Selain mendorong para pembaca kitab Ibrani untuk menerima ajaran yang benar, yang telah dipaparkan di tulisannya ini, penulis Ibrani juga mendorong mereka untuk menghormati dan meneladani pemimpin gereja mereka. Yaitu, pemimpin yang melayani dan melindungi mereka dari ajaran-ajaran sesat yang tidak berpusatkan Kristus (ayat 9).
Penulis Ibrani mengingatkan para pembacanya bahwa Kristus adalah persembahan kurban kepada Allah (ayat 10) yang meniadakan semua mezbah buatan manusia. Jadi, mereka seharusnya tidak lagi terjebak kepada ritual PL karena semua sudah digenapi oleh Kristus melalui pengurbanan-Nya di kayu salib (ayat 12). Oleh karena itu, setiap anak Tuhan harus setia mengiring-Nya walaupun harus menanggung risiko menderita (ayat 13). Godaan untuk balik kepada ibadah Perjanjian Lama harus ditolak. Selama mereka masih beribadah dalam kemah suci dengan menerapkan segala ritualnya, mereka masih tinggal di padang gurun dosa. Sebaliknya, orang Kristen menantikan kota Allah yang akan datang dengan menganggap hidup saat ini hanya sementara (ayat 14). Oleh karena tempat ibadah dan pola ibadah yang lama sudah tidak dipraktikkan lagi maka sebagai gantinya umat Kristen dipanggil untuk mempersembahkan kurban syukur berupa puji-pujian dan sikap hidup yang baik kepada sesama (ayat 15-16). Itulah ibadah yang berkenan kepada Allah.
Kita wajib menghormati pemimpin kita yang pengajarannya Alkitabiah dan hidupnya mempraktikkan firman Tuhan. Jangan sekadar menerima ajaran-ajaran populer yang menjerat kita dengan rupa-rupa ritual, yang pada dasarnya memuaskan keinginan daging kita karena menekankan perbuatan manusia lebih daripada karya Kristus. Karya Yesus Kristus satu-satunya yang memuaskan tuntutan Allah. Gantungkan seluruh iman dan harap Anda kepada Dia saja.
Tekadku: Aku mau belajar dari pemimpinku tentang kebenaran firman Tuhan dan bersama dengan dia mempraktikkannya agar aku bertumbuh menjadi dewasa rohani. (𝐬𝐡)
No comments:
Post a Comment