Monday, June 15, 2020

KITAB INJIL YOHANES

YOHANES, KITAB INJIL

          I. Isi ringkas

             a. Penyataan diri Yesus kepada dunia (Yoh 1:1; 12:50)

             (i) Kata Pendahuluan (Yoh 1:1-18).

             (ii) Penyataan diri Yesus (Yoh 1:19; 2:11).

             (iii) Kabar baru (Yoh 2:12; 4:54).

             (iv) Yesus, Anak Allah (Yoh 5:1-47).

             (v) Yesus, Roti Kehidupan (Yoh 6:1-71).

             (vi) Sengketa dengan orang Yahudi (Yoh 7:1; 8:59).

             (vii) Yesus, Terang Dunia (Yoh 9:1-41).

             (viii) Yesus, Gembala Yg Baik (Yoh 10:1-42).

             (ix) Kebangkitan dan Hidup Yg Kekal (Yoh 11:1-57).

             (x) Bayangan Salib (Yoh 12:1-36a).

             (xi) Kata Penutup (Yoh 12:36b-50).

             b. Penyataan diri Yesus kepada murid-murid-Nya (Yoh 13:1; 17:26)

             (i) Perjamuan Terakhir (Yoh 13:1-30).

             (ii) Ucapan-ucapan perpisahan (Yoh 13:31; 16:33).

             (iii) Doa Yesus untuk murid-murid-Nya (Yoh 17:1-26).

             c. Yesus dipermuliakan (Yoh 18:1; 21:25)

             (i) Penderitaan Tuhan Yesus (Yoh 18:1; 19:42).

             (ii) Kebangkitan Tuhan Yesus (Yoh 20:1-31).

             (iii) Pemberian Tugas kepada murid-murid (Yoh 21:1-25).

          II. Tujuan

          Tujuan utama Yohanes jelas diberikan dalam Yoh 20:30 dab (bnd W. C van Unnik, The Purpose of St John’s Gospel, dlm Studia Evangelica [TU 73], 1959, hlm 382-411). Yohanes memilih beberapa bahan dari sejumlah besar bahan yg tersedia, dan tujuannya menceritakan itu ialah menghantar pembacanya kepada kepercayaan bahwa Yesus ialah Mesias dan Anak Allah, dan dengan demikian membawa mereka ke dalam pengalaman hidup yg kekal.

          Dari pernyataan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan tertentu yg juga dibenarkan oleh sifat Injil ini. Pertama, tulisan ini bersifat menginjili. Kedua, metode khasnya ialah mengemukakan pekerjaan dan perkataan-perkataan Yesus — sedemikian rupa — sehingga juga mengungkapkan kodrat diriNya. Ketiga, penggambaran jati diri tokoh ini sebagai Mesias yg dijanjikan, merujuk kepada target pembaca adalah orang Yahudi. Tapi mengingat bahwa Yohanes menulis untuk pembaca di luar Palestina yg sebagian tidak ambil pusing adat istiadat Yahudi, maka sangat menarik bahwa dia menulis terutama untuk orang Yahudi yg berdiaspora — yg terpencar-pencar di berbagai negeri — dan untuk para proselit di sinagoge Helenis (bnd J. A. T Robinson, ‘The Destination and Purpose of St John’s Gospel’, Twelve NT Studies, 1962, hlm 107-125). Kendati demikian, tentu ia tidak mengucilkan pembaca non-Yahudi dari lingkup pandangnya, sekalipun pendapat yg mengatakan bahwa Injil ini terutama ditulis untuk membuat para pemikir non-Yahudi bertobat nampaknya tidaklah benar (bnd C. H Dodd, The Interpretation of the Fourth Gospel, 1953).

          Tujuan utama ini tidak mengucilkan tujuan-tujuan lain yg tidak sama pentingnya. Jadi, pertama, dengan sadar Yohanes menekankan pokok-pokok untuk menyatakan kesalahan dari pandangan palsu dan yg bermusuhan mengenai Yesus yg dianut oleh orang Yahudi waktu itu. Mungkin juga terkandung maksud untuk memperbaiki penghormatan yg berlebihan terhadap Yohanes Pembaptis. Kedua, khusus dalam ps 13-17 Yohanes menyapa orang Kristen dan mengajarkan kehidupan dalam gereja. Tapi pandangan yg mengatakan bahwa tujuan utama Yohanes ialah memperbaiki eskatologi gereja (demikian C. K Barrett) tak dapat lagi dipegang, kendati tak dapat disangkal bahwa Injil ini mengandung ajaran eskatologis. Ketiga, sering dikatakan bahwa Injil Yoh ditulis sebagai polemik menentang gnostisisme. Pandangan ini agak didukung oleh tujuan 1 Yoh, tapi hal itu belum tentu persis seperti kadang-kadang dianggap. Namun tak dapat diragukan bahwa waktu menuliskan Injilnya Yohanes menyadari bahaya gnostisisme, dan memang nyatanya Yoh adalah senjata yg jitu melawan gnostisisme.

          III. Susunan dan isi teologi

             a. Susunan sejarah

             Sebagai sejarah, Injil Yoh bersifat selektif. Mulai dengan berita penjelmaan Firman Allah dalam wujud diri Yesus yg sudah ada ‘sebelum segala sesuatu ada’ (Yoh 1:1-18), dan langsung memasuki hari-hari pertama pelayanan Yesus — pembaptisan-Nya oleh Yohanes Pembaptis yg disusuli panggilan-Nya terhadap murid-murid pertama (Yoh 1:19-51), dan Ia meninggalkan Yordan kembali ke Galilea (Yoh 1:43). Tapi peta pelayanan-Nya bukanlah dibatasi terutama di Galilea, seperti dalam cerita-cerita Sinoptik. Hanya beberapa peristiwa yg terjadi di sana diceritakan (Yoh 1:43; 2:12; 4:43-54; 6:1-7,9).

             Peta pelayanan-Nya satu kali ialah Samaria (Yoh 4:1-42), tapi yg paling sering ialah Yerusalem, biasanya pada salah satu hari raya Yahudi (Yoh 2:13; 5:1; 6:4; 7:2; 10:22; 11:55; bnd A Guilding, The Fourth Gospel and Jewish Worship, 1960). Peristiwa terakhir ialah pembangkitan Lazarus dari kematian, yg mendorong para pemimpin Yahudi untuk melenyapkan Yesus (Yoh 11:45 dab), kendati seperti dalam Injil Sinoptik, rasa permusuhan mereka terhadap Yesus telah mencekam mereka beberapa waktu sebelumnya (ump Yoh 7:1). Mulai dari peristiwa ini cerita Yoh mengikuti garis yg sama dengan Injil-injil Sinoptik — Yesus diurapi di Betania (Yoh 12:1-11), Yesus dielu-elukan memasuki Yerusalem (Yoh 12:12-19), Perjamuan Terakhir (13) — yg dicatat tanpa singgungan mengenai ciri-ciri sakramennya, Yesus ditangkap (Yoh 18:1-12), Yesus dihakimi dan penyangkalan Petrus (Yoh 18:13-19:16), penyaliban dan kebangkitan (20-21). Tapi dalam bagian ini terdapat banyak bahan yg tidak dicatat dalam Injil Sinoptik, khususnya percakapan-percakapan terakhir dan Doa Yesus (14-16; 17), rincian penghakiman di hadapan Pilatus (Yoh 18:28; 19:16), dan penampakan sesudah kebangkitan.

