Wednesday, August 29, 2018

DUALISME


DUALISME

       Beberapa inti pokok ajaran Alkitab dapat dipahami lebih baik, jika diperhatikan latar belakang pemikiran dualisme. Kata ‘dualisme’ sudah mengalami pemakaian aneka ragam dalam sejarah teologi dan filsafat, tapi pengertian dasarnya ialah: membeda-bedakan dua dasar yg tidak tergantung yg satu pada yg lain, dan dalam beberapa hal bertentangan yg satu dengan yg lain. Maka dalam teologi Allah ditempatkan berhadapan dengan suatu dasar rohani yg jahat atau dengan dunia kebendaan; dalam filsafat roh berhadapan dengan materi, dalam ‘ilmu jiwa’ jiwa atau akal berhadapan dengan tubuh.

          I. Allah dan kuasa-kuasa jahat

          Istilah ‘dualisme’ pertama kali dipakai dalam sebuah buku tentang agama Persia kuno, terbit pada thn 1700. Apakah agama Persia sebagai keseluruhan harus dianggap berciri dualisme, biarlah itu menjadi pokok pembicaraan di antara para ahli. Tapi sudah jelas bahwa pada beberapa masa, dalam Mazdaisme (agama Persia) terdapat kepercayaan kepada suatu makhluk, yg dasar wataknya bersifat jahat dan merupakan penyebab dari segala kejahatan, yg tidak mempertanggungkan asal mulanya kepada Pencipta Yg Baik, tapi ada tanpa tergantung sama sekali dari Pencipta Yg Baik itu. Makhluk jahat ini menciptakan makhluk-makhluk yg berhadapan atau bermusuhan dengan yg diciptakan oleh Roh Yg Baik itu.

          Bangsa Israel tentu bersentuhan dengan pandangan ini melalui pengaruh-pengaruh Persia yg masuk kepada mereka. Tapi kepercayaan kepada adanya Yg Jahat sejak kekekalan dengan kuasanya untuk menciptakan, biarpun dirombak sedikit dengan kepercayaan kepada kemenangan akhir dari Yg Baik, tidaklah dapat diterima oleh penulis-penulis Alkitab. Setan dan semua kuasa jahat berada di bawah Allah dan tunduk kepada-Nya, tidak hanya pada saat kemenangan-Nya yg terakhir, tapi dalam segala kegiatan mereka sekarang ini juga; merekalah makhluk ciptaan-Nya yg jatuh ke dalam dosa (bnd terutama Ayub 1;  2; Kol 1:16-17).

          II. Allah dan dunia

          Banyak ajaran tentang terjadinya kosmos atau alam semesta pada zaman kuno, menggambarkan Allah atau allah-allah sebagai yg mengatur ketertiban dan memberi bentuk kepada zat benda yg belum berbentuk tapi yg sudah ada sebelumnya. Betapapun liatnya zat benda itu dalam tangan ilahi (seperti tanah liat dlm tangan tukang tempa periuk), tapi zat benda yg tidak diciptakan Allah sendiri mau tidak mau membatasi kegiatan allah (Allah), dan menyamakannya dengan kegiatan karya cipta manusia, yg selalu harus memakai bahan yg sudah ada.

          Dalam konsep penciptaan berdasarkan Alkitab, Allah dan dunia jelas sekali dibedakan, sehingga pikiran yg mengatakan bahwa dunia bersifat ilahi sudah disingkirkan sejauh-jauhnya, lalu dunia ini dipandang sebagai tidak hanya bentuknya saja tapi juga keberadaannya yg diberikan Allah kepadanya (Ibr 11:3; bnd 2 Makabe 7:28).

          III. Roh dan zat benda

          Bila dualisme diungkapkan terlebih-lebih secara filosofi, dibuat oranglah pembedaan secara mutlak antara roh dengan zat benda, yg didampingi dengan kecenderungan yg kuat untuk memandang roh bersifat baik, dan zat benda bersifat jahat, atau paling tidak menjadi penghalang bagi roh.

          Pandangan yg merendahkan nilai zat benda ini dan memandangnya bertentangan dengan roh, sangat berlawanan dengan ajaran Kristen mengenai penciptaan dan dengan doktrin Alkitab tentang dosa. Keadaan dunia sebenarnya lebih baik dan lebih buruk dari yg digambarkan oleh dualisme. Di satu pihak zat benda tidaklah jahat pada dirinya; Sang Pencipta melihat segala yg dijadikan-Nya itu ‘sungguh amat baik’ (Kej 1:31). Di pihak lain konsekuensi-konsekuensi yg jahat dari pemberontakan terhadap Allah tidak hanya mempengaruhi dunia zat benda saja, tapi dunia rohani juga. Di udara atau di langit di atas ada penguasa-penguasa yg jahat yg bersifat roh (Ef 6:12), dan dosa-dosa yg paling mengerikan ialah dosa-dosa rohani.

          Begitu juga Alkitab tidak seluruhnya menerima pembedaan roh dan zat benda. Pandangan Ibrani tidak melihat bumi ini dalam pengertian suatu inti pati yg statis, tapi dalam pengertian-pengertian kegiatan pemeliharaan Allah yg terus-menerus, yg menggunakan zat benda, sama seperti Dia menggunakan kuasa-kuasa rohani yg murni. Maka pengertian ilmu alam modem tentang antar hubungan enersi dengan zat benda lebih menyerupai pandangan Alkitab, daripada menyerupai dualisme Platonis atau dualisme yg idealistis. ‘Allah itu Roh’ (Yoh 4:24); tapi ‘Firman itu telah menjadi manusia’ (Yoh 1:14; harfiah, ‘daging’).

          IV. Jiwa dan tubuh

          Suatu contoh khas bagaimana pikiran Ibrani menyingkirkan dualisme ialah ajaran Alkitab tentang manusia. Pikiran Yunani — dan sebagai akibatnya banyak orang berhikmat Yahudi dan Kristen yg mengikuti aliran peng-Helenisan — memandang tubuh manusia sebagai tempat kurungan untuk jiwa: soma sema, artinya’badan adalah kuburan untuk jiwa’. Tujuan orang berhikmat itu ialah supaya bebas atau terlepas dari segala sesuatu yg bertalian dengan tubuh, dan dengan demikian membebaskan jiwa itu. Tapi menurut Alkitab, manusia bukanlah suatu jiwa yg bertempat di dalam tubuh, tapi suatu kesatuan dari tubuh/jiwa. Hal ini begitu benar, sehingga pada waktu kebangkitan pun nanti, dan biarpun daging dan darah tak dapat mewarisi Kerajaan Allah ( 1Kor 15:35 dab; khusus ay . 1Kor 15:50), kita tetap masih akan memiliki tubuh.

