Thursday, November 17, 2022

DICIPTAKAN DENGAN TUJUAN

DICIPTAKAN DENGAN TUJUAN

Tuhan menciptakan Manusia

Tuhan menciptakan setiap manusia unik adanya. Dia memberikan kita tubuh untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya. Ironisnya, sering kali manusia tidak memakai anggota-anggota tubuhnya sesuai tujuan yang Tuhan tetapkan. Sebaliknya, kita justru memakainya demi kesenangan dan kenikmatan dalam dosa, seperti yang digambarkan oleh pengamsal dalam bagian ini sebagai berikut: mata yang congkak (4), hati yang sombong (4), lidah yang berdusta (6), mulut yang suka bertengkar (9), dan telinga yang ditutup (13).

Pengamsal dengan tegas menyebutkan bahwa mata yang congkak dan hati yang sombong adalah dosa. Lidah yang berdusta dan mulut yang suka bertengkar adalah kesia-siaan. Telinga yang tertutup terhadap kesusahan orang lain akan mendapat balasan dari Tuhan.

Lalu bagaimanakah seharusnya kita menjalani hidup yang berkenan di hadapan Tuhan?

Pengamsal mengajarkan setidaknya ada empat hal yang dapat kita praktikkan dalam hidup ini, yaitu hidup dengan melakukan kebenaran dan keadilan (3, 15), berlaku jujur (8), bersedia diajar (11), dan suka memberi (14). Keempat prinsip firman Tuhan ini akan menolong kita menjalani hidup dan memakai tubuh kita sesuai tujuan Tuhan. Kiranya dengan menerapkan keempat hal ini, mata dan hati terarah pada perbuatan yang benar dan adil. Lidah dipakai untuk mengucapkan hal yang jujur; mulut kita dipakai untuk hal-hal yang bijaksana dan mendidik; serta telinga kita senantiasa peka mendengar jeritan sesama yang membutuhkan pertolongan dan kasih kita. Dengan demikian, tubuh dan segenap keberadaan kita dapat dipakai sesuai kehendak dan rencana-Nya. [MFS]

Pilih yang Benar

Pada zaman Raja Salomo, raja memiliki otoritas absolut. Meski demikian Salomo menyadari bahwa bagaimanapun besarnya kekuasaan seorang raja, tetap saja ia berada di bawah kedaulatan Allah (ayat 1). Keputusan raja, baik atau buruk, juga berada di dalam kendali Allah. 

Bila seorang raja yang berkuasa saja berada di bawah kendali Allah, apalagi manusia biasa. Meski manusia selalu mengira bahwa apa yang dia lakukan adalah benar, tetapi Allah melihat motivasi yang tersembunyi di dasar hati (ayat 2). Bila motivasi melakukan perbuatan baik adalah untuk mendapatkan pahala sebagai imbalan, tentu saja Allah tidak akan disenangkan. Persembahan juga bukan semacam suap untuk menerima perkenan Allah atau pengampunan-Nya atas kesalahan kita (ayat 3). Maka jangan pernah berpikir bahwa Allah akan bisa disuap dengan persembahan kita, sebanyak apapun! Jika kita berpikir demikian, artinya kita congkak, karena merasa bisa membeli segala sesuatu dengan uang yang kita miliki (ayat 4). Orang yang semacam itu merasa dirinya lebih penting dibandingkan orang lain karena uang yang dia miliki. Orang semacam ini biasanya memperoleh kekayaan dengan jalan dusta (ayat 6) dan tidak memiliki belas kasihan kepada sesama (ayat 10). Pada umumnya mereka juga menolak keadilan. Namun suatu saat hukuman akan menimpa mereka (ayat 7), tanpa ada yang dapat menolong (ayat 13). Itu terjadi karena mata Tuhan, yang Mahaadil, tertuju atas mereka yang tidak memiliki belas kasihan pada sesama (ayat 12). 

Lalu bagaimanakah hidup kita seharusnya? Bila hidup diibaratkan seperti suatu pengembaraan, janganlah seperti orang berdosa yang bagai pengembara yang memilih jalan salah. Jadilah orang jujur yang bagai pengembara yang berada di jalan benar (ayat 8). Miliki juga hidup yang terencana (ayat 5). Seorang pebisnis harus berpikir keras ketika membuat perencanaan agar bisnisnya sukses. Kita pun hendaknya tidak terburu-buru saat membuat perencanaan. Pakai akal pikiran kita dan buatlah perencanaan secermat mungkin!

Kejernihan Hati

Siapa dapat menduga hati seseorang? Orang yang terdekat dengannya atau dirinya sendiri? Harus diakui betapa misteriusnya hati seseorang, diri sendiri pun kadang-kadang tidak mengerti hatinya. Oleh karena itu perlu ada yang mengontrol hati manusia, yang benar-benar dapat menguji hati manusia, tiada lain adalah Sang Pencipta yang Maha Tahu, Dialah yang menguji hati manusia. 

Penulis Amsal mengatakan bahwa hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan yang gerakan mengalirnya air senantiasa dikontrol oleh Tuhan (1). Raja yang berkuasa memiliki kesempatan melakukan apa saja yang dianggapnya baik dan benar. Tetapi raja yang hatinya condong kepada Tuhan tidak seperti hati orang fasik yang sombong (4) dan mengingini kejahatan (10), tidak akan melakukan tindakan dan mengambil keputusan yang merugikan rakyat dan kerajaannya. Bila Tuhan yang mengontrol hatinya maka ia hanya melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Tuhan memegang pusat hidup seorang pemimpin, maka pikirannya, perilakunya, perasaannya, keputusannya, tindakannya tertuju kepada-Nya. Betapa sejahteranya kehidupan rakyatnya yang hati pemimpinnya ada di dalam tangan Tuhan. 

Melakukan kebenaran dan keadilan berkenan kepada Tuhan dan merupakan kesukaan bagi orang benar (15). Persembahan sebesar apa pun tak berarti bila tidak didasari kehidupan yang penuh dengan kebenaran dan keadilan (3). Orang fasik akan mengalami penganiayaannya sendiri karena mereka tidak mau melakukan keadilan (7). Mereka tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya karena hatinya tertutup terhadap jeritan orang lain (10). Apakah melakukan kebenaran dan keadilan sama dengan memeratakan penghasilan atau membagikan kepada semua orang jumlah yang sama? Tentu saja bukan demikian pengertiannya. Melakukan kebenaran dan keadilan adalah menyatakan benar kepada orang benar dan salah kepada yang bersalah, membagikan sesuai kebutuhan masing-masing, dan tidak menindas hak orang lain. 

Renungkan: Suara kebenaran dan keadilan semakin lemah di tengah merebaknya realita ketidakbenaran dan ketidakadilan. Bagaimana Anda memegang peran sebagai pelaku kebenaran dan keadilan dalam profesi Anda masing-masing? Adakah hal-hal konkrit yang dapat Anda lakukan, agar keduanya bukan sekadar slogan semu?

Sumber: 
Renungan, Senin 23 Oktober 2000
Renungan, Sabtu, 3 November 2007
Renungan, Sabtu,21 November 2015


Friday, October 28, 2022

DIBALIK SEBUAH PENDERITAAN

DIBALIK SEBUAH PENDERITAAN

Sepanjang sejarah dunia, Kristen selalu mengalami penindasan yang semakin berat dan jahat. Ada tekanan yang datang dari para tetangga maupun pemerintahan setempat. Ada penganiayaan terjadi dalam lingkup lokal maupun nasional. Bagaimana Kristen seharusnya menyikapi keadaan ini? Kristen harus menyikapi penderitaan dan penganiayaan yang dialaminya dari 2 sudut pandang. Pertama, Kristen harus memandang kesulitan dan penderitaan sebagai sebuah disiplin. Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya. Walaupun Allah tidak memberikan alasan mengapa harus mengalami sebuah penderitaan tertentu, namun Allah menjelaskan secara rinci dan hati-hati tentang apa yang Ia lakukan. Yaitu Allah memperlakukan Kristen seperti seorang ayah yang bijaksana memperlakukan anak-anak-Nya. Allah mendisiplin Kristen demi kebaikannya dan supaya beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Perspektif ini membuat penderitaan yang Kristen alami terasa jauh lebih ringan. Kristen tidak perlu lagi bertanya-tanya apa yang sudah ia lakukan sehingga Allah menghukumnya. 