             Ringkasan sejarah ini umumnya cocok dengan urutan peristiwa-peristiwa yg sebenarnya. Namun harus diingat bahwa yg dicatat Yohanes hanyalah beberapa peristiwa yg dia atur sesuai maksudnya untuk mengumumkan bahwa Yesus adalah Mesias yg dijanjikan.

             b. Isi teologis

             (i) Injil Yoh sebagai penyataan. Ringkasan sejarah ini merupakan alat untuk mengumumkan Yesus secara teologis. Tujuan Yohanes ialah mengungkapkan kemuliaan Yesus sebagai Anak Allah. Sebagai Anak yg sudah ada sebelum segala sesuatu ada, Ia turut memiliki kemuliaan Bapak (Yoh 17:5,24), dan waktu Dia hidup di dunia ini kemuliaan-Nya dinyatakan kepada dunia — atau lebih baik kepada orang yg mempunyai mata untuk melihat (Yoh 1:14) — dalam sederet tanda yg Dia kerjakan (Yoh 2:11). Tapi dalam tanda-tanda yg Yesus kerjakan itu, yg Dia nyatakan bukanlah kemuliaan-Nya melainkan kemuliaan BapakNya (Yoh 5:41; 7:18). Penyataan Yesus kepada dunia ini merupakan tema ps 1-12, yg disimpulkan pada bagian ringkasan dan pemikiran yg jelas (Yoh 12:36b-50).

             Karena bagian terbesar dunia ini tidak mempercayai Yesus (Yoh 12:37), maka Dia mengarahkan perhatian kepada murid-murid-Nya, dan ps 13-17 melaporkan kemuliaanNya atas murid-murid-Nya yg nampak dalam pelayanan dengan rendah hati, dan murid-murid itu dihimbau supaya mereka hidup dengan mendampakkan kemuliaan Allah (15: 8; Yoh 21:19). Tapi di sini juga diungkapkan tema yg sudah pernah disinggung, yaitu bahwa Yesus sungguh-sungguh dipermuliakan dalam penderitaan-Nya dan kematian-Nya. Maka bagian ketiga Injil ini (ps 18-21) menunjukkan telah tiba saatnya Yesus dipermuliakan sebagai Anak Allah dan memuliakan Allah.

             Sementara itu Injil ini juga dapat dipandang sebagai pengungkapan kebenaran (Yoh 1:14,17). Dalam Injil ini dunia dilukiskan penuh dusta, cacat dan berdosa, karena sudah kehilangan hubungan dengan Allah yg benar (Yoh 7:28). Kepada dunia yg demikianlah Yesus bawa kebenaran Allah (Yoh 18:37). Dia sendirilah jelmaan kebenaran (Yoh 14:6) dan kelak dilanjutkan oleh Roh kebenaran (Yoh 14:17). Ia menuntun manusia ke penyembahan yg benar kepada Allah (Yoh 4:23 dab), dan membebaskan mereka dari dusta Iblis (Yoh 8:44) melalui pengetahuan tentang kebenaran (Yoh 8:32). Berlawanan dengan kesenangan-kesenangan duniawi, Ia membawa roti atau santapan yg benar bagi jiwa manusia (Yoh 6:32,35).

             (ii) Tanda-tanda dan saksi-saksi. Cara penyampaian penyataan ini kepada manusia bermakna ganda. Pertama, tanda-tanda atau karya Kristus, tujuh di antaranya (tidak termasuk kebangkitan) diceritakan panjang lebar. Karya Kristus itu disebut tanda bukanlah karena merupakan bukti tentang kuasa ajaib — supra alami (Yoh 4:48), tapi terutama adalah karena sifat karya Kristus itu menunjukkan bahwa yg melakukannya khas diutus oleh Allah (Yoh 9:16) sebagai Mesias yg dijanjikan dan Anak Allah (Yoh 3:2; 6:14; 7:31); maka tanda-tanda ini mensahihkan jati diri Yesus kepada orang-orang yg mempunyai mata untuk melihat (Yoh 2:23; 12:37).

             Biasanya tanda-tanda ini menjadi dasar untuk bertutur atau berdialog, dimana makna rohani tanda-tanda itu diungkapkan. Namun, ada juga yg dapat dipandang sebagai lanjutan serta tanda dalam ucapan-ucapan. Tujuh kali (Yoh 6:35; 8:12; 10:7,11; 11:25; 14:6; 15:1, dan barangkali dapat ditambahkan Yoh 8:24) Yesus berkata, ‘Aku-lah ….’ Beberapa pengertian — semuanya sudah lazim dalam bahasa keagamaan — di sini diambil alih dan digunakan oleh Yesus untuk menerangkan siapa Dia dan apa maksud kedatanganNya. Yg khas sangat penting ialah ucapan ‘Aku-lah’ karena mengandung penyataan terselubung tentang ke-Allah-an-Nya.

             Kedua, kemuliaan Yesus dinyatakan oleh saksi-saksi. Yesus sendiri datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37; harfiah ‘tentang kebenaran sejati’ = martureso to aletheia), dan kesaksian mengenai Dia telah diberikan oleh Yohanes Pembaptis, perempuan Samaria, orang banyak yg telah melihat tanda-tanda yg dilakukanNya (Yoh 12:17), murid Yesus (Yoh 15:27), beberapa saksi dekat salib (Yoh 19:35), dan oleh penulis Injil Yoh sendiri (Yoh 21:24). Kesaksian juga diberikan oleh Kitab Suci (Yoh 5:39), Allah Bapak (Yoh 5:37), dan tanda-tanda yg dikerjakan Yesus (Yoh 10:25). Kesaksian-kesaksian demikian dimaksudkan untuk membawa orang kepada kepercayaan (Yoh 4:39; 5:34).

             (iii) Diri Yesus. Tanda-tanda dan saksi-saksi itu dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, yg memberikan hidup kepada manusia. Dan langsung pada awal Injil ini Dia juga dinyatakan adalah Firman (LOGOS) Allah (Yoh 1:1,14). Kendati istilah khusus ini selanjutnya alpa dalam Injil Yoh, terang bahwa ps-ps Yoh berikutnya merupakan uraian dan pensahihan ajaran yg mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia. Penggunaan kata ‘Firman’ luar biasa manfaatnya, sebab dengan itu Yohanes dapat berbicara kepada orang Yahudi yg sudah mulai tergerak memandang Firman Allah yg menciptakan (Mazm 33:6) dalam arti tertentu sebagai Diri sendiri dari Allah (bnd kiasan ttg Hikmat dlm Ams 8:22 dab). Juga dengan orang Kristen yg memberitakan Firman Allah dan yg menyamakannya dengan Yesus (bnd Kol 4:3 dgn Ef 6:19), dan untuk mendidik orang-orang kafir terpelajar yg memandang Firman sebagai asas ketertiban dan asas akal budi dalam alam semesta (ajaran Stoikisme umum). Tapi apa yg dikemukakan oleh Yohanes jauh melebihi apa pun yg sudah pernah dikatakan sebelumnya (FIRMAN).

