Monday, June 15, 2020

MARKUS & INJIL MARKUS

FELIKS, MARKUS ANTONIUS

       Adik dari Pallas. Pallas adalah budak yg sudah dibebaskan dan kesayangan dari Kaisar Klaudius. Oleh pengaruh Pallas, Feliks diangkat menjadi wali negeri Yudea. Tacitus (Annals 12.54) dan Yosefus (BJ 1.12, Ant. 10.6) beda pendapat mengenai waktu dan suasana kedatangan Feliks di Palestina. Ia mungkin diutus ke Samaria dengan pangkat wali negeri sela pengadilan Ventidius Cumanus, tapi bagaimanapun agaknya dia baru memegang jabatan wali negeri Yudea kr thn 52 M. Kerusuhan bertambah waktu pemerintahannya, sebab ‘secara biadab dan penuh nafsu ia menerapkan kekuasaan raja dengan tabiat budak’ (Tacitus, Hist 5.9), dan dia tidak kenal belas kasihan dalam menumpas lawan. Pada thn 55 M ia membasmi para pengikut dari seorang yg berlagak Mesias, asal Mesir, tapi orang itu sendiri melarikan diri. Tatkala huru-hara yg diceritakan dalam Kis 21:27 dab terjadi, Klaudius Lisias mula-mula menyangka Paulus orang Mesir itu (Kis 21:38).

       Paulus ditangkap dan dibawa ke Kaisarea, ibukota pemerintahan Roma di Palestina, dan diadili di hadapan Feliks. Dalam peristiwa itu dua ciri khas wali negeri ini, yg juga tepat dilukiskan di tempat lain, yakni ia tak peduli keadilan dan sangat tamak. Ia menahan Paulus 2 thn di penjara, hanya karena mengharapkan sejumlah besar uang suap (Kis 24:26). Ketika ternyata pengharapannya mengecewakan, ia menunda pengadilan Paulus sekalipun cukup bukti menyatakan Paulus tidak bersalah (Kis 23:29; 24:22). Sewaktu ia harus menyerahkan jabatannya, Paulus tetap ia biarkan di penjara untuk menyenangkan hati orang Yahudi (atau, sesuai Naskah Barat, untuk menyenangkan hati Drusila istrinya). Kaisar Nero memanggil Feliks kembali ke Roma pada thn 59 M. Ia dapat lolos dari pengaduan-pengaduan yg dilancarkan atas dorongan orang Yahudi, hanya karena pengaruh Pallas. Sejarah Feliks selanjutnya tidak diketahui.

MARKUS, YOHANES

       Penulis Injil kedua (MARKUS, INJIL), agaknya orang Yahudi, penduduk Yerusalem. Nama Ibraninya adalah nama PL Yokhanan, ‘Yahweh menunjukkan kasih karunia-Nya’ (bnd 2Raj 25:23, dll). Apa alasannya memakai nama Latin ‘Markus’ tidaklah diketahui. Memang keluarga Yahudi yg tertawan dalam perang dan menjadi hamba, jika kemudian dibebaskan dan menjadi ‘orang merdeka’, ada yg memakai nama keluarga Roma, mantan tuan mereka. Tapi kasus Markus ini nampaknya tidaklah demikian; lagipula nama Markus adalah nama dini perseorangan, bukan nama keluarga atau marga. Pada abad pertama adalah biasa orang Yahudi memakai nama Yunani atau Romawi, sebagai tambahan bagi nama Ibrani mereka, teristimewa bila terlibat aktif dalam ‘kegiatan agama’; lih Kis 1:23 mengenai ‘gelar’ lain asal Latin, bukan Yunani. Sifat itu masih biasa juga zaman sekarang ini di antara orang Yahudi Barat. Jika nama julukannya yg dulu si kolobodaktulos, ‘si jari buntung’, adalah merupakan tradisi sejati (lih kata pendahuluan melawan Marcion berkaitan dengan Injil Mrk, bertarikh bagian akhir abad 2, dan merupakan kesaksian tertua ttg soal ini, maka hal itu bisa merujuk kepada keganjilan badani pihak penulis, atau kepada ciri-ciri aneh dalam gaya bahasa Injil itu, yg menjadi teka-teki bagi para peneliti sepanjang masa. Tapi nama julukan itu bukanlah tidak mungkin merupakan terkaan di kemudian hari, sebagai akibat dari kerancuan nama Markus dengan kata sifat Latin mancus, yg artinya ‘bercacat’.

       Alkitab memberikan kesaksian yg jelas tentang keluarga Markus, dan ada juga beberapa dugaan dengan berbagai tingkat kemungkinan. Ibunya bernama Maria, berasal dari satu keluarga dengan Barnabas (Kol 4:10), orang Lewi yg kaya dari Siprus, yg memiliki sebidang tanah (Kis 4:36). Entah yg mana pun negeri asal Barnabas, dia adalah penduduk Yerusalem pada masa-masa permulaan Ps-ps pertama Kis. Maria sendiri kelihatannya adalah orang berada, dari golongan atas, dan Kristen; pasti rumahnya cukup besar untuk menampung agak banyak orang. Ia mempunyai lebih seorang pembantu, dan rumahnya digunakan tempat berkumpul oleh masyarakat Kristen pada zaman rasul-rasul, bahkan pada masa-masa penganiayaan (Kis 12:12). Menarik sekali bahwa Petrus begitu lepas dari penjara, tahu pasti di mana ia dapat menjumpai orang Kristen berkumpul.