Tuesday, August 28, 2018

Misi/Utusan injil


Misi/Utusan Injil


 UTUSAN

       (mal’akh, ‘pesuruh’; luts, ‘penerjemah’; tsir, pergi’). Orang-orang yg ditugasi ke bangsa-bangsa lain untuk tugas khusus, mis untuk mengucapkan selamat ( 1Raj 5:1; 2Sam 8:10), memohon sesuatu (Bil 20:14), membuat persekutuan ( Yos 9:4), atau sebagai protes terhadap suatu kesalahan (Hak 11:12).

       Biasanya utusan berkedudukan tinggi. Utusan menjadi lebih umum sesudah Israel mengembangkan hubungan dengan Siria, Babel, dan negeri-negeri lain. Mereka tidak mewakili pribadi rajanya, juga biasanya tidak diberi hak untuk berunding (tapi lih  2Raj 18:17-19:8). Namun mereka diperlakukan dengan hormat, dan pelanggaran dalam hal ini yg satu-satunya yg dicatat dalam Alkitab mengakibatkan pembalasan yg hebat ( 2Sam 10:2-5). Kata Yunani presbeuo, ‘untuk menjadi orang yg tua’ terdapat dalam PB ( 2Kor 5:20;  Ef 6:20*), berkenaan dengan wakil Kristus.
 
Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya. Sebagai orang yang sudah mengenal Yesus seharusnya mengikuti teladan-Nya dan meniru tingkah laku-Nya. Pada inkarnasi Kristus, Allah hadir sebagai manusia sedemikian rupa sehingga manusia dapat mengerti dan berhubungan dengan-Nya dan  sebagaimana yang dikatakan Petrus, “meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya,” (I Petrus 2:21). Semua orang yang percaya Yesus harus turut mengambil bagian dalam pelayanan untuk memberikan serta mengikuti teladan Para Rasul. Allah telah menciptakan manusia untuk dilahirkan dan tumbuh dewasa dengan didampingi oleh manusia lainnya dalam keluarga. Selama masa hidup Kristus di bumi, nyata terlihat teladan yang luar biasa dalam hal kerendahan hati-Nya waktu, Ia berinkarnasi menjadi manusia dan mengambil rupa seorang hamba. Diharapkan agar setiap orang percaya, baik jemaat maupun hamba-hamba Tuhan dapat mengikuti teladan Kristus dalam hal ketaatan dan kerendahan hati-Nya dan menyadari misi Tuhan bagi dunia ini.
Pengertian Penginjilan secara umum, penginjilan adalah memberitakan Kabar Baik tentang Kristus. Penginjilan bukan hanya sekedar metode teapi, penginjilan adalah kabar baik. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan dosa dari Allah. Penginjilan adalah berita yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa umat manusia, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci.[1]
Dengan demikian penginjilan merupakan tugas dan tanggung jawab semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

CELAKA
       TBI menerjemahkan kata seru Yunani ouai dengan ‘celaka’, berarti ‘wahai’. Bila Yesus berkata ‘Celakalah kamu’, Dia bukanlah menyatakan penghukuman terakhir, melainkan menyesalkan keadaan celaka di hadapan Allah dari mereka yg disapa-Nya. Keadaan celaka demikian meliputi kenyataan bahwa mereka hidup dalam sorga palsu, tanpa menyadari malapetaka yg menantikan mereka. Keadaan mereka, yg hatinya terpusat pada materi, dibutakan oleh kekayaan terhadap kebutuhan-kebutuhan rohani mereka. Keadaan mereka yg berpuas diri, mereka yg tidak mempunyai penyesalan diri dan tidak mempedulikan orang lain, dan keadaan mereka yg di mana-mana tersohor, itulah yg dinyatakan celaka oleh Yesus ( Luk 6:24-26). Halnya sama dengan keadaan celakanya orang-orang Farisi dan ahli Kitab (Luk, ‘ahli-ahli Taurat’), yg menurut Yesus terletak pada unsur kemunafikan mereka, ketiadaan keseimbangan hukum, kesukaan pamer dan kepuasan akan diri sendiri yg merusak citra agama mereka   ( Mat 23:13-33; Luk 11:42-52).
       Ketika Yesus menujukan ‘Celakalah engkau’ kepada kota-kota Khorazim dan Betsaida, Dia menambahkan nubuat tentang malapetaka yg menantikan mereka ( Mat 11:21), sebab mereka dalam keadaan celaka karena menolak Injil. Paulus mengatakan bahwa celakalah ia kalau tidak memberitakan Injil ( 1Kor 9:16). Si pelihat dalam Why menggunakan kata ouai sebagai kata seru dalam nyanyian ratapan atas Babel yg hancur ( Wahy 18:10-16), dan sebagai kata benda untuk melukiskan tiga ‘kecelakaan’, suatu istilah yg luas cakupan artinya, meliputi berbagai bala dan bencana yg akan mendahului penghakiman terakhir ( Wahy 9:12; 11:14).[2]
Kis 1: 8  Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
Ada dua hal penting dalam Kis 1:8:
Pertama, Menerima Kuasa Roh Kudus, Kedua, Menjadi Saksi, oleh sebab itu kita sebagai umat kepunyaanNya yang sudah menerima keselamatan kita harus mejaga, memelihara hidup dengan takut dan gentar serta membagikan kepada orang lain yang belum memiliki kepastian keselamatan. Memulai dari diri sendiri, Keluarga, masyarakat, dan bangsa.
1Kor 9:16  Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.
Memberitakan Injil,
  • Tidak memegahkan diri,
  • Tidak sombong dan mencari pujian orang lain
  • Tidak mencari keuntungan diri sendiri.
  • Tetapi Keharusan dan tanggung jawab memberitakan Injil
Kalau tidak Memberitakan Injil?
  • Celaka, mendapat bahaya,
  • Keadaan celaka demikian meliputi kenyataan bahwa mereka hidup dalam sorga palsu,
  • tanpa menyadari malapetaka yg menantikan mereka. Keadaan mereka, yg hatinya terpusat pada materi,
  • dibutakan oleh kekayaan terhadap kebutuhan-kebutuhan rohani mereka. Keadaan mereka yg berpuas diri,
  • Tidak sungguh-sungguh mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi yang berkuasa dan berdaulat atas hidupnya.
  • Mengabaikan Tugas /mandat/tanggung jawab (Kis 1:8).
Keselamatan ialah anugerah Allah yang diberikan kepada umat manusia supaya manusia mengalami keselamatan dan hidup didalam terang kasihNya., dan menjadi penyebar kasih Allah yang kekal kepada dunia. Sikap dalam memberitakan Injil:
Ƙ  Meningikan Nama Yesus , dalam segala kehidupan kita: Berdoa, Belajar Alkitab/Firman Allah, Bersaksi, Yoh 12: 32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, lewat sikap dan perbuatan: Galatia 5:22-26; 6:1-6
  1. 22  Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
  2. 23  kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
  3. 24  Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
  4. 25  Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
  5. 26  dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
  6. Pasal 6:1 ¶  Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
  7. 2  Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
  8. 3  Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.
  9. 4  Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
  10. 5  Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.
  11. 6  Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.
Ƙ  Salibnya/Injilnya diberitakan Mat 28:19-20/Mark 3:14/Mark 16:20 “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”
Ƙ  Pasti Dia menarik semua orang datang kepadaNya “Yoh 12: 32 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."