Kristen dapat bertahan dan melewati penderitaannya dan keluar sebagai pemenang, karena ia yakin bahwa penderitaannya juga merupakan bentuk ekspresi kasih Allah. Kedua, jika kita meragukan apakah mungkin Allah tega membiarkan anak-anak yang dikasihi-Nya menderita, lihatlah Yesus. Ia telah menderita terlebih dahulu. Yang memimpin dan membawa iman kita kepada kesempurnaan, Yesus Kristus, telah mengalami sebuah penderitaan yang maha dahsyat, walaupun Dia adalah Anak Tunggal Allah. 

Renungkan: 

Keyakinan bahwa Allah tetap mengasihi Anda dan mempunyai tujuan yang baik di balik penderitaan itu, merupakan sumber kekuatan untuk terus bertahan di dalam penderitaan. Hanya jangan pernah berharap keuntungan secara ekonomi jika Anda harus kehilangan sebuah pekerjaan. Jangan pernah berharap keuntungan secara kesehatan jika Anda menderita penyakit yang berat. Namun berharaplah keuntungan rohani dari penderitaan yang dialami. Jika kita berserah kepada Allah, Dia akan bekerja di dalam hidup kita dan melalui penderitaan ini kita akan bertumbuh di dalam kekudusan. Bahkan kita akan menuai kebenaran dan damai sejahtera yang sudah disediakan bagi anak-anak-Nya yang sedang mengalami penderitaan.

SUMBER: Renungan Senin, 8 Mei 2000

Tuesday, October 25, 2022

Providensia (Pemeliharaan) Allah

A. Jangan Mengatur Tuhan:

Para ilah dalam kepercayaan kafir dianggap cepat berubah. Balak mengira jika ia mengajak Bileam ke tempat lain (13), mungkin pikiran Tuhan akan berubah dan mau mengutuki Israel. Balak juga sengaja memilih tempat yang paling ujung dari umat Israel (13). Balak mungkin berharap bahwa dengan melihat jumlah yang jauh lebih kecil, Bileam tidak akan terpengaruh oleh jumlah Israel yang banyak, sehingga kembali merubah kutuk menjadi berkat. 

Seperti sebelumnya, Bileam pergi menjumpai Tuhan. Sangat menarik bahwa ketika ia datang menjumpai Balak, untuk pertama kalinya Balak bertanya, "Apakah yang difirmankan Tuhan?" (17). Tampaknya Balak akhirnya sadar bahwa sesungguhnya Bileam hanya dapat menyatakan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Ucapan Bileam memaparkan karakter Tuhan: Tuhan bukanlah manusia. Ia tidak berubah pikiran dan selalu menggenapi firman-Nya. Ia juga berkuasa atas segala sesuatu, tidak seorang pun yang dapat mempengaruhi Dia untuk mengutuk orang yang telah Dia pilih untuk diberkati (19-21). Tuhan juga mengajar Balak tentang umat-Nya, Israel. Tuhan menyertai mereka dan memberkati mereka. Ia melindungi mereka dari pengaruh jahat dan akan menjadikan mereka pemenang (22-24). Maka sekali lagi Balak memarahi Bileam. Ia ingin agar Bileam tidak memberkati Israel meski pun ia tidak dapat mengutuki mereka. Namun, Bileam bersikeras bahwa ia hanya dapat mengucapkan apa yang difirmankan Tuhan (25-26). 

Balak, yang tidak mengenal Allah Israel, mengira bahwa Allah bisa disuap dengan tujuh mezbah persembahan sehingga Ia mengubah rencana dan kehendak-Nya atas umat-Nya, Israel. Orang yang menyebut diri Kristen pun masih banyak yang seperti Balak. Misalnya, dengan perhitungan fengsui mengira bahwa segala bentuk kesialan dapat dihambat dan segala keberuntungan dapat dialirkan. Kiranya kita menyelidiki diri supaya jangan ada lagi sikap yang ingin mengatur Tuhan agar sesuai dengan kemauan kita.

B. Pemeliharaan Allah:

Kutuk jadi berkat. Semakin dikutuk, berkat semakin besar. Usaha Bileam mengutuk Israel berubah menjadi berkat Allah. Inilah providensia Allah atas Israel. Tidak satu bahaya pun menimpa umat Tuhan, jika Tuhan tidak mengizinkan (20, 23). Bila umat Tuhan berada di dalam pemeliharaan Allah, mengapa harus takut terhadap persekongkolan pihak lain yang akan mengancam keselamatannya? Ancaman dan kebencian yang ditujukan bagi orang beriman justru akan menyatakan keistimewaan iman kita. 

Mengutuk umat Allah berarti melawan Allah. Walaupun cara yang dipakai Balak luar biasa yaitu mendirikan mezbah dan memberikan persembahan kepada Yahweh - bukan ilah lain -; namun usaha tersebut tak diperkenankan Allah, karena tujuannya adalah mengutuki Israel, umat pilihan Allah. Barangsiapa merekakan kejahatan bagi Israel, akan berhadapan langsung dengan Allah. 

Allah yang hadir, Allah yang melindungi. Di samping providensia Allah, ada kebenaran lain yang indah yaitu bahwa umat Allah dilindungi oleh kehadiran-Nya, dan dipelihara oleh pimpinan penyertaan-Nya di dalam hidup mereka. Sungguh nyata berkat Allah. 

Renungkan: Kutukan dapat menjadi berkat Allah bagi umat-Nya yang mau hidup dalam pemeliharaan-Nya.

C. Berdaulat atas Umat:

Suap-menyuap rupanya bukan penyakit masa kini saja. Untuk menghadapi Israel, Balak mengupayakan strategi yang berbeda. Ia menyuap Bileam dengan imbalan besar agar mau mengutuki Israel. Namun ada pihak yang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh Balak, yaitu Allah Israel! Strategi suap seperti yang dia lakukan terhadap Bileam, juga dia lakukan terhadap Allah Israel. Dengan memberikan persembahan-persembahan (23:1-2, 14, 30) Balak ingin menyuap Allah Israel agar berpihak pada dirinya dan membiarkan Bileam mengutuki Israel.

Dalam kerangka berpikir seorang politeis, Balak mengajak Bileam berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Karena menyangka bahwa Allah yang ada di Kiryat-Huzot (22:41) lebih berpihak kepada Israel, Balak membawa Bileam ke gunung Pisga (23:14) dan kemudian ke gunung Peor (23:28), dengan harapan bahwa Allah yang ada di gunung-gunung itu bisa berpihak kepada dirinya. Namun, apa yang terjadi? Bileam malah menekankan tentang ketidakmungkinan mengutuki bangsa yang diberkati Allah (23:8). Balak mungkin terbiasa menyuap allah-allahnya, tetapi Allah Israel bukanlah allah yang bisa dimanipulasi dengan berbagai persembahan yang istimewa. Ia adalah Allah yang menepati janji-Nya (23:19). Jika Ia telah berjanji untuk memberkati Israel maka Ia akan menepatinya. Dan jika Allah telah memerintahkan Bileam untuk memberkati bangsa Israel maka Bileam sendiri tidak dapat membatalkannya (23:20). Upaya menghancurkan Israel berarti upaya melawan Allahnya (23:22-23). Upaya yang akan berakhir dengan kesia-siaan.

Betapa besar kedaulatan Allah atas umat-Nya. Karena Ia berdaulat, tak seorang pun dapat menentang Dia atau meniadakan rancangan dan janji-janji-Nya bagi umat-Nya. Maka respons kita, sebagai umat yang mengimani kedaulatan-Nya, adalah tunduk di bawah kaki-Nya. Jangan menjadi tuan yang mengatur dan menyuruh-nyuruh Dia. Jangan juga menyuap dan memanipulasi Dia untuk melakukan apa yang kita inginkan. Hormati Dia dan tunduklah dengan ketaatan.

