ALASAN UNTUK MEMPERCAYAI ALLAH YANG MENGIJINKAN PENDERITAAN
1.
Kebebasan Memilih dapat Mengakibatkan Penderitaan
2.
Penderitaan dapat Memperingatkan Kita akan Adanya Bahaya
3.
Penderitaan Menyingkapkan Isi Hati Kita
4.
Penderitaan Membawa Kita ke Gerbang Kekekalan
5.
Penderitaan Melepaskan Ikatan Kita Atas Dunia Ini
6.
Penderitaan Memberi Kesempatan untuk Mempercayai Allah
7.
Allah Menderita Bersama Kita di Dalam Penderitaan Kita
8.
Penguatan dari Allah Lebih Besar Dibanding Penderitaan Kita
9.
Dalam Waktu Krisis Kita Saling Mendekatkan Diri Satu Sama Lain
10. Allah Dapat Mengubah Penderitaan untuk Kebaikan Kita
1. KEBEBASAN MEMILIH DAPAT MENGAKIBATKAN
PENDERITAAN
Orangtua yang mengasihi cenderung melindungi
anak-anaknya dari penderitaan yang
tidak
perlu. Tetapi orangtua yang bijaksana mengetahui bahwa perlindungan yang
berlebihan juga berbahaya. Mereka mengetahui
bahwa kebebasan untuk memilih
adalah hal hakiki dalam keberadaan manusia,
dan bahwa suatu dunia tanpa pilihan
akan
lebih buruk daripada dunia tanpa penderitaan. Lebih buruk lagi suatu dunia
yang
dihuni oleh orang yang dapat membuat pilihan salah tanpa merasakan derita
sedikitpun. Tak ada yang lebih berbahaya
dibanding penipu, pencuri, atau
pembunuh yang tidak merasakan kerugian yang
dilakukannya terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. (Kej 2:15-17)
2. PENDERITAAN DAPAT MEMPERINGATKAN KITA AKAN
ADANYA BAHAYA
Kita
tidak menyukai penderitaan, khususnya derita yang menimpa orang yang kita
cintai. Namun bila tidak ada rasa sakit, orang
sakit tidak akan pergi ke dokter,
tubuh
yang lelah tidak akan diberi istirahat, dan anak-anak akan menertawakan
nasihat. Tanpa perasaan resah dalam hati
nurani, tanpa perasaan tidak puas
karena kebosanan hidup sehari-hari, atau tanpa
perasaan hampa karena tidak
berarti, manusia akan kurang merindukan
kepuasan yang seharusnya ditemukannya di
dalam
Bapa yang kekal. Contoh Salomo, yang tergoda oleh kenikmatan dan mendapat
pelajaran melalui penderitaannya,
memperlihatkan kepada kita bahwa orang yang
paling bijaksana sekalipun cenderung untuk
menjauhkan diri dari hal yang baik
dan
dari Allah sampai akhirnya disadarkan oleh penderitaan yang diakibatkan oleh
pilihan-pilihannya yang berwawasan sempit (Pen
1-12; Maz 78:34-35;
Rom
3:10-18).
3. PENDERITAAN MENYINGKAPKAN ISI HATI KITA
Penderitaan sering disebabkan oleh orang lain.
Namun penderitaan dapat
menyingkapkan apa yang ada di dalam hati kita.
Kemampuan untuk mengasihi,
mengampuni, marah, iri hati, dan kesombongan
yang terpendam akan muncul ke
permukaan didorong oleh penderitaan. Kekuatan
dan kelemahan hati tidak ditemukan
ketika segalanya berjalan lancar tetapi ketika
api penderitaan dan pencobaan
menguji karakter kita. Sebagaimana emas dan
perak dimurnikan oleh api, dan
sebagaimana batu bara butuh waktu dan tekanan
untuk menjadi berlian, demikianlah
hati
manusia tersingkap dan berkembang dalam tempaan waktu dan situasi-kondisi.
Kekuatan karakter tampak bukan ketika segala
sesuatu berjalan dengan baik tetapi
ketika sakit dan penderitaan datang menimpa (Ayu
42:1-17; Rom 5:3-5;Yak 1:2-5; 1Pe 1:6-8).
