Wednesday, April 15, 2020

MENGAPA KITA HARUS PERCAYA ALKITAB?


MENGAPA KITA HARUS PERCAYA ALKITAB?
  • ·         Kejujurannya
  • ·         Ketahanannya
  • ·         Pernyataannya Mengenai Dirinya Sendiri
  • ·         Mukjizatnya
  • ·         Kesatuannya
  • ·         Keakuratannya dari Segi Sejarah dan Geografi
  • ·         Rekomendasi dari Kristus
  • ·         Keakuratan Ramalannya
  • ·         Keberlangsungannya
  • ·         Kuasanya untuk Mengubah Hidup Manusia


A.       KEJUJURANNYA
 Alkitab sungguh jujur. Alkitab memperlihatkan Yakub, bapak dari "bangsa
 pilihan," sebagai seorang penipu. Alkitab juga menggambarkan Musa, sang pemberi
 Hukum Taurat, sebagai seorang pemimpin yang merasa tidak aman dan keras kepala,
 yang dalam usaha pertamanya untuk menolong bangsanya sendiri, membunuh seorang
 laki-laki dan kemudian lari menyelamatkan diri ke padang gurun. Alkitab
 menggambarkan Daud bukan hanya sebagai raja yang paling dikasihi, panglima
 perang, dan pemimpin rohani, tetapi juga sebagai orang yang mengambil isteri
 orang lain dan kemudian, untuk menutupi dosanya, bersekongkol untuk membunuh
 sang suami. Pada satu sisi, Kitab Suci pernah menilai bahwa umat Allah, bangsa
 Israel, begitu buruk sehingga Sodom dan Gomora tampak baik bila dibandingkan
 dengan mereka. {Yeh 16:46-52} Alkitab memperlihatkan bahwa sifat
 alamiah manusia memusuhi Allah. Alkitab memprediksikan masa depan yang penuh
 dengan masalah. Alkitab mengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan jalan ke
 Neraka lebar. Jelaslah, Kitab Suci ini tidak ditulis untuk mereka yang hanya
 menginginkan jawaban sederhana atau pandangan terhadap agama dan manusia yang
 ringan dan serba optimis.

B.      KETAHANANNYA
 Ketika negara Israel yang modern muncul kembali setelah ribuan tahun orang
 Israel tercerai-berai, seorang gembala Beduin menemukan satu dari harta karun
 arkeologis yang paling penting di zaman ini. Dalam sebuah gua di tepi Barat Daya
 Laut Mati, di dalam sebuah buli-buli yang pecah ditemukan dokumen-dokumen yang
 telah disembunyikan selama dua ribu tahun. Temuan-temuan tambahan menghasilkan
 salinan-salinan naskah yang umurnya seribu tahun lebih tua dari salinan-salinan
 tertua yang diketemukan sebelumnya. Satu dari yang paling penting adalah salinan
 kitab Yesaya. Isinya ternyata sama dengan kitab Yesaya yang ada di Alkitab kita.
 Gulungan-gulungan naskah Laut Mati itu muncul dari debu bagaikan jabatan tangan
 yang bersifat simbolik untuk mengucapkan selamat datang kepada bangsa Israel
 yang baru kembali ke tanah airnya. Gulungan-gulungan itu menyingkirkan pendapat
 dari sebagian orang yang mengatakan bahwa Alkitab yang asli sudah hilang
 ditelan waktu dan sudah rusak.[1]

C.      PERNYATAANNYA MENGENAI DIRINYA SENDIRI
 Apa yang dikatakan Alkitab tentang dirinya sendiri adalah hal yang penting untuk
 diketahui. Jika para penulis Kitab Suci sendiri tidak pernah mengklaim bahwa
 mereka berbicara bagi Allah, tentunya kita berbuat lancang jika kita membuat
 klaim itu bagi mereka. Mungkin kita juga akan menghadapi persoalan lain. Kita
 mungkin akan menghadapi sejumlah misteri yang tidak terpecahkan, yang terkandung
 di dalam tulisan yang bersifat historis dan etis. Dan kita tidak akan mempunyai
 sebuah buku yang telah mengilhami munculnya sinagoga dan gereja yang tidak
 terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Suatu Alkitab yang tidak mengklaim bahwa
 ia berbicara atas nama Allah tentunya tidak akan menjadi fondasi bagi iman
 ratusan juta orang Yahudi dan Kristen (2Pe 1:16-21)[2]. Namun, dengan
 didukung oleh bukti dan argumentasi yang cukup, para penulis Alkitab telah
 mengklaim bahwa mereka diilhami oleh Allah. Berhubung jutaan orang telah
 mempertaruhkan kehidupan mereka saat ini dan saat kekekalan pada klaim-klaim
 itu, Alkitab bukanlah buku yang baik jika para penulisnya berbohong secara
 konsisten tentang sumber informasi mereka.