Sumber: 

Renungan, Bilangan 23:4-30, Rabu, 10 November 1999

Renungan, Bilangan 22:36-23:30, Selasa, 24 Juli 2007

Renungan, Bilangan 23:13-30, Senin 4 Mei 2015




Thursday, October 20, 2022

NARSISME/NARSISTIK

NARSISME

Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Ia sangat terpengaruh oleh rasa cinta akan dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.[1]

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir,[2] bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain.[3] Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia.[4]


Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya terlihat memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, tetapi apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.[5]

Selain itu, seseorang dengan sifat narsis yang berlebihan memiliki kecenderungan untuk meninggikan dirinya di hadapan orang lain, menjaga harga dirinya dengan merendahkan orang lain saat orang lain memiliki kemampuan atau hal yang lebih baik darinya, bahkan tidak segan untuk mengasingkan orang lain untuk memperoleh kemenangan.[6]

Beberapa teori yang berlaku saat ini menyatakan bahwa penyebab narsisme dipengaruhi beberapa hal seperti faktor biologis dan genetik, faktor sosial, dan faktor psikologis seseorang[7]

Apa yang dimaksud dengan narsisme?

Narsistik adalah kondisi gangguan kepribadian di mana seseorang akan menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi. Pengidap gangguan ini hampir selalu merasa dirinya lebih baik dibandingkan dengan orang lain.

Apa itu narsisme dan contohnya?

Narsisme sebenarnya mencakup hal yang luas, tidak hanya soal suka berfoto dengan gaya macam-macam, tapi merupakan sebuah cara berpikir. Beberapa contoh dari orang narsis adalah: Merasa dirinya lebih unggul dari orang lain. Ingin selalu dianggap lebih tinggi walaupun tidak ada prestasi.

Apakah orang narsis Bisa Sembuh?

Biasanya, orang yang mengalami gangguan narsisistik dapat sembuh dengan cara dirinya akan menyadari ada yang salah bila berulang kali mengalami kegagalan dalam relasi, termasuk hubungan dengan keluarga dan percintaan.

Apa penyebab gangguan narsistik?

Faktor genetik, yaitu riwayat narsistik dalam keluarga. Faktor lingkungan, yaitu pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan, menuntut, atau tidak memedulikan anak; atau pengalaman masa kecil, seperti penyiksaan atau trauma. Faktor neurobiologi, yaitu hubungan antara otak dengan pola pikir dan perilaku.

Bagaimana cara menghadapi orang narsis?

Ada beberapa trik yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi orang dengan gangguan narsistik, antara lain:

  1. ·       Lihat Siapa Mereka Sebenarnya.
  2. ·        Berhenti Fokus pada Mereka.
  3. ·        Bicaralah untuk Membela Diri.
  4. ·        Tetapkan Batasan yang Jelas.

Apakah narsistik bisa berubah?

Walau penyebab pasti gangguan kepribadian narsistik belum diketahui, orang yang narsis masih punya kesempatan untuk mengubah sifatnya. Hal ini diungkapkan Elinor Greenberg, psikolog berlisensi dan penulis "Borderline, Narcissistic, and Schizoid Adaptations: The Pursuit of Love, Admiration, and Safety".

Bagaimana cara menghindari sikap narsistik?

Pengidap gangguan kepribadian narsistik biasanya punya rasa empati yang rendah terhadap orang lain.

  • ·        Agar Anak Tidak Menjadi Narsistik
  • ·        Hindari Memuji Anak Berlebihan. ...
  • ·        Jangan Terlalu Sering Memberi Kritik Negatif. ...
  • ·        Hindari Sikap Over Protektif. ...
  • ·        Jangan Jadi Orangtua yang Narsis. ...
  • ·        Ajarkan Empati.


1.Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Sifat narsis dalam jumlah yang cukup masih dapat ditolerir, tetapi apabila berlebihan dimana obsesi diri sendiri  menguasai maka ini merupakan penyimpangan kepribadian atau merupakan penyakit mental dan bersifat patologis.

2.Narsisme pada dasarnya adalah sebuah bentuk dari hedonisme, dimana manusia mencari kepuasan yang tidak ada habisnya bagi diriya sendiri. Secara etis hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kenikmatan pribadi merupakan nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir hidup mannusia.

3.Manusia adalah ciptaan yang Allah yang sempurna dimana mereka diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kej.1:27).Kejatuhan manusia dalam dosa berimplikasi penyimpangan citra diri.. Fokus hidup manusia beralih dari Allah, berpindah pada diri sendiri. Bahaya terbesar dari mengasihi diri sendiri adalah karena hal ini merupakan penyembahan kepada diri sendiri.

4.Gambar Allah di dalam diri manusia yang menyimpang karena kejatuhan harus diperbaharui di dalam Yesus untuk menjadi ciptaan baru dimana pusat hidup manusia dikembalikan kepada Tuhan Allah.( II Kor.5:17)  Dalam perjalanan selanjutnya sebagai manusia baru, mereka harus terus berperang dengan kecenderungan cinta diri sendiri yang ingin terus jadi pusat, untuk dikalahkan dengan mencintai Allah sebagai yang nomer satu , utama  dan Allah menjadi pusat. Bertolak dari sana baru kita dapat mencintai diri sebagaimana Allah mencintai kita.

5.Pada masa kini, kita mengenal suatu istilah social climbing.(2) Istilah ini mengacu kepada orang-orang yang melakukan segala upaya untuk naik ke status sosial yang lebih tinggi dari posisi mereka yang sebenarnya. Dampak dari hal ini selalu negatif karena pada dasarnya orang-orang akan membohongi dirinya sendiri dan memaksakan sesuatu yang mereka tidak dapat tanggung. Ini semua terjadi karena antara lain pengaruh foto foto narsis yang di updload di media sosial dengan segala pamer diri sendiri yang berlebihan dan bagi yang lemah mental mereka mau ikut ikutan gaya hidup seperti yang mereka lihat di foto foto media sosial tersebut padahal  kemampuan mereka terbatas. Itu dipaksaakan dilakukan demi menaikkan citra dirinya dihadapan orang lain karena cinta diri yang berlebihan.

6.Rasul Paulus dalam I Korintus 10: 23 mengatakan bahwa walaupun segala sesuatu diperbolehkan, namun tidak segala sesuatu berguna dan membangun. Alkitab tidak pernah melarang kita untuk selfie dan meng-upload foto di facebook dan medsos lainnya , namun kita perlu melihat antara kegunaan dan dampak negatifnya. Pada kenyataannya, pameran kekayaan dan kenikmatan yang bersifat duniawi itu tidak pernah menghasilkan dampak yang baik. Mengingat itu biarlah ketika kita mengupload foto kemedsos biarlah dengan tujuan agar Tuhan Allah makin dipermuliakan dan bukan untuk pemuasan rasa narsis kita.

Sumber:

(1) Narsisme

https://rotihidup.org/narsisme/

(2) Pandangan Etika Kristen Terhadap Sosial Media

https://belajarbersamayesayapenlobang.blogspot.com/2018/03/pandangan-etika-kristen-terhadap.html

(3) Social Climbing :

https://www.kompasiana.com/eriksuhendra/5d1fa282097f3618786cf9c5/5-ciri-sikap-social-climbing-yang-harus-kamu-ketahui?page=all

(4) Narsistik

https://www.google.com/search?q=narsisme&oq=NARSISME&aqs=chrome.0.0i512l7j69i60.2049j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

(5) Ann M. King, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, John M. Neale . 2010 . Abnormal Psychology, 11th Edition . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-470-43314-

(6) Freud, Sigmund. 1914. On Narcissism: An Introduction.



[1]Ann M. King, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, John M. Neale . 2010 . Abnormal Psychology, 11th Edition . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-470-43314-

[2] Freud, Sigmund. 1914. On Narcissism: An Introduction.

[3] Morrison, Andrew. 1997. Shame: The Underside of Narcissism. The Analytic Press. ISBN 0-88163-280-5

[4] "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-31. Diakses tanggal 2009-12-28.

[5] "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-17. Diakses tanggal 2010-04-19.

[6] Ann M. King, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, John M. Neale . 2010 . Abnormal Psychology, 11th Edition . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-470-43314-

[7] http://psychcentral.com/disorders/narcissistic-personality-disorder-symptoms/

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. 1 Yohanes 2:15.

