Wednesday, April 29, 2020

MEMPERCAYAI KEBERADAAN ALLAH


MEMPERCAYAI KEBERADAAN ALLAH

o   Iman yang tak Terhindarkan, Keterbatasan Ilmu Pengetahuan, Masalah-Masalah Evolusi, Kecenderungan-Kecenderungan Hati, Latar Belakang Kitab Kejadian, Bangsa Israel, Klaim-Klaim tentang Kristus, Bukti dari Mukjizat-Mukjizat, Detil-Detil dari Alam Semesta, Kenyataan dari Pengalaman.

 1. IMAN YANG TAK TERHINDARKAN
 Setiap orang mempercayai sesuatu. Tidak seorangpun yang dapat menanggung tekanan
 dan masalah hidup tanpa beriman kepada sesuatu yang tak sepenuhnya dapat
 dibuktikan. Orang atheis tidak dapat membuktikan bahwa Allah tidak ada. Orang
 pantheis tidak dapat membuktikan bahwa segala sesuatu adalah Allah. Kaum
 pragmatis tidak dapat membuktikan asumsi mereka bahwa sesuatu dianggap penting
 karena bermanfaat bagi mereka. Orang agnotispun tidak dapat membuktikan bahwa
 Allah tidak mungkin diketahui. Iman tidak dapat dihindari, sekalipun jika kita
 memilih untuk hanya percaya pada diri kita sendiri. Sesungguhnya apa yang kita
 putuskan adalah mengenai bukti yang kita anggap paling cocok, bagaimana kita
 menafsirkan bukti tersebut, dan siapa atau apa yang kita ingin percayai.
 (Luk 16:16)

 2. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN
 Metode ilmu pengetahuan terbatas oleh suatu proses yang terukur dan dapat
 diulang, sehingga ia tidak dapat berbicara tentang asal usul kehidupan, makna
 dan moralitas. Untuk menjawab hal-hal itu, ilmu pengetahuan bergantung pada
 nilai dan keyakinan pribadi dari mereka yang menggunakan ilmu tersebut, dan
 karena itu pula, ia sangat berpotensi baik untuk kebaikan maupun kejahatan. Ilmu
 pengetahuan dapat digunakan untuk membuat vaksin atau racun, membuat tenaga
 nuklir untuk tanaman atau persenjataan, untuk melestarikan lingkungan hidup atau
 mencemarinya, bahkan untuk memuliakan Allah maupun melawan Allah. Ilmu
 pengetahuan itu sendiri tidak mampu memberikan bimbingan moral atau nilai-nilai
 untuk mengatur hidup kita. Apa yang dapat dilakukannya adalah memperlihatkan
 kepada kita bagaimana cara kerja hukum alam, tetapi tidak dapat menjelaskan apa-apa
 tentang asal-usulnya.

 3. MASALAH-MASALAH EVOLUSI
 Banyak orang berasumsi bahwa teori evolusi tentang kehidupan membuat Allah tidak
 dibutuhkan. Pandangan demikian mengabaikan beberapa hal. Jika kita berasumsi
 suatu saat nanti ilmuwan menemukan cukup banyak "rantai yang hilang" untuk
 mengkonfirmasi bahwa kehidupan muncul dan berkembang secara bertahap dalam
 rentang waktu yang panjang, hukum-hukum probabilitas tetap memperlihatkan bahwa
 kita membutuhkan Sang Pencipta. Karena itu pula banyak ilmuwan yang percaya
 kepada teori evolusi juga percaya bahwa alam semesta yang sedemikian besar dan
 kompleks ini tidak "terjadi begitu saja." Mereka mau tidak mau harus mengakui
 kemungkinan, atau bahkan kepastian, adanya Perancang berintelijensi tinggi yang
 menyediakan segala unsur untuk hidup dan yang menetapkan hukum-hukum agar semua
 unsur itu dapat berkembang.

