Sunday, October 22, 2017

Kesaksian Panggilan Tuhan Yesaya Penlobang

KESAKSIAN PANGGILAN
Yesaya Penlobang, dilahirkan disebuah desa yang terpencil yaitu Desa Pante Deere yang terletak dikabupaten Alor, dilahirkan dari kelurga Imanuel Penlobang (Almarum), Ibu Hagar Penlobang (Tidak bisa membaca dan menulis), dan Ketiga Bersaudara Yulianti Penlobang (Kakak) Tamat SMP, Halena Penlobang (Adik) Tamat SD, Petrus Penlobang (Adik) Kelas 5 SD. Sejak kecil ia adalah seorang yang pendiam, malu/minder, dan tidak mudah bergaul, tetapi setia dalam hal-hal rohani, karena kenyataan hidup keluarga di desa itu merekalah yang sangat miskin, dan sejak Ayahnya meninggal dunia pada tahun 2007 ia merasa kehilangan semuanya karena tulang punggung kelurga telah tiada. Ketika dalam pendidikan di SMK Karya Kalabahi ia tinggal di kota bersama dengan Kelurga Bpk. Christian Moulak, sampai menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2010. Pada saat ia merasa putus asa dan sangat kecewa karena memiliki komitmen untuk melanjutkan pendidikan tetapi kelurganya tidak bisa memberikan dukung secara materi karena kehidupan kelurga serba kekurangan. Oleh sebab itu ia berusaha mencari pekerjaan selama setahun untuk melanjutkan pendidikan di tahun berikutnya, tetapi puji kepada Tuhan.
Pada saat   ia berumur 17 tahun Ia dipanggil oleh Tuhan pada bulan Juli Tahun 2010 dalam sebuah pelayanan Mission Trip Persekutuan Flobamora STTII-Bali yang di pimpin oleh Kaleb Laamaly bersama dengan teman-teman, namun ketika keluar dari desa Pante Deere dan meninggalkan kelurga Ibu dan saudaranya, begitu banyak tangisan dan air mata karena kehilang sosok yang mengantikan Ayahnya, namun demikian ia tetap berkomitmen dalam panggilannya, saat itu didoakan oleh Bpk. Kis Jahatang dan berangkat ke bali, banyak keluarga yang berkat “yang luwung dang doborang, Hagar nab ara e puin sekol mana” (pergi sekolah tidak bertahan lama karena Ibu Hagar tidak punya apa-apa) dalam perjalanan yang cukup panjang dalam mengarungi pendidikan di STTII-Bali, banyak maslah dalam kelurga sakit penyakit yang di alami oleh kedua saudaranya, ibu nya digosipin yang tidak benar, disindir dengan bahasa yang menjatuhkan, tetapi ia berkata kepada ibunya bahwa “dei laaiyhe nam taring u kada-dada” artinya biarlah orang membicarakan kita dibelakang kita tetap baik dengan mereka” Namun banyak persoalan dan masalah yang dihadapi ia tetap memiliki komitmen yang tinggi dan memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan Yesus hingga menyelesaikan pendidikan tahun 2014, “walapun banyak sindiran dan ejekan itu akan berubah menjadi tepuk tangan bahagia”,  dan selama menempuh pendidikan 4 tahun ia melayani di GKII persada sari selama 4-5 tahun dan sekarang menempuh pendidikan S2 di STTII Bali melayani di Pos PI GKII Makedonia, melayani di GKII Toblang Alor, dan sebagai Ketua Persekutuan Flobamora sampai sekarang, sebagai Sekretaris Biro Pemuda Wilayah Indonesia Timur II (Priode 2016-2021).
 Dengan kesaksian yang menarik bahwa apa yang bodoh bagi dunia dilakukan Allah untuk orang yang pandai dan berhikmat, Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga disediakan Allah bagi orang yang sungguh-sungguh berharap kepada-Nya, Apa yang tidak mungkin bagi manusia secara materi dalam keluarga, kehidupan social tetapi Tuhan melakukannya mungkin untuk meyakinkan orang yang ragu dalam mempercayai Yesus adalah sumber segalanya.
Orang menyakiti kita 100 kali maka kita melakukan kebaikan 100 kali juga kepada orang yang menyakiti kita (Konsep kasih yang benar) Yesaya Penlobang.

Lebih baik sedikit bicara, banyak mendengar, dan banyak bertindak dari pada banyak bicara, sedikit mendengar, sedikit bertindak (Yesaya Penlobang). AMIN

No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...