalami kebebasan demikian. Artinya, mereka mengerti bahwa walaupun Yesus mati, pengaruh-Nya masih hidup.
          Tentang pandangan-pandangan berdasarkan filsafat di atas, ada dua hal yg perlu dikatakan. Pertama, Alkitab tidak berkata demikian. Alkitab tegas, gamblang dan pasti: Yesus mati, dikuburkan, lalu bangkit. Kedua, kesulitan besar di sini ialah hal moral. Pasti murid-murid percaya bahwa Yesus telah bangkit dan kepercayaan mereka mantap dan mutlak. Kebangkitan itulah tema pokok berita mereka dan yang memacu mereka. Apabila Yesus mati dan tinggal mati, maka Allah telah membangun gereja atas penipuan, suatu kesimpulan yg tidak mungkin. Lagipula, pandangan-pandangan semacam itu mengabaikan kuburan yg kosong — bukti dan fakta nyata yg tak terpungkiri. Juga perlu ditambahkan bahwa pandangan-pandangan filsafat itu merupakan pandangan modem (kendati didahului oleh #/TB 2Tim 2:17* dab), dan adalah jelas tidak merupakan bagian dari Kekristenan yg historis.
III. Kebangkitan orang-orang percaya
          Bukan hanya Yesus yg bangkit, tapi pada satu hari semua orang juga akan bangkit. Yesus mematahkan ketidakpercayaan kelompok Saduki mengenai kebangkitan dengan pembuktian Alkitab yg sangat menarik (#/TB Mat 22:31,32*). Kesepakatan umum PB ialah bahwa kebangkitan Kristus mendampakkan serta kebangkitan orang percaya. Yesus berkata, ‘Aku-lah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati’ (#/TB Yoh 11:25*). Beberapa kali Yesus bicara tentang hal membangkitkan orang-orang percaya pada akhir zaman (#/TB Yoh 6:39,40,44,54*). Orang Saduki sangat marah karena para rasul mengajarkan bahwa ‘dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati’ (#/TB Kis 4:2*). Paulus berkata, ‘Sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus’ (#/TB 1Kor 15:21* dab; bnd #/TB 1Tes 4:14*). Demikian juga Petrus berkata bahwa Allah ‘telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yg penuh pengharapan’ (#/TB 1Pet 1:3*).
          Betapa jelas bahwa para penulis PB melihat kebangkitan Kristus sebagai suatu kejadian yg tidak berdiri sendiri. Itu adalah tindakan akbar Ilahi, suatu tindakan yg penuh konsekuensi bagi manusia. Dengan membangkitkan Kristus, maka Allah membubuhkan meterai yg mengukuhkan karya penebusan dan penyelamatan yg dilaksanakan Kristus di kayu salib. Allah memperlihatkan kuasa ilahi-Nya di depan dosa dan maut, dan sekaligus kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia. Jadi, kebangkitan orang percaya secara langsung adalah seutuhnya dampak dari kebangkitan Kristus — Juruselamat. Kebangkitan begitu khas bagi orang percaya, sehingga Yesus mengatakan bahwa ‘mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan’ (#/TB Luk 20:36*).
          Tapi itu tidak berarti bahwa semua yg bangkit akan bangkit ke dalam berkat. Yesus bicara tentang ‘kebangkitan untuk hidup yg kekal’, tapi juga tentang ‘kebangkitan untuk penghukuman’ (#/TB Yoh 5:29*). Ajaran PB jelas dan tegas bahwa semua akan bangkit, tapi mereka yg menolak Kristus akan mendapati kebangkitan sebagai kemutlakan yg teramat pahit. Bagi orang percaya adalah fakta, bahwa kebangkitan mereka berkaitan dengan kebangkitan Kristus, dan justru itulah yg mengubah keadaannya. Dalam terang karya penebusan-Nya untuk mereka, orang percaya menyambut kebangkitan dengan ketenangan dan kegembiraan.
          Mengenai hakikat tubuh kebangkitan, Alkitab bicara hanya sedikit. Paulus menyebutnya ‘tubuh rohaniah’ (#/TB 1Kor 15:44*), yg agaknya berarti sarana yg memenuhi kebutuhan roh. Dengan jelas ia membedakannya dari ‘tubuh alamiah’ yg sekarang kita miliki. Dapat disimpulkan bahwa tubuh kebangkitan yg memenuhi kebutuhan roh, dalam beberapa hal berbeda dari tubuh alamiah kita yg sekarang. Tubuh rohaniah memiliki kualitas-kualitas: tidak binasa, mulia, kuat (#/TB 1Kor 15:42* dab). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa tidak akan ada kawin-mawin setelah kebangkitan, dan dengan demikian tidak ada fungsi seksual (#/TB Mr 12:25*).Menolong sekali memikirkan tubuh kebangkitan Kristus, sebab Yohanes berkata bahwa, ‘kita akan menjadi sama seperti Dia’ (#/TB 1Yoh 3:2*), dan Paulus mengatakan bahwa’tubuh kits yg hina’ akan diubah ‘sehingga serupa dengan tubuh-Nya yg mulia’ (#/TB Fili 3:21*).