D.      MUKJIZATNYA
 Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir memberikan dasar historis untuk
 mempercayai bahwa Allah telah menyatakan Diri-Nya sendiri kepada Israel.
 Seandainya Laut Merah tidak terbelah sebagaimana yang diceritakan Musa,
 Perjanjian Lama kehilangan otoritasnya untuk berbicara atas nama Allah. Demikian
 pula Perjanjian Baru juga bergantung pada mukjizat. Seandainya Yesus secara
 badani tidak bangkit dari kematian, Rasul Paulus mengatakan bahwa iman Kristen
 didirikan di atas kebohongan. (1Ko 15:14-17)[3] Untuk memperlihatkan
 kredibilitasnya, Perjanjian Baru menyebutkan saksi-saksinya, dan ini
 dilakukannya di dalam kerangka-waktu yang memungkinkan klaim-klaim itu diuji
 kebenarannya. (1Ko 15:1-8) Banyak dari para saksi itu akhirnya mati
 sebagai martir, bukan untuk membela keyakinan moral atau rohani yang abstrak
 tetapi untuk klaim mereka bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Memang mati
 sebagai martir bukan hal aneh, namun tetaplah penting untuk menyadari apa yang
 menyebabkan mereka rela kehilangan nyawanya. Banyak orang rela mati untuk
 sesuatu yang mereka percaya sebagai kebenaran. Dan tidak ada yang rela mati
 untuk sesuatu yang mereka tahu sebagai kebohongan.

E.       KESATUANNYA
 Empat puluh pengarang yang berbeda menulis 66 kitab dalam Alkitab selama lebih
 dari 1.600 tahun. Empat ratus tahun yang hening memisahkan 39 kitab Perjanjian
 Lama dari 27 kitab Perjanjian Baru. Namun demikian, dari Kejadian sampai Wahyu,
 semua kitab menceritakan satu cerita yang utuh. Bersama-sama mereka memberikan
 jawaban yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dapat kita
 tanyakan: Mengapa kita di sini? Bagaimana kita dapat mengatasi rasa takut?
 Bagaimana kita dapat berhasil? Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita
 yang buruk dan tetap berpengharapan? Bagaimana kita dapat berdamai dengan
 Pencipta kita? Jawaban-jawaban Alkitab yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan
 ini memper lihatkan bahwa Kitab Suci bukanlah banyak buku melainkan satu buku.

F.       KEAKURATANNYA DARI SEGI SEJARAH DAN GEOGRAFI
 Selama berabad-abad banyak orang meragukan keakuratan Alkitab dari segi sejarah
 dan geografi. Namun para arkeolog modern berulang-ulang telah menggali dan
 menemukan bukti mengenai orang-orang, tempat-tempat, dan kebudayaan-kebudayaan
 yang digambarkan dalam Kitab Suci. Dari waktu ke waktu, deskripsi dalam Alkitab
 telah dibuktikan sebagai catatan yang lebih dapat diandalkan daripada spekulasi
 para ahli. Turis masa kini yang mengunjungi musium dan tempat-tempat yang
 dilukiskan di Alkitab mau tak mau sangat terkesan dengan latarbelakang geografis
 dan historis dari teks Alkitab yang ternyata riil.

G.     REKOMENDASI DARI KRISTUS
 Banyak orang telah mengatakan hal yang baik mengenai Alkitab, tetapi tidak ada
 yang memberi rekomendasi sekuat yang diberikan Yesus dari Nazaret. Ia
 merekomendasikan Alkitab bukan hanya dengan ucapan-Nya tetapi juga dengan
 kehidupan-Nya. Pada saat-saat pencobaan-Nya, pengajaran di hadapan orang banyak,
 dan penderitaan-Nya, Yesus dengan jelas memperlihatkan bahwa Ia mempercayai
 Kitab Suci Perjanjian Lama lebih dari sekadar tradisi nasional.
 (Mat 4:1-11; 5:17-19)[4] Yesus percaya bahwa Alkitab adalah buku tentang
 Diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang senegeri-Nya Ia berkata, "Kamu menyelidiki
 Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang
 kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,
 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu." (Yoh 5:39-40)[5]
                                  