Kita perlu mengawasi hidup kita terhadap cinta akan kekayaan dan kepentingan duniawi. Semua cinta akan harta benda duniawi bukanlah dosa. Keindahan kekayaan hanyalah satu tetes dari kasih-Nya dan kekayaan menyatakan tanda kebaikan-Nya. Semua itu mengobarkan kasih kita kepada-Nya bagaikan tanda kasih seorang sahabat karib. Mengasihi harta benda merupakan kewajiban, bukan dosa. Semua berkat duniawi merupakan sarana untuk menopang fisik kita, dan memelihara kehidupan dan kesehatan kita, sebagaimana kita melayani Allah di dunia karena utang kita dalam perjalanan menuju sorga. Kita mengasihi materi sebagai alat bantu jarak jauh bagi keselamatan kita. Kekayaaan juga dapat memampukan kita melegakan kebutuhan saudara seiman kita, dengan demikian kita boleh menyukai dan bersyukur atas semua materi.

Keberdosaan dalam mencintai kekayaan adalah apabila kekayaan dicintai, diingini, dan dikejar demi memuaskan kedagingan lebih dari kasih kepada Allah, atau apabila kekayaan dipakai untuk meninggikan kecongkakan kita demi membuat kita bersinar di antara manusia dan demi hidup dalam kemewahan tingkat tinggi. Ini adalah dosa besar karena hal ini telah dipertimbangkan dengan matang dan bukan hanya hasrat yang tiba-tiba muncul. Ini menjadi berhala karena mengasihi sesuatu dengan kasih yang harusnya ditujukan hanya kepada Allah. Ini mempertunjukkan penghinaan terhadap sorga karena lebih memilih dunia dari kemuliaan sorgawi. Ini menyesatkan arah hidup manusia ke sasaran yang salah. 

Tidak ada obat bagi pemikiran duniawi, selain mengalihkan pemikiran kepada perkara yang jauh lebih bernilai. Jika seorang manusia mendapat penglihatan tentang sorga dan neraka, ia akan kurang mempedulikan dunia dibandingkan sebelumnya. Seandainya ia dapat mendengar pujian penuh sukacita para orang kudus atau rintihan orang-orang terkutuk satu jam saja, ia akan berupaya keras untuk meraih tujuan yang lebih mulia daripada mengeruk setumpuk kekayaan.

Pandanglah ke sorga, wahai manusia, di sanalah rumah dan harapan Anda. Oh, manusia fana buta yang lebih suka tinggal di dunia seperti cacing! Anda adalah jiwa yang abadi, diciptakan bagi Allah sendiri, untuk mengagumi, mengasihi, melayani, dan menikmati Dia. Oh, mohonlah kepada Allah akan terang dan pemikiran sorgawi untuk senantiasa memandang ke sorga, maka dengan tersipu-sipu keduniawian akan memudar.

Sumber: Richard Baxter (1615-1691), A Christian Directory, 1:214-218.

Thursday, October 6, 2022

Pesimis? Pasti tidak! (Mazmur 11:1-7)


Pesimis? Pasti tidak! (Mazmur 11:1-7)
Orang yang dekat dengan kita dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Dorongan dan keyakinan mereka dapat membangkitkan semangat kita. Namun kadang-kadang mereka juga bisa melemahkan kita. Kepesimisan dan pertimbangan mereka bisa membuat kita ragu, apakah kita harus maju atau menyerah.

Tampaknya pemazmur menghadapi sahabat-sahabat yang melemahkan daya juangnya. Mereka seolah berkata, "Lihat musuh terlalu kuat. Tidak mungkin kamu sanggup menghadapi mereka. Lebih baik menghindar daripada dihancurkan" (1-3). Apa jawaban pemazmur saat teman-temannya berkomentar negatif seperti itu? Pemazmur menguatkan hati dan berkata "Pada Tuhan aku berlindung." Pemazmur percaya bahwa Tuhan akan bertindak membela dirinya.

Di takhta-Nya yang tinggi, Tuhan melihat semua kejadian di muka bumi ini. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Dia bertindak adil. Dua kali kata "menguji" (5, 6) dipakai untuk menunjukkan bahwa Tuhan secara serius menilai manusia. Kata "menguji" ini biasa dipakai untuk menunjukkan proses pemurnian logam oleh api. Berarti Tuhan tidak sembarangan menuduh orang bersalah. Dia melihat sampai ke kedalaman hati. Mulut manusia bisa menipu, tetapi hatinya telanjang di hadapan mata Allah yang tajam. Maka orang yang jahat pasti akan dihukum berat, sebaliknya mereka yang tulus akan diselamatkan!

Kesimpulanya:
Kalau melihat ke sekeliling, nasihat teman-teman pemazmur yang pesimis itu sepertinya benar. Apa mungkin kita bertahan di tengah ketidakadilan dan amoralitas yang ada di sekeliling kita. Namun seperti pemazmur, kita bisa menguatkan hati dan tetap percaya Tuhan. Dia adalah Tuhan yang berkuasa dan adil. Dengan kuasa-Nya, Dia dapat menghancurkan rencana orang-orang jahat. Pada saat yang tepat dan oleh keadilan-Nya, Dia akan memelihara kita yang hidup bersandar penuh kepada-Nya.

Sumber: (Renungan Minggu, 20 Maret 2011)

Thursday, September 8, 2022

Penderitaan, Pengharapan, Keselamatan (Roma 8:18-30)

Penderitaan, Pengharapan, Keselamatan (Roma 8:18-30) 

Hiburan apakah yang dapat menguatkan orang Kristen yang sedang menderita berat karena imannya? Ketika Paulus menulis surat ini, sebagian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Paulus sendiri berulangkali mengalami penderitaan. Maka nasihat yang ia berikan ini bukan omong kosong, tetapi prinsip teologis penting yang teruji. 

Paulus tidak menghadapi penderitaan dengan menyang-kali faktanya atau mengelakkannya. Orang Kristen yang setia kepada Kristus dan kehendak-Nya pasti harus menanggung berbagai bentuk penderitaan. Penderitaan tidak untuk dihindari, tetapi dihadapi dengan kebenaran firman. Dengan cara itu orang Kristen beroleh kekuatan yang membuat mereka dapat bertahan secara kreatif. Kebenaran apa yang Paulus bukakan? Kreatif seperti apa yang dimungkinkan Allah bagi orang Kristen yang sedang menderita? 

Fakta penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya (18). Sedahsyat segelap apa pun penderitaan yang kita alami dan kekelaman perasaan yang diakibatkannya, tidak dapat dibandingkan dengan perjumpaan kita dengan Tuhan kelak dan fakta kita akan bersama-Nya kekal. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Tema ini sudah Paulus uraikan sebelumnya (Rm. 5:3-5), dalam kasih karunia kita jalani penderitaan agar tumbuh ketekunan, tahan uji, pengharapan. Harapan itu lebih penuh lagi sebab seluruh alam semesta yang telah dirusak dosa ini pun kelak akan dimurnikan dari dosa (Rm. 8:21-23). Paulus juga mengingatkan kekuatan itu datang bukan hanya dari berpegang pada konsep kebenaran, tapi dari Roh Kudus. Roh kekudusan dan kekuatan dari Allah menjadi Penghibur, Penopang, Penasihat. Ia pendamping dan rekan doa tepercaya sepanjang kita menjalani dunia nestapa ini (26-27). 

Renungkan: Firman dan Roh sumber penghiburan dan kekuatan kekal dalam penderitaan sementara kita.

Friday, August 26, 2022

Perspektif Allah dan Perspektif Manusia



Perspektif Allah dan Perspektif Manusia. (Yunus 4:2)

Perspektif Allah dan perspektif manusia. Yunus, seperti juga kita semua, seringkali buta terhadap diri sendiri. Yunus lupa bahwa Tuhan telah berbelas kasihan kepadanya dan bahwa ia dan orang-orang Niniwe adalah manusia yang tidak taat pada Tuhan. Anehnya, Yunus melihat bahwa hanya dia, bukan Niniwe, yang layak diselamatkan. Pandangan ini menyebabkan Yunus marah ketika melihat Tuhan mengampuni orang Niniwe. Bagi Yunus, misi sebenarnya adalah memproklamasikan peringatan Tuhan dan menyaksikan-Nya menghancurkan bangsa Asyur yang jahat itu. 

