KITAB PENGKHOTBAH
Penulis menyebut dirinya qohelet.
Akhiran feminimnya mungkin memaksudkan jabatan yg dipegang, dalam hal ini
jabatan pemanggil untuk berkumpul. ‘Pengkhotbah’ (memang ini yg dipilih TB)
atau ‘Pengajar’ atau ‘Guru’ adalah terjemahan yg dapat diterima akal.
I. Garis besar isi
Tema pokok Pengkhotbah ialah
pencarian kunci pengertian makna hidup. Pengkhotbah memeriksa hidup dari segala
sudut untuk melihat dimana bisa didapati kepuasan hati. Ia mendapati bahwa
hanya Allah saja yg memegang kuncinya, dan Allah harus dipercaya. Lagipula kita
harus menerima hidup itu dari tangan-Nya hari demi hari, dan memuliakan Dia
kendati dalam hal biasa sekalipun.
Dalam kerangka umum ini Pkh dapat
dibagi menjadi dua bagian pemikiran utama, yaitu: (a) ‘hidup itu sia-sia’, dan
(b) ‘jawabnya dari iman praktis’. Kedua bagian ini sama ‘ditenun’ di seluruh ps
Pkh. Dalam garis besar di bawah ini bagian-bagian yg termasuk golongan pertama
dicetak dengan huruf tegak, sedang yg termasuk golongan kedua dengan huruf
miring.
#/TB Pengkh 1:1-2*. Tema ‘kesia-siaan
hidup’ diungkapkan.
#/TB Pengkh 1:3-11*. Alam semesta
adalah suatu sistem yg sudah lengkap seutuhnya, dan sejarah hanyalah peristiwa
berurutan tanpa arti yg menentukan.
#/TB Pengkh 1:12-18*. Hikmat mengecilkan hati manusia.
#/TB Pengkh 2:1-11*. Bersenang-senang
membiarkan manusia tidak puas.
#/TB Pengkh 2:12-23*. Hikmat harus
dinilai unggul dari hal-hal seperti itu, tapi maut sama menelan orang berhikmat
pun orang bodoh.
#/TB Pengkh 2:24-26*. Terimalah hidup
dari Allah hari demi hari, muliakan Dia dalam hal-hal biasa sekalipun.
#/TB Pengkh 3:1-15*. Hiduplah langkah
demi langkah dan ingat bahwa Allah sendiri yg mengetahui seluruh rencana hidup.
#/TB Pengkh 3:16*. Masalah kelaliman.
#/TB Pengkh 3:17*. Allah akan
menghakimi semua orang.
#/TB Pengkh 3:18-21*. Manusia dan
binatang sama-sama mati.
#/TB Pengkh 3:22*. Justru Allah harus
dimuliakan dalam hidup ini.
#/TB Pengkh 4:1-5*. Masalah
penindasan dan iri hati.
#/TB Pengkh 4:6*. Karena itu
ketenangan hati harus dicari.
#/TB Pengkh 4:7-8*. Orang kikir yg
hidup sendirian.
#/TB Pengkh 4:9-12*. Berkat
persahabatan.
#/TB Pengkh 4:13-16*. Kegagalan para
raja.
#/TB Pengkh 5:2-8*. Sifat orang yg
benar-benar beribadah.
#/TB Pengkh 5:9-10*. Birokrasi
penindas.
#/TB Pengkh 5:11; 6:12*. Uang
mendatangkan banyak kejahatan.
#/TB Pengkh 5:19-20*. Mensyukuri apa
yg dikaruniakan Allah.
#/TB Pengkh 7:1-29*. Hikmat praktis,
mencakup takut dalam hormat kepada Allah, adalah penuntun hidup.
#/TB Pengkh 8:1-7*. Manusia harus
tunduk kepada perintah perintah Allah, walaupun masa depan masih tersembunyi.
#/TB Pengkh 8:8; 9:3*. Masalah
kematian, sama menelan orang baik dan orang jahat.
#/TB Pengkh 9:4-10*. Karena kematian
meliputi seluruh alam semesta, manfaatkanlah hidup itu semanfaat-manfaatnya
mumpung masih punya daya.
#/TB Pengkh 9:11-12*. Tapi janganlah
tinggi hati karena bakat-bakat bawaan lahir.
#/TB Pengkh 9:13; 10:20*. Tambahan
pepatah-pepatah untuk kehidupan praktis.
#/TB Pengkh 11:1-8*. Karena masa
depan tak dapat diketahui, manusia harus bijaksana memakai hukum-hukum alam yg
diketahui.
#/TB Pengkh 11:9; 12:8*. Ingatlah
Allah pada masa mudamu, sebab pada usia tua semua kesanggupan jiwa melemah.
#/TB Pengkh 12:9-12*. Dengarkanlah
kata-kata hikmat.
