MEMPERCAYAI KEBERADAAN ALLAH
o
Iman
yang tak Terhindarkan, Keterbatasan Ilmu Pengetahuan, Masalah-Masalah Evolusi, Kecenderungan-Kecenderungan
Hati, Latar Belakang Kitab Kejadian, Bangsa Israel, Klaim-Klaim tentang Kristus,
Bukti dari Mukjizat-Mukjizat, Detil-Detil dari Alam Semesta, Kenyataan dari
Pengalaman.
1.
IMAN YANG TAK TERHINDARKAN
Setiap orang mempercayai sesuatu. Tidak
seorangpun yang dapat menanggung tekanan
dan masalah hidup tanpa beriman kepada sesuatu
yang tak sepenuhnya dapat
dibuktikan. Orang atheis tidak dapat
membuktikan bahwa Allah tidak ada. Orang
pantheis tidak dapat membuktikan bahwa segala
sesuatu adalah Allah. Kaum
pragmatis tidak dapat membuktikan asumsi
mereka bahwa sesuatu dianggap penting
karena bermanfaat bagi mereka. Orang
agnotispun tidak dapat membuktikan bahwa
Allah tidak mungkin diketahui. Iman tidak
dapat dihindari, sekalipun jika kita
memilih untuk hanya percaya pada diri kita
sendiri. Sesungguhnya apa yang kita
putuskan adalah mengenai bukti yang kita
anggap paling cocok, bagaimana kita
menafsirkan bukti tersebut, dan siapa atau apa
yang kita ingin percayai.
(Luk 16:16)
2.
KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN
Metode ilmu pengetahuan terbatas oleh suatu
proses yang terukur dan dapat
diulang, sehingga ia tidak dapat berbicara
tentang asal usul kehidupan, makna
dan moralitas. Untuk menjawab hal-hal itu,
ilmu pengetahuan bergantung pada
nilai dan keyakinan pribadi dari mereka yang
menggunakan ilmu tersebut, dan
karena itu pula, ia sangat berpotensi baik
untuk kebaikan maupun kejahatan. Ilmu
pengetahuan dapat digunakan untuk membuat
vaksin atau racun, membuat tenaga
nuklir untuk tanaman atau persenjataan, untuk
melestarikan lingkungan hidup atau
mencemarinya, bahkan untuk memuliakan Allah
maupun melawan Allah. Ilmu
pengetahuan itu sendiri tidak mampu memberikan
bimbingan moral atau nilai-nilai
untuk mengatur hidup kita. Apa yang dapat
dilakukannya adalah memperlihatkan
kepada kita bagaimana cara kerja hukum alam,
tetapi tidak dapat menjelaskan apa-apa
tentang asal-usulnya.
3.
MASALAH-MASALAH EVOLUSI
Banyak orang berasumsi bahwa teori evolusi
tentang kehidupan membuat Allah tidak
dibutuhkan. Pandangan demikian mengabaikan
beberapa hal. Jika kita berasumsi
suatu saat nanti ilmuwan menemukan cukup
banyak "rantai yang hilang" untuk
mengkonfirmasi bahwa kehidupan muncul dan
berkembang secara bertahap dalam
rentang waktu yang panjang, hukum-hukum
probabilitas tetap memperlihatkan bahwa
kita membutuhkan Sang Pencipta. Karena itu
pula banyak ilmuwan yang percaya
kepada teori evolusi juga percaya bahwa alam
semesta yang sedemikian besar dan
kompleks ini tidak "terjadi begitu
saja." Mereka mau tidak mau harus mengakui
kemungkinan, atau bahkan kepastian, adanya
Perancang berintelijensi tinggi yang
menyediakan segala unsur untuk hidup dan yang
menetapkan hukum-hukum agar semua
unsur itu dapat berkembang.
4.
KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN HATI
Umat manusia pada dasarnya adalah makhluk
religius. Pada saat mengalami kejutan
atau kesusahan mendadak, ketika berdoa atau
mengumpat, seseorang biasanya
merujuk pada hal-hal yang ilahi. Mereka yang
menganggap gejala ini sebagai
kebiasaan buruk atau penyimpangan sosial malah
diperhadapkan pada banyak
pertanyaan yang tak terjawab. Menyangkal
keberadaan Allah tidaklah dapat
menghilangkan misteri kehidupan. Walau kita
mencoba mengeluarkan Allah dari
kehidupan sehari-hari, kita tidak akan dapat
menghalau kerinduan kita kepada
kehidupan yang lebih baik dari kehidupan saat
ini (Pen 3:11). Ada
sesuatu tentang kebenaran, keindahan, dan
cinta yang membuat hati kita nyeri.