             Kedua, Yesus adalah Mesias dari keturunan Daud yg dinanti-nantikan oleh orang Yahudi (Yoh 7:42). Justru soal yg paling mendasar dan pelik bagi orang Yahudi ialah apakah Yesus benar Mesias yg dijanjikan (Yoh 7:26; 10:24), dan pengakuan murid Yesus ialah Dia benar-benar adalah Mesias (Yoh 1:41; 4:29; 11:27; 20:31).

             Ketiga, Dia adalah Anak Manusia. Istilah inilah kunci pengertian mengenai diri Yesus dalam Injil-injil Sinoptik. Di situ istilah ini dihubungkan dengan tiga gagasan —‘ kodrat ke-Mesias-an-Nya masih tersembunyi’, Dia harus menderita sengsara, dan pada parousia Dia akan bertindak sebagai Hakim. Ketiga pengertian ini membentang dalam Injil Yoh (bnd Yoh 12:34; 3:14; 5:27), tapi dua gagasan yg paling ditekankan ialah bahwa Anak Manusia diutus dari sorga untuk menyatakan Allah sekaligus sebagai Juruselamat manusia (Yoh 3:13; 9:35); dan bahwa Dia (akan) dipermuliakan dan akan ‘ditinggikan dalam kematian-Nya’ (Yoh 12:23-24).

             Keempat, Yesus adalah Anak Allah (ho huios). Nampaknya inilah gelar Yesus yg paling utama dalam Injil Yoh. Karena inti amanat Injil Yoh ialah Allah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat (Yoh 3:16), maka tujuan Yohanes ialah menuntun pembaca memahami dan mengiakan klaim Yesus (Yoh 19:7) dan bersama murid-murid mengucapkan pengakuan iman (Yoh 1:34,49; 11:27) bahwa Dia-lah Anak Allah. Sebagai Anak, Ia menyatakan BapakNya (Yoh 1:18), dan dalam kegiatan-kegiatan BapakNya memberi hidup dan menghakimi Dia turut berperan (Yoh 5:19-29). Melalui iman kepada-Nya orang beroleh keselamatan (Yoh 3:36) dan kemerdekaan (Yoh 8:36).

             Kelima, mengakui Yesus adalah Anak Allah juga berarti mengakui Dia mempunyai sifat ke-Allah-an yg utuh. Jadi, Dia yg adalah Firman Allah dan Firman itu sendiri adalah Allah, maka Dia diakui juga oleh manusia di bumi sebagai Tuhan dan Allah (Yoh 20:28, merupakan puncak Injil ini; bnd Yoh 1:18  juga).

             (iv) Pekerjaan Yesus. Selanjutnya ada beberapa gelar yg mengungkapkan apa yg hendak Yesus lakukan bagi manusia dan apa yg Dia tawarkan bagi mereka. Hal ini diringkaskan dalam Yoh 14:6. Dalam ay itu Yesus menyatakan bahwa Dia-lah jalan, kebenaran dan hidup. Unsur terakhir, kehidupan, adalah kata favorit Injil Yoh untuk mengungkapkan keselamatan. Umat manusia sudah dalam keadaan mati (Yoh 5:24 dab) yg sudah pasti menuju penghukuman (Yoh 3:18,36). Dan yg Yesus tawarkan kepada manusia ialah kehidupan, yg diterangkan oleh Yohanes sebagai mengenal Allah dan Yesus Kristus (Yer 17:3). Jadi Yesus sendiri dapat disebut kehidupan (Yoh 1:4; 11:25; 14:6), pemberi air yg hidup (yg terus memberi hidup; simak Kej 26:19; Yer 2:13; 17:13 untuk memahami Yoh 4:14), dan pemberi roti kehidupan (Yoh 6:33 dab). Menerima Yesus melalui percaya kepada-Nya (Yoh 3:36; 6:29) berarti menerima roti kehidupan, dan memakan daging dan meminum darah Yesus’ (ungkapan ini dipandang oleh banyak ahli menunjuk kepada Perjamuan Kudus) berarti turut dalam hidup yg kekal (Yoh 6:54).

             Kebenaran yg sama juga dikemukakan dalam citra Yesus sebagai terang dunia (Yoh 8:12), yg khususnya diperjelas dalam ps 9. Sekarang manusia dinyatakan dalam keadaan buta (Yoh 9:39-41) atau gulita (Yoh 3:19; 12:46), dan Yesus adalah satu-satunya yg dapat menyembuhkan kebutaan dan memberikan terang kepada orang yg berjalan dalam kegelapan. Dia dilukiskan juga sebagai jalan kepada Allah ( Yoh 14:1-7). Citra ini teracu dalam Yoh 10:9, di mana Dia adalah pintu masuk ke kandang domba. Tapi di sini citra lain lebih menonjol — yakni Yesus adalah gembala yg baik, yg menyerahkan nyawa-Nya demi kawanan gembalaan-Nya dan mengumpulkan mereka kembali ke kandang domba-Nya. Tiga gagasan asasi terkandung dalam lukisan ini. Pertama, Yesus benar-benar menggenapi seutuhnya janji PL, perihal seorang gembala bagi umat Allah. (Baiklah diingat bahwa hidup dan terang adalah istilah Yahudi untuk hukum Taurat yg digenapi dlm diri Yesus.) Kedua, kematian Yesus tidaklah melulu akibat perbuatan musuh-musuh-Nya, tapi terlebih merupakan kematian demi menyelamatkan manusia (Yoh 10:11), dan yg dengan itu mereka ditarik kepada Allah (Yoh 12:32). Hanya melalui kematian yg sifatnya adalah pengorbanan dosa dapat diampuni (Yoh 1:29; Ibr 9:22) dan hidup dapat diberikan kepada dunia ini (Yoh 6:51b). Ketiga, gambaran kawanan domba merujuk ke gagasan tentang gereja.

             (v) Hidup baru. Jadi Yesus dilukiskan adalah Juruselamat dunia (Yoh 4:42). Di hadirat Yesus, orang berhadapan dengan saat yg menentukan, yakni menerima Dia dan pindah dari maut ke dalam hidup (Yoh 5:24), atau menolak Dia dan tetap dalam kegelapan sampai hari penghakiman (Yoh 12:46-48).

             Menerima Yesus seperti itu terjadi jika Bapak menarik seseorang kepada AnakNya (Yoh 6:44). Melalui pekerjaan Roh Allah, yg gerakan-Nya sama sekali di luar pengertian manusia, terjadi perubahan radikal yg disebut kelahiran baru (Yoh 3:1-21), dan dengan itu seseorang menjadi anak Allah (Yoh 1:12).

             Dari pihak manusia perubahan ini adalah buah iman, yg berpusat pada Anak Allah yg ditinggikan di kayu salib untuk menyelamatkan dunia ini (Yoh 3:14-18). Ada dua jenis iman yg berbeda — pertama, penerimaan dan pengakuan intelektual atas klaim Yesus (Yoh 7:40-42; 8:24), yg pada dirinya belumlah cukup, dan kedua, penyerahan diri seutuhnya dan tanpa syarat kepada-Nya (Yoh 3:16; 4:42; 9:35-38; 14:1).