       KEPUSTAKAAN.
  • Buku “Yesaya Penlobang, Teladan Kehidupan Rasul Paulus dalam Penginjilan Bagi Umat Kristen, Penerbi: Andi Offset hlm 2-3
  • N Hillyer, NIDNTT 3, hlm 1051-1054.



[1] Buku “Yesaya Penlobang, Teladan Kehidupan Rasul Paulus dalam Penginjilan Bagi Umat Kristen, Penerbi: Andi Offset hlm 2-3
[2]N Hillyer, NIDNTT 3, hlm 1051-1054.

Thursday, August 23, 2018

KASIH SAYANG/BELAS KASIH



KASIH SAYANG/BELAS KASIH

       Kasih sayang atau belas kasih ialah sifat yg terdapat baik pada Allah maupun pada manusia. Dua istilah ini (kasih sayang dan belas kasih) menerjemahkan beberapa kata Ibrani dan Yunani yakni Ibrani khamal dan rakhamim, Yunani eleeo dan oikteiro. Dalam  Est 2:9 dan Ayub 6:14 aslinya ialah khesed (KASIH SETIA) dan dalam Est 2:15 aslinya khen (KASIH KARUNIA). Dalam  1Tes 2:8 aslinya himeromai, yg terdapat hanya dalam ay ini dalam PB. Pengertian kasih sayang ialah ‘belas kasih atasan kepada bawahan, yg sama sekali bawahan itu tidak layak menerimanya’ (Snaith); juga mencakup kasih yg menyala. ‘Allah yg berpribadi itu mempunyai hati’ (Barth). Pemikiran Allah terhadap manusia sehubungan dengan kesalahan manusia ialah kasih karunia: pemikiran-Nya terhadap manusia sehubungan dengan kesengsaraan manusia ialah kasih sayang.
Ƙ  Para nabi dan abdi Allah sadar akan keajaiban rahmat dan belas kasih Allah terhadap orang berdosa dan orang sengsara. Allah Bapak penuh belas kasih (Pengasih dan Penyayang) (2Kor 1:3; Kel 34:6; Neh 9:17; Mazm 86:15; 103:8-14; Yoel 2:13; Yun 4:2), dan kasih-Nya (eleos) yg besar (Ef 2:4) menyelamatkan kita (Tit 3:5).
Ƙ  Para nabi mengajarkan, setiap orang yg mengalami belas kasih Allah dalam hidupnya, wajib menunjukkan belas kasih itu kepada orang yg membutuhkannya, terutama ‘anak yatim, janda dan orang asing’, yg berkali-kali disebut bersama-sama ( Ul 10:18; 14:9; 16:11; 24:19; Yer 22:3), orang miskin dan orang malang (Mazm 146:9; Ayub 6:14; Ams 19:17;  Za 7:9;  Mi 6:8), dan terutama dalam Ul, kepada orang asing. Hati Yesus kerap kali tergugah oleh belas kasih, dan Ia menyuruh murid-Nya menunjukkan belas kasih kepada orang lain yg membutuhkan pertolongan mereka.                                                                                                                                                               Belas kasih mereka harus serupa dengan belas kasih-Nya, bukan hanya dalam hal tidak mau memandang orang, tapi dalam hal bertindak dengan pengorbanan diri (1Yoh 3:17). Orang yg murah hati akan beroleh kemurahan (Mat 5:7; bnd  Mat 18:21; Luk 6:36). ‘Murah hati’ di sini menerjemahkan kata yg di tempat lain diterjemahkan kasih sayang atau belas kasih.

KITAB-KITAB INJIL


KITAB-KITAB INJIL
       Bentuk jamak ‘Injil-injil’ (Yunani euangelia) tidak dapat dimengerti pada zaman para rasul, juga tidak pada dua generasi berikutnya. Dalam pemberitaan rasuli hanya ada satu euangelion yg benar; barangsiapa memberitakan yg lain dari itu, kata Paulus, terkutuklah ia (#/TB Gal 1:8* dab). Keempat tulisan yg secara tradisional menempati bagian paling depan PB, sebenarnya adalah 4 tulisan tentang satu Injil —‘ Injil Allah … mengenai AnakNya’ (#/TB Rom 1:1-3*). Kemudian pada pertengahan abad 2 M barulah bentuk jamak digunakan; demikianlah Yustinus Martir mengatakan bahwa ‘tulisan-tulisan yg disusun oleh rasul-rasul’ disebut ‘Injil-injil’ (First Apology 66). Para penulis terdahulu memakai bentuk tunggal, apakah ia menunjuk kepada satu Injil atau kepada satu kumpulan tulisan seperti itu (bnd Didache 8. 2; Ignatius, Philadelphians 8. 2). Judul-judul tradisional dari keempat tulisan itu menunjukkan, bahwa di dalamnya kita memiliki Injil atau kabar baik tentang Kristus menurut keempat Penginjil tersebut. Dan pemakaian bentuk tunggal untuk menunjukkan penulisan rangkap empat, berlangsung untuk waktu yg lama setelah pemakaian bentuk jamak yg pertama.