          Tubuh kebangkitan Kristus dalam beberapa hal sama seperti tubuh alamiah, tapi dalam beberapa hal lain berbeda Demikianlah, pada beberapa peristiwa Dia dikenal dengan segera (#/TB Mat 27:9*; #/TB Yoh 20:19* dab), tapi pada peristiwa-peristiwa lain tidak (khususnya perjalanan ke Emaus, #/TB Luk 24:16*; bnd #/TB Yoh 21*). la muncul tiba-tiba di tengah-tengah murid-murid yg berkumpul dengan pintu tertutup (#/TB Yoh 20:19*); tapi sebaliknya la lenyap dari pandangan kedua orang di Emaus (#/TB Luk 24:31*). la bicara tentang diriNya yg memiliki ‘daging dan tulang’ (#/TB Luk 24:39*). Kadang-kadang Ia menikmati makanan (#/TB Luk 24:41-43*) kendati makanan jasmaniah bukanlah kebutuhan bagi kehidupan di seberang kematian (bnd #/TB 1Kor 6:13*). Dan adalah jelas, bahwa Tuhan Yesus yg telah bangkit dapat menyesuaikan diri dengan batasan-batasan kehidupan jasmani seturut kehendak-Nya. Hal itu memberi kesan, bahwa apabila kita bangkit kita akan memiliki kemampuan yg sama.
IV. Makna doktrin kebangkitan
          Dalam Kristologi (ajaran mengenai Kristus) kebangkitan adalah sangat penting. Fakta bahwa Yesus bernubuat akan bangkit dari kematian pada hari yg ke-3, mempunyai siratan sangat penting bagi pribadi-Nya. Pribadi yg dapat berbuat demikian adalah Pribadi yg lebih besar daripada manusia biasa. Paulus menalar jelas kebangkitan Kristus sangat penting. ‘Andaikata Kristus tidak dibangkitkan’, katanya, ‘maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu…. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah kepercayaan kamu; kamu masih hidup di dalam dosamu’ (#/TB 1Kor 15:14,17*). Maksudnya ialah bahwa Kekristenan adalah Injil, dan Injil adalah kabar baik tentang bagaimana Allah mengutus AnakNya untuk menjadi Juruselamat manusia. Tapi jika Kristus tidak benar bangkit, maka kita tidak mempunyai jaminan bahwa keselamatan kita telah terselesaikan.
Jadi dengan demikian realitas kebangkitan Kristus mempunyai arti yg sangat dalam. Kebangkitan orang percaya juga penting. Pandangan Paulus ialah, bahwa jika orang mati tidak akan bangkit, maka kita boleh menerima semboyan ‘marilah makan dan minum, sebab besok kita akan mati’ (#/TB 1Kor 15:32*). Bagi orang percaya kehidupan kini tidaklah berarti segala-galanya. Harapan mereka terletak di tempat lain (#/TB 1Kor 15:19*). Dan harapan itulah yg memberikan kepada mereka perspektif dan makna kehidupan yg dalam.
          Kebangkitan Kristus dihubungkan dengan keselamatan orang percaya seperti dikatakan, ‘Yesus, yg telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita’ (#/TB Rom 4:25*; bnd #/TB Rom 8:33* dab). Kebangkitan Kristus dihubungkan dengan tindakan yg pokok, yg dengannya orang percaya diselamatkan. Keselamatan bukanlah sesuatu yg terjadi terlepas dari kebangkitan.
          Hubungan kebangkitan dengan keselamatan tidak pula berhenti di situ. Paulus bicara tentang keinginan mengenal Kristus ‘dan kuasa kebangkitan-Nya’ (#/TB Fili 3:10*), dan ia mendesak orang Kolose, ‘Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yg di atas…’ (#/TB Kol 3:1*). la sudah mengingatkan mereka bahwa mereka dikuburkan bersama dengan Kristus dalam baptisan, dan dalam sakramen yg sama mereka dibangkitkan bersama dengan Dia (#/TB Kol 2:12*). Dengan kata lain, rasul melihat kuasa yg sama, yg membangkitkan Kristus dari antara orang mati diberlakukan atas mereka yg menjadi milik Kristus. Kebangkitan terus terjadi.