             Iman demikian erat kaitannya dengan pengetahuan. Jadi kendati orang biasa tidak mempunyai pengetahuan riil tentang Allah (Yoh 1:10; 16:3), tapi melalui Yesus orang itu bisa mengenal Bapak (Yoh 8:19; 14:7). Isi pengetahuan ini tidak diungkapkan dalam Yoh. Kita tidak akan membahas wahyu-wahyu yg hanya kepada sedikit orang dan yg merupakan ciri dari agama-agama rahasia. Satu-satunya petunjuk bagi kita ialah, bahwa cara manusia mengenal Allah dan cara Allah mengenal manusia sejajar dengan cara Yesus mengenal Allah dan cara Allah mengenal Yesus (Yoh 10:14 dab).

             Tapi satu hal dapat dikatakan. Hubungan baru ini bercirikan kasih. Murid-murid turut mengecap hubungan kasih timbal balik dengan Allah seperti kasih antara Bapak dan Anak (Yoh 3:35; 14:31), dengan catatan bahwa kasih mereka lebih diarahkan kepada Anak daripada kepada Bapak (Yoh 14:23; 15:9; 17:26; 21:15-17; bnd Yoh 5:42; 1Yoh 4:20 dab).

             Ungkapan-ungkapan lain juga digunakan untuk menyatakan persekutuan murid-murid dengan Yesus. Dikatakan bahwa mereka tinggal di dalam Dia (Yoh 6:56; 15:4-10), dan Dia tinggal di dalam mereka (Yoh 6:56; bnd Yoh 14:17). Kata depan di dalam penting guna — di satu pihak — menjelaskan hubungan erat perihal Allah tinggal di dalam Yesus dan demikian sebaliknya, dan — pada pihak lain — Yesus tinggal di dalam murid-murid-Nya dan juga demikian sebaliknya (Yoh 14:20,23; 17:21,23,26).

             (vi) Umat Allah. Kendati kata ‘gereja’ tidak terdapat dalam Injil Yoh, tapi ide tentang gereja jelas ada. Menjadi murid Yesus berarti otomatis menjadi anggota dari kawanan domba yg gembalanya ialah Yesus. Dan Yesus menggunakan perumpamaan pokok anggur yg benar (Yoh 15:1-8). Yesus sendirilah batang pohon itu, dan dari Dia-lah daya hidup mengalir ke cabang-cabang dan memungkinkan cabang-cabang itu berbuah.

             Hidup murid-murid dicirikan oleh kasih mengikuti teladan Yesus, yg dengan rendah hati membasuh kaki murid-murid-Nya (Yoh 13:1-20,34 dab). Kasih seperti itu berlawanan dengan sikap dunia yg membenci dan menganiaya murid-murid (Yoh 15:18-16:4,32). Kendati demikian gereja tetap satu kesatuan seperti yg Yesus doakan dalam Yoh 17.

             Tapi gereja bukanlah persekutuan tertutup. Akan bertambah orang-orang yg mempercayai Kristus melalui pemberitaan murid-murid (Yoh 17:20). Pertambahan ini diteguhkan dalam ps 21, dimana gagasan diutus (Yoh 20:21) untuk memberitakan Injil dikembangkan. Ikan yg 153 ekor itu melambangkan tersebarnya Injil ke seluruh umat manusia, dan tugas gembala yg baik dipercayakan oleh Guru kepada murid.

             (vii) Eskatologi. Dengan demikian Yesus memandang ke depan ke hidup gereja kelak sesudah Ia dipermuliakan (Yoh 14:12). Mengantisipasi kedatangan-Nya yg kedua kali Ia menjanjikan ‘akan datang kembali kepadamu’ (Yoh 14:18) dalam diri Roh Kudus. Roh Kudus datang kepada individu murid-murid (Yoh 7:37-39) dan kepada gereja (Yoh 14:16 dab, 26; Yoh 15:26; 16:7-11,13-15), dan tugas-Nya ialah menggantikan kedudukan Yesus (sebagai ‘Penghibur yg lain’) dan memuliakan Dia.

             Jadi dapat dikatakan bahwa dalam Injil Yoh masa yg akan datang ‘direalisasikan’ pada masa kini; Yesus datang lagi kepada murid-murid-Nya melalui Roh Kudus, mereka sudah beroleh hidup yg kekal, dan perihal penghakiman sudah mulai. Tapi adalah salah menyimpulkan bahwa dalam Injil Yoh aktivitas Allah pada masa yg akan datang digantikan oleh aktivitas-Nya masa kini. Yoh sama dengan Kitab-kitab PB lainnya, mengajarkan kedatangan Yesus yg akan datang (Yoh 14:3; 21:23) dan penghakiman atas seluruh umat manusia kelak (Yoh 5:25-29).

          IV. Masalah naskah dan sumber kritikan

          Ada dua bagian dalam Injil Yoh yg alpa dalam naskah asli. Kedua bagian itu juga terdapat dalam TBI, yakni pertama, cerita tentang perempuan yg berzina (Pericope de Adulteria — Yoh 7:53-8:11). Peristiwa itu benar-benar terjadi demikian dan dicatat di luar Kitab-kitab Injil Kanon, yg kemudian masuk dalam beberapa naskah Injil Yoh. Kedua, goncangan air (Yoh 5:3b-4), yg alpa dalam naskah-naskah terbaik.

          E. C Hoskyns berpendapat bahwa bagian itu tak terpisahkan dari Injil Yoh asli. Tapi golongan terbesar ahli berpendapat bahwa bagian itu, kalau bukan tambahan di kemudian hari oleh penulis sendiri, adalah (yg lebih tidak mungkin) ditambahkan oleh penulis lain. Masalah utama ialah Yoh 20:31 yg nampaknya seperti kesimpulan kitab; juga beberapa ahli menjumpai perbedaan gaya bahasa ps 21 dan ps 1-20, tapi menurut C. K Barrett hal itu tidaklah menentukan.

          Ahli-ahli lain (di antaranya R Bultmann) yakin bahwa susunan Injil Yoh seperti yg sekarang bukanlah asli dari penulisnya, tapi sudah banyak berubah, mungkin karena lembaran-lembaran papirus yg terlepas satu sama lain disusun ulang dengan urutan yg salah. Namun, tidak ada bukti naskah yg obyektif untuk itu, kendati kasus itu pernah terjadi atas sastra kuno. Perubahan-perubahan tempat yg terdapat dalam ps 18 pada naskah tertentu adalah masalah kecil, dan Tatian (lk 170), yg membuat beberapa perubahan urutan sewaktu menggabungkan bahan-bahan Injil itu menjadi hanya satu cerita, tidak menopang susunan ulang modern. Kebanyakan penafsir menganggap tidak perlu mengubah urutan ps-ps Injil Yoh.

          Ada usaha — yg paling luas cakupannya oleh R Bultmann — untuk menjajaki penggunaan sumber data tertulis dan penyuntingan ulang Injil Yoh. Tapi ketepatan dan kualitas basil usaha itu sangat diragukan, dan kesimpulan Bultmann ditolak oleh ahli-ahli lain.

          V. Latar belakang pemikiran

          Injil Yoh pernah dianggap sama dengan buku Helenistik, yaitu buku yg dalam hal pemikiran paling sejajar dan dekat dengan aliran Yudaisme yg sudah di-Helenis-kan, dengan agama-agama rahasia dan bahkan dengan filsafat Yunani. Sekarang ditemukan lagi bahwa pemikiran Yahudi benar-benar melatarbelakangi Injil ini.