          I. Tahapan lisan
          Sebagian besar bahan yg terdapat dalam keempat Injil untuk waktu yg lama dalam keadaan lisan hingga memperoleh bentuk tertulis seperti yg kita kenal sekarang.
             a. Perkataan-perkataan Yesus
             Yesus memulai tugas pelayanan-Nya di Galilea dengan ‘memberitakan Injil Allah’; isi Injil ini adalah, ‘waktu yg ditentukan sudah tiba dan Kerajaan Allah sudah dekat’. Ia mendorong pendengar-Nya untuk bertobat dan percaya akan Injil (#/TB Mr 1:14* dab; bnd #/TB Luk 4:18-21*). Pemberitaan-Nya bukan tanpa pendahuluan, tapi adalah penggenapan janji Allah yg disampaikan pada waktu-waktu dahulu melalui nabi-nabi. Sekarang, Allah pada akhirnya telah mengunjungi umat-Nya; inilah bukan saja bobot dari pemberitaan Yesus, tapi juga bobot dari pekerjaan-pekerjaan-Nya yg akbar (#/TB Luk 7:16*), yg merupakan tanda-tanda bahwa kuasa kejahatan sedang hancur bila berhadapan dengan kerajaan Allah (#/TB Mat 12:22-29*; #/TB Luk 11:14-22*). Nada yg sama terdapat dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus, yg menghimbau pendengar-Nya untuk mengambil keputusan dan berjaga-jaga demi menyambut kedatangan kerajaan Allah.

             Sebagai tambahan pada tugas pelayanan-Nya kepada masyarakat umum, Yesus menganggap perlu memberikan petunjuk-petunjuk sistematis kepada murid-murid-Nya sedemikian rupa — sehingga mudah mereka ingat dan lakukan. Perdebatan-perdebatan-Nya dengan orang Farisi dan para penentang lainnya, juga menghasilkan pernyatan-pernyataan yg sekali didengar, sukar terlupakan, hal-hal mana sangat membekas dalam ingatan murid-murid-Nya dan di kemudian hari merupakan kekuatan bagi mereka dalam menghadapi berbagai tantangan.

             b. Tradisi rasuli

             Ada beberapa acuan dalam PB tentang ‘tradisi’ (Yunani paradosis) yg diterima oleh para rasul dan Tuhan Yesus, dan yg kemudian mereka ‘teruskan’ kepada orang-orang yg bertobat. Tradisi ini, dalam arti yg sesungguhnya, terdiri dari kesaksian rasul-rasul terhadap ‘segala sesuatu yg dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat’ (#/TB Kis 1:1* dab; bnd #/TB Kis 1:21* dab). Kesaksian ini dibuat dan dihidupkan terus dalam berbagai cara — terutama dalam pemberitaan pekabaran Injil, dalam pengajaran kepada orang-orang yg bertobat dan dalam ibadah Kristen. Dalam #/TB 1Kor 15:3* dab Paulus memberikan garis besarnya —‘ bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah dikuburkan, dan Ia telah dibangkitkan pada hari yg ketiga, sesuai dengan Kitab Suci, dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada banyak orang’ yg menjadi saksi mata, beberapa disebut namanya dan kebanyakan dari mereka masih hidup pada waktu Paulus menulis surat ini. Paulus menambahkan bahwa Injil, apakah itu diberitakan oleh Paulus atau oleh murid-murid yg mendahuluinya, kenyataan-kenyataan dasar dan asasi dari pemberitaan mereka adalah sama (#/TB 1Kor 15:11*). Ini ditegaskan dalam surat-surat yg bukan berasal dari Paulus, juga dalam kutipan-kutipan dari pemberitaan Kristen purba yg diikhtisarkan dalam Kis. Dalam pemberitaan, peristiwa-peristiwa yg menyelamatkan diberitakan; Yesus dinyatakan adalah Tuhan dan Kristus; manusia dipanggil untuk bertobat dan menerima pengampunan melalui Dia.

             Beberapa contoh pengajaran kepada orang-orang yg baru percaya dimuat dalam surat-surat rasuli; jelas bahwa dasar pengajaran ini adalah apa yg diajarkan Yesus sendiri. Jadi, dalam memberikan ajaran tentang pernikahan, Paulus mengutip perintah Yesus yg melarang perceraian (#/TB 1Kor 7:10*); ia mengutip Yesus pula tentang dana penunjang pemberita-pemberita Injil (#/TB 1Kor 9:14*). Tapi ada petunjuk tentang pengajaran yg lebih sistematis dengan metode kateketis; dan ketika jumlah orang yg bertobat bertambah banyak, terutama dalam pemberitaan Injil kepada non-Yahudi, maka ‘sekolah-sekolah’ untuk melatih para pengajar perlu diadakan, dan ringkasan ajaran Yesus perlu dibuat baik lisan maupun tertulis. Boleh jadi ‘kumpulan perkataan Yesus’ yg disusun oleh ‘sekolah-sekolah’ tersebut, dijadikan sumber data oleh Matius dan Markus untuk tulisan mereka, dan di waktu yg lebih kemudian mungkin Injil Mat disusun dalam suatu sekolah yg demikian (Stendahl, The School of St. #/TB Mat 2*).

             Juga dalam ibadah, pekerjaan-pekerjaan dan perkataan-perkataan Yesus pasti diingat. Pada waktu-waktu paling dini iman bersemi, dan orang-orang yg telah mengenal Yesus bila bertemu hampir tidak dapat melewatkan sapaan, ‘Apakah Saudara mengingat bagaimana Guru kita…?’ Perjamuan Malam merupakan kesempatan yg paling mantap untuk menceritakan kembali peristiwa kematian-Nya dengan peristiwa-peristiwa yg mendahului maupun sesudahnya (#/TB 1Kor 11:26*).

             Cerita tentang sengsara Yesus yg selalu diceritakan dan diceritakan kembali, baik dalam ibadah Kristen maupun dalam pemberitaan Injil (bnd #/TB 1Kor 2:2*; #/TB Gal 3:1*), sesungguhnya mendapat bentuk sebagai suatu keseluruhan pada waktu paling dini — suatu kesimpulan yg ditetapkan oleh nalar kritik bentuk bahasa dari Injil-injil yg ada. Oleh metode kritik bentuk bahasa itu telah diusahakan untuk memisahkan dan menggolongkan berbagai-bagai unit yg dapat berdiri sendiri, yg telah dikumpulkan bersama-sama dalam Injil-injil tertulis, dan untuk menggambarkan situasi-situasi yg hidup dari mana mereka berasal dan dipelihara dalam penyebarannya secara lisan.