  • KEPUSTAKAAN.
  • W Milligan, The Resurrection of Our Lord, 1883;
  • J On, The Resurrection of Jesus, 1909;
  • W. J Sparrow-Simpson, The Resurrection and Modern Thought, 1911;
  • P Gardner-Smith, The Narratives of the Resurrection, 1926;
  • K Barth, The Resurrection of the Dead, 1933;
  • M Ramsey, The Resurrection of Christ, 1946;
  • G Vos, dalam PTR 27, 1929, hlm 1-35, 193-226;
  • N Clark, Interpreting the Resurrection, 1967;
  • W Marxsen, The Resurrection of Jesus of Nazareth, 1970;
  • L Coenon, C Brown dalam NIDNTT 3, hlm 257-309.

Thursday, March 29, 2018

MAHKOTA, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan MAHKOTA, DURI


MAHKOTA

       Hiasan kepala yg khas, umumnya dirias, dipakai oleh raja-raja dan orang-orang besar lainnya.

       ==> Image 00163


I. Perjanjian Lama

          Mahkota imam besar ialah sebuah jamang patoni emas dengan tulisan ‘Kudus bagi Tuhan’, diikatkan kepala serban oleh seutas tali biru, yg menjadi lambang kesalehan (#/TB Kel 29:6; 39:20*; #/TB Im 8:9; 21:12*). Setelah pembuangan di Babel, pada thn 520 sM Zakharia (#/TB Za 6:11-14*) diperintahkan oleh Allah membuat mahkota emas dan perak dan mengenakannya di kepala Yosua, imam besar. Mahkota-mahkota ini kemudian ditempatkan di Bait Suci sebagai tanda perkenan Allah. Mungkin kedua mahkota itu digabungkan menjadi satu mahkota rangkap, yg menentukan pelayanan imamat dan kerajaan pada satu orang.

          Di antara mahkota kerajaan, mahkota emas Daud menjadi lambang dari jabatan raja yg diberikan oleh Allah (#/TB Mazm 21:3*; bnd #/TB Mazm 132:18*; penarikan kembali pemberian Allah — dan mahkota — bnd #/TB Mazm 21:4,5*). Penobatan atau pemahkotaan Yoas diberitakan (#/TB 2Raj 11:12*; #/TB 2Taw 23:11*). Daud merebut mahkota emas berhias permata raja (atau dewa Milkom) dari Amen, yg beratnya satu talenta (#/TB 2Sam 12:30*; #/TB 1Taw 20:2*). Patung raja-raja Amen (dan dewa-dewanya) memakai mahkota besar yg tinggi (lih F. F Bruce, Israel and the Nations, 1969, gbr 1). Bagi mahkota berhias permata, bnd #/TB Za 9:16*. Mahkota kerajaan yg besar milik ratu Wasti, permaisuri Ahasyweros (#/TB Est 1:11*), pindah di kepala Ester (#/TB Est 2:17*), dan pakaian kerajaan yg dengannya Mordekhai akhirnya dihormati mencakup sebuah mahkota emas. (#/TB Est 6:8; 8:15*).

          Disamping menjadi lambang kerajaan (#/TB Ams 27:24*) mahkota juga menjadi kiasan kemuliaan (#/TB Ayub 19:9*; #/TB Yes 28:5; 62:3*; #/TB Yer 13:18*; #/TB Rat 5:16*; #/TB Ams 4:9; 12:4; 14:24; 16:31; 17:6*), dan kadang-kadang, yg kurang menyenangkan, kemegahan (#/TB Ayub 31:6*; #/TB Yes 28:1,3*).

          Dunia Alkitab memberikan banyak teladan tentang keanekaragaman mahkota. Di Mesir raja dan dewa-dewa memakai aneka ragam mahkota yg tinggi dan rumit yg mempunyai bermacam-macam anti, tapi juga mahkota yg hanya mempunyai satu pita emas yg bulat atau satu diadim. Yg paling khas ialah Mahkota Rangkap yg besar dari Mesir Atas dan Mesir Bawah digabungkan, menjadi mahkota merah dari Mesir Bawah (tutup kepala datar, dgn spiral di depan dan penonjolan tinggi di bagian belakang), di atasnya mahkota putih dari Mesir Atas (tinggi, berbentuk kerucut, dgn bonggal yg paling atas). Mahkota Firaun di bagian depan senantiasa diberi uraeus atau kobra kerajaan.

          Di Mesopotamia raja-raja Asyur memakai satu tutup kepala berbentuk kerucut yg terpotong, dihiasi dengan pembalut-pembalut dari sulaman berwarna atau batu-batu permata, atau satu diadim sederhana. Raja-raja Babel memakai serban yg dilintir hingga berakhir pada suatu puncak; lih H Frankfort, Art and Architecture of the Ancient Orient, 1954, gbr 87-89, 95, 109, 110, 114, 116, 120.