          Banyak ditemukan bukti yg menyatakan bahwa pemikiran Aram melatarbelakangi Injil Sinoptik dan Injil Yoh (M Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Kis 3). Ungkapan-ungkapan Aram muncul dalam Yoh — memang, bh Aram adalah bahasa ibu bagi Yesus. Pemikiran dalam Injil Yoh sering diungkapkan dengan parataksis dan pararelisme yg luas dikenal sebagai ciri khas dari karya tulis bh Sem. Parataksis ialah suatu kalimat yg mempunyai beberapa anak kalimat yg tidak jelas hubungan anak kalimat itu satu sama lain. Dan pararelisme ialah suatu bentuk ungkapan dalam bh Sem, terdiri dari dua kalimat dan isi kedua kalimat itu (hampir) sama, hanya kata-katanya berbeda sedikit. Semua tanda itu menunjukkan bahwa bahasa yg melatarbelakangi Injil Yoh ialah bh Aram, namun teori yg mengatakan bahwa bahasa asli Injil Yoh asli adalah bh Aram tidaklah meyakinkan.

          Hal ini tentu berarti bahwa pemikiran Injil Yoh bersifat Yahudi, dan memang demikianlah faktanya. Kendati hanya sedikit kutipan dari PL, tapi kebanyakan pengertian pokok dalam Injil Yoh diambil dari PL (ump firman, hidup/kehidupan, terang, gembala, Roh, roti/makanan, pohon anggur, kasih, saksi/kesaksian) dan Yesus dilukiskan menggenapi nubuat PL.

          Kesejajaran dengan ungkapan-ungkapan pemikiran kontemporer Yahudi, terutama dengan Yudaisme ortodoks dari para rabi juga dapat ditemukan. Dan adalah wajar apabila Yesus dan pengikut-Nya kadang-kadang setuju dengan para ahli PL dan dipengaruhi oleh mereka, baik dalam arti positif maupun negatif (bnd Kis 5:39; 7:42). Karena Yudaisme di Palestina sudah dipengaruhi oleh Helenisme selama kr dua abad, maka tak ada gunanya meneliti lebih jauh lagi pengaruh Helenisme atas Yoh. Mengenai kadar kesamaan pemikiran yg terdapat dalam Yoh dan Filo orang Aleksandria, penilaian para ahli berbeda-beda.

          Naskah-naskah sekte Yahudi yg ditemukan di Qumran juga punya andil dalam menuntaskan Injil Yoh, kendati pentingnya peranan naskah-naskah itu untuk mengerti PB dilebih-lebihkan. Biasanya perhatian diarahkan kepada dualisme terang dan gelap dan kepada pengharapan akan datangnya Mesias yg terdapat dalam naskah-naskah itu, tapi akar dari pemikiran ini adalah PL. Jadi masih diragukan apakah ada pengaruh langsung naskah-naskah Qumran atas Yoh. (Lih F. M Braun, ‘L’Arriere-Fond Judaique du Quatrieme Evangile et Ia Communaute de l’Alliance’, RB 62, 1955, hlm 5-44; J. H Charlesworth (red.), John and Qumran, 1972.)

          Kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh lain atas pemikiran Yoh telah dibicarakan secara rinci oleh C. H Dodd. Dengan tepat ia menolak Mandaisme, yaitu ajaran campuran kafir Kristen, yg media tulisnya paling perdana bertarikh jauh kemudian sesudah Injil Yoh. Tapi Dodd mencurahkan perhatian kepada agama rahasia Helenisme, terutama seperti digambarkan dalam Corpus Hermeticum (*HERMES, SASTRA), yaitu satu seri traktat, barangkali menyebar dari Mesir pada abad 3 dalam bentuknya seperti yg dimiliki sekarang. Walaupun ada kesejajaran pemikiran yg menunjukkan bahwa Injil Yoh akan dimengerti oleh non-Yahudi dan bukan hanya oleh orang Yahudi, tapi bahwa ada keterkaitan pemikiran yg sangat erat tidaklah meyakinkan (bnd G. D Kilpatrick dlm Studies in the Fourth Gospels disusun oleh F. L Cross, 1957).

          Pada abad 2 perkembangan gnostisisme Kristen sudah mantap, maka tidaklah salah menduga sudah ada semacam ‘pra-gnostisisme’ pada abad 1, seperti nampak pada polemik dalam Surat Kol dan I Yoh. Teori yg mengatakan bahwa Yohanes terpengaruh oleh ajaran bidat gnostik, yg justru ditentangnya (bnd II, di atas), dikemukakan oleh E. F Scott (The Fourth Gospel2, 1908, hlm 86-103); dan kemudian daripada itu R Bultmann dan E Kasemann mempermasalahkan bahwa Injil Yoh memperkenalkan Yesus dalam istilah-istilah dongeng gnostik. Pandangan C. H Dodd bahwa ajaran kristiani Injil Yoh sama sekali berbeda dari gnostisisme kendati latar belakangnya sama (lih bukunya hlm 114), adalah sangat tepat dengan kenyataan.

          Dalam dunia Kristen kuno tulisan-tulisan Yohanes menduduki tempat yg khas sekali sebagai untaian pemikiran yg mandiri berkembang. Kendati demikian ajarannya sama dengan ajaran umum Kristen, dan perbedaannya, dari Paulus umpamanya, hanyalah merupakan perbedaan bentuk, bukan perbedaan isi (bnd A. M Hunter, The Unity of the New Testament, 1943).

          VI. Kesaksian di luar Alkitab

          Keberadaan Injil Yoh di Mesir sebelum thn 150 M dicatat oleh Papirus Rylands 457, yaitu serpihan naskah PB paling dini yg kita kenal.

          Pemakaian Injil Yoh sebagai Injil yg berdaulat bersama ketiga Injil lainnya disahihkan oleh Papirus Egerton 2, yg juga bertarikh sebelum thn 150 (C. H Dodd, New Testament Studies, 1953, hlm 12-52). Injil Yoh juga dipakai oleh Tatian dalam karyanya Diatessaron, dan Ireneus (kr 180) sudah membicarakan Kanon keempat Injil. Injil Yoh pasti dikenal dan dipakai juga di kalangan gnostik bidat, ump oleh Ptolemeus, murid Valentinus, oleh The Gospel of Peter (kr 150), dan (nampaknya adalah pasti) oleh penulis Gospel of Truth, Valentinus. Apakah Injil Yoh telah dikenal oleh para penulis lain pada zaman ini, sukar dinalar. Ada nampak gaya bahasa Yoh dalam tulisan Ignatius (kr 125) dan Yustinus (kr 150-160), tapi masih dipersoalkan apakah tanda-tanda itu mengacu pada ketergantungan susastra atau tidak.

