KUASA KEBANGKITAN YESUS KRISTUS.
Ciri dan
kejutan khas berita Kristen pertama ialah penekanannya pada kebangkitan.
Pengkhotbah-pengkhotbah pertama yakin bahwa Kristus telah bangkit dan, karena
itu, yakin bahwa orang-orang percaya akan bangkit pula pada waktunya. Hal ini
membuat mereka bertentangan sama sekali dengan semua guru lain dari dunia kuno.
Memang ada kebangkitan-kebangkitan pada agama lain, namun tidak satu pun yg
sama dengan kebangkitan Kristus.
Pada umumnya
semua kebangkitan lain itu merupakan dongeng-dongeng yg dihubungkan dengan
pergantian musim dan dengan keajaiban musim semi pada tiap tahun. Tapi
Injil-injil menceritakan Seorang Pribadi yg sungguh-sungguh mati, namun
mengalahkan kematian dengan bangkit kembali. Dan karena kebangkitan Kristus
tidak sama dengan kebangkitan apa pun dalam kekafiran, maka benar pula bahwa
sikap orang Kristen terhadap kebangkitan diri mereka sendiri, yg merupakan
dampak wajar dari kebangkitan Tuhan, adalah sama sekali berbeda dari apa pun di
dalam dunia kekafiran. Ciri khas pemikiran pada zaman itu ialah
ketidakberdayaan menghadapi kematian. Jelas bahwa kebangkitan merupakan yg
paling penting bagi iman Kristen.
Gagasan Kristen
tentang kebangkitan harus dibedakan baik dari gagasan Yunani maupun dari
gagasan Yahudi. Orang Yunani menganggap tubuh sebagai hambatan ke kehidupan
sejati, dan mereka mengharapkan saatnya jiwa akan bebas dari kungkungannya.
Mereka memahami hidup setelah mati sebagai keamartaan1) jiwa, ‘tapi mereka
dengan kuat menolak segala gagasan tentang kebangkitan (bnd olok-olok atas
khotbah Paulus dlm #/TB Kis 17:32*). Orang Yahudi meyakini teguh harkat-harkat
tubuh dan menganggapnya tidak akan binasa. Jadi mereka berharap bahwa tubuh
akan dibangkitkan. Tapi mereka berpikir bahwa yg dibangkitkan adalah tepat
tubuh yg sama dengan tubuh yg mati (Apoc
Bar 1.2). Orang Kristen berpikir tentang tubuh yg dibangkitkan, tapi
sebagai yg diubah sedemikian rupa sehingga ‘tepat guna’ bagi kehidupan yg akan
datang, yg begitu berbeda dari kehidupan kini (#/TB 1Kor 15:42* dab). Jadi,
gagasan Kristen adalah khas.
1) Keamartaan
dimaksudkan sebagai padanan immortalitas. Kata dasarnya ‘amarta’, dari bh Jawa yg berasal dari bh Sansekerta.
I. Kebangkitan dalam PB
Mengenai
kebangkitan hanya sedikit dalam PL dan tidak mencolok. Orang-orang PB sangat
praktis, memusatkan perhatian pada tugas menjalani hidup kini dalam pelayanan
kepada Allah. Mereka hanya memberi sedikit perhatian tentang kehidupan yg akan
datang. Lagipula jangan dilupakan bahwa mereka hidup sebelum kebangkitan
Kristus, padahal kebangkitan itu adalah justru dasar doktrin ini. Kadang-kadang
mereka menggunakan gagasan tentang kebangkitan untuk menyatakan harapan
nasional mengenai kelahiran kembali bangsa (ump #/TB Yeh 37*). Pernyataan yg
paling jelas dan tegas mengenai kebangkitan pribadi adalah, ‘banyak dari antara
orang-orang yg telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk
memperoleh hidup yg kekal, dan sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian
yg kekal’ (#/TB Dan 12:2*). Ini jelas membayangkan kebangkitan baik orang benar
maupun orang jahat, dan juga melihat konsekuensi-konsekuensi yg kekal dari
perbuatan manusia.