          Penggalian-penggalian di Palestina telah menghasilkan sejumlah lapisan emas bulat atau diadim; bagi sebuah diadim yg terdiri dari pica emas berbintik-bintik, lih Petrie, Ancient Gaza III, 1933, gbr 14.6, 15. Lih juga untuk contoh-contoh yg lain K Galling, Biblisches Reallexikon, 1937, kolom 125-128 dan gambar-gambar. KAK/HH

II. Perjanjian Baru

          Ada dua kata yg harus dibicarakan. Yg terpenting ialah stephanos, yg sebenarnya menunjuk kepada sebuah rangkaian bunga berbentuk lingkaran, atau satu tasbih atau pita. Kata itu dipakai bagi mahkota duri Kristus. ‘Duri’ dalam bh Yunani agak umum artinya, sehingga tidaklah mungkin memastikan tanaman apa yg dipakai. Jelas bahwa ‘mahkota’ ini menjadi lambang raja ejekan, barangkali juga lambang ilahi ejekan (lih H. St. J Hart, JTS, NS 3, hlm 66-75). Tapi sekalipun stephanos dapat menunjuk kepada satu mahkota kerajaan (#/TB Wahy 6:2*, dll), pemakaiannya yg lebih biasa ialah untuk kalung daun salam yg dihadiahkan kepada yg menang dalam olahraga, atau bagai karangan bunga pesta yg dipakai pada kejadian-kejadian yg menggirangkan. Pemakaian-pemakaian ini mendasari sebagian besar hunjukan-hunjukan PB.

          Demikianlah Paulus mengingatkan orang Korintus bahwa para olahragawan berusaha ‘untuk memperoleh suatu mahkota yg fana’, tapi ia menambahkan, ‘kits untuk memperoleh suatu mahkota yg abadi’ (#/TB 1Kor 9:25*). Penting sekali bahwa pencari mahkota itu ‘bertanding menurut peraturan-peraturan’ (#/TB 2Tim 2:5*). Kadang-kadang mahkota Kristiani itu bersifat kini dan di sini, mis Paulus memandang orang-orang yg bertobat karena pelayanannya sebagai mahkotanya (#/TB Fili 4:1*; #/TB 1Tes 2:19*). Lebih biasa mahkota dipandang sebagai bersifat ‘setelah hidup ini’, sebagai ‘mahkota kebenaran yg akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yg adil, pada hari-Nya’ (#/TB 2Tim 4:8*). Ada juga hunjukan-hunjukan kepada ‘mahkota hidup’ (#/TB Yak 1:12*; #/TB Wahy 2:10*), dan kepada ‘mahkota kemuliaan yg tidak dapat layu’ (#/TB 1Pet 5:4*).

          Mahkota bisa saja hilang, sebab orang Kristen diperingatkan supaya teguh memegangnya agar jangan sampai dirampas dari dia (#/TB Wahy 3:11*). Allah telah memahkotai manusia ‘dengan kemuliaan dan hormat’ (#/TB Ibr 2:7*), dan Yesus dimahkotai seperti itu ‘supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia’ (#/TB Ibr 2:9*). Diadema tidak sering dipakai (#/TB Wahy 12:3; 13:1; 19:12*). Dalam PB kata itu senantiasa menjadi lambang kerajaan dan kehormatan. LM/HH

MAHKOTA, DURI

       Mahkota duri dibuat oleh prajurit-prajurit Roma dan ditaruh di kepala Yesus waktu Dia diejek sebelum disalibkan (#/TB Mat 27:29*; #/TB Mr 15:17*; #/TB Yoh 19:2*).

       Bersama tongkat buluh dan jubah ungu, mahkota ini melambangkan Yesus Raja orang Yahudi. Begitu juga tulisan di kayu salib menyatakan ejekan. Tapi orang Kristen melihat hidup Yesus sebagai perjalanan seorang raja mulai dari palungan Betlehem menuju kayu salib di Golgota. Justru peristiwa-peristiwa di mana Dia kelihatan bukan seperti Raja, telah memikat kesetiaan mereka lebih dari hal mana pun yg lain. Khususnya bagi Yohanes, saat Yesus merendahkan diri saat itu merupakan kemuliaan-Nya (#/TB Yoh 12:31-33*; bnd #/TB Ibr 2:9*).

       Tak dapat dipastikan tumbuhan mana yg dimaksud akantha. Ada berbagai tumbuhan yg berduri tajam, tumbuh di Palestina. Duri dipandang oleh orang Kristen sebagai lambang dari pengaruh-pengaruh dosa (#/TB Kej 3:18*; #/TB Bil 33:55*; #/TB Ams 22:5*; #/TB Mat 7:16; 13:7*; #/TB Ibr 6:8*). H. St J Hart (JTS ns 3, 1952)
Menyarankan bahwa mahkota duri itu dibuat dari daun korma, yg banyak tersedia. Phoenix dactylifera mempunyai duri-duri yg tajam. Maka mahkota ini mungkin dimaksudkan demikian supaya menyerupai ‘mahkota yg memancarkan cahaya’ dari suatu penguasa ilahi, sehingga Yesus diejek sebagai ‘Allah’ maupun sebagai ‘raja’.