          Tradisi perihal siapa penulis Injil Yoh dikemukakan oleh Ireneus. Dia menyatakan bahwa Yohanes, yaitu Yohanes murid Tuhan Yesus adalah yg menerbitkan Injil itu di Efesus. Tradisi ini diperdengarkan lagi oleh Klemen orang Aleksandria (kr 200) dan dalam prakata anti-Marsion untuk Injil Yoh. Tapi pendapat yg mengatakan bahwa tarikh anti-Marsion adalah abad 2, diragukan. Kanon Muratori (kr 180-200) memuat suatu cerita yg menceritakan bahwa rasul Yohanes-lah penulis Injil Yoh, dan hal itu diterima oleh Ptolemeus. Tapi Papias, yg sangat mendalami tradisi tentang para rasul, bungkam mengenai soal ini. Dan Polikarpus, yg merupakan pembantu Yohanes menurut Ireneus, mengutip Surat-surat Yoh, tapi Injil Yoh tidak. Begitu juga Acts of John yg apokratif itu tidak mengatakan apa-apa tentang Injil Yoh. Pada permulaan abad 3 ada suatu penolakan terhadap kepenulisan rasul Yoh, mungkin penolakan itu timbul karena pengikut gnostik menggunakannya.

          VII. Penulis Injil Yohones

          Pada akhir abad 19 pendapat yg mengatakan bahwa rasul Yohanes-lah penulis Injil keempat, diterima oleh kebanyakan ahli berdasarkan bukti-bukti di luar Injil itu seperti dipaparkan di atas, dan bukti-bukti di dalam Injil itu sendiri. Bukti-bukti internal itu mendapat rumusannya dari 131 Westcott dan J. B Lightfoot (Biblical Essays, 1893, hlm 1-198), yg menyatakan bahwa Injil Yoh ditulis oleh seorang Yahudi, yakni Yahudi Palestina, yg adalah saksi mata yg menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa yg dicatatnya, seorang rasul, seorang pribadi yakni pribadi rasul Yohanes, yg disebut ‘murid yg dikasihi’.

          Beberapa dalil sanggahan dikemukakan untuk membantah urutan pemikiran di atas. Pertama, teori yg mengatakan bahwa Yohanes mati martir pada usia muda, tapi teori ini dengan tepat ditolak oleh kebanyakan ahli.

          Kedua, dikemukakan bahwa Injil Yoh berdasarkan nalar geografis dan sejarah adalah kurang teliti, dan kelemahan ini dianggap tidak mungkin terjadi atas tulisan dari seorang penulis saksi mata. Tapi hasil penelitian arkeologi yg terakhir justru membenarkan ketepatan dan ketelitian Injil Yoh dalam hal geografis (bnd R. D Potter, ‘Topography and Archaeology in the Fourth Gospel’, TU 73, 1959, hlm 329-337). Mengenai nalar sejarah, lih di bawah.

          Ketiga, dikemukakan bahwa rasul Yohanes tidak mungkin sanggup menulis Injil seperti itu. ‘Ia tidak terpelajar’ — pandangan yg didasarkan melulu pada tafsiran yg masih dipertanyakan mengenai  Kis 4:13, dan terlalu meremehkan analogi seperti tokoh Bunyan, tukang patri Inggris yg menulis karya masyhur ‘Perjalanan Seorang Musafir’. ‘Sebagai rasul tak mungkin Yohanes menulis Injil yg begitu berbeda dari ketiga Injil lainnya’ — pandangan yg mengabaikan tujuan khusus Yohanes, dan yg tidak mengindahkan kenyataan bahwa tak ada Injil lain yg langsung ditulis oleh seorang rasul untuk diperbandingkan. ‘Sebagai Yahudi tak mungkin Yohanes menguasai pemikiran Helenisme yg terlihat dalam Injil itu’; tapi perhatikanlah V di atas. Tidak seorang pun dengan congkak akan menyebut dirinya ‘murid yg dikasihi’; ini tidak lebih dari pemikiran subyektif (orang yg merasakannya keterlaluan dapat mempertanggungkan pemakaian gelar ini kepada penulis naskah Yoh).

          Keempat, sanggahan yg paling kuat ialah lambatnya gereja mengakui Injil Yoh. Apakah Ireneus dapat dipercaya masih dipertanyakan (sekalipun tidak ada dasarnya), dan ternyata orang-orang yg dapat dianggap telah mengenal Injil Yoh dan yg sepatutnya mengutip daripadanya, ternyata tidak melakukannya.

          Untuk menangkis sanggahan ini perlu dikemukakan kelemahan umum dari pandangan ‘yg tidak dipaparkan’ (argumentum silentio) (bnd W. F Howard, The Fourth Gospel in Recent Criticism and Interpretation, 1955, hlm 273). Dan adalah fakta bahwa ketiga Injil lainnya juga sama-sama jarang dikutip atau digunakan, sebelum keempat Injil itu diakui dan diterima secara bersama-sama. Lagipula kita sama sekali tidak tahu keadaan ‘penerbitan’ tulisan Yohanes, kecuali catatan ringkas dalam Kis 21:24.

          Setiap teori yg menyangkal adanya hubungan rasul Yohanes dengan Injil Yoh patut diabaikan. Dan timbullah tiga kemungkinan. Pertama, mungkin Yohanes sendirilah yg melisankan Injil itu dan dituliskan oleh seorang penulis pribadi. Kedua, salah seorang murid Yohanes mungkin menggunakan catatan-catatan Yohanes atau bahan-bahan Yohanes sebagai dasar bagi penulisan Injil itu. Ketiga, mirip dengan kedua, ialah adanya ‘aliran’ Yohanes, yg barangkali harus dihubungkan dengan Palestina Selatan, di mana teologi khas Yohanes dikembangkan dan anggota-anggotanyalah yg menghasilkan sastra Yohanes. Tapi memang sukar mengemukakan bukti yg menentukan untuk menyetujui atau melawan teori itu. (Bisa dibandingkan dgn hipotesa K Stendahl mengenai aliran Matius, yg buktinya masih tetap di awang-awang.)

          Sukar untuk memutuskan yg mana dari kedua kemungkinan pertama menjadi pilihan. Tapi tradisi yg mengatakan bahwa Yohanes mendiktekan Injil itu diterima kalangan luas (bnd R. V. G Tasker, TNTC, 1960, hlm 17-20) dan mengandung tanda-tanda kesungguhan. Masih ada alasan-alasan kuat lainnya untuk tetap meyakini peranan langsung rasul Yohanes dalam penulisan Injil Yoh, sehingga ia tepat dipandang benar adalah penulisnya yg sesungguhnya.

          VIII. Asal dan tarikh

          Tradisi kuno menghubungkan rasul Yohanes dengan Asia Kecil, khususnya Efesus. Hubungan dengan Asia Kecil sangat cocok dengan 1-3 Yoh dan demikian pula dengan Why; apakah penulis Why adalah Yohanes atau pembantunya, lebih merujuk pada hubungan dengan Asia Kecil.

          Tapi tuntutan tempat-tempat lain pun perlu disimak. Kelihatannya Yohanes kurang dikenal di Asia, dan hal ini memberi peluang pada kemungkinan Aleksandria: di sini Yohanes pasti sudah sejak lama dikenal oleh penganut aliran gnostik (bnd juga naskah-naskah papirus), suasana pemikiran (Yudaisme Helenis) dapat dipandang cocok, dan jauhnya Aleksandria bisa menerangkan lambannya Injil itu tersebar. Tapi tak ada tradisi yg menghubungkan Yohanes dengan Aleksandria. Kemungkinan Antiokhia juga sudah dikemukakan, sayang kurang meyakinkan. Kemudian ada kecenderungan menghubungkan Yohanes dengan Palestina Selatan mengingat latar belakang pemikirannya, tapi hal ini hanyalah menguatkan pendapat bahwa penulis pernah tinggal di Palestina.