Pengkhotbah menasihatkan supaya hidup
dengan takut dalam hormat kepada Allah, sambil menyadari bahwa suatu hari kelak
pertanggungjawaban harus diberikan kepadaNya.
II.
Penulis dan tarikh
Kendati penulis berkata bahwa dia
raja Israel (#/TB Pengkh 1:12*), dan berbicara seolah-olah dia Salomo, tak
pernah dikatakannya di mana pun bahwa dia adalah Salomo. Gaya bh Ibraninya
berasal dari zaman sesudah Salomo. Jika memang ia penulisnya, kitab ini sudah
mengalami pemodernisasian bahasa pada masa kemudian. Jika tidak, maka penulis
yg kemudian mungkin sudah memberi ulasan mengenai hidup yg diungkapkan Salomo,
yaitu: ‘kesia-siaan belaka, segala sesuatu sia-sia’, dan memakai ini sebagai
pokok untuk menunjukkan, kenapa bahkan raja yg bijaksana dan kaya raya harus
berkata demikian. Belum dapat ditentukan kapan Pkh mendapat bentuknya yg sekarang,
sebab tidak memuat acuan sejarah yg jelas dan dapat menolong. Biasanya
disarankan kr 200 sM.
III. Tafsiran
(Lih garis besar isi di atas).
Tafsiran Pkh sebagian terkait dengan masalah kesatuan kitab ini. Para ahli yg
menolak kesatuan kitab ini berpendapat bahwa aslinya ada, suatu sari pati yg
ditulis oleh seorang penulis skeptis, yg mempertanyakan apakah tangan Allah
berdaulat atas dunia ini. Sari pati itu diolah kembali oleh satu atau lebih
penulis, paling tidak satu di antaranya berusaha memperbaiki keseimbangan di
pihak golongan ortodoks (ump #/TB Pengkh 2:26; 3:14* dab), dan seorang lain
mungkin menyisipkan bagian-bagian ajaran Epikurus (ump #/TB Pengkh 2:24-26;
3:12-15* dab). Tapi, kelihatannya aneh, jika seorang penulis ortodoks
menganggap berfaedah menyelamatkan sesuatu, yg pada dasarnya merupakan kitab
aliran skeptis. Lagipula, Pengkhotbah (= penulis Pkh) disebut ‘berhikmat’ (#/TB
Pengkh 12:9*), suatu hal yg aneh jika ia benar seorang skeptis.
Karena kitab ini merupakan satu
kesatuan yg utuh, ada ahli yg menganggapnya lamunan dari manusia duniawi. Si
Pengkhotbah menghentikan upaya memikirkan masalah Allah dan manusia, tapi
menerima bahwa sangat baik memilih hidup yg tenang dan biasa saja, seraya
menyingkirkan kedua ujung yg berbahaya (ump Bentzen, Introduction to the Old
Testament, 2, hlm 191).
Tapi, ringkasan penutup #/TB Pengkh
12:13-14* mengisyaratkan bahwa kitab ini bukanlah melulu skeptis, dan yg
disebut bagian-bagian ajaran Epikurus tidaklah dimaksudkan dalam semangat makna
Epikurus asli. Hidup itu teka-teki, Pengkhotbah mencoba mencari jawabnya. Makna
hidup tidak terdapat dalam memperoleh pengetahuan atau ilmu, uang, kesenangan
hawa nafsu, penindasan, kesibukan keagamaan, atau kebebalan. Semua hal tadi
telah terbukti hampa, atau bila sesuatu terjadi, maka terhadap sesuatu itu
semuanya tak berdaya. Bahkan tangan Allah kadang-kadang tak dapat dimengerti.
Manusia memang diciptakan demikian, sehingga ia selalu harus mencoba memahami
alam semesta ini, karena Allah memberikan kekekalan dalam hatinya; namun hanya
Allah sendiri yg mengetahui seluruh polanya (#/TB Pengkh 3:11*).
Justru rencana bagi manusia ialah,
menerima hidupnya hari demi hari dari tangan Allah, menikmatinya sebagai
pemberian tangan-Nya dan demi Dia. Pokok ini perlu dibandingkan dengan apa yg
dikatakan Paulus tentang kesia-siaan dunia dalam #/TB Rom 8:20-25,28*.
- KEPUSTAKAAN.
- C. H. H Wright, The Book of Koheleth, 1883;
- H Ranston, Ecclesiates and the Early Greek Wisdom Literature, 1925;
- G. S Hendry, ‘Pengkhotbah’ dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini II, hlm 333 dst, YKBK, 1989;
- J Paterson, The Book that ia Alive, 1954, hlm 129-150;
- F. D Kidner, Pengkhotbah, YKBK, 1987.
No comments:
Post a Comment