A. Jangan Mengatur Tuhan:
Para ilah dalam kepercayaan kafir dianggap cepat berubah. Balak mengira jika ia mengajak Bileam ke tempat lain (13), mungkin pikiran Tuhan akan berubah dan mau mengutuki Israel. Balak juga sengaja memilih tempat yang paling ujung dari umat Israel (13). Balak mungkin berharap bahwa dengan melihat jumlah yang jauh lebih kecil, Bileam tidak akan terpengaruh oleh jumlah Israel yang banyak, sehingga kembali merubah kutuk menjadi berkat.
Seperti sebelumnya, Bileam pergi menjumpai Tuhan. Sangat menarik bahwa ketika ia datang menjumpai Balak, untuk pertama kalinya Balak bertanya, "Apakah yang difirmankan Tuhan?" (17). Tampaknya Balak akhirnya sadar bahwa sesungguhnya Bileam hanya dapat menyatakan apa yang difirmankan Tuhan kepadanya. Ucapan Bileam memaparkan karakter Tuhan: Tuhan bukanlah manusia. Ia tidak berubah pikiran dan selalu menggenapi firman-Nya. Ia juga berkuasa atas segala sesuatu, tidak seorang pun yang dapat mempengaruhi Dia untuk mengutuk orang yang telah Dia pilih untuk diberkati (19-21). Tuhan juga mengajar Balak tentang umat-Nya, Israel. Tuhan menyertai mereka dan memberkati mereka. Ia melindungi mereka dari pengaruh jahat dan akan menjadikan mereka pemenang (22-24). Maka sekali lagi Balak memarahi Bileam. Ia ingin agar Bileam tidak memberkati Israel meski pun ia tidak dapat mengutuki mereka. Namun, Bileam bersikeras bahwa ia hanya dapat mengucapkan apa yang difirmankan Tuhan (25-26).
Balak, yang tidak mengenal Allah Israel, mengira bahwa Allah bisa disuap dengan tujuh mezbah persembahan sehingga Ia mengubah rencana dan kehendak-Nya atas umat-Nya, Israel. Orang yang menyebut diri Kristen pun masih banyak yang seperti Balak. Misalnya, dengan perhitungan fengsui mengira bahwa segala bentuk kesialan dapat dihambat dan segala keberuntungan dapat dialirkan. Kiranya kita menyelidiki diri supaya jangan ada lagi sikap yang ingin mengatur Tuhan agar sesuai dengan kemauan kita.
B. Pemeliharaan Allah:
Kutuk jadi berkat. Semakin dikutuk, berkat semakin besar. Usaha Bileam mengutuk Israel berubah menjadi berkat Allah. Inilah providensia Allah atas Israel. Tidak satu bahaya pun menimpa umat Tuhan, jika Tuhan tidak mengizinkan (20, 23). Bila umat Tuhan berada di dalam pemeliharaan Allah, mengapa harus takut terhadap persekongkolan pihak lain yang akan mengancam keselamatannya? Ancaman dan kebencian yang ditujukan bagi orang beriman justru akan menyatakan keistimewaan iman kita.
Mengutuk umat Allah berarti melawan Allah. Walaupun cara yang dipakai Balak luar biasa yaitu mendirikan mezbah dan memberikan persembahan kepada Yahweh - bukan ilah lain -; namun usaha tersebut tak diperkenankan Allah, karena tujuannya adalah mengutuki Israel, umat pilihan Allah. Barangsiapa merekakan kejahatan bagi Israel, akan berhadapan langsung dengan Allah.
Allah yang hadir, Allah yang melindungi. Di samping providensia Allah, ada kebenaran lain yang indah yaitu bahwa umat Allah dilindungi oleh kehadiran-Nya, dan dipelihara oleh pimpinan penyertaan-Nya di dalam hidup mereka. Sungguh nyata berkat Allah.
Renungkan: Kutukan dapat menjadi berkat Allah bagi umat-Nya yang mau hidup dalam pemeliharaan-Nya.
C. Berdaulat atas Umat:
Suap-menyuap rupanya bukan penyakit masa kini saja. Untuk menghadapi Israel, Balak mengupayakan strategi yang berbeda. Ia menyuap Bileam dengan imbalan besar agar mau mengutuki Israel. Namun ada pihak yang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh Balak, yaitu Allah Israel! Strategi suap seperti yang dia lakukan terhadap Bileam, juga dia lakukan terhadap Allah Israel. Dengan memberikan persembahan-persembahan (23:1-2, 14, 30) Balak ingin menyuap Allah Israel agar berpihak pada dirinya dan membiarkan Bileam mengutuki Israel.
Dalam kerangka berpikir seorang politeis, Balak mengajak Bileam berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Karena menyangka bahwa Allah yang ada di Kiryat-Huzot (22:41) lebih berpihak kepada Israel, Balak membawa Bileam ke gunung Pisga (23:14) dan kemudian ke gunung Peor (23:28), dengan harapan bahwa Allah yang ada di gunung-gunung itu bisa berpihak kepada dirinya. Namun, apa yang terjadi? Bileam malah menekankan tentang ketidakmungkinan mengutuki bangsa yang diberkati Allah (23:8). Balak mungkin terbiasa menyuap allah-allahnya, tetapi Allah Israel bukanlah allah yang bisa dimanipulasi dengan berbagai persembahan yang istimewa. Ia adalah Allah yang menepati janji-Nya (23:19). Jika Ia telah berjanji untuk memberkati Israel maka Ia akan menepatinya. Dan jika Allah telah memerintahkan Bileam untuk memberkati bangsa Israel maka Bileam sendiri tidak dapat membatalkannya (23:20). Upaya menghancurkan Israel berarti upaya melawan Allahnya (23:22-23). Upaya yang akan berakhir dengan kesia-siaan.
Betapa besar kedaulatan Allah atas umat-Nya. Karena Ia berdaulat, tak seorang pun dapat menentang Dia atau meniadakan rancangan dan janji-janji-Nya bagi umat-Nya. Maka respons kita, sebagai umat yang mengimani kedaulatan-Nya, adalah tunduk di bawah kaki-Nya. Jangan menjadi tuan yang mengatur dan menyuruh-nyuruh Dia. Jangan juga menyuap dan memanipulasi Dia untuk melakukan apa yang kita inginkan. Hormati Dia dan tunduklah dengan ketaatan.
Sumber:
Renungan, Bilangan 23:4-30, Rabu, 10 November 1999
Renungan, Bilangan 22:36-23:30, Selasa, 24 Juli 2007
Renungan, Bilangan 23:13-30, Senin 4 Mei 2015
No comments:
Post a Comment