Ada
bagian-bagian lain Alkitab yg membicarakan kebangkitan, terutama beberapa
mazmur (ump #/TB Mazm 16:10* dab; #/TB Mazm 49:13* dab). Arti yg tepat dari
perkataan Ayub yg terkenal itu (#/TB Ayub 19:25-27*) masih merupakan pencarian,
tapi sulit untuk memastikan bahwa di sini tidak ada gagasan tentang
kebangkitan. Kadang-kadang nabi-nabi pun mengungkapkan gagasan itu (ump #/TB
Yes 26:19*). Tapi dalam keseluruhannya PL berbicara sedikit saja tentang
kebangkitan. Barangkali sebabnya adalah fakta bahwa ajaran mengenai kebangkitan
terdapat di antara bangsa-bangsa seperti Mesir dan Babel. Dalam suatu kurun
waktu ketika sinkretisme merupakan bahaya yg gawat, fakta itu nampaknya telah
mencegah orang Ibrani untuk terlalu menaruh perhatian terhadap gagasan tentang
kebangkitan.
Selama
periode antara dua Perjanjian, ketika bahaya tidak begitu menekan, gagasan
tentang kebangkitan lebih menonjol. Tidak dicapai kesepakatan mengenai itu,
malah dalam zaman PB orang Saduki tetap menolak adanya kebangkitan. Tapi pada
waktu itu kebanyakan orang Yahudi menerima gagasan tentang kebangkitan. Pada
umumnya mereka menganggap bahwa tubuh-tubuh yg sama ini akan dikembalikan hidup
sebagaimana adanya sekarang.
II. Kebangkitan Kristus
Dalam tiga
peristiwa Kristus menghidupkan kembali orang mati (putri Yairus, putra janda
dari Nain, dan Lazarus). Tapi itu tidak dianggap sebagai kebangkitan, melainkan
hidup kembali. Tidak ada petunjuk bahwa seorang pun dari ketiganya mengalami
lain kecuali kembali ke kehidupan yg telah mereka tinggalkan. Dan Paulus dengan
tegas mengatakan, bahwa Kristus adalah ‘yg sulung dari orang-orang yg telah
meninggal’ (#/TB 1Kor 15:20*). Tapi keajaiban-keajaiban itu memperlihatkan
bahwa Kristus adalah Tuan atas maut. Hal itu nyata lagi dalam fakta bahwa la
bernubuat yg la akan bangkit pada hari yg ke-3 setelah disalibkan (#/TB Mr 8:31;
9:31; 10:34*; dll). Hal ini adalah penting. Ini memperlihatkan bahwa Kristus
adalah berdaulat dan berkuasa atas keadaan. Itu berarti pula bahwa kebangkitan
adalah sangat penting, sebab kejujuran Tuhan Yesus terlibat di dalamnya.
Injil-injil menyaksikan
bahwa Kristus disalibkan, mati dan dikuburkan. Juga menyaksikan bahwa pada hari
yg ketiga kuburan yg di dalamnya Dia dikuburkan menjadi kosong. Dan
bahwa malaikat-malaikat mengatakan kepada perempuan-perempuan tertentu, bahwa
Yesus dibangkitkan, dan bahwa dalam jangka waktu beberapa minggu Ia muncul di
depan para pengikut-Nya. Sering kali disangkal bahwa Yesus bangkit, tapi
sangkalan itu sama sekali tidak dapat bertahan terhadap bukti-bukti berupa
fakta-fakta nyata. Bukti pertama, yakni fakta nyata kuburan yg kosong. Keempat
Injil sepakat mengenai hal ini. Ada yg mendalihkan bahwa murid-murid pergi ke
kuburan yg salah, di mana seorang muda berpakaian putih berkata, ‘la tidak di
sini’, yg berarti, Ia ada di kuburan yang lain’. Pada satu pihak itu adalah
spekulasi semata-mata. Pada pihak lain menimbulkan macam-macam pertanyaan.