       Ayah dari Yohanes Markus tak pernah disebut dalam Alkitab, dan, karena rumah yg dibicarakan dalam Kis 12:12 disebut rumah Maria, maka ada yg berpendapat — dan mungkin benar — bahwa sang ayah sudah meninggal, dan Maria seorang janda. Mengenai Yohanes Markus sendiri tidak ada ay acuan yg pasti dalam Kitab-kitab Injil, walaupun orang muda yg disebut dalam Mr 14:51, yg lari menyelamatkan dini dengan cara yg memalukan, biasanya dianggap Markus. Tidak aman dan tidak biasa bagi seorang penulis untuk menyebut namanya sendiri dalam suasana seperti itu (bnd Yoh 21:24 ttg kealpaan nama yg agak serupa). Begitu juga — seperti sebagian tergantung dari identifikasi yg tidak pasti di atas — adalah teori yg mengatakan, bahwa Perjamuan Terakhir dalam Mr 14 terlaksana di rumah Yohanes Markus; jika memang demikian maka ‘pemilik rumah’ yg samar-samar pada Mr 14:14 mungkin adalah ayah dari Yohanes Markus, dan masih hidup, walau sudah meninggal sebelum masa Kis 12:12.

       Agaknya Yohanes Markus selalu di kotanya sampai dibawa oleh Barnabas dan Paulus ke Antiokhia, yg sedang pulang dari tugas pelayanan di Yerusalem (Kis 12:25). Tatkala beberapa lama kemudian Barnabas dan Paulus berangkat ke Siprus pada perjalanan penginjilan pertama, Yohanes Markus menyertai mereka, sebagai teman seperjalanan dan pembantu bagi kedua orang yg lebih tua itu (#/TB Kis 13:5). Tapi sewaktu rombongan itu sampai di Perga, di daerah Asia Kecil, Markus meninggalkan mereka, pulang ke Yerusalem (Kis 13:13), sedang Barnabas dan Paulus melanjutkan perjalanan mereka. Paulus menganggap ini sebagai pengunduran din, sehingga, tatkala Barnabas menyarankan supaya Markus dibawa sebagai teman pada perjalanan kedua, Paulus tegas menolak (Kis 15:38). Bagi kedua orang itu, sikap terhadap Yohanes Markus adalah sungguh-sungguh dan sangat prinsipil (bnd Kis 9:27; 11:25 ttg watak Barnabas), sehingga perpisahan tak dapat dihindarkan. Barnabas membawa Markus kembali ke Siprus dan Paulus membawa Silas sebagai gantinya.

       Sesudah itu Markus tidak muncul lagi dalam Kis, tapi sekali-sekali muncul dalam Surat-surat. Sekitar masa Kol 4:10 Markus menemani rasul Paulus sewaktu Paulus ditahan, mungkin di Roma; Paulus bermaksud mengutus dia ke Kolose, jadi Paulus tentu sudah memaafkan dia mengenai kejadian yg lalu itu. Filem 1:24 mencatat dia berada di antara kelompok rasul yg sama, termasuk Lukas. Waktu menulis 2Tim 4:11 Markus bersama Timotius, tapi tidak karena perselisihan; mungkin Paulus mengutus Markus ke Asia Kecil, hal yg dipertimbangkan di atas, jika Timotius sungguh-sungguh di Efesus.

       Pada Surat-surat rasul Petrus ada satu sebutan yg penting, yakni dalam 1Pet 5:13; di situ sebutan yg dipakai menunjukkan hubungan ‘bapak anak’, yaitu hubungan antara murid yg tertua dengan yg lebih muda. Jika — seperti yg memang mungkin — istilah ‘Babilon’ dalam ay ini menggantikan ‘Roma’, maka tradisi kuno tentang asal mina Injil Mrk sangat mungkin benar. Tradisi yg mengatakan, bahwa di kemudian hari Markus mendirikan gereja Aleksandria (Eusebius, EH 2.16), tidak beroleh dukungan. ‘Markus’ adalah nama Romawi yg paling lazim dipakai, karena itu sementara orang berpendapat bahwa hunjukan dalam PB kepada ‘Markus’ mengacu kepada lebih dari satu orang. Tapi bilamana ada dua orang dengan nama yg sama, PB membeda-bedakannya, mis Yoh 14:22; itu tidak terjadi mengenai Markus, jadi kits dapat menolak pandangan tsb.

 

INJIL MARKUS

          I. Isi ringkas

             a. Pendahuluan (Mr 1:1-13)

             Yohanes Pembaptis tampil (Mr 1:1-8); baptisan dan Yesus dicobai (Mr 1:9-13).

 

             b. Pelayanan pertama di Galilea (Mr 1:14; 6:44)

             Kerajaan Allah di Galilea (Mr 1:14-45); awal pertentangan (Mr 2:1; 3:6); pertentangan meningkat (Mr 3:7-35); perpecahan menjadi kenyataan (perumpamaan-perumpamaan ttg Kerajaan, Mr 4:1-34); Yesus melewatkan sinagoge (rumah ibadat), dan memberitakan diriNya kepada Israel (Mr 4:35; 6:44).

             c. Pelayanan selanjutnya di Galilea (Mr 6:45; 9:50)

             Tuhan Yesus menyingkirkan kendala untuk memberitakan diriNya kepada bangsa non-Israel (Mr 6:45; 8:10); kepada orang Farisi tidak diberikan tanda dan murid-murid tidak dapat melihatnya tatkala Yesus memberikan tanda (Mr 8:11-26); Yesus dipermuliakan, dan pengakuan murid-murid (Mr 8:27; 9:10); Yesus memberitakan dahulu kematian-Nya (Mr 9:11-50).

             d. Menuju Yerusalem (Mr 10:1-52)