PENGHIBUR, Telah Datang (NKI 30) PENGANTARA



NKI 30 Penghibur Telah Datang
The Comforter Has Come
Versi 1
1
Tersiar kabar t’rang keliling alam g’lap
Tempat hati debar ditindih susah b’rat
Saudara bergemar bersorak sebenar
Penghibur t’lah datang.
Penghibur tlah datang
Penghibur tlah datang
Roh dari surgalah karunia Bapa Hu maklumkanlah jua
Pada manusia Penghibur t’lah datang.
2
Malam yang panjang g’lap dan ratap yang gegap
K’lak akan lalulah dan siang gantilah
Terusir tofan d’ras melintas gunung k’ras
Penghibur t’lah datang
3
Sultan yang kusembah yang b’ri penyembuhan
Jiwa yang terikat terlolos dari maut
Yang hidup dalam-Nya bernyanyi soraklah
Penghibur t’lah datang.
4
Betapa lidahku dapat mengabarkan
Anug’rah pelepas cinta yang tak watas
Jiwa yang tersesat dib’ri bahagia
Penghibur t’lah datang.

PENGHIBUR

       Istilah Ibrani yoes terdapat dalam #/TB Ams 24:6*b. #/TB Yes 9:7* memakainya sebagai gelar Mesias, dengan berkata bahwa dalam hal menghiburkan Ia ajaib (pele).

       Kata parakletos dalam tulisan-tulisan Yohanes, yg berasal dari kata kerja parakaleo, yg secara harfiah berarti ‘memanggil ke samping’, telah diartikan baik secara aktif maupun pasif; secara aktif berarti seseorang menyertai dan memperingatkan atau memberi semangat, jadi Penolong (#/TB Yoh 14:16*) dan ‘Penghibur’ (#/TB Yoh 14:26; 15:26; 16:7*); secara pasif berarti seseorang yg dipanggil untuk membantu orang lain, khususnya di pengadilan (walaupun sebagai kawan dari tertuduh bukanlah pembela profesional), dari mana ‘Pengantara’ dalam #/TB 1Yoh 2:1*. Banyak terjemahan hanya mentransliterasi kata Yunani, karena itu nama’Paraklete’ adalah untuk Roh Kudus.

       Parakaleo sering dipakai dalam PB dengan arti ‘memperingatkan’, ‘memberi semangat’, dan #/TB Kis 9:31* dengan sengaja menyebut tentang paraklesis Roh Kudus, yg mungkin berarti ‘peringatan’ atau ‘dorongan’ Roh (walaupun hal itu mungkin berarti seruan mohon bantuan Roh).

       Tidak banyak bukti pemakaian parakletos secara aktif di luar PB atau tafsiran-tafsiran para Bapak leluhur mengenai bagian-bagian Injil. Mereka nampaknya mengasalkan arti ‘Penghibur’ atau ‘Penolong’ hanya dari pengertian ay-ay sekitarnya, yg menceritakan kesedihan para murid ketika akan ditinggalkan Yesus, dan tentang kebutuhan mereka untuk mendapat lebih banyak ajaran tentang Dia. Hal mengasalkan dari pengertian umum ini memang masuk akal. Pada ay #/TB Kis 16:2*, dalam terjemahan bh Yunani Akwiladan Theodotion memakai parakletoi, padahal LXX memakai parakletores; yg terakhir ini adalah istilah yg biasa yg berarti ‘orang-orang penghibur’.

       Pada pihak lain, bantuan Roh yg dijanjikan dalam #/TB Mat 10:19,20*; #/TB Mr 13:11*; #/TB Luk 12:11,12* adalah persis seperti pengacara di depan para penguasa Yahudi dan penguasa duniawi. Bahkan #/TB Yoh 16:8-11* bernada seperti pengadilan, meskipun tentang penuntutan bukan pembelaan. Terjemahan ‘pengantara’ lebih layak dalam #/TB 1Yoh 2:1*, dimana orang yg berdosa dibayangkan sebagai orang yg dituduh di depan pengadilan Allah. Namun, bahkan di sini, arti yg lebih umum bukanlah tidak mungkin.

       Pembuktian berimbang dengan baik sekali, dan sementara itu seringnya kata itu muncul dalam Injil ke-4 nampak nya menyarankan lebih dari satu arti, maka terjemahan yg mempunyai dua arti adalah lebih baik.

       Sementara ahli berkata bahwa penerapan kata parakletos dalam Injil kepada Roh, dan dalam Surat kepada Yesus Kristus, menunjukkan bahwa kedua karya itu ditulis oleh penulis yg berbeda. Tapi: (i) Paraklesis Roh dialami di tengah-tengah bahaya dan kesulitan duniawi; Yesus nampak di sorga untuk kits; (ii) jabatan-jabatan yg berbeda tapi sejajar ini juga tercermin dalam #/TB Rom 8:26,34*; Roh berdoa dalam diri kita dan Kristus yg telah bangkit berdoa untuk kita dalam sorga; (iii) kata-kata allos parakletos yg dipakai dalam #/TB Yoh 14:16*, walaupun Yunani memperkenankan terjemahan ‘yg lain, seorang Parakletos’, berarti ‘parakletos lain’, artinya bahwa Yesus sendiri adalah Parakletos. *ROH KUDUS.

