Sunday, June 10, 2018

KITAB 1 & 2 RAJA-RAJA


KITAB 1 & 2 RAJA-RAJA

       Bagian terakhir dari riwayat yg mulai dalam Kej dan menceritakan sejarah Israel keluar dari Mesir, sampai akhir kemerdekaan politis karena dikalahkan oleh Babel. Pemisahan Raj dari Sam tidak ada artinya, demikian juga pembagian 1 Raj dan 2 Raj, yg pertama kali terdapat dalam terjemahan LXX.

          I. Garis Besar Isi

          Raj menceritakan sejarah kerajaan Israel dari kerajaan bersatu sampai pembuangan. Segi pandangannya bersifat teologis.

             a. Kerajaan Salomo (#/TB 1Raj 1:1-11:43*)

             Ia naik takhta (1-2), mendapat sukses (3-10) dan kegagalan (11).

             b. Pecahnya kerajaan bersatu (#/TB 1Raj 12*-#/TB 2Raj 17*)

             Kerajaan pecah menjadi Yehuda di bawah Rehabeam, dan Israel, suku utara (terbanyak) di bawah Yerobeam. Dari saat pecahnya kerajaan Israel sangat dipengaruhi agama kafir, terjadi beberapa kali kudeta dan pembunuhan sebelum masyarakatnya dibuang ke Asyur. Yehuda kurang dipengaruhi agama kafir, dapat tahan hanya karena Allah setia pada perjanjian-Nya dengan Daud. Nabi Elia dan nabi Elisa terlibat dalam riwayat Raja-raja, khususnya di Israel.

             c. Kerajaan Yehuda (#/TB 2Raj 18; 19; 20; 21; 22; 23; 24; 25*)

             Walaupun ada pembaruan di bawah Hizkia, pengkafiran agama oleh Manasye menyebabkan kejatuhan Yehuda. Namun Raj berakhir dengan nada harapan (#/TB 2Raj 25:27-30*).

          II. Muasal

          Kemungkinan adanya Raj dalam bentuknya yg sekarang adalah sesudah peristiwa historis terakhir yg diceritakan dalam Raj, yaitu pembebasan raja Yoyakhin dari penjara di Babel (#/TB 2Raj 25:27-30*). Jelas, Raj dalam bentuknya yg terakhir harus berasal dari kurun waktu sesudah itu. Ada usul tentang keadaan yg lebih kemudian lagi, mis tarikh pembangunan Bait Allah menurut #/TB 1Raj 6:1* di antara periode yg mencakup Keluaran s/d pembangunan kembali Bait Allah sesudah pembuangan.

          Tapi sebagian besar Raj pasti ditulis lebih dahulu dari pembuangan. P. R Ackroyd menyarankan, redaksi pertama dibuat pada thn-thn pertama pembuangan (Exile and Restoration, OTL, 1968, Ps 5). R. K Harrison menyarankan thn 561 seusai pembebasan raja Yoyakhin (IOT, 1970, hlm 730 dst, mengikuti M Noth). J Gray menyarankan ada edisi pertama pada zaman raja Yosia (I and #/TB 2Raj 2*, OTL, 1970). Memang banyak bagian yg ditulis jauh sebelum pembuangan, dan ada bagian yg mencerminkan sudut pandang sebelum pembuangan, namun hampir tidak ada bukti mengenai edisi pertama pada zaman Yosia, atau mengenai versi yg lebih dini lagi.