             Soal jawab di Perea (Mr 10:1-34); syarat menjadi yg pertama (Mr 10:35-45); Bartimeus disembuhkan (Mr 10:46-52).

             e. Pelayanan di Yerusalem (Mr 11:1; 13:37)

             Yesus memasuki Yerusalem (Mr 11:1-14); Yesus menyucikan Bait Suci (Mr 11:15-19); nasihat dan perdebatan (Mr 11:20; 12:44); pembicaraan di Bukit Zaitun (Mr 13:1-37).

             f Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus (Mr 14:1; 16:8)

             Perjamuan malam (Mr 14:1-25); pergumulan batin di Getsemani (Mr 14:26-42); Yesus ditangkap (Mr 14:43-52); Yesus di hadapan Sanhedrin (Mr 14:53-72); Yesus di hadapan Pilatus (Mr 15:1-15); Yesus disalibkan (Mr 15:16-41); Yesus dikuburkan dan bangkit pada hari yg ketiga (Mr 15:42; 16:8). (Mr 16:9-20 merupakan tambahan yg kemudian kepada Injil Mrk).

             Bidang bahasan Injil Mrk senada dengan penginjilan perdana para rasul, mulai dari Yohanes Pembaptis dan berakhir pada kebangkitan (bnd Kis 10:36-43; 13:24-37). Para ahli yg membela pandangan bahwa asli Mrk berakhir pada Kis 13:37 (paling tidak edisi pertama) (mis E Trocme), setuju bahwa ay-ay seperti Kis 9:9 adalah berdasarkan kesaksian kebangkitan, jadi bagi mereka cakupan Mrk tetap sama.

          II. Penulis

          Berita mengenai karya pelayanan Yesus ini, yg terpendek dan paling sederhana dari berita semua Injil, menurut tradisi dikumpulkan oleh Yohanes Markus dari Yerusalem, yg sebagai orang muda beberapa kali menyertai Paulus, Barnabas dan Petrus (MARKUS, YOHANES). Dugaan modern mengatakan juga Filipus sang penginjil.

             a. Kesaksian Papias

             Pernyataan paling dini tentang asal mula Injil ini, ialah yg diberikan oleh Papias (terdapat dlm Eusebius, EH 3.39): ‘Markus, penterjemah Petrus, dengan teliti menuliskan semua yg diingatnya, baik ucapan maupun perbuatan Yesus, tapi tidak berurutan, sebab dia bukan pendengar langsung dan tidak ikut menyertai Yesus. Tapi di kemudian hari, seperti sudah dikatakan, Markus menemani Petrus, dan rasul ini berusaha menyadur ajarannya sejauh diperlukan, tapi tidak seolah-olah hendak mengumpulkan ucapan-ucapan Tuhan Yesus. Maka Markus tidak membuat kesalahan waktu ia menuliskan hal-hal yg dia ingat; lagipula dia memusatkan perhatiannya kepada ihwal — jangan sampai dia meninggalkan satu pun dari yg sudah dia dengar, atau memasukkan suatu kesaksian palsu ke dalam beritanya’.

             Kira-kira satu generasi kemudian, keterangan Papias ini (yg hidup kr thn 140 M) diperkuat dalam pengantar Injil Mrk yg dimaksudkan untuk melawan Marcion dalam Irenaeus. Pengantar Mrk melawan Marcion — sayang hanya sebagian yg masih tinggal — menyebut Markus ‘Si jari buntung’ (kolobodaktulos), sebab jari-jarinya kelihatan pendek dibandingkan anggota tubuhnya yg lain; ia penterjemah Petrus, dan sesudah Petrus pergi ia terus di Italia untuk menuliskan Injil-nya sampai selesai. Irenaeus (Against Heresies, 3.1.1) mengingatkan akan Mrk sebagai sudah tertulis, ‘tatkala Petrus dan Paulus memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja di sana’. Lalu ditambahkan, ‘Sesudah mereka pergi (exodos), Markus murid Petrus, sendiri menyerahkan kepada kami dalam bentuk tulisan sari pati pemberitaan Petrus’. Jadi kedua penulis itu menganggap Injil Mrk ditulis tidak lama sesudah Petrus mati, sekalipun di antara Bapak gereja di kemudian hari ada yg berkata bahwa Injil Mrk ditulis waktu Petrus masih hidup.

             b. Pengaruh Petrus

             Injil Mrk kadang-kadang disebut ‘Injil Petrus’ (harus dibedakan dari tulisan-tulisan bidat dgn judul ini atau yg mirip dgn ini di kemudian hari), pertama karena kesaksian penulis-penulis dari abad tadi; kedua, walaupun tangan Markus yg menulisnya, nada suara itu adalah nada Petrus, terbukti dari sifat kejadian-kejadian, pemilihan bahan dan cara menanganinya. Harus diakui bahwa semua hal ini dapat diterangkan satu demi satu dengan cara lain, namun bobot masing-masing adalah tinggi. Jadi tak mungkin sebutan itu hanyalah tradisi hampa, jika dianggap Injil ini sebagai catatan tertulis dari pemberitaan Petrus, yg aslinya diberikan kepada pelajar-pelajar katekisasi Kristen, baik di Roma atau di Timur Tengah, dan dipadatkan dalam bentuk tulisan, apakah pada saat sumber lisan telah meninggal, atau pada saat kematiannya sudah mengancam. Hal ini menempatkan tarikh penulisan Injil ini kr pada paroan kedua abad pertama, mungkin antara kematian Petrus (65 M) dan jatuhnya Yerusalem (70 M), khususnya jika ps 13 ditulis sebelum kejatuhan itu. Bagaimanapun juga, tarikhnya tak boleh lebih kemudian dari 75 M, sebab Matius dan Lukas memakai Injil Mrk sebagai sumbernya.