Adalah tidak mungkin, bahwa kuburan yg benar sama sekali dilupakan oleh semua
orang, baik kawan maupun lawan. Dan apabila ‘kuburan yang sebenarnya’ maupun
‘kuburan yang lain’ itu memang masih berisikan mayat Yesus, kenapa penguasa dan
lawan-lawan Yesus tidak menjadikan itu bukti untuk membuyarkan berita
kebangkitan, yg justru sangat mereka tentang dan sangat memusingkan mereka?
Tapi kalau
toh kosongnya kuburan Yesus itu harus dipermasalahkan, maka ada tiga
kemungkinan:
- Pertama, para sahabat Yesus menyingkirkan tubuh Yesus;
- Kedua, para lawan Yesus menyingkirkan tubuh Yesus;
- Ketiga, benar Yesus bangkit.
Kemungkinan pertama sukar dipertahankan. Semua
bukti menunjukkan bahwa tidak ada pikiran tentang kebangkitan dalam benak para
murid. Mereka mutlak tak berpengharapan pada sore hari Jumat Agung yg pertama
itu. Mereka putus asa, kalah, bersembunyi karena ketakutan terhadap orang-orang
Yahudi. Lagipula, Matius menceritakan bahwa penjaga ditempatkan di seberang
kuburan Yesus, sehingga tidak mungkin mereka telah mencuri mayat Yesus,
seandainya pun mereka ingin melakukannya.
Tapi
ketidakmungkinan yg melengkapkan segala ketidakmungkinan ialah, bahwa
murid-murid sendiri menderita karena memberitakan kebangkitan, sebagaimana Kis
mencatat bahwa mereka menanggung derita karenanya. Beberapa orang dipenjarakan,
dan Yakobus dihukum mati. Orang tidak akan mau memikul hukuman-hukuman demikian
hanya demi menjunjung tinggi sesuatu yg mereka sendiri jelas ketahui adalah
penipuan. Harus pula dipertimbangkan, bahwa ketika agama Kristen menjadi
masalah gawat, sehingga cukup alasan bagi para penguasa untuk membasminya,
tentu para imam kepala telah siap untuk membayar informasi mengenai pencurian
mayat Yesus. Tentang bayaran, kasus Yudas cukup menunjukkan bahwa seorang
pengkhianat bisa dibeli di kalangan murid-murid. Dengan segala pertimbangan
itu, mustahillah untuk beranggapan bahwa orang Kristen mencuri mayat Kristus.
Juga adalah
sama sulitnya untuk mempertahankan pandangan, bahwa musuh-musuh Yesus
memindahkan tubuh Yesus. Mengapa mereka harus melakukan itu? Jelas tidak ada
alasan yg masuk akal. Seandainya mereka memang melakukannya, maka mereka
sendiri telah membangkitkan berita kebangkitan, yg justru jelas terbukti mereka
mati-matian membasminya. Lagipula penjaga kuburan akan jadi penghalang bagi
mereka seperti bagi murid-murid. Dan atas kemungkinan kedua, penolakan paling
kuat dan menentukan ialah, kemustahilan mereka dapat atau mampu menunjukkan
atau mengajukan mayat Yesus, sebagai satu-satunya bukti utuh dan sempurna bahwa
mayat itu tidak bangkit, teristimewa pada pertama kalinya berita kebangkitan
diberitakan.
Petrus dan
sahabat-sahabatnya memberikan penekanan utama pada kebangkitan Tuhan Yesus.
Jelas betapa kebangkitan itu memotivasi dan memacu pikiran mereka. Dalam
situasi demikian, seandainya musuh-musuh mereka mempertunjukkan tubuh Yesus,
maka agama Kristen pasti telah tenggelam jadi tertawaan besar. Bungkamnya orang
Yahudi adalah sama bobotnya dan maknanya dengan wicaranya orang Kristen itu.
Kemustahilan atau ketidakmampuan musuh-musuh Yesus untuk mempertunjukkan tubuh
Yesus, menjadi bukti yg memeteraikan bahwa kemustahilan itu adalah mutlak!