Yunus tidak bisa menerima kenyataan jika karakter Tuhan yang baik juga dinikmati oleh bangsa yang jahat. Tuhan mengerti kondisi hati Yunus. Karena itu, untuk membuat Yunus mengerti hati- Nya, Ia membandingkan kasih-Nya kepada Niniwe dengan kasih Yunus kepada pohon jarak yang menaunginya. Kalau Yunus bisa begitu mengasihi pohon yang tidak ditanamnya dan hanya dekat dengannya selama satu malam, apalagi Tuhan terhadap 120.000 orang Niniwe. 

Secara keseluruhan, kita belajar dua hal melalui Kitab Yunus. Pertama, Tuhan mengasihi semua manusia ciptaan-Nya, tanpa kecuali. Semua bangsa dan semua orang adalah objek kasih-Nya. Jika demikian faktanya, tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali menerima dan berada dalam kasih Tuhan itu. Kedua, kita juga dapat menyaksikan besarnya kasih Tuhan kepada manusia. 

Renungkan: Pahami setiap kata dalam lirik lagu ini, akuilah dengan jujur pengalaman Anda bersama Tuhan: "Ajaib benar, anugerah-Nya pembaru hidupku! 'Ku hilang buta bercela, oleh-Nya 'ku sembuh. Ketika insaf, 'ku cemas, sekarang 'ku lega. Syukur, bebanku t'lah lepas berkat anugerah" (KJ. 40). 

Monday, August 22, 2022

Pikir Dahulu!


Pikir Dahulu! 

Amsal 15:1-15 

Melalui perkataan, kita dapat memuji sesama kita. Namun, melalui perkataan juga, banyak orang justru sakit hati dan terluka. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang meninggalkan Allah karena perkataan kita.

Amsal kali ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya bagi kita untuk memerhatikan perkataan kita (1). Apa yang keluar dari mulut kita menggambarkan siapa diri kita (2). Baik orang jahat maupun orang benar, tak ada seorang pun yang luput dari pengawasan Allah (3). Orang bijak hanya mengucapkan apa yang benar dan berkenan di hadapan Allah, sedangkan orang fasik dan bodoh tidak menyukai kebenaran. Orang bebal menolak segala macam ajaran dan didikan. Mulut orang bebal penuh dengan kebodohan (14).

Allah menghendaki kita bijak dalam berkata-kata. Bijak dalam isi setiap perkataan kita. Hendaknya perkataan kita menabur pengetahuan bagi sesama kita. Pengetahuan yang membawa kepada hidup yang benar dan berkenan di hadapan Allah. Selain itu, Allah juga ingin kita bijak dalam cara kita berkata-kata. Meskipun harus menegur, kita tetap mengatakan kebenaran di dalam kasih. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berpikir terlebih dahulu sebelum kita berkata-kata.

Ada hal-hal yang sering kali kurang kita perhatikan ketika berbicara. Di satu sisi kita sering kali berbicara tanpa peduli siapa pendengar kita. Di sisi lain, kita tidak berani menegur orang lain lewat mulut kita. Kenyataan itu justru menyadarkan kita bahwa kita membutuhkan hikmat Allah. Hikmat yang akan membawa kita kepada kebenaran Allah. Saat berkata-kata, kita tetap harus menunjukkan kepedulian dan kasih kita kepada sesama. Di saat yang sama juga, kita tidak takut untuk menegur sesama kita.

Kesimpulan:

Mari kita meminta hikmat Allah melalui Roh Kudus agar memberikan hikmat kepada kita untuk berkata-kata sehingga apa yang keluar dari mulut kita adalah kebenaran dari Allah. Kiranya setiap perkataan kita boleh menebarkan kasih, pengajaran, dan didikan dari Allah bagi sesama kita. Berpikir dahulu adalah pilihan yang bijak sebelum kita berkata-kata kepada orang lain agar tujuan kita tepat sasaran. [MAR]

Sumber:Santapan Harian, Senin, 22/08/22

Friday, August 19, 2022

PENJALA, TERJALA (LUKAS 5:1-11)


PENJALA, TERJALA (LUKAS 5:1-11)

Pernahkah Anda melihat seorang pemancing sedang memancing ikan? Pemancing ikan adalah orang yang tekun, rela menanti berjam-jam demi tertangkapnya seekor ikan.

Simon Petrus dan rekan-rekannya adalah nelayan sejati. Mereka bekerja keras sepanjang malam untuk menangkap ikan. Sayang mereka tidak menghasilkan apa-apa (5). Sebab itu perintah Yesus agar mereka kembali menjala sebenarnya mendapat tanggapan yang tidak terlalu positif dari Petrus. Malam adalah waktu terbaik untuk menangkap ikan, lalu kenapa harus menjala di siang hari bila pada malam hari saja mereka tidak mendapat ikan? Sementara yang mengusulkan adalah anak seorang tukang kayu! Mana mungkin Ia lebih tahu tentang penangkapan ikan dibandingkan seorang nelayan yang sudah berpengalaman di bidangnya? Namun ketika Petrus akhirnya menuruti juga perkataan Yesus, dia melihat keajaiban. Ikan menjejali jala hingga hampir robek! Bahkan butuh bantuan perahu lain untuk menampung ikan-ikan tersebut (7).

Petrus pun langsung bersujud di kaki Yesus (8). Bila sebelumnya Petrus menyebut Yesus sebagai Guru, saat itu dia menyebut Yesus sebagai Tuhan. Petrus juga menyadari kerendahannya di hadapan Yesus. Ini merupakan lompatan besar dalam pengenalannya akan kebesaran kuasa Yesus. Semula ia mengira dirinya adalah nelayan handal, tetapi kemudian ia melihat kuasa Yesus alam, atas danau dan ikan. Kesadaran ini menjadi titik balik yang menghasilkan keputusan besar dalam hidup Petrus. Ia mengikut Yesus dan arah hidupnya pun berubah.

Kesimpulan:

Kesadaran akan kemahakuasaan Tuhan dan ketidakmampuan diri akan membuat orang datang kepada Tuhan. Maka bila kegagalan sedang menerpa Anda secara beruntun, sehingga Anda seolah merasa tidak mampu berdiri lagi, mungkin itulah saat Anda harus datang pada Allah. Jangan keraskan hati dan menganggap bahwa Anda cukup mampu menyelesaikan masalah Anda. Rendahkan hati dan persilakan Dia untuk menyatakan kuasa dan karya-Nya dalam hidup Anda. Niscaya kasih karunia-Nya akan turun atas Anda.

Sumber:Renugan, Sabtu, 10 Januari 2015

Wednesday, July 27, 2022

Ketika Hikmat Memanggil

 Ketika Hikmat Memanggil 

Amsal 1:20-33 

Dalam dunia ini banyak hal dapat menjadi pengejaran dalam hidup manusia. Kesuksesan, kekuasaan, ketenaran, dan kenyamanan hidup seolah memanggil-manggil kita sehingga perhatian kita teralih dan terfokus padanya. Bahkan, tidak jarang kita meninggalkan hal-hal yang sangat berharga dalam hidup kita seperti iman, keluarga, dan kesehatan untuk mengikuti panggilan-panggilan dunia tersebut.

Dalam bacaan hari ini, hikmat digambarkan penulis amsal seperti seseorang yang berteriak memanggil siapa saja yang ditemuinya (20-21). Terlebih ketika hikmat bertemu dengan mereka yang tidak mau menjadi lebih bijak dalam hidupnya. Hikmat itu seolah-olah mengingatkan mereka serta terus memanggil mereka untuk bertobat dan berubah supaya setiap orang dapat hidup lebih baik dan lebih benar. Sebab sesungguhnya, Tuhan Sang Sumber hikmat itu ingin mengajar dan menyatakan kebenaran-Nya (22-23). Namun sayangnya, banyak orang yang menolak dan mengeraskan hati.

Banyak orang merasa dirinya cukup berpengetahuan juga cukup mampu untuk mengatur dan menjalankan hidup yang sempurna sehingga menolak untuk diatur oleh Tuhan. Banyak orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah orang yang berdosa dengan banyak cacat cela sehingga sering membuat kesalahan dan bertindak bodoh dalam hidupnya. Mereka itulah orang-orang yang Amsal sebut sebagai orang bebal dan yang hidupnya akan menuju kepada kebinasaan (32).