             Ada ahli yg menyimpulkan bahwa Injil ini ditujukan kepada orang Roma (jika gereja Roma yg berpengaruh itu mendukung Mrk, maka dapat dimengerti mengapa Mrk segera diterima di mana-mana), atau ditujukan kepada bangsa-bangsa non-Israel. Tapi kesimpulan pertama mungkin dipengaruhi oleh nama Latin yg dipakai Markus, sebagai tambahan kepada nama Ibraninya Yohanes, dan pengaruh dari tempat asal Injil ini menurut tradisi. Jadi bukan berdasarkan penelitian empiris yg teliti tentang isi kitab itu. Dari tiap segi lebih berhak Injil Luk dianggap sebagai Injil untuk bangsa-bangsa non-Yahudi; dan kendati Petrus-lah yg ditugasi Allah untuk menobatkan Kornelius, non-Yahudi itu (Kis 15:7), tapi secara umum Petrus diakui dalam gereja kuno sebagai rasul orang-orang bersunat (Gal 2:8), bukan rasul untuk non-Yahudi, seperti Paulus. Jadi tidak tepat mengatakan bahwa bentuk-bentuk ajaran Petrus secara khusus ditujukan kepada dan dicocokkan dengan pendengar non-Yahudi. Lagipula para pakar modern makin menunjukkan, bahwa semua Injil mempunyai ciri khas Yahudi, sekalipun Markus dengan saksama menerangkan kata-kata dan kebiasaan Yahudi, seolah-olah kepada pembaca non-Yahudi.

          III. Hubungan Injil Markus dengan Injil Matius dan Injil Lukas

          Sudah lebih dari satu abad, sejak zaman Lachmann, hubungan sastra antara Mrk dan semua Injil lainnya menarik perhatian ahli-ahli Barat. Kecuali Yoh, yg dalam banyak segi adalah berdiri sendiri, jelas bahwa ketiga Injil lainnya erat hubungannya, dan biasanya disebut Injil Sinoptik. Alasannya ialah, jika ketiga Injil itu dibanding-bandingkan, ketiganya menunjukkan gambaran yg amat serupa tentang pekerjaan dan ajaran Kristus. Hasil penelitian ‘kritik sastra’ menemukan ketergantungan langsung antara Injil yg satu dengan kedua Injil lainnya, atau dua Injil sama dengan dokumen ketiga, baik perihal yg nyata maupun yg hanya merupakan hipotesa.

             a. Markus sebagai Injil pertama

             Kebanyakan ahli Protestan memegang teguh, mengikuti Lachmann, bahwa Mrk adalah Injil pertama. Mereka menganggap Mrk sebagai yg paling dini dari ketiga Injil Sinoptik, setidak-tidaknya dalam bentuknya yg sekarang, kendati mungkin hanya memuat ps 1-13 saja. Dan kebanyakan pakar modern menganggap bahwa Markus adalah penemu bentuk wujud penulisan Injil (suatu bentuk yg di kemudian hari sangat populer, Luk 1:1-3) dengan menghubungkan beberapa ucapan dan mujizat Yesus yg terpisah-pisah, menyusunnya dalam bingkai buatannya sendiri.

             Sampai seberapa jauh bingkai itu taat asas pada kronologis atau teologis sering dipersoalkan. Baru-baru ini beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa bingkai itu bersifat tradisional dalam gereja. Kalau memang benar demikian, maka Mrk menjadi sumber utama bagi Matius dan Lukas. Sumber kedua, ialah sejumlah naskah yg tidak berasal dari Markus, yg dianggap sudah dalam bentuk tertulis sejak dini, yg sama-sama dimiliki oleh Matius dan Lukas. Naskah-naskah itu sesudah disendirikan, ditandai dengan lambang ‘Q’, dari bh Jerman Queue, artinya ‘sumber’. Jadi Injil Mrk dan Q adalah dua di antara bentangan benang paling dini dalam tradisi Injil, walaupun harus diakui bahwa Matius dan Lukas masing-masing mempunyai bahan tersendiri dan khas, dan bahan itu ditandai dengan lambang abjad yg cocok. Dalam sistem ini, Mrk dianggap ditulis pada tahun-tahun menjelang runtuhnya Yerusalem thn 70 M, dan menjadi Injil tertulis yg pertama; jadi beberapa ciri khasnya diterangkan sebagai akibat dari kodratnya yg ‘primitif’.

             Bahayanya ialah, jika Mat dan Luk agak menyimpang dari Mrk, maka kedua Injil itu dipandang kurang dapat dipercaya, seolah-olah memutarbalikkan sumbernya untuk tujuan masing-masing. Tapi makin jelas bahkan Injil Mrk pun menghimpun bahannya dari perbendaharaan yg jauh lebih luas (bnd Yoh 21:25), dan mengaturnya untuk tujuan teologis (sekalipun tujuan itu adalah tujuan seluruh gereja). Dengan demikian kecaman-kecaman tersebut tidak dapat diterima. Keempat Injil berdiri, senada dan sepakat atau rontok bersama-sama, sejauh bertalian dengan historisitas bahan-bahannya.

             b. Injil Matius sebagai Injil pertama

             Para pakar teolog Katolik lama sekali menolak pendapat di atas. Tapi kini keadaan sudah berubah. Bagi mereka pendapat itu adalah dasar iman untuk mempercayai bahwa Mat adalah Injil pertama. Mereka membela keyakinan itu dengan cara yg rumit sekali, tapi tidak menimbulkan keyakinan lain di luar lingkungan mereka. Alasan yg paling diandalkan ialah bahwa gereja kuno percaya bahwa Mat adalah Injil pertama. Kalau tidak, mengapa Mrk ditempatkan sebagai Injil kedua?