Kedua
kemungkinan di atas sama-sama tidak dapat diterima. Justru kebangkitan sebagai
penyebab kuburan menjadi kosong mencolok khas sebagai kenyataan, benar dan
mutlak. Ini diperkuat oleh penampakan-penampakan Yesus sesudah kebangkitan.
Seluruhnya 10 kali penampakan dalam peristiwa yg berbeda-beda, yg direkam dalam
lima cerita yg kita miliki (ke-4 Injil dan #/TB 1Kor 15*). Memang sukar
menyelaraskan cerita-cerita itu (namun bukan tidak mungkin, usaha dim Scofield
Reference Bible, menunjukkan bahwa penyelarasan adalah mungkin).
Kesulitan-kesulitan itu hanyalah menunjukkan bahwa cerita-cerita itu berdiri
sendiri. Tidak ada pengulangan yg baku dari suatu cerita resmi. Dan ada
kesesuaian yg mengesankan mengenai fakta-fakta pokok. Ada keanekaragaman dalam
kesaksian-kesaksian utama. Kadang-kadang 1 atau 2 orang melihat Tuhan Yesus,
kadang-kadang jumlah yg lebih besar, ump ke-11 murid, lain kali sebanyak 500
orang. Baik laki-laki maupun perempuan termasuk dalam jumlah itu. Penampakan
itu kebanyakan kepada orang-orang percaya, tapi penampakan kepada Yakobus
barangkali merupakan kepada orang yg sampai pada saat itu tidak percaya.
Istimewa
pentingnya adalah Paulus. Ia tidak mudah percaya, terpelajar dan sangat
membenci orang Kristen. Dan ia tegas telah melihat sendiri Yesus setelah Yesus
bangkit dari kematian. Paulus begitu pasti mengenai kebangkitan Yesus, sehingga
ia mendasarkan seluruh sisa hidupnya pada kepastian. Tentang Paulus berkata
Canon Kennett, ‘dalam jangka waktu 5 thn pertama dari penyaliban Yesus, bukti
kebangkitan Yesus dalam hemat paling sedikit seorang terpelajar, tak dapat
dibantah’ (Interpreter 5, 1908-1909, hlm
267).
Dalam semua
hal ini janganlah dilupakan perubahan diri murid-murid. Sebagaimana dikemukakan
di atas, mereka adalah orang-orang yg kalah total dan putus asa pada waktu
penyaliban Yesus, tapi hanya beberapa hari kemudian sesudah itu mereka bersedia
dijebloskan ke penjara bahkan mati demi Yesus. Mengapa ada perubahan itu? Orang
tidak akan menempuh risiko sedemikian apabila mereka tidak benar-benar yakin
akan kebenaran sesuatu. Murid-murid benar-benar yakin justru karena mereka
adalah saksi mata.
Juga dapat
ditambahkan bahwa keyakinan mereka tercermin dalam ibadah mereka. Mereka
menghormati hari Tuhan, suatu peringatan mingguan tentang kebangkitan, sebagai
ganti hari Sabat. Pada hari Tuhan mereka melaksanakan perjamuan suci, yg adalah
bukan peringatan tentang Kristus yg mati, melainkan pengungkapan dan pernyataan
terima kasih untuk berkat=berkat yg diberikan oleh Tuhan yg hidup dan menang
berjaya. Sakramen mereka yg lain, baptisan, adalah mengingatkan bahwa orang
percaya dikuburkan bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Dia (#/TB Kol
2:12*). Kebangkitan memberi makna kepada semua yg mereka lakukan.
Sering
dikatakan bahwa Kristus tidak benar mati, melainkan jatuh pingsan. Kemudian
dalam dinginnya kuburan la sadar kembali. Ini menimbulkan bermacam-macam
pertanyaan. Bagaimana Kristus keluar dari kuburan? Apa yg terjadi kemudian atas
Dia? Apa kegiatan-Nya sesudah itu? Kenapa la tidak segera ditangkap? Kapan Dia
mati dan di mana dikuburkan? Dan pertanyaan-pertanyaan lain.