          II. Injil-injil tertulis

          Awal penulisan Injil, seperti dapat diduga, berbarengan dengan akhir peranan generasi Kristen pertama. Setelah orang-orang yg dari semula yg adalah ‘saksi-saksi mata dan pelayan-pelayan Firman’ (#/TB Luk 1:2*) sudah tidak ada lagi, sangat terasa betapa pentingnya harus ada catatan tertulis yg permanen, jauh lebih dirasakan daripada waktu-waktu sebelumnya. Justru pada saat inilah maka tradisi abad kedua merupakan awal penulisan Kitab Injil, dan memang demikianlah adanya: keempat Injil Kanonik mungkin ditulis dalam kurun waktu thn 60-100 M. Kita tidak perlu menduga bahwa sebelum thn 60 M Injil disebarkan semata-mata secara lisan, setidak-tidaknya beberapa di antara ‘banyak orang’, yg menurut #/TB Luk 1:1* ‘telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yg telah terjadi’, mungkin telah melakukannya secara tertulis sebelum thn 60 M — tapi dokumen-dokumen yg menunjukkan hal itu sudah tidak ada lagi, kecuali yg telah dimasukkan ke dalam Injil-injil tertulis yg ada sekarang ini.

          Kita dapat membedakan beberapa lapisan tradisi dalam keempat Injil. Dalam hal ini, sebagaimana dalam hal lain, Yoh berbeda dari ketiga Injil lainnya dan sebaiknya dipikirkan tersendiri. Tiga Injil lainnya saling berhubungan sampai mereka memberikan bahan ‘sinoptik’ (artinya, berpandangan sama) — misalnya bila isi masing-masing diletakkan dalam tiga jalur sejajar, persamaan dan perbedaan yg terdapat dalam ketiga Injil itu gampang diteliti. Atas dasar inilah ketiga Injil itu disebut ‘Injil-injil Sinoptik’ — sebutan yg pertama kali diberikan kepada mereka oleh J. J Griesbach pada thn 1774.

a. Injil-injil Sinoptik

             Suatu studi perbandingan atas Mat, Mrk dan Luk menunjukkan bahwa dalam ketiga Injil ini atau dalam dua di antaranya terdapat kumpulan bahan yg sama. Isi pokok 606 ay dari 661 ay dalam Mrk (tidak termasuk #/TB Mr 16:9-20*) muncul dalam bentuk yg disingkatkan dalam Mat; 380 ay dari 661 ay dari Mrk muncul dalam Luk. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa dari 1.068 ay dalam Mat, 500 ay mengandung isi pokok dari 606 ay dalam Mrk, dan dari 1.149 ay dalam Luk, 380 ayatnya mempunyai persamaan dengan Mrk. Hanya 31 ay dalam Mrk yg tidak mempunyai persamaan dalam Mat atau Luk. Mat dan Luk masing-masing mempunyai 250 ay yg mengandung materi yg sama yg tidak mempunyai persamaan dengan Mrk; kadang-kadang materi yg sama ini muncul dalam Mat dan Luk dalam bh yg benar-benar sama, tapi kadang-kadang dengan banyak perbedaan kata. Sekitar 300 ay dari Mat tidak mempunyai persamaan dalam ketiga Injil lainnya; demikian juga halnya dengan 520 ay dalam Luk.

             Mengenai penyaluran bahan yg sama dan yg khusus dalam Injil-injil Sinoptik, tidak terdapat jalan pintas untuk memberikan berita yg memuaskan. Tidak ada alasan yg apriori untuk menganggap satu Injil lebih dahulu dan yg lain lebih kemudian, atau menganggap salah satu Injil sebagai sumber dari Injil lainnya, dan Injil yg lebih kemudian bergantung kepada Injil yg terdahulu. Juga keobyektifan analisis statistik tidak dapat menjamin suatu penyelesaian. Suatu pemecahan hanya dapat dicapai dengan menggunakan pertimbangan nalar kritis dan cermat, setelah tersedia seluruh data terkait (relevan) dan disusun sedemikian rupa, dan kemungkinan-kemungkinan alternatif pilihan dapat ditetapkan. Jika kesepakatan yg bulat belum dapat dicapai setelah satu setengah abad penyelidikan Kitab-kitab Sinoptik, itu mungkin adalah akibat tidak cukup data untuk tujuan tersebut, atau karena lapangan penyelidikan terlalu terbatas. Namun beberapa pendapat tertentu diterima oleh lebih banyak ahli daripada pendapat lainnya.

             Satu di antaranya ialah prioritas dari Mrk dan pemakaiannya sebagai sumber pokok bagi kedua Injil Sinoptik yg lain. Pendapat ini, yg dapat dikatakan telah diletakkan atas dasar yg mantap oleh C Lachmann pada thn 1835, tidak semata-mata bergantung atas hal bahwa Mat dan Mrk yg kadang-kadang susunannya sama, berlawanan dengan Luk; Mrk dan Luk lebih sering berlawanan dengan Mat, tapi Mat dan Luk tidak pernah berlawanan dengan Mrk (yg segalanya dapat dijelaskan dgn cara lain), tapi lebih bergantung kepada penyelidikan perbandingan yg lebih terperinci tentang cara di mana bahan yg sama diulangi dalam ketiga Injil itu, bagian demi bagian. Bagian terbesar dari nas-nas itu keadaannya dapat dimengerti dengan baik sekali, jika laporan-laporan dari Mrk dipakai sebagai sumber oleh salah satu atau kedua Injil yg lain.

             Hanya sedikit saja ahli yg pernah menganggap Luk sebagai sumber dari kedua Injil lainnya, tapi pandangan yg menganggap bahwa Mrk adalah rampaian dari Mat telah dianut untuk waktu yg lama, terutama oleh pengaruh Agustinus. Tapi bagian di mana Mat dan Mrk mempunyai bahan yg sama, Mrk lebih lengkap dari Mat, dan sama sekali bukan merupakan singkatan; dan sering, dua laporan yg mempunyai persamaan dapat lebih baik dijelaskan dengan menganggap bahwa Mat mempersingkat Mrk, ketimbang menganggap Mrk menjelaskan Mat. Walaupun Mat dan Luk tidak pernah sesuai dalam urutan berlawanan dengan Mrk, mereka ada kalanya memperlihatkan persamaan kata yg berlawanan dengan Mrk, tapi hal-hal seperti itu sebagian besar menunjukkan kemajuan tata bh atau gaya bh dari Mrk, dan dalam nominal atau arti tidaklah cukup untuk mengurangi bukti bagi prioritas Mrk.