Bahkan dalam kemarahan kita kepada Allah yang
mengijinkan ketidak-adilan dan
sakit-penyakit, kita sesungguhnya sedang
menggunakan suatu kesadaran moral untuk
berargumentasi bahwa kehidupan saat ini tidak
berjalan sebagaimana seharusnya.
(Rom 2:14-15) Sekalipun tanpa sengaja, kita
sesungguhnya sedang
mencari sesuatu yang lebih baik, bukannya yang
lebih buruk, dari diri kita
sendiri.
5.
LATAR BELAKANG KITAB KEJADIAN
Dengan membaca sekilas, kata-kata pembukaan
Alkitab tampaknya berasumsi bahwa
Allah itu ada. Bagaimanapun kitab Kejadian
ditulis pada waktu tertentu dalam
sejarah. Musa menulis kalimat, "Pada
mulanya Allah," sesudah bangsa Israel
keluar dari Mesir. Dia menulis hal itu sesudah
terjadinya pelbagai peristiwa
mujizat yang disaksikan oleh jutaan orang
Israel dan Mesir. Dari kitab Keluaran
sampai kedatangan Mesias, Allah yang
diceritakan Alkitab membuktikan diri-Nya
ada melalui peristiwa-peristwa yang dapat
disaksikan di dalam waktu dan tempat
yang nyata. Siapapun yang meragukan
klaim-klaim tersebut dapat mengunjungi
tempat-tempat dan orang-orang yang nyata untuk
membuktikannya bagi diri mereka
sendiri.
6.
BANGSA ISRAEL
Israel sering digunakan sebagai argumentasi
untuk melawan Allah. Banyak orang
sulit percaya pada Allah yang bersikap memihak
pada satu "umat pilihan." Ada
lagi yang lebih sulit percaya pada Allah yang
tidak melindungi "bangsa pilihan-Nya"
dari kamar-kamar gas Nazi di Auschwitz dan
Dachau. Tetapi sesungguhnya semenjak
Perjanjian Lama, masa depan Israel telah
dinubuatkan. Seperti nabi-nabi lain,
Musa menubuatkan bukan saja bahwa Israel akan
memiliki tanah perjanjian, tetapi
bahwa mereka akan mengalami penderitaan yang
tak terkira, tersebar ke seluruh
pelosok bumi, pertobatan mereka kepada Allah,
dan pemulihan mereka pada akhir
jaman. (Ula 28:1-34:12; Yes 2:1-5; Yeh
37:1-38:23)
7.
KLAIM-KLAIM TENTANG KRISTUS
Banyak orang yang mulanya ragu pada keberadaan
Allah telah kembali meyakinkan
diri mereka dengan pemikiran, "Jika Allah
ingin kita percaya kepada-Nya, Dia
pasti akan menyatakan diri-Nya kepada
kita." Menurut Alkitab, itulah yang Allah
lakukan. Pada abad ke-7 SM, nabi Yesaya
bernubuat bahwa Allah akan memberi umat-Nya
suatu tanda. Seorang perawan akan melahirkan seorang
Anak laki-laki yang akan
disebut "Allah beserta kita." (Yes
7:14; Mat 1:23) Bahwa Anak ini
juga akan disebut "Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yes 9:5)
Dan bahwa Dia akan mati untuk dosa-dosa
umat-Nya dan kemudian Dia akan melihat
hidup-Nya dihormati dan dipermuliakan (Yes
53). Menurut Perjanjian
Baru, Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Mesias.
Di bawah pemerintahan Gubernur
Romawi yang bernama Pontius Pilatus, Dia
disalibkan dengan tuduhan bahwa Dia
mengklaim diri-Nya sebagai Raja Israel dan
bahwa Dia telah menyamakan Diri-Nya
setara dengan Allah. (Yoh 5:18)
8.