Di samping
itu pendapat lain mengatakan bahwa murid-murid korban halusinasi. Tapi
penampakan-penampakan setelah kebangkitan tidak dapat diterangkan dengan cara
demikian. Halusinasi dialami orang dalam hal tertentu dan yg mencarinya. Tidak
ada bukti bahwa hal itu terdapat di antara para murid. Dan sekali halusinasi
mulai, akan cenderung untuk terulang terus; padahal sebaliknya, penampakan
Yesus berhenti tiba-tiba. Halusinasi merupakan ihwal pribadi, padahal
penampakan bahkan terhadap 500 orang terjadi sekaligus — bersama-sama dan dalam
suatu waktu yg sama melihat Tuhan Yesus. Jelas tidak ada gunanya menukarkan keajaiban
pada aras fisik (kebangkitan tubuh) dengan keajaiban pada aras psikologis
(halusinasi masal) yg dituntut oleh pandangan ini.
Pada zaman
modern ini banyak ahli yg berkata bahwa kebangkitan dari kematian tidaklah
mungkin, bahwa ‘tulang-tulang Yesus beristirahat di tanah Palestina’. Mereka
‘menerangkan’ bahwa Yesus bangkit dalam pemberitaan Kristen, artinya: para
murid mengerti bahwa sekalipun sudah mati la hidup melalui kematian, sehingga
mereka boleh memberitakan la masih hidup. Yg lain ‘menerangkan’ kebangkitan
sebagai perubahan dalam pikiran para murid. Orang-orang ini telah mengenal
Yesus yg hidup dalam kebebasan penuh, sekarang mereka juga mengalami kebebasan
demikian. Artinya, mereka mengerti bahwa walaupun Yesus mati, pengaruh-Nya masih
hidup.
Tentang
pandangan-pandangan berdasarkan filsafat di atas, ada dua hal yg perlu
dikatakan. Pertama, Alkitab tidak berkata demikian. Alkitab tegas, gamblang dan
pasti: Yesus mati, dikuburkan, lalu bangkit. Kedua, kesulitan besar di sini ialah
hal moral. Pasti murid-murid percaya bahwa Yesus telah bangkit dan kepercayaan
mereka mantap dan mutlak. Kebangkitan itulah tema pokok berita mereka dan yang
memacu mereka. Apabila Yesus mati dan tinggal mati, maka Allah telah membangun
gereja atas penipuan, suatu kesimpulan yg tidak mungkin. Lagipula,
pandangan-pandangan semacam itu mengabaikan kuburan yg kosong — bukti dan fakta
nyata yg tak terpungkiri. Juga perlu ditambahkan bahwa pandangan-pandangan
filsafat itu merupakan pandangan modem (kendati didahului oleh #/TB 2Tim 2:17*
dab), dan adalah jelas tidak merupakan bagian dari Kekristenan yg historis.
III. Kebangkitan orang-orang percaya
Bukan hanya
Yesus yg bangkit, tapi pada satu hari semua orang juga akan bangkit. Yesus mematahkan
ketidakpercayaan kelompok Saduki mengenai kebangkitan dengan pembuktian Alkitab
yg sangat menarik (#/TB Mat 22:31,32*). Kesepakatan umum PB ialah bahwa kebangkitan
Kristus mendampakkan serta kebangkitan orang percaya. Yesus berkata, ‘Aku-lah
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia
sudah mati’ (#/TB Yoh 11:25*). Beberapa kali Yesus bicara tentang hal
membangkitkan orang-orang percaya pada akhir zaman (#/TB Yoh 6:39,40,44,54*). Orang
Saduki sangat marah karena para rasul mengajarkan bahwa ‘dalam Yesus ada
kebangkitan dari antara orang mati’ (#/TB Kis 4:2*). Paulus berkata, ‘Sama
seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang
mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati
dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan
kembali dalam persekutuan dengan Kristus’ (#/TB 1Kor 15:21* dab; bnd #/TB 1Tes
4:14*). Demikian juga Petrus berkata bahwa Allah ‘telah melahirkan kita kembali
oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yg
penuh pengharapan’ (#/TB 1Pet 1:3*).
