Thursday, October 20, 2022

NARSISME/NARSISTIK

NARSISME

Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Ia sangat terpengaruh oleh rasa cinta akan dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.[1]

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir,[2] bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain.[3] Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia.[4]


Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya terlihat memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, tetapi apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.[5]

Selain itu, seseorang dengan sifat narsis yang berlebihan memiliki kecenderungan untuk meninggikan dirinya di hadapan orang lain, menjaga harga dirinya dengan merendahkan orang lain saat orang lain memiliki kemampuan atau hal yang lebih baik darinya, bahkan tidak segan untuk mengasingkan orang lain untuk memperoleh kemenangan.[6]

Beberapa teori yang berlaku saat ini menyatakan bahwa penyebab narsisme dipengaruhi beberapa hal seperti faktor biologis dan genetik, faktor sosial, dan faktor psikologis seseorang[7]

Apa yang dimaksud dengan narsisme?

Narsistik adalah kondisi gangguan kepribadian di mana seseorang akan menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi. Pengidap gangguan ini hampir selalu merasa dirinya lebih baik dibandingkan dengan orang lain.

Apa itu narsisme dan contohnya?

Narsisme sebenarnya mencakup hal yang luas, tidak hanya soal suka berfoto dengan gaya macam-macam, tapi merupakan sebuah cara berpikir. Beberapa contoh dari orang narsis adalah: Merasa dirinya lebih unggul dari orang lain. Ingin selalu dianggap lebih tinggi walaupun tidak ada prestasi.

Apakah orang narsis Bisa Sembuh?

Biasanya, orang yang mengalami gangguan narsisistik dapat sembuh dengan cara dirinya akan menyadari ada yang salah bila berulang kali mengalami kegagalan dalam relasi, termasuk hubungan dengan keluarga dan percintaan.

Apa penyebab gangguan narsistik?

Faktor genetik, yaitu riwayat narsistik dalam keluarga. Faktor lingkungan, yaitu pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan, menuntut, atau tidak memedulikan anak; atau pengalaman masa kecil, seperti penyiksaan atau trauma. Faktor neurobiologi, yaitu hubungan antara otak dengan pola pikir dan perilaku.

Bagaimana cara menghadapi orang narsis?

Ada beberapa trik yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi orang dengan gangguan narsistik, antara lain:

  1. ·       Lihat Siapa Mereka Sebenarnya.
  2. ·        Berhenti Fokus pada Mereka.
  3. ·        Bicaralah untuk Membela Diri.
  4. ·        Tetapkan Batasan yang Jelas.

Apakah narsistik bisa berubah?

Walau penyebab pasti gangguan kepribadian narsistik belum diketahui, orang yang narsis masih punya kesempatan untuk mengubah sifatnya. Hal ini diungkapkan Elinor Greenberg, psikolog berlisensi dan penulis "Borderline, Narcissistic, and Schizoid Adaptations: The Pursuit of Love, Admiration, and Safety".

Bagaimana cara menghindari sikap narsistik?

Pengidap gangguan kepribadian narsistik biasanya punya rasa empati yang rendah terhadap orang lain.

  • ·        Agar Anak Tidak Menjadi Narsistik
  • ·        Hindari Memuji Anak Berlebihan. ...
  • ·        Jangan Terlalu Sering Memberi Kritik Negatif. ...
  • ·        Hindari Sikap Over Protektif. ...
  • ·        Jangan Jadi Orangtua yang Narsis. ...
  • ·        Ajarkan Empati.


1.Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Sifat narsis dalam jumlah yang cukup masih dapat ditolerir, tetapi apabila berlebihan dimana obsesi diri sendiri  menguasai maka ini merupakan penyimpangan kepribadian atau merupakan penyakit mental dan bersifat patologis.

2.Narsisme pada dasarnya adalah sebuah bentuk dari hedonisme, dimana manusia mencari kepuasan yang tidak ada habisnya bagi diriya sendiri. Secara etis hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kenikmatan pribadi merupakan nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir hidup mannusia.