             Unsur Mrk yg bersesuaian dalam tradisi Sinoptik adalah lebih penting, karena hubungan yg erat antara kerangka Mrk dan pemberitaan rasuli. Hubungan ini tidak terlalu bergantung kepada tradisi yg menganggap Petrus sebagai wibawa di balik cerita Mrk (suatu tradisi yg didukung dari dlm oleh bg-bg tertentu cerita Injil), tapi kepada fakta (dibuktikan oleh C. H Dodd), bahwa suatu kerangka pemberitaan yg sama dengan kerangka yg dapat dilihat pada beberapa bagian Surat-surat PB dan pada laporan-laporan dalam Kis, adalah merupakan benang yg dengannya Markus telah merangkaikan beberapa satuan bahan bagi Injil-nya.

             Bahan yg sama pada Mrk dan salah satu atau kedua Injil Sinoptik lainnya, sebagian besar terdiri dari bahan cerita. (Kekecualian utama dim hal ini adalah perumpamaan-perumpamaan dlm #/TB Mr 4* dan khotbah ttg akhir zaman dlm #/TB Mr 13*.) Pada pihak lain, bahan yg bukan berasal dari Mrk tapi termuat dalam Mat dan Luk, sebagian besar adalah terdiri dari perkataan-perkataan Yesus. Dapat dikatakan bahwa bahan Mrk menceritakan apa yg Yesus lakukan, tapi bahan yg bukan berasal dari Mrk melaporkan apa yg Yesus ajarkan. Di sini kita menemukan perbedaan yg dapat dibandingkan dengan apa yg biasa dibedakan (walaupun pada kadar yg dibesar-besarkan) antara ‘pemberitaan’ (kerygma) dan ‘pengajaran’ (didache) rasuli. Bahan yg bukan berasal dari Mrk tapi sama termuat dalam Mat dan Luk secara selaras, tanpa prasangka disebut ‘Q’, sesuai kebiasaan yg telah diberlakukan sejak awal abad 20.

             Jumlah bahan tersebut antara 200-250 ay, mungkin diambil oleh salah seorang penulis Injil dari penulis lainnya atau oleh kedua penulis dari sumber yg sama. Hanya sedikit ahli, itupun kalau ada, yg menganggap Matius mengambil bahannya dari Lukas. Memang lebih mudah menganggap demikian ketimbang menganggap Lukas mengambil bahannya dari Matius. Pendapat yg terakhir ini terus mendapat dukungan yg luas tapi lemah terhadap kecaman, karena itu berarti bahwa Lukas telah menempatkan dalam urutan yg relatif tidak teratur suatu tatanan yg teratur di mana bahan ‘Q’ muncul dalam Mat, tanpa memberikan alasan yg masuk akal mengapa hal ini harus disusun demikian.

             Anggapan bahwa bahan ‘Q’ diambil dari sumber yg sama oleh Matius dan Lukas menghadapi lebih sedikit kesulitan ketimbang anggapan lainnya.

             Apabila kita coba menata kembali sumber data seperti diduga ini, kita harus hati-hati, jangan berpikir bahwa kita dapat berbuat demikian secara utuh. Namun apa yg dapat kita tata kembali daripadanya mengingatkan kita kepada pola umum kitab-kitab para nabi dalam PL. Kitab-kitab ini biasanya berisi laporan tentang panggilan nabi, catatan tentang nubuat-nubuatnya yg disusun dalam suatu kerangka cerita, tapi tanpa menyinggung kematiannya. Jadi bahan ‘Q’ kelihatannya berasal dari suatu himpunan bahan yg mulai dengan cerita tentang pembaptisan Yesus oleh Yohanes dan pencobaan yg dialami-Nya di padang gurun. Ini merupakan pendahuluan pelayanan-Nya yg diikuti oleh kelompok-kelompok perkataan-Nya yg disusun dalam suatu kerangka cerita sederhana; tapi tidak sedikit pun dikemukakan cerita tentang kesengsaraan. Ada empat kelompok ajaran utama, dapat disebut sebagai: (i) Yesus dan Yohanes Pembaptis; (ii) Yesus dan murid-murid-Nya; (iii) Yesus dan para penentang-Nya; (iv) Yesus dan masa depan.

             Karena bahan satu-satunya yg dapat digunakan untuk merekonstruksikan sumber ini adalah bahan yg bukan berasal dari Markus, tapi yg termuat dalam Mat dan Luk, maka persoalan apakah Markus juga menggunakannya tidak dapat dijawab dengan memuaskan. Bahwa bahan-bahan itu lebih dahulu dari Mrk memang adalah mungkin; bahan-bahan itu mungkin telah digunakan untuk maksud-maksud kateketis dalam penginjilan kepada masyarakat non-Yahudi yg berpangkalan di Antiokhia. Kenyataan bahwa beberapa bahan ‘Q’ dalam Mat dan Luk hampir sama kata-katanya, walaupun di tempat lain terdapat perbedaan bahasa, telah dijelaskan dengan jalan menyatakan bahwa ada terdapat dua berkas tradisi yg berbeda dalam ‘Q’; tapi keterangan yg lebih memuaskan ialah, bahwa ‘Q’ telah diterjemahkan ke bh Yunani dari bh Aram, dan bahwa Matius dan Lukas kadang-kadang memakai terjemahan yg sama dan kadang-kadang yg berbeda.

             Dalam hal ini sebaiknya diingat pernyataan Papias (lih Eus., EH 3.39) yg menyatakan bahwa ‘Matius menyusun logia dalam logat Ibrani (Aram), dan setiap penterjemah berusaha menerjemahkannya sebaik mungkin’. Logia, ‘ucapan (ilahi)’, mungkin adalah istilah khusus yg tepat bagi isi dari susunan demikian, seperti telah kita usahakan melihatnya di balik bahan ‘Q’.

             Pertanyaan tentang sumber-sumber lain yg mana yg digunakan oleh Matius dan Lukas, adalah lebih pelik dibandingkan rekonstruksi dari sumber ‘Q’. Matius nampaknya telah memasukkan bahan dari kumpulan lain perkataan Yesus, yg sejajar dengan ‘Q’, tapi yg lebih diindahkan di Yudea daripada di Antiokhia — kumpulan tersebut dapat diberi nama ‘M’. Lukas telah memasukkan satu berkas bahan yg sangat khusus (sebagian besar terdapat antara ps 9 dan 18) yg mungkin diambil dari Kaisarea — bahan ini diberi nama’L’. Apakah sumber-sumber ini telah dalam bentuk tertulis sebelum dikutip oleh para penulis Injil, masih diragukan.

