Friday, July 6, 2018

HAMBA TUHAN


HAMBA TUHAN
I. Dalam PL
          Kata Ibrani ‘eyed, ‘budak, hamba, pelayan’. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain (G. A Smith). Ia pekerja, yg menjadi milik tuannya (Zimmerli). Kata ‘eved terdapat 807 kali dalam MT. Di luar Alkitab kata itu berarti budak; hamba yg melayani raja; bawahan dalam politik; keterangan tentang diri sendiri untuk menunjukkan kerendahan hati; dan hamba-hamba dalam kuil-kuil kafir (Zimmerli).

          Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang di hadapan Allahnya (ump #/TB Kel 4:10*; #/TB Mazm 119:17; 143:12*). Pemakaian demikian menyatakan rendahnya kedudukan pembicara, juga menyatakan tuntutan ilahi yg mutlak terhadap seorang anggota dari umat yg dipilih-Nya, dan kepercayaan yg bersesuaian dengan itu dalam menyerahkan diri kepada Allah, yg akan membela hamba-Nya. Dalam bentuk jamak arti kata itu ialah ‘orang-orang saleh’ (#/TB Mazm 135:14*). Dalam bentuk tunggal berarti seluruh Israel (#/TB Yes 41:8*). Dalam ay ini gelar itu diberikan Allah sendiri kepada umat-Nya, suatu pemakaian yg khas dalam Kitab Yes bagian kedua, dan mengungkapkan’pengertian tentang mutlak menjadi milik Yahweh karena kasih karunia’ (Zimmerli). Gelar ini dipakai juga untuk hamba-hamba Tuhan tertentu, yg ternama secara khas, ump: Bapak-bapak leluhur, Musa, raja-raja terutama Daud, nabi-nabi dan Ayub juga (Zimmerli).

          Dalam #/TB Yes 40* dan ps-ps berikutnya ada bagian-bagian tertentu yg menerangkan tentang Hamba Tuhan, dapat dibedakan (walau tidak dapat dipisahkan) dari nubuat selebihnya. Terkenal sebagai Nyanyian tentang Hamba Tuhan, bagian-bagian itu dibagankan sebagai berikut: #/TB Yes 42:1-4* (5-7?); #/TB Yes 49:1-6; 50:4-9; 52:13-53:12*. Makna dan tafsirannya sudah banyak diperdebatkan. Mereka yg mempercayai bahwa nubuat-nubuat ini tanpa ditawar-tawar menunjuk kepada Yesus Kristus, tak usah takut menghadapi perdebatan ini.

          Para nabi tidak bekerja dalam suatu ruang hampa. Usaha untuk menyamakan Hamba dalam Nyanyian ini dengan Israel, atau dengan tokoh sejarah (raja atau nabi), atau dengan nabi sendiri (bnd #/TB Kis 8:34*), atau dengan seorang pribadi gabungan di sekitar nabi Yesaya, atau orang saleh dan Israel secara keseluruhannya, ataupun memandang Nyanyian tentang Hamba ini dalam sorotan dongeng Tamus (bnd #/TB Yeh 8:14*) atau upacara Hari Raya Tahun Baru, semuanya bisa dipandang sebagai usaha untuk menempatkan pikiran nabi Yesaya dalam rangka pengalaman umatnya.

          Ada gunanya mempelajari sumber-sumber lukisan majemuk ini, dan mencamkan singgungan-singgungannya yg sezaman. Tapi semuanya itu tidak menghampakan pesan dari Nyanyian-nyanyian tentang Hamba ini. Bagi kita diberikan ‘suatu gambaran tentang Hamba Tuhan yg sebenarnya, yg melampaui pengalaman pribadi nabi Yesaya Jadi bukanlah kebetulan atau tidak patut berulang-ulang #/TB Yes 53* ini diartikan menunjuk kepada Seorang yg hendak datang itu’ (Zimmerli). Hamba Tuhan ialah tokoh Mesias penyelamat (North), tapi pengertian ini tetap mencakup pikiran tentang Israel sebagai Hamba Tuhan dan pikiran tentang seorang yg merupakan Hamba Tuhan secara sempurna (Rowley). Kristus akan menggenapi panggilan Israel yg lama menjadi hamba, dan memperanakkan Israel sebagai hamba yg baru.

          Dalam memberi keterangan tentang Hamba Tuhan, nampak tahapan maju — yaitu tahap demi tahap menuju tokoh Pribadi itu — jika kita beralih dari nyanyian pertama ke nyanyian berikutnya. Pentokohan ini akhirnya menjadi suatu ‘Diri’ atau ‘Oknum’ (G. A Smith). ‘Tokoh yg masih samar-samar dalam bayang-bayang itu, tatkala kesaksian-kesaksian-Nya diperkenalkan oleh Yahweh, yg hampir tak dapat dibedakan dari Israel, tampil ke depan ke cahaya terang benderang dan menjembatani realita kegagalan manusia dengan keagungan kehendak Allah, yg kelihatannya tak dapat dicapai itu’ (Ellison).