Betapa jelas
bahwa para penulis PB melihat kebangkitan Kristus sebagai suatu kejadian yg
tidak berdiri sendiri. Itu adalah tindakan akbar Ilahi, suatu tindakan yg penuh
konsekuensi bagi manusia. Dengan membangkitkan Kristus, maka Allah membubuhkan
meterai yg mengukuhkan karya penebusan dan penyelamatan yg dilaksanakan Kristus
di kayu salib. Allah memperlihatkan kuasa ilahi-Nya di depan dosa dan maut, dan
sekaligus kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia. Jadi, kebangkitan orang
percaya secara langsung adalah seutuhnya dampak dari kebangkitan Kristus —
Juruselamat. Kebangkitan begitu khas bagi orang percaya, sehingga Yesus
mengatakan bahwa ‘mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah
dibangkitkan’ (#/TB Luk 20:36*).
Tapi itu
tidak berarti bahwa semua yg bangkit akan bangkit ke dalam berkat. Yesus bicara
tentang ‘kebangkitan untuk hidup yg kekal’, tapi juga tentang ‘kebangkitan
untuk penghukuman’ (#/TB Yoh 5:29*). Ajaran PB jelas dan tegas bahwa semua akan
bangkit, tapi mereka yg menolak Kristus akan mendapati kebangkitan sebagai
kemutlakan yg teramat pahit. Bagi orang percaya adalah fakta, bahwa kebangkitan
mereka berkaitan dengan kebangkitan Kristus, dan justru itulah yg mengubah
keadaannya. Dalam terang karya penebusan-Nya untuk mereka, orang percaya
menyambut kebangkitan dengan ketenangan dan kegembiraan.
Mengenai
hakikat tubuh kebangkitan, Alkitab bicara hanya sedikit. Paulus menyebutnya
‘tubuh rohaniah’ (#/TB 1Kor 15:44*), yg agaknya berarti sarana yg memenuhi
kebutuhan roh. Dengan jelas ia membedakannya dari ‘tubuh alamiah’ yg sekarang
kita miliki. Dapat disimpulkan bahwa tubuh kebangkitan yg memenuhi kebutuhan
roh, dalam beberapa hal berbeda dari tubuh alamiah kita yg sekarang. Tubuh
rohaniah memiliki kualitas-kualitas: tidak binasa, mulia, kuat (#/TB 1Kor
15:42* dab). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa tidak akan ada kawin-mawin setelah
kebangkitan, dan dengan demikian tidak ada fungsi seksual (#/TB Mr
12:25*).Menolong sekali memikirkan tubuh kebangkitan Kristus, sebab Yohanes
berkata bahwa, ‘kita akan menjadi sama seperti Dia’ (#/TB 1Yoh 3:2*), dan
Paulus mengatakan bahwa’tubuh kits yg hina’ akan diubah ‘sehingga serupa dengan
tubuh-Nya yg mulia’ (#/TB Fili 3:21*).
Tubuh
kebangkitan Kristus dalam beberapa hal sama seperti tubuh alamiah, tapi dalam
beberapa hal lain berbeda Demikianlah, pada beberapa peristiwa Dia dikenal
dengan segera (#/TB Mat 27:9*; #/TB Yoh 20:19* dab), tapi pada
peristiwa-peristiwa lain tidak (khususnya perjalanan ke Emaus, #/TB Luk 24:16*;
bnd #/TB Yoh 21*). la muncul tiba-tiba di tengah-tengah murid-murid yg
berkumpul dengan pintu tertutup (#/TB Yoh 20:19*); tapi sebaliknya la lenyap
dari pandangan kedua orang di Emaus (#/TB Luk 24:31*). la bicara tentang
diriNya yg memiliki ‘daging dan tulang’ (#/TB Luk 24:39*). Kadang-kadang Ia
menikmati makanan (#/TB Luk 24:41-43*) kendati makanan jasmaniah bukanlah
kebutuhan bagi kehidupan di seberang kematian (bnd #/TB 1Kor 6:13*). Dan adalah
jelas, bahwa Tuhan Yesus yg telah bangkit dapat menyesuaikan diri dengan
batasan-batasan kehidupan jasmani seturut kehendak-Nya. Hal itu memberi kesan,
bahwa apabila kita bangkit kita akan memiliki kemampuan yg sama.