KESIMPULAN:

Oleh sebab itu, hari ini kita diingatkan untuk senantiasa menjadi orang yang rendah hati serta bersedia mendengar dan menerima nasihat. Ada pun nasihat yang Tuhan nyatakan kepada kita adalah panggilan hikmat yang mengingatkan kita ketika kita merenungkan firman-Nya. Tuhan juga menegur kita melalui pasangan atau sahabat kita, rekan-rekan sepelayanan, bahkan juga orang-orang yang kurang kita sukai. Tuhan dapat memakai siapa saja dan situasi apa saja untuk menuntun kita kepada jalan yang benar.

Oleh karena itu, ikutilah panggilan hikmat yang sedang berseru-seru memanggil kita. [ABL]

Tuesday, July 19, 2022

Perendahan dan Penyangkalan Diri; Kelembutan dan Kemurahan Hati (Roma 15:1-4)

Perendahan dan Penyangkalan Diri; Kelembutan dan Kemurahan Hati (Roma 15:1-4)

Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan pembicaraan pasal sebelumnya tentang kewajiban orang-orang percaya untuk saling menanggung dalam berbagai hal, dan dengan ini ia akan segera sampai pada penutup surat. Karena di antara orang-orang Kristen terdapat perbedaan-perbedaan pemahaman yang begitu rupa, dan oleh sebab itu kasih di antara mereka juga bertambah jauh, maka diperlukan perintah demi perintah dan ajaran demi ajaran, untuk mendinginkan panas hati, dan melahirkan perilaku yang lebih baik. Rasul Paulus, karena ingin mematok paku hingga tertancap kokoh pada tempatnya, terus mengikuti ketukan palunya, tidak mau meninggalkan topik pembicaraan ini sampai ada harapan baginya untuk menang. Untuk itulah ia menyusun perkara di hadapan mereka dan memenuhi mulutnya dengan alasan-alasan yang teramat meyakinkan. Kita dapat mengamati, dalam pasal ini,

I. Perintah-perintahnya kepada mereka.

II. Doa-doanya untuk mereka.

III. Pembelaannya dalam menulis kepada mereka.

IV. Penjelasannya tentang dirinya sendiri dan perkara-perkaranya.

V. Pernyataannya tentang tujuannya untuk datang menemui mereka.

VI. Keinginannya untuk didoakan oleh mereka.

Perendahan dan Penyangkalan Diri; Kelembutan dan Kemurahan Hati (Roma 15:1-4)

Dalam perikop ini Rasul Paulus memaparkan dua aturan, beserta alasan-alasan untuk menguatkannya, yang menunjukkan kewajiban orang Kristen yang kuat untuk peduli dan merendah bagi mereka yang paling lemah.

I. Kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak kuat (ay. 1). Kita semua mempunyai kelemahan. Tetapi orang yang lemah lebih dikuasai oleh kelemahan itu daripada orang lain. Mereka itu orang yang lemah dalam hal pengetahuan atau karunia, buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya. Kita harus peduli dengan orang-orang ini. Jangan menginjak-injak mereka, tetapi doronglah mereka, dan bersabarlah menghadapi kelemahan mereka. Jika karena kelemahan, mereka menghakimi dan mencela kita, dan mengatakan yang jahat tentang kita, kita harus bersabar menghadapi mereka, mengasihani mereka, dan tidak menjauhkan kasih sayang kita terhadap mereka. Malang nian mereka! Itu kelemahan mereka, mereka tidak bisa menghindarinya. Demikian pula halnya Kristus menanggung murid-murid-Nya yang lemah, dan memaafkan mereka. Tetapi lebih dari itu, kita juga harus menanggung kelemahan mereka dengan berbela rasa dengan mereka, memberi perhatian terhadap mereka, dan membantu menguatkan mereka, sebagaimana ada kesempatan. Inilah yang dinamakan saling menanggung beban.

II. Kita tidak boleh mencari kesenangan kita sendiri, tetapi harus mencari kesenangan sesama kita (ay. 1-2). Kita tidak boleh memanjakan diri sendiri, dengan menimbang kelemahan dan kerapuhan saudara-saudara kita.

1. Orang-orang Kristen tidak boleh mencari kesenangan sendiri. Kepedulian kita tidak boleh hanya memuaskan segala keinginan yang sepele dari hati kita sendiri. Baiklah jika sekali-kali kita menahan diri, supaya kita bisa lebih baik menghadapi orang lain yang menghalangi jalan kita. Kita akan manja (seperti Adonia) jika keinginan kita selalu dituruti. Pelajaran pertama yang harus kita pelajari adalah menyangkal diri (Mat. 16:24).


2. Orang Kristen harus mencari kesenangan sesamanya. Kekristenan dimaksudkan untuk menghaluskan dan melembutkan roh, untuk mengajarkan kepada kita hati yang mau berbuat baik dan menyenangkan orang lain. Tidak untuk menjadi hamba hawa nafsu apa saja, tetapi menjadi hamba bagi kebutuhan dan kelemahan sesama kita. Untuk bersedia melakukan sebaik mungkin dengan kesadaran hati nurani apa saya yang kita patut lakukan. Orang Kristen harus berusaha untuk menyenangkan hati. Sebagaimana kita tidak boleh mencari kesenangan kita sendiri dalam menggunakan kebebasan kita sebagai orang Kristen, demikian pula kita harus mencari kesenangan sesama kita. Kebebasan Kristen kita itu diperbolehkan bagi kita bukan demi kesenangan kita sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah dan demi kebaikan bagi orang lain serta untuk membangunnya. Betapa jemaat Kristus akan menjadi kumpulan yang menyenangkan dan menghibur jika orang-orang Kristen berusaha mencari kesenangan satu sama lain, bukan seperti yang biasa kita lihat sekarang, giat berselisih, saling menghalang-halangi, dan saling menentang! Mencari kesenangan sesama, bukan dalam segala hal, sebab ini bukan aturan tanpa batas, melankan demi kebaikannya, terutama demi kebaikan jiwanya. Bukan untuk menyenangkan hatinya dengan melayani kehendak-kehendaknya yang fasik, dan menghibur dia dengan cara yang berdosa, atau memenuhi godaan-godaannya, atau berbuat dosa karena dia. Ini cara yang rendah untuk mencari kesenangan sesama kita yang membawanya kepada kebinasaan jiwanya. Jika mencari kesenangan orang dengan cara seperti itu, kita bukanlah hamba-hamba Kristus. Tetapi carilah kesenangannya demi kebaikan dia. Bukan demi kebaikan duniawi kita sendiri, atau untuk menjadikan dia mangsa, melainkan demi kebaikan rohaninya. Untuk membangunnya, maksudnya, bukan hanya demi kebaikannya, melainkan juga demi kebaikan orang lain, untuk membangun tubuh Kristus, dengan berusaha saling berbuat baik. Semakin rapat batu-batu dipasang, dan semakin pas satu sama lain, semakin kokohlah bangunannya. Sekarang perhatikanlah alasan mengapa orang-orang Kristen harus mencari kesenangan satu sama lain: Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Penyangkalan diri Yesus Tuhan kita adalah alasan terbaik melawan sikap orang-orang Kristen yang mementingkan diri. Perhatikanlah,

(1) Bahwa Kristus tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Ia tidak mencari pujian, kenyamanan, keamanan, ataupun kesenangan duniawi-Nya sendiri. Ia tidak mempunyai tempat untuk membaringkan kepala-Nya. Ia hidup dari amal, tidak mau dijadikan raja. Tidak ada saran lain yang paling dibenci-Nya selain, Guru, sayangilah diri-Mu. Ia tidak menuruti kehendak-Nya sendiri (Yoh. 5:30). Ia membasuh kaki murid-murid-Nya, tekun menanggung bantahan terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa. Ia menyusahkan diri (Yoh. 11:33, KJV), tidak mencari kehormatan-Nya sendiri, dan singkatnya, mengosongkan diri-Nya, menjadikan diri-Nya tidak berharga. Dan semua ini demi kita, untuk membawakan kebenaran bagi kita, dan untuk memberi kita suatu teladan. Seluruh hidup-Nya hanyalah untuk menyangkal diri, dan tidak mencari kesenangan diri. Ia menanggung kelemahan-kelemahan orang yang tidak kuat (Ibr. 4:15).