       KEPUSTAKAAN.
  • ‘The Holy Spirit in the Fourth Gospel’, JTS, NS I, 1950, hlm 7-15; G Johnston, The Spirit Paraclete in the Gospel of John, 1970, hlm 80-118.


ANTARA, PENGANTARA

       Istilah ini jarang muncul dalam Kitab Suci (#/TB Gal 3:19-20*; #/TB 1Tim 2:5*; #/TB Ibr 8:6; 9:15; 12:24*; #/TB Ayub 9:33*; LXX). Tapi gagasan tentang pengantaraan dan orang-orang yg berperan sebagai pengantara merasuki Alkitab. Fungsi pengantara ialah menengahi dua pihak guna menciptakan hubungan baik antara mereka, yg tak dapat dilakukan oleh pihak-pihak bersangkutan. Keadaan yg menuntut keterlibatan pengantara, biasanya adalah keretakan yg terjadi antara dua pihak, dan pengantara mengusahakan pendamaian dan keutuhan kembali. Dalam lingkungan manusiawi, Yoab bertindak sebagai pengantara bagi Daud dan Absalom (#/TB 2Sam 14:1-23*). Ayub mengungkapkan betapa ia membutuhkan pengantara bertalian dengan hubungannya terhadap Allah, waktu dia berkata, ‘Tidak ada wasit di antara kami, yg dapat memegang kami berdua!’ (#/TB Ayub 9:33*).

          I. Dalam PL

          Dalam PL nabi-nabi dan imam-imam secara khusus menggenapi jabatan pengantara dalam tatanan hidup, yg ditetapkan Allah dalam hubungan perjanjian dengan umat-Nya. Nabi ialah jurubicara Allah; ia bertindak atas nama Allah di hadapan manusia (bnd #/TB Ul 18:18-22*). Imam bertindak atas nama manusia di hadapan Allah (#/TB Kel 28:1*; #/TB Im 9:7; 16:6*; #/TB Bil 16:40*; #/TB 2Taw 26:18*; #/TB Ibr 5:1-4*; bnd #/TB Ayub 42:8*). Tapi dalam PL, dari semua orang yg menjadi pengantara, Musa-lah pengantara paling istimewa (bnd #/TB Kel 32:30-32*; #/TB Bil 12:6-8*; #/TB Gal 3:19*; #/TB Ibr 3:2-5*). Dialah pengantara dari perjanjian lama, sebab melalui dialah perjanjian di Sinai dinyatakan dan dikokohkan (bnd #/TB Kel 19:3-8; 24:3-8*; #/TB Kis 7:37-39*). Dengan Musa-lah Yesus sebagai Pengantara perjanjian baru dibandingkan dan dipertentangkan.

II. Kristus sebagai Pengantara

          Sebutan ‘Pengantara’ secara istimewa dikenakan kepada Kristus. Orang-orang yg melaksanakan jabatan pengantara dalam PL ditetapkan melulu berdasarkan ketentuan, yg di dalamnya mereka melakukan jabatan ini sebagai bayangan dari kenyataan yg digenapi dalam Kristus (bnd #/TB Yoh 1:17*; #/TB Ibr 7:27-28; 9:23-24; 10:1*). Yesus-lah Pengantara dari perjanjian baru (#/TB Ibr 9:15; 12:24*). Dan perjanjian baru itu lebih baik (#/TB Ibr 8:6*), karena di dalamnya kasih karunia yg terkandung dalam setiap butir perjanjian diwujudkan genap seutuhnya (*JANJI, PERJANJIAn). Kristus-lah ‘yg menjadi Pengantara antara Allah dan manusia’ (#/TB 1Tim 2:5*). Memberikan kedudukan istimewa ini kepada orang lain mana pun, berarti menodai penghormatan tunggal yg hanya patut diberikan kepada Kristus, dan juga berarti menyangkal kepastian yg mantap yg teracu dalam ay itu.

          Kendati gelar ‘Pengantara’ jarang dipakai, tapi Kitab Suci berlimpah-limpah dengan acuan yg menunjuk kepada karya pengantaraan Kristus.

a. Tugas pengantaraan prainkarnasi

             Sebagai Anak kekal yg sudah ada sebelum menjadi manusia, Kristus menjadi Pengantara waktu langit dan bumi diciptakan (#/TB Yoh 1:3,10*; #/TB Kol 1:16*; #/TB Ibr 1:2*). Kegiatan dalam upaya penciptaan ini sejajar dengan tugas pengantaraan-Nya dalam upaya penyelamatan. Kemahakuasaan-Nya yg terbukti dalam penciptaan dan hak-hak istimewa yg dimiliki-Nya sebagai Pencipta, adalah mutlak perlu dalam pelaksanaan penyelamatan. Tapi dalam upaya penyelamatanlah paling luas dan mencolok peranan pengantaraan-Nya itu. Dalam seluruh upaya penyelamatan dari awal hingga penuntasannya, pengantaraan Kristus tetap berperan.