          Jika ada suntingan redaksi atas Raj sebelum atau sesudah pembuangan, itu dibuat di Palestina. Selama zaman pembuangan pekerjaan itu dapat ditangani di Babel atau di Palestina (lih Ackroyd, hlm 65-68 dan E. W Nicholson, Preaching to the Exiles, 1970, hlm 117-122). Kita tidak mengetahui nama penulis Raj, walaupun golongan yg bertanggung jawab sering disebut ‘golongan Deuteronomis’, dengan mencerminkan pandangan bahwa Raj bukan hanya bagian terakhir dari riwayat yg dimulai dalam Kej, tapi juga bagian terakhir dari riwayat sejarah Deuteronomis yg dimulai dalam Ul. Menurut pandangan ini Kitab Nabi-nabi Terdahulu (Yos — Raj) ditulis untuk menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip diumumkan di Ul, terbukti dalam sejarah Israel pada penaklukan melalui zaman Hakim dan zaman Kerajaan sampai dengan pembuangan. Pemegang teori itu lazim menganggap Ul ditulis tidak lama sebelum pembuangan, walaupun teori dapat dipegang tanpa tambahan itu.

          Tapi harus diperhatikan, undang-undang yg ditekankan dalam Ul tidak sama penekanannya dalam Raj. Pertama, Raj tidak mencerminkan kepentingan kemanusiaan, sosial dan moral dari Ul. Kedua, Ul tidak begitu menekankan tempat ibadah pusat dan kerajaan seperti Raj, walaupun disebut dalam beberapa ay. Ul tidak menyebut Yerusalem sebagai tempat ibadah pusat, dan tidak memberi anti teologis pada kerajaan.

          ==> Image 00241


          ==> Image 00242


          III. Sifat sastra

          Secara formal Raj menceritakan riwayat pemerintahan tiap raja. Riwayat tentang raja di kerajaan Selatan dan kerajaan Utara berjalin untuk membuat struktur kronologis. Tiap raja dilukiskan dan dinilai menurut suatu pola, yg terlihat paling jelas dalam riwayat raja Yosafat (#/TB 1Raj 22:41-49*) dan Amon (#/TB 2Raj 21:19-26*). Tapi bahan lain dimasukkan ke dalam pelukisan dan penilaian pendek itu, sehingga kadang-kadang permulaan dan kesudahan pemerintahan seorang raja dipisahkan dengan beberapa ps (mis, riwayat Hizkia, #/TB 2Raj 18; 19; 20*). Ke dalam riwayat pemerintahan Salomo, Rehabeam, Ahab, Yoram, Yehu dan Yoas misalnya, dimasukkan banyak bahan mengenai hal rajawi dan politik. Cerita lain menceritakan kehidupan nabi, khususnya Elia, Elisa dan Yesaya, yg pernah terlibat dalam politik dan hal rajawi (dlm #/TB 2Raj 5; 6; 7* nama raja tidak disebut, ia tidak penting). Ada juga cerita tentang kehidupan dan pelayanan nabi (mis #/TB 2Raj 4*). Segi pandangan dari seluruh karya terlihat sistematis dalam komentar teologis yg mengakhiri sejarah kerajaan Utara (#/TB 2Raj 17*).

          Ada bermacam-macam pandangan tentang nilai Raj sebagai dokumen sejarah. Memang sejarahnya tidak obyektif tapi ‘sejarah beramanat’, isinya dipilih sesuai amanatnya. Jadi Raj bukan sejarah politik, tidak diceritakan beberapa zaman penting dalam politik (mis pemerintahan Omri) karena tidak penting bagi tesis penulis mengenai hubungan Israel dengan Yahweh.

          Namun Raj melibatkan bahan sejarah yg tinggi nilainya. Ringkasan pemerintahan raja berkata bahwa pembaca dapat melanjutkan pembacaan dalam ‘kitab perbuatan Salomo’ dan catatan sejarah dari raja-raja. Nampaknya sumber ini menyediakan fakta sejarah (mis nama ibu raja dan acuan singkat pada peristiwa khusus). Kronologi kerajaan sangat rumit (*KRONOLOGI PL; E Thiele, The Mysterious Numbers of the Hebrew Kings2, 1965). Selain kitab sejarah kerajaan itu, banyak ahli menerima bahwa ps 1-2 merupakan akhir dari cerita tentang Salomo naik takhta, permulaannya paling mungkin di 2 Sam ps 9. Mengenai riwayat lain dalam Raj, Gray mis mengakui nilai historis dari bahan cerita tentang peristiwa politik dan militer dan nabi-nabi. Tapi ia menganggap cerita-cerita pribadi tentang Elia dan Elisa (#/TB 1Raj 17* dan #/TB 2Raj 1; 2; 3; 4; 5; 6*) sebagai dongeng saja, karena menceritakan mujizat. Tidak jelas sumber yg dipakai penulis kecuali catatan sejarah kerajaan yg disebutnya. Banyak bahan arkeologis dari Zaman Besi di Israel dan Yehuda, menyoroti peristiwa dalam Raj.