             Tapi terlalu sedikit yg kita ketahui tentang prinsip penyusunan Kitab-kitab dalam beberapa bagian PB, untuk membenarkan dalih psikologis seperti itu. Jika pendapat mereka benar, pendapat itu membuat Mrk hanya sebagai otoritas kelas dua, sehingga sajian Mat akan dinilai lebih berbobot daripada sajian Mrk. Hal itu tidaklah benar: kits dapat melihat alasan mengapa Mat ‘memperlancar’ Mrk, atau mengapa Mat tidak ‘menjegal’ Mrk, tapi tidak ada alasan bagi keduanya untuk Baling menggeser. Silang pendapat terus berlangsung; lambang-lambang matematika bertambah-tambah, dan bertambahnya data sastra yg diusulkan menuntut penyaringan yg cermat. Daripada menyimak kepada Kitab-kitab Injil, para ahli sibuk meneliti berkas-berkas dokumen sehingga mereka terjebak dalam jerat agnostisisme sastra. Adakah jalan keluar? Seperti orang berkata mengenai keahlian pakar PL., hipotesa sastra itu runtuh karma tak mampu menahan beratnya sendiri.

             c. Kritik bentuk

             Sementara itu muncul pendapat baru yg menggilas seluruh silang pendapat itu dan membuatnya menjadi tak berarti. Pendapat baru ini disebut ‘kritik bentuk’ yg muncul kr thn 1920 dimotori oleh M Dibelius dan diikuti ketat oleh R Bultmann. Kritik bentuk ini dapat dilukiskan sebagai melepaskan penelitian menyeluruh secara terpadu demi penelitian atas bagian-bagian, dan pada mulanya murni berupa ilmu yg deskriptif dan mengklasifikasikan. Bermacam-macam kejadian dan ucapan yg dicatat dalam Mrk (lazim disebut ‘perikop’ dari kata Yunani yg berarti ‘alinea’) sekarang diperiksa, dan digolong-golongkan menurut kodratnya dan isinya. Sejauh tahap itu masih dapat dikatakan baik. Penggolongan ini diciptakan dari sudut yg baru, segar, dan membuahkan beberapa hasil yg positif dan berharga.

             Tapi tahapan yg berikutnya, adalah memeriksa keadaan yg hipotetis — tidak berdasarkan pengetahuan — dan praktik keagamaan yg menjurus kepada penyimpangan setup ucapan, hal itu membuat tafsiran tergantung pada rekonstruksi yg bersifat dugaan, yg justru sangat berbahaya. Beberapa ahli yg radikal mengemukakan pandangan, bahwa cerita yg ada, kalau bukan karangan adalah yg di rekayasa ulang demi kebutuhan gereja muda itu, jadi bukanlah catatan yg benar tentang ucapan-ucapan atau perbuatan-perbuatan Kristus. Ahli-ahli yg kurang radikal mengatakan cerita itu di seleksi dahulu baru diceritakan dengan memperhatikan kebutuhan gereja itu. Jadi, upaya yg mulai sebagai gerakan netral yg murni, berakhir dengan menghakimi benar tidaknya historisitas teks Kitab Suci. Dapat dikatakan bahwa dalil seperti yg baru dikemukakan sebenarnya tidak berarti bagi penganut ajaran ini, sebab dokumen-dokumen yg hanya berdasarkan dugaan telah disingkirkan karena kecenderungan meyakini tradisi lisan, tepat seperti keyakinan para ahli PL masa kini.

Namun dapat diragukan, apakah ada perbedaan hakiki antara:

(a) memandang setumpuk bahan khusus sebagai dokumen tertulis, atau

(b) memandangnya sebagai kumpulan tradisi lisan, apalagi kalau kita mengingat betapa teguhnya tradisi lisan di Timur Tengah Kuno.

 

             Kendati demikian, penekanan pada ‘kritik bentuk’ dan tradisi lisan itu tidak menyelesaikan persoalan yg sudah lama itu, melainkan membuatnya menjadi kedaluwarsa. Selanjutnya, hal itu membuat masalah tarikh Injil Mrk tidak terjawab, kalau tidak hendak dikatakan tak berarti. Ahli-ahli bisa saja menentukan tarikh pengumpulan tradisi lisan menjadi karya sastra dalam bentuknya yg sekarang, tapi asal mula Mrk jauh lebih dini, yaitu dalam tradisi lisan dari angkatan yg menjadi saksi mata peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus. Pandangan ini tentu mempunyai segi positif, yakni pembaca langsung diperhadapkan dengan ingatan para saksi mata yg menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa itu (Luk 1:2). Banyak usaha telah ditempuh mengikuti jalan ini dengan sangat berhati-hati untuk tujuan membangun, dan banyak hasil yg telah dicapai. Khususnya, banyak tradisi yg dipakai oleh Markus adalah ‘tradisi gerejawi’, bukan ‘tradisi-tradisi perseorangan’: usia cerita-cerita itu telah tua sewaktu Markus menggunakannya, dan merupakan kesaksian gereja (Gereja Roma?) bagi Kristus.