             Pemilihan sebagai sumber mutlak keselamatan mustahil terjadi terlepas dari Kristus. Orang pilihan dipilih di dalam Dia sebelum dunia dijadikan (#/TB Ef 1:4*) dan mereka sudah ditentukan-Nya dari semula supaya menjadi serupa dengan Dia (#/TB Rom 8:29*).

b. Pengantaraan dalam penyelamatan dan penebusan

             Yesus sudah menyelesaikan tuntas dan genap penyelamatan dan penebusan manusia sekali untuk selama-lamanya, dan secara khusus di situlah menjadi nyata pekerjaan-Nya sebagai Pengantara (bnd #/TB Yoh 3:17*; #/TB Kis 15:11; 20:28*; #/TB Rom 3:24-25; 5:10-11; 7:4*; #/TB 2Kor 5:18*; #/TB Ef 1:7*; #/TB Kol 1:20*; #/TB 1Yoh 4:9*). Tekanan terletak pada kematian, darah, dan salib Kristus sebagai tindakan, dengan tindakan mana terlaksana penebusan umat manusia. Dalam Alkitab kematian Kristus nampak sebagai peristiwa dimana Yesus sangat aktif menaati perintah BapakNya dan menggenapi tugas-Nya (bnd #/TB Yoh 10:17-18*; #/TB Fili 2:8*). Aktivitas Yesus sebagai Pengantara dalam mencurahkan darah-Nya, mendampakkan kepada kematian-Nya kuasa untuk menyelamatkan. Jika karya penyelamatan dipandang sebagai pendamaian dan penghapus murka Allah, maka di sinilah justru tugas pengantaraan itu paling jelas dilukiskan. Pendamaian menyingkap adanya permusuhan antara Allah dan manusia dan sekaligus menjauhkan permusuhan itu. Dampaknya ialah damai dengan Allah (bnd #/TB Rom 5:1*; #/TB Ef 2:12-17*). Penghapusan amarah tertuju pada amarah Allah, dan Yesus, sebagai yg menghapus amarah itu, membuat Allah baik hati lagi terhadap kita (bnd #/TB 1Yoh 2:2*).

c. Pengantaraan bersinambungan

             Pengantaraan Kristus tidak dibatasi pada karya penebusan yg sudah selesai itu. Aktivitas pengantaraan-Nya tidak pernah terhenti. Keikutsertaan kita beroleh bagian dari buah karya penebusan-Nya, adalah karena selamanya kita tergantung pada pengantaraan-Nya yg bersinambungan. Kalaupun kita boleh mendekati Allah dan dibiarkan hidup dalam kasih karunia-Nya, hal itu senantiasa melalui Yesus; Dia membawa kita ke hadapan Bapak (#/TB Yoh 14:6*; #/TB Rom 5:2*; #/TB Ef 2:18*). Karena Dia-lah maka kasih karunia berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yg kekal, dan kasih karunia dan damai sejahtera menjadi berlimpah-limpah dalam kepenuhan hidup kebenaran Kristus (bnd #/TB Rom 1:5; 5:21*; #/TB 2Kor 1:5*; #/TB Fili 1:11*).

             Praktik ibadah paling khas dari orang beriman dipersembahkan melalui Kristus. Ucapan syukur dan doa tidak hanya dilakukan dalam kasih karunia yg diberikan Kristus kepada kita, tapi juga dinaikkan kepada Allah melalui Kristus (bnd #/TB Yoh 14:14*; #/TB Rom 1:8; 7:25*; #/TB Kol 3:17*; #/TB Ibr 13:15*). Berterimanya ibadah dan kebaktian orang percaya, adalah berdasarkan kekuatan dan keberhasilan pengantaraan Kristus, dan tidak ada satu pun yg layak disebut persembahan rohani kecuali dipersembahkan melalui Dia (#/TB 1Pet 2:5*). Bahkan nasihat-nasihat kita kepada orang lain supaya mereka melakukan kewajiban mereka, menjadi sah dan kudus, karena didorong oleh Kristus dan dilakukan dalam nama-Nya (#/TB Rom 15:30*; #/TB 2Kor 10:1*; bnd #/TB Rom 12:1*).