(2) Bahwa dalam hal ini Kitab Suci digenapi: Seperti ada tertulis: Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku. Ini dikutip dari Mazmur 69:10, yang bagian awalnya diterapkan kepada Kristus (Yoh. 2:17), cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku, dan bagian akhirnya diterapkan di sini. Sebab Daud adalah perlambang Kristus, dan penderitaan-penderitaannya adalah perlambang dari penderitaan-penderitaan Kristus. Mazmur ini dikutip untuk menunjukkan bahwa Kristus sama sekali tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, malah Ia justru dalam tingkat tertinggi betul-betul mencari ketidaksenangan-Nya sendiri. Bukan berarti seolah-olah pekerjaan-Nya, secara keseluruhan, terasa sebagai beban dan kesedihan bagi-Nya, sebab Ia menjalankannya dengan sangat rela dan gembira. Tetapi dalam perendahan-Nya, Ia menyingkirkan dan menolak segala hal yang membawa kepuasan pada kecenderungan sifat alamiah. Ia lebih mengutamakan kebaikan kita daripada kenyamanan dan kesenangan-Nya sendiri.Rasul Paulus memilih mengungkapkan masalah ini dalam bahasa Kitab Suci. Sebab dengan cara apa lagi perkara-perkara yang menyangkut Roh Allah dibicarakan dengan lebih baik selain dengan kata-kata dari Roh itu sendiri? Dan nas Kitab Suci ini ditegaskannya, kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.

[1] Aib dari celaan-celaan yang ditanggung Kristus. Penghinaan apa saja yang diperbuat terhadap Allah membuat sedih Tuhan Yesus. Ia berduka oleh kerasnya hati orang banyak, dan memandang tempat yang penuh dosa dengan kesedihan dan air mata. Ketika orang-orang kudus dianiaya, Kristus sama sekali tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, sampai-sampai Ia turut merasakan apa yang diperbuat terhadap mereka sebagai dilakukan terhadap diri-Nya sendiri: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Kristus sendiri telah menanggung segala penghinaan hebat. Ada banyak cela dalam penderitaan-penderitaan-Nya.

[2] Dosa dari celaan-celaan itu, yang ditanggung Kristus untuk memuaskan tuntutan hukum. Begitulah banyak orang memahaminya. Setiap dosa adalah semacam celaan bagi Allah, terutama dosa-dosa yang diperbuat dengan berani. Nah, kesalahan dari semuanya ini ditimpakan kepada Kristus, ketika Ia dijadikan dosa, yaitu, dijadikan persembahan, korban penghapus dosa bagi kita. Ketika Tuhan menimpakan kepada-Nya kesalahan kita semua, dan Ia menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya sendiri di atas kayu salib, kesalahan-kesalahan kita ditimpakan kepada-Nya sebagai ganti jaminan bagi kebebasan kita. Akulah yang menanggung kutuk itu. Ini contoh terbesar bagaimana orang mau menggantikan orang lain dengan dirinya sendiri untuk menanggung kesalahan orang lain. Kalau kita merenungkan kemurnian dan kekudusan-Nya yang tak terhingga dan tak bercacat cela, kasih Bapa kepada-Nya yang tak terbatas, dan kepedulian-Nya yang kekal akan kemuliaan Bapa-Nya, maka tidak ada hal lain yang lebih bertentangan dengan Dia, atau lebih melawan Dia, daripada bahwa Dia dijadikan dosa dan kutuk bagi kita, dan ditimpa murka Allah. Terutama lagi kalau kita melihat untuk siapa saja Ia mencari ketidaksenangan diri seperti itu, yaitu untuk orang-orang asing, musuh-musuh, dan para pengkhianat. Yang benar untuk orang-orang yang tidak benar (1Ptr. 3:18). Ini tampak patut dijadikan alasan mengapa kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Kita tidak boleh mencari kesenangan kita sendiri, sebab Kristus tidak mencari kesenangan-Nya sendiri. Kita harus menanggung kelemahan orang yang tidak kuat, sebab Kristus menanggung celaan orang-orang yang mencela Allah. Ia menanggung kesalahan dosa dan kutuk dosa. Kita hanya dipanggil untuk sedikit menanggung masalah dosa. Ia menanggung dosa-dosa yang diperbuat dengan berani oleh orang fasik. Kita hanya dipanggil untuk menanggung kelemahan orang yang tidak kuat. Karena Kristus juga, kai gar ho Christos – bahkan Kristus sekalipun. Bahkan Dia sekalipun yang secara tak terhingga bahagia dalam menikmati diri-Nya, yang tidak memerlukan pelayanan kita. Bahkan Dia sekalipun yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, yang mempunyai alasan yang baik untuk mencari kesenangan-Nya sendiri, dan tidak mempunyai alasan untuk peduli terhadap kita, apalagi disalibkan untuk kita. Bahkan Dia sekalipun tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, bahkan Dia sekalipun menanggung dosa-dosa kita. Jadi, bukankah seharusnya kita bersikap rendah hati, menyangkal diri, dan bersedia peduli satu sama lain, sebagai sesama anggota jemaat?

(3) Bahwa oleh karena itu kita harus bangkit dan berbuat hal serupa: Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita.

[1] Bahwa apa yang ditulis tentang Kristus, mengenai penyangkalan diri dan penderitaan-penderitaan-Nya, ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. Ia telah meninggalkan bagi kita suatu teladan. Jika Kristus menyangkal diri, kita juga pasti harus menyangkal diri, atas dasar ketulusan dan rasa syukur, dan terutama seturut de ngan gambar-Nya. Teladan Kristus, dalam apa yang dilakukan dan dikatakan-Nya, dicatat untuk kita tiru.

[2] Apa yang dicatat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama secara umum ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. Apa yang sudah dikatakan Daud untuk dirinya, diterapkan Paulus tadi pada Kristus. Nah, supaya ini tidak terlihat seperti memaksakan pengertian Kitab Suci, Paulus memberi kita pedoman umum yang baik ini, bahwa semua nas kitab Perjanjian Lama (terlebih jauh lagi nas Perjanjian Baru) ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, dan tidak bisa dipandang sebagai tafsiran pribadinya sendiri. Apa yang terjadi pada orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama terjadi pada mereka untuk dijadikan contoh. Dan banyak nas Perjanjian Lama sudah digenapi. 

KESIMPULAN: 

Kitab Suci ditinggalkan sebagai pedoman yang abadi bagi kita. Kitab Suci ditulis, supaya tetap kita gunakan dan demi kebaikan kita. Pertama, untuk menjadi pelajaran bagi kita. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari Kitab Suci, dan pelajaran itu pelajaran terbaik yang bisa ditimba dari sumber air ini. Orang yang paling berpengetahuan adalah orang yang paling mengenal Kitab Suci. Oleh sebab itu, kita tidak saja harus berusaha memahami arti sebenarnya dari Kitab Suci, tetapi juga mempelajari darinya apa yang bermanfaat bagi kita. Oleh sebab itu, kita memerlukan bantuan tidak saja untuk menggulingkan batu, tetapi juga untuk menimba air, sebab sumurnya dalam di banyak tempat. Mengamalkan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari itu lebih penting daripada mengupasnya secara mendalam. 

Kedua, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. Pengharapan yang menjadikan hidup kekal sebagai tujuan itu disodorkan di sini sebagai tujuan belajar Kitab Suci. Kitab Suci ditulis supaya kita tahu apa yang bisa diharapkan dari Allah, atas dasar apa, dan dengan cara apa. Ini haruslah membuat Kitab Suci tampak baik di mata kita, sebab Kitab Suci adalah teman istimewa bagi pengharapan orang Kristen. Nah, cara untuk mencapai harapan ini adalah oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.

