Penulis Ibrani sudah menjelaskan kepada para pembaca kitab Ibrani, bahwa anak-anak Tuhan memiliki pengharapan surgawi karena karya Kristus yang sempurna. Itu sebabnya, ia mendorong para pembacanya untuk menguatkan hati mereka agar mereka tetap bertahan dalam iman dan menang sampai akhirnya (ayat 12-13).
Supaya mampu bertahan dalam iman maka orientasi hidup yang duniawi harus diganti total. Orientasi hidup yang diarahkan kepada dunia ini hanya akan mengecewakan dan menumbuhkan akar pahit (ayat 15b). Kisah Esau menjual hak kesulungan sebagai ganti semangkuk sup kacang merah menggambarkan sikap yang memandang rendah berkat-berkat rohani demi pemuasan nafsu badani semata (ayat 16; lih. Kej. 25:29-34). Akibatnya fatal! Esau tidak menerima berkat dan tidak mendapatkan kesempatan memperbaiki dirinya (Ibr. 12:17). Cerita Esau ini dan bagian lain dalam Ibrani 6:4-6 dan 10:26-29 merupakan peringatan keras bagi anak-anak Tuhan yang membiarkan orientasi hidupnya bukan pada Tuhan. Sebaliknya, orang Kristen yang hidupnya tertuju pada Tuhan akan menjalani hidup kudus, berdamai dengan semua orang, dan berlimpah dengan ucapan syukur karena kasih karunia Allah yang telah diterimanya (ayat 12:14-15a).
Jangan biarkan akar kepahitan tumbuh subur menghalangi pertumbuhan pohon ucapan syukur Anda sehingga akhirnya Anda menolak kasih karunia-Nya. Yesus berkata, "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Mat. 6:21). Dengan memfokuskan diri pada Allah dan kehendak-Nya, kita sedang mengumpulkan harta di surga. Kita akan menikmati relasi yang dekat dengan Allah sehingga hati kita dipenuhi sukacita, terlepas dari kekuatiran akan keinginan dunia, dan dimampukan menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Camkan: Kita memang ada di dunia, tetapi bukan dari dunia. Oleh karena itu, jangan biarkan dunia menjebak dan membinasakan iman kita! 𝐬𝐡
No comments:
Post a Comment