IV. Makna doktrin kebangkitan
Dalam
Kristologi (ajaran mengenai Kristus) kebangkitan adalah sangat penting. Fakta
bahwa Yesus bernubuat akan bangkit dari kematian pada hari yg ke-3, mempunyai
siratan sangat penting bagi pribadi-Nya. Pribadi yg dapat berbuat demikian
adalah Pribadi yg lebih besar daripada manusia biasa. Paulus menalar jelas
kebangkitan Kristus sangat penting. ‘Andaikata Kristus tidak dibangkitkan’,
katanya, ‘maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan
kamu…. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah kepercayaan kamu; kamu
masih hidup di dalam dosamu’ (#/TB 1Kor 15:14,17*). Maksudnya ialah bahwa
Kekristenan adalah Injil, dan Injil adalah kabar baik tentang bagaimana Allah
mengutus AnakNya untuk menjadi Juruselamat manusia. Tapi jika Kristus tidak
benar bangkit, maka kita tidak mempunyai jaminan bahwa keselamatan kita telah
terselesaikan.
Jadi dengan demikian realitas kebangkitan Kristus mempunyai arti yg
sangat dalam. Kebangkitan orang percaya juga penting. Pandangan Paulus ialah,
bahwa jika orang mati tidak akan bangkit, maka kita boleh menerima semboyan
‘marilah makan dan minum, sebab besok kita akan mati’ (#/TB 1Kor 15:32*). Bagi
orang percaya kehidupan kini tidaklah berarti segala-galanya. Harapan mereka
terletak di tempat lain (#/TB 1Kor 15:19*). Dan harapan itulah yg memberikan
kepada mereka perspektif dan makna kehidupan yg dalam.
Kebangkitan
Kristus dihubungkan dengan keselamatan orang percaya seperti dikatakan, ‘Yesus,
yg telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran
kita’ (#/TB Rom 4:25*; bnd #/TB Rom 8:33* dab). Kebangkitan Kristus dihubungkan
dengan tindakan yg pokok, yg dengannya orang percaya diselamatkan. Keselamatan
bukanlah sesuatu yg terjadi terlepas dari kebangkitan.
Hubungan
kebangkitan dengan keselamatan tidak pula berhenti di situ. Paulus bicara
tentang keinginan mengenal Kristus ‘dan kuasa kebangkitan-Nya’ (#/TB Fili
3:10*), dan ia mendesak orang Kolose, ‘Karena itu, kalau kamu dibangkitkan
bersama dengan Kristus, carilah perkara yg di atas…’ (#/TB Kol 3:1*). la sudah
mengingatkan mereka bahwa mereka dikuburkan bersama dengan Kristus dalam
baptisan, dan dalam sakramen yg sama mereka dibangkitkan bersama dengan Dia
(#/TB Kol 2:12*). Dengan kata lain, rasul melihat kuasa yg sama, yg
membangkitkan Kristus dari antara orang mati diberlakukan atas mereka yg
menjadi milik Kristus. Kebangkitan terus terjadi.
- KEPUSTAKAAN.
- W Milligan, The Resurrection of Our Lord, 1883;
- J On, The Resurrection of Jesus, 1909;
- W. J Sparrow-Simpson, The Resurrection and Modern Thought, 1911;
- P Gardner-Smith, The Narratives of the Resurrection, 1926;
- K Barth, The Resurrection of the Dead, 1933;
- M Ramsey, The Resurrection of Christ, 1946;
- G Vos, dalam PTR 27, 1929, hlm 1-35, 193-226;
- N Clark, Interpreting the Resurrection, 1967;
- W Marxsen, The Resurrection of Jesus of Nazareth, 1970;
- L Coenon, C Brown dalam NIDNTT 3, hlm 257-309.