             d. Sejarah tradisi

             Penelitian mutakhir ialah usaha menemukan bagaimana tradisi lisan itu hingga mencapai bentuknya yg sekarang, dengan menggali lebih dalam sejarah bahan-bahan Injil sebelum berbentuk tulisan. Ajaran ini bahkan lebih bersifat dugaan saja. Kita tahu suatu ucapan atau peristiwa tertentu dalam Mrk muncul dalam Mat atau Luk, dan kita dapat mengemukakan alasan-alasan apabila dalam laporan peristiwa itu muncul semacam dugaan. Tapi kita tidak tahu apa saja yg melatarbelakangi teks Mrk kecuali menduga saja. Akhirnya kita harus mempelajari naskah yg ada: Satu-satunya Kristus yg kita kenal ialah Kristus dalam Injil. Memang Kristus ini adalah Kristus orang beriman: tak boleh disangkal bahwa Ia juga Kristus dari sejarah.

             e. Kritik redaksi

             Gerakan paling mutakhir memusatkan perhatiannya pada sumbangan para penulis Injil. Dalam rangka Injil Mrk, gerakan ini menuntun kita mengenali Markus sebagai teolog. Tak dapat diragukan bahwa Markus memang memilih bahan-bahannya dengan seksama, tapi janganlah sekali-kali berpikir bahwa ia memasukkan teologi ciptaannya sendiri atas Injil Mrk.

             f. Pendekatan liturgis

             Zaman ini meningkat kecenderungan (lebih berdasarkan jiwa zaman ketimbang penemuan baru) untuk menerangkan Mrk dan Mat sebagai Injil gerejawi. Misalnya, cerita tentang penderitaan Yesus dalam Mrk dianggap ditulis dengan mencocokkannya pada liturgi ‘Minggu Suci’ dalam gereja purba. Juga urutan dalam Mrk kadang-kadang dikatakan berkaitan dengan kalender liturgi gereja. Sementara pandangan ini tidak objektif, jelas nampak melebih-lebihkan kepiawaian orang-orang Kristen perdana itu, khususnya mereka yg tinggal di luar Yerusalem: kadang-kadang seiring dengan pandangan bahwa Mrk ditulis oleh ‘pemuda marah’ pada abad pertama, untuk menyerang kecenderungan dalam perkembangan gereja dan kealpaan misi pada waktu itu. Pandangan ini lagi-lagi terlalu modern, sebab pemuda zaman Markus tidak bereaksi dengan berbuat demikian. Bagaimanapun juga, kesan yg kita dapati tentang pribadi Markus ialah dia bukan seorang brilyan, tapi anggota jemaat biasa dan yg setia menerapkan ulang tradisi umum — apakah dalam konteks liturgi atau tidak.

             g. Penemuan penemuan terakhir

             Menentang aliran yg kembali ke arah tradisi lisan ini, timbullah reaksi membela dokumen-dokumen tertulis terdahulu sebagai sumber data. Reaksi ini didukung oleh penemuan-penemuan di Mesir pada masa akhir-akhir ini, berupa beberapa papirus Yunani yg memuat baik bagian-bagian Injil-injil Kanon maupun yg bukan kanon. Dengan tarikhnya yg begitu kuno, papirus-papirus temuan itu mengacu kepada tarikh timbulnya Injil tertulis mundur lebih dini lagi, paling tidak pada akhir abad (Kristen) pertama. Temuan-temuan ini, walaupun memang sangat penting artinya, terhisab dalam temuan thn 1947 dan berikutnya dalam gua-gua dekat Qumran di daerah S Yordan, tempat penyembunyian naskah-naskah tulisan tangan dalam bh Ibrani, Aram dan Yunani. Gulungan-gulungan Laut Mati ini kebanyakannya bertarikh sebelum zaman Kristen, agaknya milik dari sekte Yahudi yg berupa persekutuan semi biara. Kehadiran naskah-naskah tulisan tangan ini secara nyata membuktikan, bahwa kita tak dapat mengingkari adanya dokumen-dokumen Kristen pada abad pertama dalam bh Yunani atau Aram, sebagai sumber-sumber Injil, khususnya kumpulan nubuat Mesianis atau ‘kesaksian’.

             h. Pengaruh pengaruh Aram

             Selanjutnya, penemuan dokumen-dokumen Semitik seperti itu membangkitkan kembali persoalan, dan sudah berlangsung setengah abad, tentang apakah bh Yunani ataukah bh Aram yg sebenarnya bahasa asli dari sumber-sumber Injil, khususnya Mrk. Dalam terang ‘kritik bentuk’, masalah bahasa asli itu tidaklah terlalu pelik: seluruhnya tergantung pada tahapan mana dari tradisi yg diputuskan sebagai sumber data Injil, sebab makin dini tahapan sumber data itu, makin besar kemungkinannya dalam bh Aram, khususnya di Galilea. Selanjutnya hal ini menimbulkan pertanyaan: sampai di mana bh Yunani Injil Mrk bukan hanya bh Yunani koine, yakni bahasa umum pada abad pertama di sekitar Laut Tengah Romawi (BAHASA PB), tapi ‘bahasa Yunani terjemahan’? Jadi ungkapan-ungkapan Semitik yg begitu banyak dalam Mrk harus dipertanggungkan, bukan kepada ingatan-ingatan akan PL, ataupun kepada pengaruh dari ‘bahasa Yunani terjemahan’ Septuaginta, yaitu PL dalam bh Yunani, bahkan juga tidak kepada pengaruh bahasa ibu dari seorang Yahudi Palestina (Markus memang dari keluarga demikian) yg pada usia tua lazimnya memakai bh Yunani, tapi harus dipertanggungjawabkan langsung kepada sumber asli bh Aram, yg terletak di hadapan penulis Injil.