 4. KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN HATI
 Umat manusia pada dasarnya adalah makhluk religius. Pada saat mengalami kejutan
 atau kesusahan mendadak, ketika berdoa atau mengumpat, seseorang biasanya
 merujuk pada hal-hal yang ilahi. Mereka yang menganggap gejala ini sebagai
 kebiasaan buruk atau penyimpangan sosial malah diperhadapkan pada banyak
 pertanyaan yang tak terjawab. Menyangkal keberadaan Allah tidaklah dapat
 menghilangkan misteri kehidupan. Walau kita mencoba mengeluarkan Allah dari
 kehidupan sehari-hari, kita tidak akan dapat menghalau kerinduan kita kepada
 kehidupan yang lebih baik dari kehidupan saat ini (Pen 3:11). Ada
 sesuatu tentang kebenaran, keindahan, dan cinta yang membuat hati kita nyeri.
 Bahkan dalam kemarahan kita kepada Allah yang mengijinkan ketidak-adilan dan
 sakit-penyakit, kita sesungguhnya sedang menggunakan suatu kesadaran moral untuk
 berargumentasi bahwa kehidupan saat ini tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
 (Rom 2:14-15) Sekalipun tanpa sengaja, kita sesungguhnya sedang
 mencari sesuatu yang lebih baik, bukannya yang lebih buruk, dari diri kita
 sendiri.

 5. LATAR BELAKANG KITAB KEJADIAN
 Dengan membaca sekilas, kata-kata pembukaan Alkitab tampaknya berasumsi bahwa
 Allah itu ada. Bagaimanapun kitab Kejadian ditulis pada waktu tertentu dalam
 sejarah. Musa menulis kalimat, "Pada mulanya Allah," sesudah bangsa Israel
 keluar dari Mesir. Dia menulis hal itu sesudah terjadinya pelbagai peristiwa
 mujizat yang disaksikan oleh jutaan orang Israel dan Mesir. Dari kitab Keluaran
 sampai kedatangan Mesias, Allah yang diceritakan Alkitab membuktikan diri-Nya
 ada melalui peristiwa-peristwa yang dapat disaksikan di dalam waktu dan tempat
 yang nyata. Siapapun yang meragukan klaim-klaim tersebut dapat mengunjungi
 tempat-tempat dan orang-orang yang nyata untuk membuktikannya bagi diri mereka
 sendiri.

 6. BANGSA ISRAEL
 Israel sering digunakan sebagai argumentasi untuk melawan Allah. Banyak orang
 sulit percaya pada Allah yang bersikap memihak pada satu "umat pilihan." Ada
 lagi yang lebih sulit percaya pada Allah yang tidak melindungi "bangsa pilihan-Nya"
 dari kamar-kamar gas Nazi di Auschwitz dan Dachau. Tetapi sesungguhnya semenjak
 Perjanjian Lama, masa depan Israel telah dinubuatkan. Seperti nabi-nabi lain,
 Musa menubuatkan bukan saja bahwa Israel akan memiliki tanah perjanjian, tetapi
 bahwa mereka akan mengalami penderitaan yang tak terkira, tersebar ke seluruh
 pelosok bumi, pertobatan mereka kepada Allah, dan pemulihan mereka pada akhir
 jaman. (Ula 28:1-34:12; Yes 2:1-5; Yeh 37:1-38:23)

 7. KLAIM-KLAIM TENTANG KRISTUS
 Banyak orang yang mulanya ragu pada keberadaan Allah telah kembali meyakinkan
 diri mereka dengan pemikiran, "Jika Allah ingin kita percaya kepada-Nya, Dia
 pasti akan menyatakan diri-Nya kepada kita." Menurut Alkitab, itulah yang Allah
 lakukan. Pada abad ke-7 SM, nabi Yesaya bernubuat bahwa Allah akan memberi umat-Nya
 suatu tanda. Seorang perawan akan melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan
 disebut "Allah beserta kita." (Yes 7:14; Mat 1:23) Bahwa Anak ini
 juga akan disebut "Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yes 9:5)
 Dan bahwa Dia akan mati untuk dosa-dosa umat-Nya dan kemudian Dia akan melihat
 hidup-Nya dihormati dan dipermuliakan (Yes 53). Menurut Perjanjian
 Baru, Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Mesias. Di bawah pemerintahan Gubernur
 Romawi yang bernama Pontius Pilatus, Dia disalibkan dengan tuduhan bahwa Dia
 mengklaim diri-Nya sebagai Raja Israel dan bahwa Dia telah menyamakan Diri-Nya
 setara dengan Allah. (Yoh 5:18)