II. Dalam PB
          Sang Tokoh Nubuat digenapi dalam diri Yesus Kristus. Bahwa pikiran gereja kuno memang demikian, sudahlah jelas. Tapi ihwal apakah dengan sadar Yesus mengenakan pengertian Hamba Tuhan dari nubuat Yesaya ini pada diriNya sendiri, khususnya inti nubuatnya tentang penderitaan yg menggantikan dan yg mendamaikan itu, sudah diperdebatkan dengan hangat.
          Beberapa ahli (ump Cullmann, Christology) memandang pokok Hamba Tuhan yg menderita itu sebagai pusat pemikiran Yesus dan patokan jaran hidup-Nya. Ahli-ahli lain sedikit pun tak bisa menjumpai pengaruh demikian (Morna Hooker). Pandangan negatif ini memang menjaga kita supaya jangan melakukan eisegesis (artinya, memasukkan ke dlm; lawannya ialah: exegesis, mengeluarkan dari dim). Tapi pandangan negatif ini tak dapat bertahan. Pendapat ini bergantung terlalu banyak pada penghapusan beberapa ay (Luk 22:37 dicap ‘rabun’ dan artinya beserta keasliannya ‘sangat diragukan’). Aliran ini tidak memperhitungkan bahwa Tuhan Yesus dapat mengenakan Kitab Suci dengan bagus dan menciptakan pikiran baru. (Mengenai #/TB Luk 22:37*, James Denney berkata, ‘Pasti tak mungkin Ia mengenakan kepada diriNya sendiri ungkapan yg paling mengagumkan dlm #/TB Yes 53* dgn bentuk kata-kata baku, dan menjauhkan dari padaNya makna-makna luhur yg memenuhi ps itu, dan yg diyakini teguh oleh para penulis PB’.)
          Benar jika dikatakan bahwa Yes 53 bukanlah satu-satunya ps yg mengacu pada pikiran Yesus mengenai penderitaanNya. Tapi salah jika disangkal, bahwa ps ini khas sekali di tengah-tengah tulisan-tulisan yg menceritakan kematian Kristus karena dosa, cara penguburan-Nya dan kebangkitanNya. Lagipula harus diakui bahwa cara Yesus mengenakan Kitab Suci tak dapat direndahkan ke tingkat pemakaian pada zaman-Nya dan diadili menurut itu; dan bahwa hubungan-hubungan pemikiran mungkin saja ada tanpa kesejajaran bh yg tegas, yg sepatutnya ditunjukkan pada beberapa aliran Yahudi.

          Tidak ada yg ditinggalkan Yesus selain isyarat-isyarat mengenai makna kematian-Nya. Uraian teologinya menyusul; jangan kita ‘merampok Paulus dari Yesus’ (P. T Forsyth). Tapi isyarat-isyarat itu (ump ungkapan ‘banyak orang’ dlm #/TB Mr 10:45; 14:24*) seolah-olah berkata, ‘Lihat #/TB Yes 53* — di sana akan Anda dapati kuncinya!’ — dan itulah yg diperbuat gereja kuno. Gereja kuno mempertahankan juga, bahwa Kristus yg bangkit menjelaskan kepada mereka dari seluruh Alkitab hal-hal yg mengenai diriNya (#/TB Luk 24*). Dan jika gereja kuno itu menghasilkan Kristologi Hamba Tuhan dan ajaran penyelamatan oleh Hamba Tuhan (Kis, 1 Ptr, catatan-catatan yg ada dlm kitab-kitab Injil), kelihatan cukup jelas, pertama, bahwa Nyanyian-nyanyian tentang Hamba Tuhan dalam Yes sudah termasuk bagian-bagian Alkitab yg diterangkan, dan kedua, bahwa Yesus sendiri mengindahkannya bermakna bagi tugas-Nya.

          Paulus membangun teologinya di atas dasar ini (#/TB 1Kor 15:3-4*), dan menenun teologi Hamba yg menderita ini dalam teologinya sendiri (#/TB 2Kor 5:21*; #/TB Rom 4:25; 8:3-4,32-34*). Ia mengambil bagian dalam perluasan motif Hamba yg menderita itu sehingga menjadi pola bagi hidup umat Mesias ini (#/TB 2Kor 4:5*; #/TB Kol 1:24-25*), dan dalam pengertian baru tentang tugas Yesus sendiri yg timbul sebagai akibat perluasan tersebut (#/TB Fili 2*) (Mudge). Melalui sarana yg sempit, yaitu gelar pais theou (= Hamba Tuhan yg dikenakan kepada Yesus, #/TB Kis 3:13*, ps 4), menderu-derulah pengertian Hamba ini dan meluas ke luar (melalui banyak sarana bh) untuk memupuk kehidupan dan pola pikir Tubuh Kristus dalam tugasnya di dunia ini. Pola penyataan pelepasan Allah ialah dalam ‘bentuk seorang hamba’ — dipilih, menyaksikan, menderita, memberkati maka inilah satu-satunya yg menjadi pola hidup Gereja (Dillistone).

       KEPUSTAKAAN.
  • W Zimmerli dan J Jeremias, The Servant of Gods, 1965 (TDNT 5, hlm 654-717).
  • H. W Robinson, The Cross of the Servant, 1926; I Engnell, BJRL 31, 1948, hlm 54-93;
  • C. R North, The Suffering Servant in Deutero-Isaiah, 1948;
  • J Lindblom, The Servant Songs in Deutero-Isaiah, 1951;
  • H. H Rowley, The Servant of the Lord, 1952, hlm 1-88;
  • S Mowinckel, He That Cometh, 1956, hlm 187-257;
  • H Ringgren, The Messiah in the Old Testament, 1956, hlm 39-53.
  • J. L Price, Int 12, 1958, hlm 28-38; C. K Barret dalam A. J. B Higgins, NT Essays in Memory of T. W Manson, 1959, hlm 1-18;
  • 0 Cullmann, The Christology of the New Testament, 1959, hlm 51-82;
  • M. D Hooker, Jesus and the Servant, 1959; B Lindars, New Testament Apologetic, 1961, hlm 7788;
  • C. F. D Moule, The Phenomenon of the New Testament, 1967, hlm 82-99;
  • R. T France, TynB 19, 1968, hlm 26-52,
  • Jesus and the Old Testament, 1971, hlm 110-132;
  • J Jeremias, New Testament Theology 1, 1971, hlm 286-299.


No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...