Ketekunan dan penghiburan mengandaikan adanya kesulitan dan kesedihan. Seperti itulah nasib orang-orang kudus di dunia ini. Lagi pula, seandainya tidak demikian, kita tidak akan mendapat kesempatan untuk bersabar dan terhibur. Tetapi ketekunan dan penghiburan adalah teman bagi pengharapan, yang merupakan hidup dari jiwa kita. Ketekunan menimbulkan tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan, dan pengharapan tidak mengecewakan (5:3-5). Semakin besar ketekunan yang kita tunjukkan di bawah kesulitan, semakin besar harapan kita untuk mengatasi kesulitan kita. Tidak ada yang lebih merusak pengharapan selain ketidaksabaran. 

Dan penghiburan dari Kitab Suci,penghiburan yang timbul dari firman Allah (itulah penghiburan yang paling pasti dan paling manis) juga merupakan penopang yang teguh bagi pengharapan, sebab penghiburan adalah jaminan yang ada di tangan akan kebaikan yang diharapkan. Roh, sebagai Penghibur, adalah jaminan dari warisan kita.

SUMBER: MHC ROMA 15:1-4

Wednesday, June 29, 2022

Jangan Main-main dengan Dosa

Jangan Main-main dengan Dosa 

Roma 6:1-14 

Setelah menjadi orang percaya, hidup tidak boleh dijalani dengan sembarangan. Ada aturan yang harus ditaati. Allah Yang Mahakudus menuntut kita untuk hidup sepadan dengan kehendak-Nya.

Hidup dalam kekudusan merupakan kewajiban yang harus dijalani oleh orang percaya. Ini tidak berarti kasih karunia Allah yang berlimpah-limpah menjadi kesempatan bagi kita untuk bertekun di dalam dosa (1). Ketika kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi kebenaran, seharusnya dosa tidak berkuasa lagi dalam hidup kita. Kehidupan di dalam dosa telah mati dan dikuburkan, sedangkan sukacita kehidupan yang baru telah kita terima di dalam Kristus (2-4).

Manusia lama kita telah disalibkan bersama dengan Kristus, dan kita tidak menghambakan diri lagi kepada dosa (6-7). Ketika kita dibenarkan oleh Kristus, kita tidak secara otomatis memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar Allah. Kadang-kadang kita masih bisa jatuh ke dalam dosa, namun perbedaannya adalah kita tidak lagi menghidupi kehidupan di dalam dosa. Kita tidak menghambakan diri lagi kepada natur berdosa kita. Sekarang kita diperhadapkan dengan pilihan untuk mengasihi Allah di dalam kehidupan yang kita jalani (Gal 2:20).

Karena kematian Kristus dan kebangkitan-Nya, kita tidak perlu takut kepada kematian. Jaminan telah diberikan-Nya bagi kita untuk menikmati relasi dengan Dia dan melakukan kehendak-Nya dengan penuh sukacita.

Kita tidak lagi hidup dengan mengejar hasrat dan hawa nafsu yang sia-sia, melainkan rindu untuk memuliakan Dia (11). Di tengah dunia ini, Roh Kuduslah yang akan menolong kita untuk hidup sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Kristus bagi kita.

Kesimpulan:

Maka dari itu, mengasihi Allah dengan hak istimewa yang telah diberikan kepada kita untuk hidup dalam kebenaran, melalui keterbukaan dalam relasi yang penuh sukacita bersama Dia, harus menjadi hasrat terdalam dari jiwa kita. Tinggalkanlah dosa, jangan bermain-main dengan kasih karunia Allah. Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk hidup bagi Allah! [PMS]

Santapan Harian

Rabu, 29/06/22

https://www.sabda.org/publikasi/e-sh/print/?edisi=20220629


Tuesday, June 21, 2022

GAMBAR ALLAH

GAMBAR ALLAH (KEJADIAN 1:26-30)

Menjadi gambar Allah adalah menjadi wakil Allah di dunia ini. Ini bukan semata-mata privilese melainkan juga tanggung jawab. Semakin besar hak diberikan, semakin berat pula kewajibannya. Menjadi gambar Allah bukan hanya memiliki sejumlah potensi Ilahi, tetapi bagaimana mewujudkan potensi itu bagi kemuliaan Allah. 

Apa maksud Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya? Supaya manusia bisa mengelola dunia dan segala isinya ini untuk kemuliaan Allah. Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan tugas manusia itu, "berkuasa", "taklukkanlah" adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam konteks kekuasaan seorang raja. Beberapa penafsir keberatan karena menurut mereka penafsiran seperti inilah yang menyebabkan manusia merajalela mengeksploitasi alam ini dengan segala kerakusannya dengan dalih atas nama Tuhan. Berapa banyak kerusakan alam dan lingkungan yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup disebabkan ulah manusia? 

Namun, kita melihat bahwa pengaturan Allah atas manusia di sini sama sekali tidak membuka peluang untuk eksploitasi atas alam ini. Pertama, manusia diaturkan bukan untuk menjadi raja dunia melainkan mewakili Raja, Sang Pemilik dunia. Tindakan manusia merusak alam milik Allah adalah tidak berkenan bahkan berdosa di hadapan-Nya. Kedua, kerusakan alam berarti pula berkurangnya kenyamanan hidup manusia. Artinya konsekuensi penyalahgunaan kekuasaan Ilahi akan dirasakan paling berat oleh manusia sendiri. 

KESIMPULAN:

Dosa yang menyebabkan gambar Allah dalam diri manusia tidak berfungsi dengan benar. Manusia hidup bukan untuk kemuliaan Allah melainkan untuk kepentingan diri sendiri yang bersifat merusak dan menghancurkan. Hanya satu jalan untuk memperbaiki semua ini, yaitu dengan mengizinkan Allah memperbarui gambar-Nya di dalam diri kita oleh karya penyelamatan Yesus.

SUMBER: Renungan 1April2008

Sunday, June 19, 2022

Kekhususan Panggilan Tuhan

Kekhususan Panggilan Tuhan (Bilangan 12:1-16)

Tuhan berdaulat memilih siapa saja sebagai hamba-hamba-Nya, dengan kekhususan yang berbeda-beda dari setiap orang. Sikap iri hati terhadap hal khusus yang dimiliki seorang hamba Tuhan oleh sesama hamba Tuhan merupakan sikap yang tidak mengerti kedaulatan Tuhan dan tidak menghormati-Nya.

Musa dipilih bukan karena ia lebih baik dari Harun dan Miryam, melainkan karena Tuhan memiliki rencana atas dirinya untuk masa depan umat-Nya. Sebenarnya Miryam dan Harun pun memiliki kekhususan mereka masing-masing. Bukankah Harun dengan kefasihan berbicaranya menjadi juru bicara Musa menghadapi Firaun untuk membebaskan bangsa Israel (Kel. 4:14-16)? Bukankah Miryam dengan musikalitasnya memimpin para wanita menari sementara umat Israel bersama Musa menyanyikan kidung pujian kepada Tuhan yang telah menyelamatkan umat-Nya dari pengejaran Firaun (Kel. 15:1-18; 20-21)?

Musa memilih diam dan tidak membela diri (3), namun Tuhan membela hamba-Nya ini. Tuhan telah memilih dan menetapkan Musa, melampaui jabatan nabi karena kepadanya, Tuhan berbicara muka dengan muka (6-8). Oleh karena itu, apa pun alasannya, perbuatan Miriam dan Harun seolah menolak pilihan Allah atas Musa (2)! Kasus perempuan Kusy bisa jadi hanyalah alasan yang dibuat-buat untuk menggugat Musa (1).

Mengapa hanya Miryam yang mendapatkan hukuman kusta? Mungkin Harun keburu mengakui kesalahan dan memohon ampun. Lebih mungkin Harun dihindarkan dari hukuman tersebut karena ia seorang imam besar, yang kalau terkena sesuatu yang najis akan lebih lama proses pentahirannya, padahal ritual kemah suci tidak bisa diabaikan.

Kesimpulan:

Mari kita belajar dari kasus ini. Pertama, Tuhan berdaulat memilih para hamba-Nya, masing-masing dengan kekhususannya. Kita harus menghormati keputusan Allah ini dan justru memberikan dukungan kepada setiap hamba-Nya. Kedua, bersyukurlah untuk pilihan Tuhan atasmu secara khusus, serta tunaikan tugas panggilanmu secara bertanggung jawab.

  • Sumber:
  • Alkitab LAI
  • Renungan: Senin, 20 April 2015

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...