             Lukas disebut telah memperjelas salinannya dari sumber ‘Q’ dengan informasi yg diperoleh di Kaisarea dan di tempat lain, dengan demikian menghasilkan naskah pendahuluan dari Injilnya, yg kadang-kadang disebut ‘Proto-Lukas’, yg ke dalamnya pada waktu yg lebih kemudian data-data dari bahan Markus dimasukkan. Untuk penilaian hipotesa ‘Proto-Lukas’ lih D Guthrie, New Testament Introduction3, 1970, hlm 175-183. Pada umumnya disetujui bahwa Matius menggabungkan sumber-sumbernya, sedangkan Lukas menyatukannya. Cerita-cerita kelahiran Yesus terletak di luar bahan Sinoptik yg lain; tentang cerita-cerita ini harus diakui adanya dokumen-dokumen Semitis yg dipakai oleh kedua Penginjil itu.

             Harus ditekankan betapa menarik dan instruktif sekalipun kupasan tentang sumber Injil itu — Injil-injil itu sendiri pada dirinya adalah jauh lebih penting daripada sumber-sumber tersebut, dari mana diduga Injil-injil itu berasal. Memang baik untuk menentukan sumber-sumber mana yg mungkin telah digunakan oleh para penulis Injil; tapi jauh lebih baik untuk memikirkan ‘makna guna’ apa yg mereka gali dari sumber-sumber itu. Pada tahun-tahun terakhir ini makin disadari, bahwa ‘kritik redaksi’ adalah sama penting peranannya dalam penelitian Injil seperti kritik ‘tradisi’. Kritik tradisi menelusuri sejarah tradisi yg akhirnya diterima oleh para penulis Injil menjadi bahan tulisan mereka. Sedangkan kritik redaksi memusatkan perhatian pada sumbangan masing-masing penulis Injil dalam pengolahan dan penyajian bahan-bahan tradisi itu. Setiap Injil Sinoptik adalah suatu keseluruhan yg berdiri sendiri, bukan melulu gabungan dari beberapa bagian tulisan yg lain; masing-masing mempunyai pandangan sendiri tentang Yesus dan pekerjaanNya, dan masing-masing mempunyai sumbangan khusus dalam gambar Yesus seutuhnya, yg diberikan oleh PB kepada kita.

             b. Injil keempat

             Yohanes menyajikan suatu tradisi yg baik dari masa dim, yg berdiri sendiri dan dipertahankan di luar jalur tradisi Sinoptik, tidak saja dalam ingatan murid yg dikasihi itu, tapi juga dalam suatu persekutuan Kristen yg hidup, mungkin sekali di lingkungan pergaulan dari mana berasal syair pujian Odes of Solomon pada waktu yg lebih kemudian. Luasnya latar belakang yg sama dalam Yoh dan naskah-naskah Qumran,  dan kaitan jalinan strukturnya kepada rangkaian pembacaan Kitab Suci dalam rumah ibadat Yahudi Palestina, pada waktu akhir-akhir ini sangat menolong untuk menekankan bahwa tradisi Yohanes mempunyai sumbernya di Yahudi Palestina. Demikian adanya, sekalipun kebutuhan pendengar masyarakat Yunani yg cukup luas timbul dalam pikiran, sewaktu Injil ini diberi bentuk literatur pada akhir abad pertama Kristen. Dan kerangka pemberitaan rasuli dapat dilihat dalam Injil keempat ‘tidak kurang jelasnya daripada dalam Mrk’ (C. H Dodd, The Apostolic Preaching and its Development, 1950, hlm 69). *YOHANES, INJIL.

          III. Injil empat ganda

          Segera setelah penerbitan Injil keempat, empat Injil Kanonik mulai beredar sebagai satu kumpulan dan demikian seterusnya sejak saat itu. Siapa yg mula-mula mengumpulkannya menjadi satu bentuk empat ganda belum diketahui. Juga sangat tidak pasti di mana kesatuan yg empat ganda ini pertama kalinya dikenal — ada yg menduga Efesus atau Roma. Para penulis Katolik dan Gnostik sama-sama menunjukkan tidak saja pengenalan keempat Injil tapi juga pengakuan akan wibawanya. Gospel of Truth oleh Valentina (thn 140-150 M), yg baru-baru ini ditemui di antara tulisan-tulisan Gnostik dari Cheboskion, tidaklah dimaksudkan untuk menambah atau menggantikan keempat Injil Kanonik, yg wibawanya dia anggap pasti dan mantap. Gospel of Truth itu lebih merupakan suatu rangkaian meditasi tentang ‘injil yg benar’ yg diabadikan di dalam keempat Injil (dan di dlm Kitab-kitab PB lainnya).

          Marcion menonjol sebagai kekecualian dalam penolakannya terhadap Mat, Mrk dan Yoh, dan dalam menyebarluaskan Luk (dlm redaksional yg dibuat sendiri) sebagai satu-satunya euangelion, Injil yg otentik. Dokumen-dokumen anti Marcion (mis kata-kata pendahuluan dari Injil yg anti Marcion, dan kemudian, Kanon Muratoria) tidak memperkenalkan Injil empat ganda sebagai sesuatu yg baru, tapi menegaskan lagi kewibawaannya sebagai jawaban terhadap kritik Marcion.

Dalam setengah abad sesudah thn 95 M, Theodor Zahn hanya mendapati 4 kutipan ‘Injil’ dalam literatur Kristen yg masih ada, yg dengan jelas tidak berasal dari empat Injil Kanonik. Bahwa ‘riwayat singkat rasul-rasul’, yg menurut Yustinus dibacakan di gereja bersama tulisan-tulisan nabi-nabi, yg berarti keempat Injil, didukung oleh kenyataan bahwa bahan Injil dalam karya penulisan Yustinus yg berasal dari Gospel of Peter atau Gospel of Thomas (yg ditulis dgn nama samaran) adalah sedikit sekali dibandingkan bahan-bahan dari empat Injil Kanonik.