4. PENDERITAAN MEMBAWA KITA KE GERBANG KEKEKALAN
Seandainya kematian adalah akhir segalanya,
maka suatu kehidupan yang dipenuhi
penderitaan adalah tidak adil. Namun jika
akhir kehidupan ini membawa kita ke
gerbang kekekalan, maka orang yang paling
beruntung di dunia ini adalah mereka
yang
menemukan, melalui penderitaan, bahwa hidup di dunia ini bukanlah
segalanya. Orang yang menemukan diri sendiri
dan Allahnya yang kekal melalui
penderitaan adalah orang yang tidak
menyia-nyiakan penderitaannya. Mereka telah
mengizinkan kemiskinan, kedukaan, dan
kelaparannya untuk membawanya kepada Tuhan
kekekalan. Mereka adalah orang-orang yang akan
menemukan sukacita tak
berkesudahan seperti yang dikatakan Yesus,
"Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah, karena merekalah yang empunya
Kerajaan Surga" (Mat 5:1-12;
Rom
8:18-9).
5. PENDERITAAN MELEPASKAN IKATAN KITA ATAS
DUNIA INI
Dengan berlalunya waktu, pekerjaan dan
pemikiran kita akan semakin berkurang.
Tubuh
kita semakin memburuk. Berangsur-angsur tubuh menjadi usang. Sendi-sendi
menjadi kaku dan nyeri. Mata semakin kabur.
Pencernaan lambat. Tidur menjadi
sulit. Masalah semakin membesar sementara
pilihan semakin sedikit. Namun, jika
kematian bukanlah akhir tetapi awal dari hari
yang baru, maka masa tua juga
suatu
berkat. Setiap penderitaan yang baru akan membuat dunia ini kurang menarik
dan
membuat kehidupan yang akan datang lebih menarik. Dengan caranya sendiri,
penderitaan membuka jalan untuk kita
meninggalkan dunia dengan tenang
(Pen
12:1-14).
6. PENDERITAAN MEMBERI KESEMPATAN UNTUK
MEMPERCAYAI ALLAH
Penderita yang paling terkenal sepanjang masa
adalah seorang laki-laki bernama
Ayub.
Menurut Alkitab, Ayub kehilangan keluarganya karena "angin ribut,"
kekayaannya terbang dan hangus, dan tubuhnya
menderita bisul-bisul yang
menyakitkan. Dalam kesemuanya itu, Allah tidak
pernah memberitahu Ayub mengapa
hal
itu terjadi. Ketika Ayub menanggung tudingan teman-temannya, Surga tetap
membisu. Ketika akhirnya Allah berbicara, Ia
tidak memberitahukan Ayub bahwa
musuh
utama-Nya, si Iblis, telah menguji motif Ayub dalam melayani Allah. Tuhan
juga
tidak meminta maaf kepadanya karena Ia telah mengizinkan Iblis untuk
menguji kesetiaan Ayub terhadap-Nya. Malahan, Allah
berbicara tentang kambing-kambing
gunung yang melahirkan, singa-singa muda yang
memburu mangsanya, dan burung-burung
gagak
di sarangnya. Dia juga berbicara tentang perilaku burung unta, kekuatan
lembu
hutan, dan langkah kaki kuda. Allah berbicara tentang keajaiban langit,
lautan, dan siklus musim-musim. Ayub diharap
dapat menyimpulkan sendiri bahwa
jika
Allah mempunyai kuasa dan kebijaksanaan untuk menciptakan alam semesta,
maka
ada alasan untuk mempercayai Allah yang ini dalam masa-masa penderitaan
(Ayu
1:1-42:17).
7. ALLAH MENDERITA BERSAMA KITA DI DALAM
PENDERITAAN KITA
Tak
seorang pun yang pernah menderita lebih daripada Bapa kita di Surga. Tak
seorangpun yang pernah membayar harga dosa
dunia lebih mahal daripada Dia. Tak
seorangpun yang terus menerus sangat berduka
ketika umat manusia semakin jahat.
Tak
seorangpun pernah menderita seperti Dia yang membayar dosa-dosa kita di
dalam
tubuh Putera-Nya sendiri, tubuh yang disalibkan. Tak seorang pun pernah
menderita lebih daripada Dia yang, ketika
membentangkan tangan-Nya dan mati,
memperlihatkan betapa besar kasih-Nya kepada
kita. Inilah Allah yang, dengan
menarik kita kepada Diri-Nya, meminta kita
untuk mempercayai-Nya ketika kita
sedang menderita dan ketika orang-orang yang
kita kasihi berkeluh-kesah di
hadapan kita (1Pe 2:21; 3:18; 4:1).