             Bagi ahli-ahli yg mengikuti jalan ini, banyak ay yg sukar dalam Mrk dilihat sebagai disalahmengerti atau salah diterjemahkan dari naskah asli bh Aram, baik tulisan atau lisan yg sudah hilang. Kelihatannya sudah pasti, bahwa bh Aram adalah bahasa ibu Tuhan Yesus dan rasul-rasul-Nya, terbukti dari kata-kata dan ungkapan-ungkapan Aram yg tertera dalam pakaian Yunani (bnd Mr 5:41; 7:34; 15:34). Teori C. C Torrey bahwa seluruh Injil adalah hasil terjemahan, pada umumnya tidak disenangi oleh pare ahli karena terlalu ekstrim, dan mengandung terlalu banyak alasan yg dipaksakan. Kendati demikian hanya sedikit ahli yg tidak mengakui pentingnya peranan bh Aram mendasari trap Injil, atau yg tidak mengakui nilai kosakata atau ungkapan Aram, jika naskah Yunani menimbulkan berbagai kesulitan. Pendekatan yg terakhir dan yg sangat berhati-hati dalam bh Inggris sudah diusahakan, terutama oleh Matthew Black. Tradisi mendukung adanya suatu proses terjemahan seperti disaksikan oleh Papias dari Hierapolis, yg terdapat dalam tulisan Eusebius. Tapi bila ia berkata bahwa Markus adalah ‘penterjemah’ dari Petrus, maksudnya yg sebenarnya tidak boleh melulu Markus mengalihkan khotbah Petrus dari bh Aram ke bh Yunani. Gaya Latin yg terkandung dalam Mrk boleh jadi mendukung penulisan asli Injil ini di Roma: pada sisi lain hanyalah menunjukkan kasarnya bh Yunani di wilayah timur kerajaan itu. Tapi hal itu tidak sepenting kesemitikannya.

          IV. Ciri-ciri khas

          Pada dasarnya, Mrk adalah Injil yg paling gamblang dan ringkas dari semua Injil; Mat memuat banyak hal bersifat khas Yahudi yg tidak muncul di mana pun dalam Mrk; dan dalam Luk terdapat beberapa ihwal ‘medis’ atau ‘peri kemanusiaan’ tapi alpa dalam Mrk, ump ketiga perumpamaan yg terkenal dalam Luk 15. Bagian akhir Mrk yg tiba-tiba terhenti merupakan masalah tersendiri. Tapi hal itu lebih baik di nalar sebagai masalah naskah daripada masalah teologis. Berbagai alternatif yg dikemukakan dalam naskah-naskah tulis tangan, menyarankan bahwa aslinya berakhir pada tempat yg sama, apa karena suatu bencana atau hancur karena disengaja: hal yg terakhir ini sukar dipercaya. Bisa dimaklumi apabila dipersoalkan bahwa sajian di atas adalah melulu definisi negatif tentang sifat dan isi Mrk. Memang dan justru itulah sebabnya mengapa Mrk pernah dipandang oleh Kritik Sumber sebagai Injil paling tua dan paling primitif dari semua Injil, sumber bagi kedua Sinoptik lainnya. Tapi jika semua sumber dokumen lenyap dalam kebalauan tradisi lisan, lalu apa lagi hendak di kata?

          Pengamatan mendasar mengenai watak dan gaga bahasa menemukan bahwa sifat dan gaga Markus tetap ada. Hal itu bukanlah melulu pengertian subyektif sekitar abad 20; Papias dari Hierapolis menunjukkan bahwa masalah itu dirasakan sama tajamnya pada abad kedua. Jika Markus mengetahui lebih banyak lagi fakta tentang Tuhan Yesus, mengapa ia tidak menceritakannya? Mengapa ia membuang begitu banyak hal yg dicatat oleh penulis Injil lainnya? Mengapa — pada pihak lain — cerita-ceritanya umumnya lebih rinci dan bersemangat dibandingkan cerita-cerita sejajar pada Injil lainnya? Lagipula dilihat sepintas lalu Mrk nampaknya disusun mengikuti pola kronologis masa hidup Yesus, justru menurut nalar Helenistik dan dunia modern lebih bersifat biografi (sekalipun Markus sendiri mengingatkan pembaca bahwa tulisannya itu adalah ‘Injil’ bukan biografi, Mr 1:1). tapi betulkah Markus mengikuti pola itu? Jika tidak, adakah asas atau aturan tertentu yg kelihatan? Pada waktu Mrk diterima sebagai sumber data utama bagi Mat dan Luk, para ahli berusaha untuk membuat Injil-injil lainnya harus menerima pola kronologis Mrk. Tapi terbukti hal ini tak mungkin, sebab Mat dan Luk harus lebih dahulu dirombak atau dibuat carat supaya bisa cocok, biarpun hanya secara kasar.

          Barangkali jawabnya terdapat dalam kecermatan dan kehati-hatian memakai pengertian baru akan sifat dan pentingnya tradisi lisan sebagai dasar Injil Mrk seperti keadaannya sekarang. Sebab sudah jelas, bahwa pengulangan lisan yg terus-menerus tidak menjurus kepada keanekaan yg berbeda-beda, tapi kepada keseragaman yg utuh, terutama jika pengulangan-pengulangan itu dilakukan oleh pare pengajar yg miskin fantasi lagi tua, yg tujuannya bukan untuk sekedar membuat orang puas, melainkan untuk membuat para pendengar memahami jelas ajaran gereja. Cerita-cerita tidak melantur bercabang-cabang melainkan disederhanakan, jika diceritakan melulu untuk mengajar; peristiwa-peristiwa diringkaskan mengenai intinya saja. Aneka cerita tidak tumbuh dari satu induk cerita dalam tradisi seperti ini; sebaliknya, kecenderungan ialah membaurkan aneka cerita yg asli itu tanpa sadar. Ahli-ahli tidak selalu mengakui hal ini, karena mereka terlalu sering menganggap para pelestari yg terdahulu dari tradisi Kristen itu dalam terang profesi tukang cerita bangsa Arab, Kelt atau Skandinavia, sesuai pola budaya yg sudah diketahui oleh ahli-ahli itu.