3.Manusia adalah ciptaan yang Allah yang sempurna dimana mereka diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kej.1:27).Kejatuhan manusia dalam dosa berimplikasi penyimpangan citra diri.. Fokus hidup manusia beralih dari Allah, berpindah pada diri sendiri. Bahaya terbesar dari mengasihi diri sendiri adalah karena hal ini merupakan penyembahan kepada diri sendiri.

4.Gambar Allah di dalam diri manusia yang menyimpang karena kejatuhan harus diperbaharui di dalam Yesus untuk menjadi ciptaan baru dimana pusat hidup manusia dikembalikan kepada Tuhan Allah.( II Kor.5:17)  Dalam perjalanan selanjutnya sebagai manusia baru, mereka harus terus berperang dengan kecenderungan cinta diri sendiri yang ingin terus jadi pusat, untuk dikalahkan dengan mencintai Allah sebagai yang nomer satu , utama  dan Allah menjadi pusat. Bertolak dari sana baru kita dapat mencintai diri sebagaimana Allah mencintai kita.

5.Pada masa kini, kita mengenal suatu istilah social climbing.(2) Istilah ini mengacu kepada orang-orang yang melakukan segala upaya untuk naik ke status sosial yang lebih tinggi dari posisi mereka yang sebenarnya. Dampak dari hal ini selalu negatif karena pada dasarnya orang-orang akan membohongi dirinya sendiri dan memaksakan sesuatu yang mereka tidak dapat tanggung. Ini semua terjadi karena antara lain pengaruh foto foto narsis yang di updload di media sosial dengan segala pamer diri sendiri yang berlebihan dan bagi yang lemah mental mereka mau ikut ikutan gaya hidup seperti yang mereka lihat di foto foto media sosial tersebut padahal  kemampuan mereka terbatas. Itu dipaksaakan dilakukan demi menaikkan citra dirinya dihadapan orang lain karena cinta diri yang berlebihan.

6.Rasul Paulus dalam I Korintus 10: 23 mengatakan bahwa walaupun segala sesuatu diperbolehkan, namun tidak segala sesuatu berguna dan membangun. Alkitab tidak pernah melarang kita untuk selfie dan meng-upload foto di facebook dan medsos lainnya , namun kita perlu melihat antara kegunaan dan dampak negatifnya. Pada kenyataannya, pameran kekayaan dan kenikmatan yang bersifat duniawi itu tidak pernah menghasilkan dampak yang baik. Mengingat itu biarlah ketika kita mengupload foto kemedsos biarlah dengan tujuan agar Tuhan Allah makin dipermuliakan dan bukan untuk pemuasan rasa narsis kita.

Sumber:

(1) Narsisme

https://rotihidup.org/narsisme/

(2) Pandangan Etika Kristen Terhadap Sosial Media

https://belajarbersamayesayapenlobang.blogspot.com/2018/03/pandangan-etika-kristen-terhadap.html

(3) Social Climbing :

https://www.kompasiana.com/eriksuhendra/5d1fa282097f3618786cf9c5/5-ciri-sikap-social-climbing-yang-harus-kamu-ketahui?page=all

(4) Narsistik

https://www.google.com/search?q=narsisme&oq=NARSISME&aqs=chrome.0.0i512l7j69i60.2049j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

(5) Ann M. King, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, John M. Neale . 2010 . Abnormal Psychology, 11th Edition . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-470-43314-

(6) Freud, Sigmund. 1914. On Narcissism: An Introduction.



[1]Ann M. King, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, John M. Neale . 2010 . Abnormal Psychology, 11th Edition . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-470-43314-

[2] Freud, Sigmund. 1914. On Narcissism: An Introduction.

[3] Morrison, Andrew. 1997. Shame: The Underside of Narcissism. The Analytic Press. ISBN 0-88163-280-5

[4] "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-31. Diakses tanggal 2009-12-28.

[5] "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-17. Diakses tanggal 2010-04-19.

[6] Ann M. King, Sheri L. Johnson, Gerald C. Davison, John M. Neale . 2010 . Abnormal Psychology, 11th Edition . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-470-43314-

[7] http://psychcentral.com/disorders/narcissistic-personality-disorder-symptoms/

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...