 8. BUKTI DARI MUKJIZAT-MUKJIZAT
 Sejumlah laporan dari para pengikut Yesus yang mula-mula sepakat bahwa Yesus
 bukan hanya mengklaim diri sebagai Mesias yang sudah lama dinantikan. Para saksi
 ini mengatakan bahwa Dia dipercaya oleh mereka karena Dia menyembuhkan orang
 lumpuh, berjalan di atas air, kemudian secara sukarela mengalami kematian yang
 menyakitkan dan yang tidak patut Dia terima, dan akhirnya Dia bangkit dari
 kematian. (1Ko 15:1-8) Yang paling tidak terbantah adalah klaim
 mereka bahwa banyak saksi telah melihat dan berbicara dengan Kristus setelah
 kubur-Nya ditemukan kosong dan sebelum menyaksikan dengan mata kepala sendiri
 Dia naik ke surga. Para saksi ini tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari
 klaim-kaim yang mereka buat. Mereka tidak mengharapkan kekayaan harta-benda atau
 kekuasaan. Bahkan banyak dari mereka yang mati martir, tetapi sampai akhir hayat
 mereka tetap mengklaim bahwa Mesias yang dinantikan bangsa Israel telah hadir di
 tengah mereka, bahwa Dia telah menjadi korban penebusan dosa, dan bahwa Dia
 telah bangkit dari kematian untuk meyakinkan mereka bahwa Dia mampu membawa
 mereka kepada Allah.

 9. DETIL-DETIL DARI ALAM SEMESTA
 Ada orang yang percaya kepada Allah tetapi tidak menganggap keberadaan-Nya
 secara serius. Mereka beralasan bahwa Allah yang cukup besar untuk menciptakan
 alam semesta ini pasti terlalu besar untuk memperhatikan kita. Sebaliknya Yesus
 justru memperkuat apa yang alam ini hendak katakan melalui rancangan dan
 detil-detilnya. Yesus memperlihatkan bahwa Allah cukup besar untuk
 memperhatikan detil hidup kita yang paling kecil sekalipun. Dia berbicara
 mengenai Allah yang tahu bukan saja setiap tindakan kita, tetapi juga motivasi
 dan pikiran-pikiran dalam benak kita. Yesus mengajarkan bahwa Allah tahu jumlah
 rambut di kepala kita, keinginan-keinginan hati kita, dan bahkan keadaan seekor
 burung pipit yang terjatuh ke bumi. (Maz 139; Mat 6)

 10. KENYATAAN DARI PENGALAMAN
 Alkitab berkata bahwa Allah merancang hidup kita sedemikian rupa sehingga kita
 terdorong untuk mencari Dia (Kis 17:26). Bagi mereka yang
 sungguh-sungguh mencari Dia, Alkitab juga berkata bahwa Allah cukup dekat untuk
 ditemukan (Kis 17:27). Menurut Rasul Paulus, Allah adalah Roh yang
 di dalam-Nya "kita hidup, kita bergerak, dan kita ada," (Kis 17:28).
 Tetapi Alkitab juga sangat jelas mengajarkan bahwa kita harus menghampiri Allah
 sesuai dengan cara-cara Allah, bukan menurut kemauan kita sendiri. Dia berjanji
 untuk dapat ditemui, bukan oleh setiap orang, tetapi oleh mereka yang mengakui
 kebutuhan mereka dan yang bersedia sungguh-sungguh percaya kepada Allah dan
 bukan percaya kepada diri mereka sendiri.

Jika kita dapat mengakui keberadaan Allah tetapi ragu-
 ragu apakah kita dapat menerima klaim Yesus bahwa Dia adalah "Allah yang menjadi
 manusia." Orang dari Nazaret ini berjanji menolong mereka yang ingin melakukan
 kehendak Allah. Dia berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan
 tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari Diriku
 sendiri." (Yoh 7:17)

 Jika kita percaya pada bukti tentang Allah yang menyatakan diri-Nya kepada kita
 melalui Anak-Nya, kita perlu mengingat perkataan Alkitab bahwa Kristus mati
 untuk dosa-dosa kita, dan bahwa siapapun yang percaya kepada-Nya akan menerima
 pengampunan dosa dan kehidupan kekal. Keselamatan yang ditawarkan Kristus
 bukanlah upah untuk usaha kita, tetapi suatu anugerah bagi mereka, yang melalui
 bukti-bukti yang tersedia, mau percaya kepada Dia. (Yoh 5:24; Rom 4:5; Efe 2:8-10)

Bibliografi:
  • KITAB PERJANJIAN LAMA
  • KITAB PERJANJIAN BARU
  • SABDA (OLB Versi Indonesia)
  • Situs: GoTo Explorer "http://alkitab.sabda.org/article.php?no=218&type=12"

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...