          Guru Sekolah Minggu yg sudah lanjut usianya di suatu gereja di desa, tepat dijadikan gambar ibarat dari peristiwa itu. Oleh kebiasaannya yg terus-menerus ‘berdoa tanpa persiapan’, dia nampaknya seperti berpura-pura liturgis dalam suasana demikian. Dan bentuk doanya pun seperti sudah klise. Dalam terang gambar ibarat ini, Injil Mrk bukanlah yg paling primitif dan paling lamban dari semua Injil. Injil kedua ini bukanlah melulu pembeberan peristiwa-peristiwa, yg dibumbui dengan bermacam-macam rincian yg elok-elok oleh penulis lain, seturut khayal mereka. Sebaliknya, Mrk adalah Injil yg paling maju dari semua Injil sejauh bertalian dengan kegamblangan, penyajian langsung tentang pokok-pokok bahasan, dengan sejumlah bentuk ajaran yg terus mantap berjaya menghadapi ujian dan cobaan zaman. Itulah justru yg dikatakan oleh Papias.

          Hal ini belum mengatakan apa-apa tentang tarikh yg sebenarnya dari Injil Mrk dalam bentuknya yg sekarang. Bahasan ini baru berupa penelitian empiris yg menunjukkan lebih jelas, bahwa Mrk melebihi semua Injil lainnya, yakni khas berciri Buku Panduan Guru pada abad pertama, ringkasan dari kejadian-kejadian, semua hal yang tidak penting tidak dicatat. Sebaliknya Luk khusus disusun sebagai dokumen tertulis, di antara dokumen-dokumen tertulis lain yg sudah ada (Luk 1:1-4), dan dengan perbedaan yg lumayan tajamnya dari ajaran lisan, seperti dicatat dalam Mrk. Memang Injil Luk menuntut supaya dipandang sebagai karya sastra, demikian juga Kis (Kis 1:1); Mrk tidak demikian. Markus — dalam segala segi — bukanlah orang yg berpendidikan seperti Lukas atau Paulus. Hal ini jelas dari dalam kejujuran Injilnya yg begitu polos. Tapi sidang pendengar atau pembaca Mrk juga bukan orang berpendidikan. Dan maksud Markus bukanlah untuk meraih karya sastra yang luar biasa hebatnya, melainkan untuk mengkomunikasikan kebenaran. Injil Mat dan Yoh juga mempunyai tanda-tanda perencanaan yg cermat, sekalipun prinsip-prinsipnya berbeda. Tapi bagi bahan-bahan seperti yang terdapat dalam Mrk, prinsip penyusunan agaknya hanya untuk membantu ingatan. Cerita-cerita dan ungkapan-ungkapan digabungkan dengan kata-kata kunci atau kesamaan inti bahasan ketimbang dengan kronologis yg ketat. Jika urutan peristiwa berbeda dari yg tertera dalam Mat dan Luk, hal itu kadang-kadang terjadi karena perbedaan kata kunci atau mata rantai penghubung yg digunakan.

          Uraian di atas sangat cocok dengan bagan seperti telah disinggung tentang bentuk asli dan sifat Mrk. Bila kecocokan itu sudah dirasakan selaras benar dengan tradisi-tradisi terdahulu tentang Injil Mrk, maka pandangan itu menjadi lebih mantap lagi. Papias, saksi utama dan paling terdahulu, dalam ringkasan seperti dikemukakan di atas, membela Markus justru terhadap tuduhan-tuduhan yg diajukan oleh ahli-ahli modern terhadap dia, yakni menuduh dia menghilangkan hal-hal rinci yg penting dan lemah dalam hal kronologis. Pembelaan Papias nampak terletak pada sifat khas Injil itu, yg menurut Papias, hanya merupakan catatan permanen dari ajaran Petrus, justru dilestarikan untuk masa-masa yg akan datang, bila suatu waktu kelak sumber aslinya tidak ada lagi. Urutan kronologis yg cermat dan susunan fakta-fakta yg lengkap, kata Papias, janganlah diharapkan dari Petrus karena bukan itu tujuannya, melainkan melulu yg praktis dan bersifat mengajar. Tidaklah adil mencap seseorang gagal mencapai sesuatu yg memang ia tidak berusaha untuk itu karena menganggapnya asing dari tujuannya. Karena demikianlah adanya, maka Markus bebas dari tuduhan, bersama Petrus, dan alasan-alasan bagi banyak unsur lain dari Injilnya dengan sendirinya menjadi jernih. INJIL, KITAB-KITAB.

       KEPUSTAKAAN.

·         Buku tafsiran oleh A Menzies, The Earliest Gospel, 1901; H. B Swete, 1913;

·         C. H Turner, 1928; A. E. J Rawlinson, 1936; V Taylor, 1952;

·         C. E. B Cranfield, CGT, 1960; R. A Cole, TNTC, 1961;

·         D. E Nineham, 1963; W. L Lane, 1974;

·         M Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts, 1946;

·         G. R Beasley-Murray, A Commentary on Mr 13;

·         N. B Stonehouse, The Witness of Matthew and Mark to Christ, 1958;

·         M Farrer, A Study in St Mark, 1951; E Trocme, The Formation of the Gospel according to Mark, ET, 1975; R. P Martin, Mark — Evangelist and Theologian, 1972.


No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...