8. PENGUATAN DARI ALLAH LEBIH BESAR DIBANDING
PENDERITAAN KITA
Rasul
Paulus memohon kepada Tuhan untuk menyingkirkan sumber penderitaannya yang
tidak
jelas. Tetapi Tuhan malah berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." "Sebab
itu," kata
Paulus, "terlebih suka aku bermegah atas
kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun
menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela
di dalam kelemahan, di dalam
siksaan, di dalam kesukaran, di dalam
penganiayaan dan kesesakan oleh karena
Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku
kuat." (2Ko 12:9-10) Paulus
belajar bahwa dia lebih suka bersama Kristus dalam
penderitaan daripada tanpa
Kristus dalam kesehatan yang baik dan keadaan
yang menyenangkan.
9. DALAM WAKTU KRISIS KITA SALING MENDEKATKAN
DIRI SATU SAMA LAIN
Tak
seorang pun memilih sakit dan penderitaan. Namun ketika tidak ada pilihan
lain,
kita tetap masih memiliki penghiburan. Bencana alam dan waktu krisis
membuka kesempatan untuk mempersatukan kita.
Angin ribut, kebakaran, gempa bumi,
kerusuhan, penyakit, dan kecelakaan, semuanya
mempunyai jalan untuk menyadarkan
kita.
Tiba-tiba kita menyadari kefanaan kita dan bahwa manusia lebih penting
daripada benda. Kita menyadari bahwa kita
saling membutuhkan dan di atas
segalanya kita membutuhkan Allah. Setiap kali
kita mendapatkan penghiburan Allah
di
dalam penderitaan kita, kemampuan kita untuk menolong orang lain bertambah.
Inilah yang ada dalam pikiran Rasul Paulus
ketika dia menulis, "Terpujilah
Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa
yang penuh belas kasihan dan Allah
sumber segala penghiburan, yang menghibur kami
dalam segala penderitaan kami,
sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang
berada dalam bermacam-macam
penderitaan dengan penghiburan yang kami
terima sendiri dari Allah."
(2Ko
1:3-4)
10. ALLAH DAPAT MENGUBAH PENDERITAAN UNTUK
KEBAIKAN KITA
Alkitab memberikan banyak contoh mengenai
kebenaran ini. Dalam penderitaan Ayub,
kita
melihat bahwa bukan hanya pemahamannya mengenai Allah menjadi lebih
mendalam, tetapi ia juga menjadi sumber
penguatan bagi orang lain dalam setiap
generasi selanjutnya. Dalam penolakan,
pengkhianatan, perbudakan, dan dimasukkan
ke
dalam penjara tanpa bersalah, yang terjadi atas Yusuf, kita menyaksikan
seseorang yang akhirnya mampu berkata kepada
mereka yang telah mencelakakannya,
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang
jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan." (Kej
50:20) Ketika segala
sesuatu di dalam diri kita berteriak ke surga
karena Allah mengizinkan kita
menderita, kita memiliki alasan untuk berharap
bahwa kita akan mendapatkan hasil
abadi
dan sukacita Yesus, yang di dalam penderitaan-Nya di kayu salib berteriak,
"Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?" (Mat 27:46)
Anda
Tidak Sendirian jika ketidakadilan dan penderitaan hidup membuat Anda tidak
yakin
bahwa Allah di Surga peduli kepada Anda. Tetapi renungkanlah kembali
penderitaan Seseorang yang disebut oleh nabi
Yesaya sebagai "Seorang yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan." (Yes 53:3)
Renungkanlah punggung-Nya yang dicambuk,
dahi-Nya yang berdarah, tangan dan
kaki-Nya yang berlubang paku, lambung-Nya yang
ditikam, pergumulan-Nya yang
sangat berat di Taman Getsemani, dan tangis
kepedihan-Nya karena ditinggalkan.
Renungkanlah pernyataan Kristus bahwa Dia
menderita bukan untuk dosa-dosa-Nya
melainkan untuk dosa-dosa kita. Untuk
memberikan kepada kita kebebasan memilih,
Dia
membiarkan kita menderita. Namun Dia sendiri yang menanggung penderitaan dan
hukuman terakhir bagi semua dosa-dosa kita (2Ko
5:21, 1Pe 2:24).
Biblografi: © 2000-2004 RBC Ministries Asia, Ltd.
No comments:
Post a Comment