          Keadaan lebih jelas bila kita tiba pada murid Yustinus Tatian, yg susunan Injilnya Diatessaron (disusun thn 170 M) yg dalam waktu lama tetap merupakan edisi Injil-injil yg disukai di gereja-gereja Asyria (kalau bukan yg ‘disahkan’). Terpisah dari suatu fragmen kecil edisi Yunani dari Diatessaron yg ditemukan di Dura-Europos di S Efrat dan yg diterbitkan thn 1935, pengetahuan kita tentang karya penulisan itu sampai pada akhir-akhir ini adalah tidak langsung, hanya berdasarkan terjemahan-terjemahan (beberapa adalah terjemahan kedua atau ketiga) dari naskah Siria. Tapi pada thn 1957 sebagian besar uraian Efraim tentang Diatessaron (ditulis kr pertengahan abad 4 dim bh Siria) ditemukan dalam suatu naskah perkamen (kulit) pada koleksi A Chester Beatty; naskah ini diterbitkan oleh L Leloir dengan terjemahan Latin thn 1963, dan menyumbangkan penerangan yg berharga tentang sejarah Diatessaron pada kurun waktu dini.

          Tatian memulai susunan karyanya dengan #/TB Yoh 1:1-5*, dan mungkin mengakhirinya dengan #/TB Yoh 21:25*. Adalah keempat Injil yg membekalinya dengan bahan-bahan untuk penyusunan tersebut; pemasukan bahan dari luar Kanon yg dapat ditemukan (mungkin dari Gospel according to the Hebrews) tidak mempengaruhi fakta dasar mi; juga modifikasi-modifikasi kata dalam Injil yg mencerminkan pandangan Encratite dari Tatian (*KANON PB) tidak mengubahnya.

          Keunggulan keempat Injil yg dibuktikan oleh karya Tatian diperkuat satu dekade kemudian oleh Irenaeus. Bagi Irenaeus sifat empat ganda dari Injil adalah salah satu dari sekian fakta kristiani yg diterima, yg kebenarannya jelas seperti keempat penjuru dunia atau keempat mata angin dari langit (Adv. Haer 3. 11. 8). Klemen dari Aleksandria yg sezaman dengan dia, hati-hati dalam membedakan ‘Keempat Injil yg diteruskan kepada kita’, dari tulisan-tulisan yg tidak dikanonkan, tempat ia mengambil bahan dari waktu ke waktu, seperti Gospel according to the Egyptians (Miscellanies 3. 13). Tapi tulisan-tulisan yg tidak dikanonkan seperti itu tidak digunakan oleh Tertullian sebagai sumber bahan, dan ia membatasi diri hanya menggali bahan dari Injil Kanon, yg ia berikan kewibawaan khusus karena penulisnya adalah rasul-rasul atau orang-orang yg dekat dengan rasul-rasul. (Seperti penulis-penulis Kristen barat lainnya, ia menyusun keempat Injil menjadi Injil ‘rasuli’ Mat dan Yoh, mendahului Luk dan Mrk.) Origenes (230 M) menyimpulkan sikap universal yg sudah lama ditetapkan ketika ia berbicara tentang ‘keempat Injil, yg tidak dipersoalkan lagi di dalam Gereja Allah di bawah seluruh langit’ (Commentary on Matthew, dlm Eus., EH 6. 25. 4). Sama seperti Irenaeus, Origenes menyusunnya menurut urutan yg kita kenal sekarang ini.

          Semua Kitab Injil adalah tanpa nama dalam arti bahwa tidak satu pun di antaranya mencantumkan nama penulisnya. Penunjukan pertama terhadap Matius dan Markus sebagai Penginjil ditemukan dalam tulisan Papias, uskup Hierapolis di Frigia pada pertengahan pertama abad 2 M. Pernyataannya, dibuat atas kewibawaan ‘Sang Penatua’, bahwa ‘Markus, sang juru bahasa Petrus, menuliskan dengan seksama segala perkataan atau perbuatan Tuhan Yesus, yg ia (Petrus) ucapkan, tapi tidak menurut urutannya…’, memang menunjuk kepada Injil kedua. Pernyataannya tentang penyusunan logia oleh Matius (dikutip di atas, butir II) lebih menimbulkan persoalan, dan masih diperdebatkan apakah ia menunjuk kepada Injil pertama, atau kepada suatu kumpulan perkataan Yesus (sebagaimana dianjurkan di atas) atau kepada suatu rangkaian nubuat Mesianik, atau kepada sesuatu yg lain. Hunjukan paling terdahulu dan gamblang kepada Lukas dan Yohanes sebagai Penginjil, terdapat dalam kata-kata pendahuluan Injil anti Marcion (sampai beberapa tahap sekurang-kurangnya menggunakan karya Papias yg hilang) dan Irenaeus. Yg terakhir ini menyimpulkan laporan yg ia terima sebagai berikut: ‘Matius mengusahakan penulisan Injil di antara orang-orang Ibrani dalam logat bahasa mereka sendiri, sedangkan Petrus dan Paulus memberitakan Injil di Roma dan mendirikan gereja di sana. Setelah kepergian mereka, Markus, murid dan juru bahasa Petrus, meneruskan kepada kita dalam bentuk tertulis isi pokok dari khotbah Petrus. Lukas, rekan Paulus, ‘menuliskan dalam sebuah kitab, Injil yg diberitakan oleh rasul itu. Kemudian Yohanes, murid Tuhan Yesus, yg pernah bersandar di dada Yesus, pada gilirannya menceritakan Injil-nya pada waktu ia di Efesus di Asia’ (Adv. Haer 3. 1. 1).

          Tanpa menyokong semua yg dikatakan Irenaeus, kita dapat sungguh-sungguh menyetujui, bahwa dalam Injil-injil Kanonik kita mempunyai kesaksian rasuli tentang penyataan Allah dalam Kristus yg menyelamatkan, yg dipelihara dalam bentuk empat ganda (lih artikel-artikel ttg keempat Injil masing-masing).

       KEPUSTAKAAN. Aland d11, Studia Evangelica, 1959; C. H Dodd, The Apostolic Preaching and its Developments, 1936; History and the Gospel, 1936; W. R Farmer, The Synoptic Problem, 1976; T. W Manson, The Sayings of Jesus, 1949; Studies in the Gospels and Epistles, 1961; D. E Nineham (red), Studies in the Gospels, 1955; B Orchard dan T. R. W Longstaff (red), J. J Griesbach: Synoptic and Text-critical Studies, 1978; N Perrin, Rediscovering the Teaching of Jesus, 1968; J Rohde, Rediscovering the Teaching of the Evangelists, 1968; J. H Ropes, The Synoptic Gospels, 1934; W Sanday, The Gospels in the Second Century, 1876; B de Solages, A Greek Synopsis of the Gospels, 1959; V. H Stanton, The Gospels as Historical Document 3 jld, 1903-1920; B. H Streeter, The Four Gospels, 1924; V Taylor, The Gospels’, 1960; The Formation of the Gospel Tradition, 1933. .

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...