H.     KEAKURATAN RAMALANNYA
 Dari zaman Musa, Alkitab telah meramalkan peristiwa-peristiwa yang tak seorang
 pun ingin mempercayainya. Sebelum Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Musa
 meramalkan bahwa Israel akan tidak setia, bahwa Israel akan kehilangan tanah
 yang Allah berikan kepadanya, dan bahwa Israel akan tercerai-berai ke seluruh
 dunia, dikumpulkan kembali, dan kemudian dibangun kembali (Ula 28-31).[6]
 Pusat dari ramalan Perjanjian Lama adalah janji tentang Mesias yang akan
 menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka dan pada akhirnya membawa
 penghakiman dan kedamaian bagi seluruh dunia.

I.        KEBERLANGSUNGANNYA
 Kitab-kitab Musa ditulis 500 tahun sebelum kitab-kitab Hindu yang paling awal.
 Musa menulis kitab Kejadian 2.000 tahun sebelum Muhammad menulis Quran. Selama
 masa yang panjang itu, tak ada buku yang dikasihi atau dibenci seperti Alkitab.
 Tak ada buku yang secara konsisten telah dibeli, dipelajari, dan dikutip seperti
 Alkitab. Sementara jutaan judul-judul lain muncul dan tenggelam, Alkitab tetap
 merupakan buku yang menjadi ukuran bagi buku-buku lain. Sekalipun sering
 diabaikan oleh orang yang merasa tak nyaman dengan ajaran-ajarannya, Alkitab
 tetap merupakan buku utama dari peradaban Barat.

J.        KUASANYA UNTUK MENGUBAH HIDUP MANUSIA
 Orang yang tidak percaya sering menunjuk kepada mereka yang mengatakan bahwa
 mereka percaya Alkitab tetapi hidupnya tidak berubah. Tetapi sejarah juga
 ditandai oleh mereka yang kehidupannya menjadi lebih baik oleh karena buku ini.
 Sepuluh Perintah Allah telah menjadi sumber pengarahan moral bagi banyak orang
 yang tak terhitung jumlahnya. Mazmur-mazmur Daud telah memberikan kekuatan pada
 waktu kesulitan dan kehilangan. Khotbah Yesus di Bukit telah menjadi obat bagi
 jutaan orang untuk mengatasi kesombongan dan sikap legalisme. Uraian Paulus
 mengenai Kasih di 1Ko 13 telah banyak melunakkan hati yang sedang marah.
 Perubahan hidup dari orang-orang seperti Rasul Paulus, Agustinus, Martin Luther,
 John Newton, Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis [7]menunjukkan perubahan yang dapat
 dilakukan Alkitab. Bahkan satu bangsa atau suku seperti Celtic di Irlandia,
 Viking yang liar di Norwegia, atau Indian Auka di Equador telah diubah oleh
 Firman Allah dan kehidupan serta karya Yesus Kristus yang tak terbandingkan.[8]

KESIMPULAN:
 Jika Anda masih meragukan Alkitab. Alkitab, sama
 seperti dunia di sekitar kita, memang mengandung unsur-unsur misteri. Namun
 demikian, jika Alkitab benar-benar seperti yang dikatakannya, Anda tidak perlu
 memilah-milah sendiri bukti-bukti yang ada. Yesus justru menjanjikan pertolongan
 ilahi bagi mereka yang ingin mengenal kebenaran tentang diri-Nya dan ajaran-Nya.
 Sebagai tokoh utama dari Perjanjian Baru, Yesus berkata, "Barangsiapa mau
 melakukan kehendak Allah, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah,
 entah aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri." (Yoh 7:17)[9]

 Satu kunci penting untuk mengerti Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak pernah
 bermaksud untuk menarik kita kepada dirinya sendiri. Setiap prinsip di dalam
 Alkitab memperlihatkan kebutuhan kita akan pengampunan yang disediakan Kristus
 bagi kita. Alkitab memperlihatkan mengapa kita perlu membiarkan Roh Kudus hidup
 melalui kita. Untuk hubungan yang seperti inilah Alkitab diberikan kepada kita.



[1]Kitab Yesaya PL
[2]2Petrus PB
[3] 1Korintus PB
[4] Injil Matius
[5] Injil Yohanes
[6] Kitab Ulangan
[7] Agustinus, Martin Luther, John Newton, Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis
[8]RBC Ministries Asia, Ltd © 2000-2004.
[9] INJIL YOHANES

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...