KESAKSIAN
PANGGILAN
Yesaya Penlobang, dilahirkan disebuah desa yang
terpencil yaitu Desa Pante Deere yang terletak dikabupaten Alor, dilahirkan
dari kelurga Imanuel
Penlobang (Almarum), Ibu Hagar Penlobang (Tidak bisa membaca dan menulis), dan Ketiga
Bersaudara Yulianti Penlobang (Kakak) Tamat SMP, Halena Penlobang (Adik) Tamat SD, Petrus Penlobang
(Adik) Kelas 5 SD. Sejak kecil ia
adalah seorang yang pendiam, malu/minder, dan tidak mudah bergaul, tetapi setia
dalam hal-hal rohani, karena kenyataan hidup keluarga di desa itu merekalah
yang sangat miskin, dan sejak Ayahnya meninggal dunia pada tahun 2007 ia merasa
kehilangan semuanya karena tulang punggung kelurga telah tiada. Ketika dalam
pendidikan di SMK Karya Kalabahi ia tinggal di kota bersama dengan Kelurga Bpk.
Christian Moulak, sampai menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2010. Pada saat
ia merasa putus asa dan sangat kecewa karena memiliki komitmen untuk
melanjutkan pendidikan tetapi kelurganya tidak bisa memberikan dukung secara
materi karena kehidupan kelurga serba kekurangan. Oleh sebab itu ia berusaha
mencari pekerjaan selama setahun untuk melanjutkan pendidikan di tahun
berikutnya, tetapi puji kepada Tuhan.
Pada saat
ia berumur 17 tahun Ia dipanggil oleh Tuhan pada bulan Juli Tahun 2010
dalam sebuah pelayanan Mission Trip Persekutuan Flobamora STTII-Bali yang di
pimpin oleh Kaleb Laamaly bersama dengan teman-teman, namun ketika keluar dari
desa Pante Deere dan meninggalkan kelurga Ibu dan saudaranya, begitu banyak
tangisan dan air mata karena kehilang sosok yang mengantikan Ayahnya, namun
demikian ia tetap berkomitmen dalam panggilannya, saat itu didoakan oleh Bpk.
Kis Jahatang dan berangkat ke bali, banyak keluarga yang berkat “yang luwung
dang doborang, Hagar nab ara e puin sekol mana” (pergi sekolah tidak bertahan
lama karena Ibu Hagar tidak punya apa-apa) dalam perjalanan yang cukup panjang
dalam mengarungi pendidikan di STTII-Bali, banyak maslah dalam kelurga sakit
penyakit yang di alami oleh kedua saudaranya, ibu nya digosipin yang tidak
benar, disindir dengan bahasa yang menjatuhkan, tetapi ia berkata kepada ibunya
bahwa “dei laaiyhe nam taring u kada-dada” artinya biarlah orang membicarakan
kita dibelakang kita tetap baik dengan mereka” Namun banyak persoalan dan
masalah yang dihadapi ia tetap memiliki komitmen yang tinggi dan memiliki
penyerahan penuh kepada Tuhan Yesus hingga menyelesaikan pendidikan tahun 2014,
“walapun banyak sindiran dan ejekan itu akan berubah menjadi tepuk tangan
bahagia”, dan selama menempuh pendidikan
4 tahun ia melayani di GKII persada sari selama 4-5 tahun dan sekarang menempuh
pendidikan S2 di STTII Bali melayani di Pos PI GKII Makedonia, melayani di GKII
Toblang Alor, dan sebagai Ketua Persekutuan Flobamora sampai sekarang, sebagai
Sekretaris Biro Pemuda
Wilayah Indonesia Timur II (Priode 2016-2021).
Dengan
kesaksian yang menarik bahwa apa yang bodoh bagi dunia dilakukan Allah untuk
orang yang pandai dan berhikmat, Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,
didengar oleh telinga disediakan Allah bagi orang yang sungguh-sungguh berharap
kepada-Nya, Apa yang tidak mungkin bagi manusia secara materi dalam keluarga, kehidupan social
tetapi Tuhan melakukannya mungkin untuk meyakinkan orang yang ragu dalam
mempercayai Yesus adalah sumber segalanya.
Orang
menyakiti kita 100 kali maka kita melakukan kebaikan 100 kali juga kepada orang
yang menyakiti kita (Konsep kasih yang benar) Yesaya Penlobang.
Lebih
baik sedikit bicara, banyak mendengar, dan banyak bertindak dari pada banyak
bicara, sedikit mendengar, sedikit bertindak (Yesaya Penlobang).
AMIN
No comments:
Post a Comment