          Metode penulis membuat Raj tidak menjadi kesatuan sastra lancar. Penulis Raj menyampaikan bahan dari sumber seperti bentuk aslinya tanpa penyuntingan, tapi mempersatukan karyanya dengan cara memakai bingkai khusus, yaitu rumusan singkat, untuk mengikat bahannya. Kadang-kadang bahan asli, atau bentuk bagian bahan terkumpul, dapat dipelajari sebagai kesatuan sastra dengan hasil baik. Cara ini mungkin lebih banyak dipakai pada masa kemudian (Semeia 3, 1975; 8, 1977).

          Tidak banyak masalah teks dalam MT, tapi penemuan di Qumran dan bukti dari Taw dan LXX, mempengaruhi pengetahuan kita tentang tradisi naskah Raj (dan kitab-kitab lain) sebelum MT dikerjakan (*NASKAH DAN TERJEMAHAN).

          IV. Tekanan

          a. Raj mulai pada saat sejarah Israel ‘Deuteronomis’ mencapai titik puncaknya, yaitu pada waktu kerajaan masih bersatu. Hal ini menerangkan pentingnya kerajaan Daud dan Bait Allah didirikan oleh Salomo. Perjanjian Yahweh dengan Daud (#/TB 2Sam 7:11-16*) sering disebut oleh Yahweh dan penulis Raj untuk menerangkan kesetiaan-Nya kepada Yehuda dan keturunan Daud (#/TB 1Raj 6:12; 11:12-13,36*; #/TB 2Raj 8:19; 19:34*). Kesetiaan Daud kepada Allah sering (walaupun agak mengherankan) dijadikan tolok ukur menilai raja-raja yg kemudian. Efek dari pemerintahan seorang raja dapat juga bersifat negatif: dosa Manasye dianggap alasan pembuangan seluruh bangsa (#/TB 2Raj 24:3-4*). Dengan demikian kesejahteraan bangsa terkait pada tindakan raja (#/TB 2Raj 21:11-15*).

          Pembangunan Bait Allah dilukiskan dalam ps-ps pertama Raj. Teologi kitab itu terlihat khusus dalam ps 8, Bait Allah dikatakan tempat kediaman nama Allah. W Eichrodt (Theology of the OT, 2, 1967, hlm 23-45) berpendapat, bahwa nama Yahweh adalah bentuk paling maju dari ‘hal merohanikan penyataan Allah’ — cara menyebut kehadiran Allah yg nyata dalam penyataan, tanpa merendahkan transendensi-Nya. Pentingnya Bait Allah membuatnya menjadi tolok ukur pemerintahan raja. Yerobeam I dihukum sebab menciptakan bagi kerajaan Utara bentuk ibadah baru dalam tempat baru (#/TB 1Raj 12; 13*), dan pengikutnya dihukum karena meneruskan ibadah itu. Yosia yg muncul pada akhir cerita tidak seperti Yerobeam muncul pada permulaannya, dipuji karena memperbaharui ibadah dalam Bait Allah seusai menghancurkan tempat tinggi dan bukit pengorbanan di Betel (#/TB 2Raj 22; 23*).