          Tarikh Injil Yoh biasanya ditentukan pada kr thn 90. Pandangan ini berdasarkan anggapan bahwa Injil Yoh bergantung pada Injil Sinoptik (tapi lih IX, di bawah) dan pada teologinya yg dikatakan bersifat sesudah zaman Paulus. Walaupun tidak perlu dianggap Yohanes bergantung pada Paulus, tapi sukar disingkirkan kesan bahwa tulisan ini termasuk tulisan yg lahir kemudian. Jika tulisan ini dikaitkan dengan Efesus, maka tarikh Yoh harus sesudah kegiatan Paulus di sana; hat ini diteguhkan oleh tarikh 1-3 Yoh, yg hampir tak mungkin lebih dini dari thn 60. Jika Injil Yoh dikaitkan dengan suatu lokasi lain sebagai tempat penulisan, ump Palestina, tarikh yg lebih dulu masih mungkin, tapi juga tidak benar. Inti pemikiran yg berdasarkan ‘latar belakang Palestina’, ialah bahwa tarikh Yoh tidak perlu ditempatkan terlalu kemudian supaya dapat menerangkan perkembangan pikiran yg dikandungnya (bnd J. A. T Robinson, ‘The New Look on the Fourth Gospel’, dlm Studio Evangelica, hlm 338-350).

          IX. Hubungannya dengan Injil-injil Sinoptik

             a. Apakah Yohanes mengetahui tradisi Sinoptik?

             Pendapat yg pernah diterima ialah bahwa Yohanes mengetahui Injil-injil Sinoptik, paling sedikit Injil Mrk dan Luk, dan bahwa ia menulis untuk memperbaiki, melengkapi atau mengganti Injil-injil itu. Kecaman tajam terhadap pandangan ini datang dari P Gardner-Smith (St John and the Synoptic Gospels, 1938), B Noack (Zur Johanneischen Tradition, 1954) dan C. H Dodd (Historical Tradition in the Fourth Gospel, 1963). Mereka mempertahankan bahwa Yohanes mengandalkan tradisi lisan yg menjadi latar belakang Sinoptik, dan dia menulis tanpa bergantung pada para penulis Injil Sinoptik itu. Hubungan yg paling erat adalah antara Yohanes dengan Lukas, terutama mengenai sengsara Yesus. Tapi masih diragukan kalau-kalau ini membuktikan ketergantungan sastra. Lukas mungkin sudah mengetahui tradisi yg dicatat dalam Yohanes, atau bahkan berkenalan secara pribadi dengan penulisnya (bnd G. W Broomfield, John, Peter and the Fourth Gospel, 1934).

             Bukti-bukti di luar Yoh juga harus diperhitungkan. Keterangan Papias mengenai Mrk dan tulisan Logia datang dari (Yohanes) ‘sang penatua’, yg mungkin ada hubungannya dalam penulisan Injil Yoh. Klemen orang Aleksandria menulis: ‘Sebagai penulis yg terakhir, Yohanes, yg melihat bahwa realitas hidup Yesus sudah dijelaskan dalam Injil Sinoptik, menulis suatu Injil yg rohani, karena didesak oleh teman-temannya, dan diilhami oleh Roh Kudus’. Tentu dapat kita terima keterangan Yoh sebagai Injil yg rohani, tanpa kita mempercayai bahwa Yohanes menulis berdasarkan pengetahuannya akan Injil-injil yg lain itu. Tapi sukar kita percayai bahwa dia tidak mengetahui suatu apa pun tentang isi Injil-injil itu, kendati Injil-injil itu tidak ada di hadapannya waktu ia menulis. Maka, persoalannya sebaiknya dianggap tetap terbuka.

             b. Membandingkan cerita-cerita

             Di sini timbul dua masalah. Pertama, apakah cerita Sinoptik dan cerita Yoh dapat berdampingan satu sama lain, dan apakah dapat dipadukan menjadi satu cerita saja. Memang benar, kedua kelompok itu dapat dicocokkan dengan suatu cara yg agak meyakinkan, dan dengan demikian memancarkan sinar baru atas keduanya. (Mengenai usaha terkait lih E Stauffer, Jesus and His Story, 1960.) Hal ini bisa saja, karena keduanya menceritakan kegiatan Yesus pada waktu dan tempat yg berbeda-beda; pemikiran kuno yg menganggap bahwa Injil-injil Sinoptik tidak memberi tempat bagi pelayanan Tuhan Yesus di Yerusalem (kecuali cerita sengsara Yesus) tidak dipercayai lagi. Perlu diingat bahwa satu pun dari Injil itu tidak bersikap menuturkan cerita menurut penanggalan yg sebenarnya, sehingga tak mungkin disusun kembali urutan peristiwa secara rinci.

             Kedua, berkaitan dengan peristiwa yg kelihatannya mempertentangkan Kitab-kitab Injil, mencakup hal-hal dimana Yoh gamblang memperbaiki tuturan Injil-injil Sinoptik. Sekedar contoh ialah alasan untuk menangkap Yesus (khususnya, pertanyaan mengapa pembangkitan Lazarus alpa dlm cerita Sinoptik; mengenai jawabnya lih J. N Sanders, ‘Those whom Jesus Loved’, NTS 1, 1954-1955, hlm 34); tanggal penyucian Bait Suci; tanggal Perjamuan Paskah Terakhir dan tanggal penyaliban (lih N Geldenhuys, Commentary on the Gospel of Luke, 1950, hlm 649-670). Jangkauan kesukaran-kesukaran seperti itu dapat dilebih-lebihkan, tapi harus diakui beberapa memang merupakan soal riil yg jawabnya masih harus dicari. Namun demikian inti cerita-cerita Injil tidak dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan ini.

             c. Percakapan percakapan dalam Injil Yohanes

             Ajaran Yesus yg disajikan dalam Yoh menonjol perbedaannya dalam hal isi dan gaya bahasa dari yg disajikan dalam Injil-injil Sinoptik. Beberapa topik terkenal seperti Kerajaan Allah, setan-setan, pertobatan dan doa alpa dalam Yoh, tapi dalamnya muncul topik-topik baru seperti kebenaran, hidup, dunia ini, ‘tinggal dalam Aku’ dan saksi atau kesaksian. Kendati demikian terdapat hubungan yg erat antara kedua bentuk penyajian itu dan tema-tema umum muncul, ump Allah Bapak, Anak Manusia, iman, kasih dan pengutusan. Gaya bahasa dan kosakata juga berbeda. Tak ada perumpamaan dalam Yoh, dan Yesus sering berbicara dalam penuturan atau dialog yg panjang lebar yg bandingannya tidak ada dalam Injil-injil Sinoptik.