             Pengantaraan bersinambungan dari Kristus secara khusus dilukiskan dalam pelayanan-Nya di sorga di sebelah kanan Allah. Pelayanan ini khususnya bertalian dengan jabatanNya sebagai Imam dan Raja. Dia Imam untuk selama-lamanya (#/TB Ibr 7:21-24*). Segi utama dari pelayanan keimamanNya di sorga ialah melakukan syafaat di hadapan Bapak mencakup setiap kebutuhan umat Allah. Yesus sudah ditinggikan dalam watak kemanusiaan-Nya, dan dari ‘gudang’ persaudaraan-Nya yg utuh yg ditempa dalam ujian-ujian dan pencobaan-pencobaan selama masa kehinaan-Nya (#/TB Ibr 2:17-18; 4:15*), maka Dia cukupi setiap kebutuhan dalam perang rohani orang percaya. Tiap kasih karunia yg dikaruniakan-Nya, mengalir karena usaha syafaat Kristus (#/TB Rom 8:34*; #/TB Ibr 7:25*; bnd #/TB 1Yoh 2:1*), hingga keselamatan yg telah Dia jamin tersedia dengan pasti menjadi nyata dalam orang yg dijadikan serupa dengan Dia. Tapi jabatan Kristus sebagai Imam tidak boleh dibatasi hanya sampai pelayanan syafaat. Dia Imam Besar dalam Bait Allah (#/TB Ibr 3:1-6*), dan jabatan ini mencakup banyak tugas lain. Dalam jabatan-Nya sebagai Raja, Dia sudah ditinggikan mengatasi semua penguasa dan kekuasaan (#/TB Ef 1:20-23*), dan Dia akan memerintah sampai semua musuh-Nya menyerah kalah (#/TB 1Kor 15:25*). Inilah pemerintahan pengantaraan Kristus, dan ini melingkupi segala kuasa di sorga dan di bumi (#/TB Mat 28:18*; #/TB Yoh 3:35; 5:26-27*; #/TB Kis 2:36*; #/TB Fili 2:9-11*).

             Eskatologi pada akhirnya akan menyingkapnyatakan dan membuktikan jabatan pengantaraan Kristus; kebangkitan dan penghakiman akan dikerjakan-Nya. Semua orang mati, benar atau fasik, akan dibangkitkan oleh suara-Nya (#/TB Yoh 5:28-29*). Di dalam Dia orang yg dijadikan benar akan dibangkitkan untuk memasuki hidup yg kekal dan yg tak dapat binasa (#/TB 1Kor 15:22,52-54*; #/TB 1Tes 4:16*), dan bersama Dia mereka akan dipermuliakan (#/TB Rom 8:17*; bnd #/TB Yoh 11:25*; #/TB Rom 14:9*). Penghakiman yg final akan terlaksana oleh Dia (#/TB Mat 25:31-46*; #/TB Yoh 5:27*; #/TB Kis 17:31*).

d. Kesimpulan

             Jadi jabatan pengantaraan Kristus dilakukan dalam semua tahapan penebusan, mulai dari pemilihan dalam rencana kekal Allah sampai kepada penggenapan keselamatan. Dia Pengantara dalam masa kehinaan-Nya dan dalam kemuliaan-Nya. Dengan demikian banyak segi yg terkait kepada aktivitas pengantaraan-Nya, justru tak dapat dibatasi hanya pada satu gagasan atau fungsi. Segi-segi pengantaraan-Nya sama banyaknya seperti segi-segi diriNya, pelayanan-Nya, dan pekerjaan-Nya. Dan seperti adanya keanekaragaman dalam pelayanan-Nya dan tugas-tugas-Nya yg digenapi-Nya bagi manusia dan hubungan yg Ia topang tetap mantap dengan manusia sebagai Pengantara, demikianlah ada juga keanekaragaman dalam hubungan-Nya yg tetap mantap dengan Bapak dan Roh Kudus dalam upaya penebusan. Iman dan ibadah terhadap Dia menuntut kita mengakui keanekaragaman ini. Dan kemuliaan yg unik ini, yg diterima-Nya sebagai Pengantara, menuntut supaya kita jangan sekali-kali memberi kepada orang lain sedikit pun dari hak khusus itu, yg seutuhnya mutlak milik Dia sebagai satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.

KEPUSTAKAAN.
  • J Calvin, Institutes of the Christian Religion, II, 12; G Stevenson, Treatise on the Offices of Christ, 1845; R. I Wilberforce, The Doctrine of the Incarnation of Our Lord Jesus Christ, 1875, hlm 166-211;
  • P. G Medd, The One Mediator, 1884; W Symington, On the Atonement and Intercession of Christ, Jilid II, 1839; W. L Alexander, A System of Biblical Theology, 1888, I, hlm 425; II, hlm 212;
  • J. S Candlish, The Christian Salvation, 1899, hlm 1-12; E Brunner, The Mediator, 1934; H. B Swete, The Ascended Christ, 1916, hlm 87-100; V Taylor, The Names of Jesus, 1954, hlm 110-113; A Oepke, TDNT 4, hlm 598-624; J Guhrt, O Becker, NIDNTT 1, hlm 365-376.

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...