BUKTI DARI MUKJIZAT-MUKJIZAT
Sejumlah laporan dari para pengikut Yesus yang
mula-mula sepakat bahwa Yesus
bukan hanya mengklaim diri sebagai Mesias yang
sudah lama dinantikan. Para saksi
ini mengatakan bahwa Dia dipercaya oleh mereka
karena Dia menyembuhkan orang
lumpuh, berjalan di atas air, kemudian secara
sukarela mengalami kematian yang
menyakitkan dan yang tidak patut Dia terima,
dan akhirnya Dia bangkit dari
kematian. (1Ko 15:1-8) Yang paling tidak
terbantah adalah klaim
mereka bahwa banyak saksi telah melihat dan
berbicara dengan Kristus setelah
kubur-Nya ditemukan kosong dan sebelum
menyaksikan dengan mata kepala sendiri
Dia naik ke surga. Para saksi ini tidak
mendapatkan keuntungan apa-apa dari
klaim-kaim yang mereka buat. Mereka tidak
mengharapkan kekayaan harta-benda atau
kekuasaan. Bahkan banyak dari mereka yang mati
martir, tetapi sampai akhir hayat
mereka tetap mengklaim bahwa Mesias yang
dinantikan bangsa Israel telah hadir di
tengah mereka, bahwa Dia telah menjadi korban
penebusan dosa, dan bahwa Dia
telah bangkit dari kematian untuk meyakinkan
mereka bahwa Dia mampu membawa
mereka kepada Allah.
9.
DETIL-DETIL DARI ALAM SEMESTA
Ada orang yang percaya kepada Allah tetapi
tidak menganggap keberadaan-Nya
secara serius. Mereka beralasan bahwa Allah
yang cukup besar untuk menciptakan
alam semesta ini pasti terlalu besar untuk memperhatikan
kita. Sebaliknya Yesus
justru memperkuat apa yang alam ini hendak
katakan melalui rancangan dan
detil-detilnya. Yesus memperlihatkan bahwa
Allah cukup besar untuk
memperhatikan detil hidup kita yang paling
kecil sekalipun. Dia berbicara
mengenai Allah yang tahu bukan saja setiap
tindakan kita, tetapi juga motivasi
dan pikiran-pikiran dalam benak kita. Yesus
mengajarkan bahwa Allah tahu jumlah
rambut di kepala kita, keinginan-keinginan
hati kita, dan bahkan keadaan seekor
burung pipit yang terjatuh ke bumi. (Maz 139;
Mat 6)
10.
KENYATAAN DARI PENGALAMAN
Alkitab berkata bahwa Allah merancang hidup
kita sedemikian rupa sehingga kita
terdorong untuk mencari Dia (Kis 17:26). Bagi
mereka yang
sungguh-sungguh mencari Dia, Alkitab juga
berkata bahwa Allah cukup dekat untuk
ditemukan (Kis 17:27). Menurut Rasul Paulus,
Allah adalah Roh yang
di dalam-Nya "kita hidup, kita bergerak,
dan kita ada," (Kis 17:28).
Tetapi Alkitab juga sangat jelas mengajarkan
bahwa kita harus menghampiri Allah
sesuai dengan cara-cara Allah, bukan menurut
kemauan kita sendiri. Dia berjanji
untuk dapat ditemui, bukan oleh setiap orang,
tetapi oleh mereka yang mengakui
kebutuhan mereka dan yang bersedia sungguh-sungguh
percaya kepada Allah dan
bukan percaya kepada diri mereka sendiri.
Jika kita dapat mengakui keberadaan Allah tetapi ragu-
ragu apakah kita dapat menerima klaim Yesus
bahwa Dia adalah "Allah yang menjadi
manusia." Orang dari Nazaret ini berjanji
menolong mereka yang ingin melakukan
kehendak Allah. Dia berkata, "Barangsiapa
mau melakukan kehendak-Nya, ia akan
tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah,
entah Aku berkata-kata dari Diriku
sendiri." (Yoh 7:17)
Jika kita percaya pada bukti tentang Allah
yang menyatakan diri-Nya kepada kita
melalui Anak-Nya, kita perlu mengingat
perkataan Alkitab bahwa Kristus mati
untuk dosa-dosa kita, dan bahwa siapapun yang
percaya kepada-Nya akan menerima
pengampunan dosa dan kehidupan kekal.
Keselamatan yang ditawarkan Kristus
bukanlah upah untuk usaha kita, tetapi suatu
anugerah bagi mereka, yang melalui
bukti-bukti yang tersedia, mau percaya kepada
Dia. (Yoh 5:24; Rom 4:5; Efe 2:8-10)
Bibliografi:
- KITAB PERJANJIAN LAMA
- KITAB PERJANJIAN BARU
- SABDA (OLB Versi Indonesia)
- Situs: GoTo Explorer "http://alkitab.sabda.org/article.php?no=218&type=12"
No comments:
Post a Comment