             Karena itu beberapa ahli menganggap bahwa yg disajikan oleh Yohanes dalam Injilnya adalah lebih merupakan pemikiran atau renungan Yohanes sendiri tentang ucapan-ucapan Yesus, ketimbang kata-kata Yesus sendiri sebagaimana yg setepatnya (ipsissima verba). Kesimpulan ini kuat ditopang oleh kenyataan gaya bahasa dan isi yg sangat mirip dengan itu dalam 1 Yoh. Kendati demikian pendapat itu perlu diuji. Pertama, dalam Injil Yoh terdapat banyak ungkapan yg bentuk dan isinya sama dengan ungkapan Injil Sinoptik (bnd B Noack, hlm 89-109; C. H Dodd, hlm 335349) dan sama-sama berhak untuk diakui otentik. Kedua, pada pihak lain — setidak-tidaknya — ungkapan ‘benang merah yg membentang’ dalam Injil Yoh juga membentang dalam Injil-injil Sinoptik (Mat 11:25-27), merupakan tampikan telak terhadap anggapan bahwa bahasa yg digunakan Yesus dalam Injil Sinoptik tidak sama dengan bahasa yg digunakan Yesus dalam Injil Yoh. Ketiga, pola-pola ucapan Aram yg sama dan kesesuaiannya dengan cara-cara percakapan Yahudi yg terdapat dalam Yoh juga ada dalam Injil-injil Sinoptik.

             Jadi dapat dikatakan dengan penuh keyakinan, bahwa ucapan-ucapan yg disajikan dalam Yoh adalah berdasarkan ucapan-ucapan Yesus sesuai dengan yg sebenarnya. Ucapan-ucapan itu, memang, tertuang dalam tuturan Yohanes yg jelas teramat sukar untuk dapat dipisahkan. (Bnd perihal #/TB Gal 2:14 dab; dimanakah akhir ucapan Paulus kepada Petrus dan renungannya mengenai itu?) Semua sependapat bahwa Yoh 3:16-21 lebih terasa sebagai tuturan Yohanes daripada tuturan Yesus, namun dalam hal itu Yohanes hanyalah penutur.

          X. Sejarah dan tafsiran dalam Yohanes

          Tujuan Yohanes (lih II, di atas) menuntut, supaya paling sedikit dalam ringkasan umum, isi Injil Yoh dipandang sebagai sejarah. Injil itu akan gagal total mencapai tujuannya jika yg disajikan oleh Yohanes kepada kita adalah dongeng, yg maksudnya didongengkan adalah untuk membuktikan kebenaran pemberitaan gereja, bahwa Yesus adalah Mesias yg dijanjikan, bukan bahwa Yesus yg adalah Mesias benar-benar adalah realitas sejarah yg melatarbelakangi dan mensahihkannya (lih C. F. D Moule, The Phenomenon of the New Testament, 1967, hlm 100-114).

          Telah disinggung bahwa banyak dari kesukaran yg umumnya diajukan untuk menentang sahihnya kesejarahan Injil Yoh, sama sekali tidak berbobot. Dan memang adalah fakta makin kuatnya dan luasnya kecenderungan untuk mengakui, bahwa dalam Injil Yoh ada banyak data otentik sejarah yg penting tentang Yesus, juga tentang hidup Yesus di bumi ini yg tak mungkin memadai bila digali hanya dari Injil Sinoptik saja (bnd T. W Manson, ‘The Life of Jesus: A Survey of the Available Material (5)’, BJRL 30, 1947, hlm 312-329; AN Hunter, According to John, 1968).

          Pada pihak lain, kesan menyeluruh sesudah membaca Yoh dan Injil-injil Sinoptik, ialah dalam Injil Yoh kepada kita disajikan ulasan tentang Yesus ketimbang cerita harfiah yg ketat mengenai hidup-Nya. Ajaran yg diberikan-Nya lain, juga lukisan mengenai diriNya, khususnya yg berkaitan dengan kesadaran diriNya sebagai Mesias dan Anak Allah. Tapi tidaklah etis dan tidaklah bijaksana menekankan perbedaan-perbedaan itu secara berlebihan. Kemanusiaan Yesus adalah sama dalam Yoh dan dalam semua Injil lainnya, bahkan ‘kerahasiaan Mesias’ yg terdapat dalam Injil-injil Sinoptik tidaklah seutuhnya alpa dalam Yoh. F. F Bruce berkata, tidak ada perbedaan mendasar pada tokoh Yesus dalam Injil Sinoptik dengan tokoh Yesus dalam Injil Yoh (The New Testament Documents’, 1960, hlm 60 dab).

          Maksud uraian di atas ialah, bahwa Injil Yoh sama sekali tidak bertentangan dengan Injil Sinoptik, tapi menafsirkan diri Tokoh Yesus yg dilukiskan di dalam Injil Sinoptik itu. Apabila Injil-injil Sinoptik menyajikan foto atau gambar sosok pribadi Yesus, maka Yoh menyajikan lukisan citra kepribadian Yesus (W Temple, Readings in St John’s Gospel, hlm 16). Karena itu, dalam terang uraian di atas, Injil Yoh dapat digunakan sebagai sumber data tentang hidup Yesus dan penafsiran Yohanes perihal hidup Yesus, kendati adalah mustahil memisahkan kedua unsur itu. Hidup Yesus di bumi ini tak dapat seutuhnya dipahami, jika terlepas dari penyataan-Nya sendiri kepada gereja-Nya sebagai Tuhan yg sudah bangkit dari antara orang mati. Dengan ilham Roh Kudus (bnd Yoh 14:26; 16:14) Yohanes mengungkapkan makna dari hidup Yesus di bumi ini. Ia menafsirkan cerita tentang Yesus, dan dengan melakukan itu ia memberikan kepada kita — seperti ucapan A. M Hunter —‘ makna yg sebenarnya dari yg terjadi di bumi ini’ (Introducing New Testament Theology, 1957, hlm 129).

       KEPUSTAKAAN.

  • ·         Tafsiran BY Westcott, 1882 (mengenai naskah Yunani juga, 1908);
  • ·         E. C Hoskyns dan F. N Davey2, 1947; R. H Lightfoot, 1956; R. V. G Tasker (TNTC), 1960; W Temple, 1945; G. A Turner dan G. R Mantey, 1964; J Marsh (Seri Pelican), 1968;
  • ·         J. N Sanders dan BA Mastin, BNTC, 1968; R. E Brown, AB, 1971; L Morris, NIC/NLC, 1971;
  • ·         B Lindars, NCB, 1972. Tafsiran naskah Yunani: J. H Bernard, ICC, 1928; C. K Barrett, 1955; R Schnackenburg, 1965, dst; R Bultmann, 1971;
  • ·         W. F Howard, The Fourth Gospel in Recent Criticism and Interpretation4, 1955; C. H Dodd, The Interpretation of the Fourth Gospel, 1963;
  • ·         E Malatesta, St John’s Gospel 1920-1965,1967;
  • ·         M Hunter, According to John, 1968;
  • ·         E Kasemann, The Testament of Jesus, 1968;
  • ·         R. T Fortna, The Gospel of Signs, 1970;
  • ·         K Barrett, The Gospel of John and Judaism, 1975; J Painter, John: Witness and Theologian, 1975; S. S Smalley, John: Evangelist and Interpreter, 1978.


No comments:

Post a Comment

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22)

Hidup sebagai anak terang (Efesus 5:1-22) Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus ya...