          b. Tapi penulis Raj tidak menilai kerajaan dan Bait Allah sebagai yg tertinggi. Keduanya harus takluk pada Taurat. ‘Bagi penulis hubungan antara Musa dengan Daud adalah masalah pokok dari sejarah Israel’ (G von Rad, Old Testament Theology, 1, 1968, hlm 339). Perjanjian dengan Daud berlaku hanya jika tuntutan dari perjanjian Musa diterima. Peranan penjahat dalam riwayat sejarah Yehuda diperankan oleh Manasye, perbuatannya hampir sama dengan daftar yg tidak boleh diperbuat Israel (bnd #/TB 2Raj 21:2-9* dgn #/TB Ul 17:2-4; 18:9-12*). Manasye dibandingkan dengan Yosia: penulis Raj menekankan arti penting dari penemuan ‘kitab perjanjian’ pada zamannya dengan cara menyebutnya lebih dulu dalam sejarah pemerintahannya (bnd #/TB 2Taw 34*), dan daftar perbuatannya hampir sama dengan daftar perbuatan yg diperintahkan pada Israel. Dengan demikian tuntutan dan larangan Taurat (khususnya Ul) menyediakan prinsip untuk mengerti sejarah Israel. Jika raja menaati Taurat (khususnya perintah beribadah) ia berkembang, jika sebaliknya, tidak.

          Ucapan nabi dianggap meneruskan dan mendukung firman tertulis Musa (bnd peranan Hulda setelah Kitab Undang-undang ditemukan, #/TB 2Raj 22:13-20*), dan harus diperhatikan oleh raja dan rakyat. ‘Perhatian penulis tertarik pada peranan Firman Allah dalam sejarah’ (G von Rad, ‘The Deuteronomistic theology of history in the books of Kings’, dlm Studies in Deuteronomy, SBT 9, 1961, hlm 91). Raj menggambarkan ‘cara jalan sejarah dibentuk dan diarahkan sampai penggenapan, oleh firman tentang hukuman dan keselamatan yg terus dimasukkan ke dalam sejarah itu’ (G von Rad, Old Testament Theology 1, hlm 344). Hal itu tercapai melalui panjang cerita tentang nabi dan khususnya keterlibatannya dalam politik bangsa. ‘Prakarsa dalam peristiwa politik yg menentukan perjalanan sejarah, adalah kebijakan nabi yg menukar persneling sejarah dengan firman dari Allah’ (von Rad, hlm 342). Hal itu dijelaskan juga dengan cara menceritakan bagaimana nubuat digenapi (#/TB 1Raj 11:29-39* dgn #/TB 1Raj 12:15*; #/TB 1Raj 13:1-10* dgn #/TB 2Raj 23:15-18*; #/TB 2Raj 20:16-17* dgn #/TB 2Raj 24:13*). Tekanan pada penggenapan dari nubuat yg benar, mungkin mencerminkan persoalan nubuat yg palsu pada zaman pembuangan. Sikap raja terhadap firman yg disampaikan nabi menunjukkan sikapnya terhadap Allah (Hizkia, Yosia).

          c. Perjanjian diuraikan dalam Ul berupa keterangan. Allah memberkati orang yg setia tapi menimbulkan malapetaka atas orang yg durhaka (#/TB Ul 28; 29; 30*). Sesuai dengan itu, penulis Raj mengatur bahan pemerintahan Salomo untuk menjelaskan bahwa kesulitan raja itu timbul karena hubungannya dengan perempuan asing (#/TB 1Raj 11*). Tapi penulis mengakui, keadilan Allah tidak senantiasa demikian langsung pelaksanaannya. Pemerintahan Manasye panjang dan makmur, buah kedurhakaannya kelihatan hanya beberapa tahun kemudian (#/TB 2Raj 21; 24:3-4*), Yosia menaati firman Yahweh tapi mati tragis pada usia muda (#/TB 2Raj 23:29*).

          V. Amanat dan tujuan

          Penulis Raj meninjau ulang sejarah bangsanya untuk menerangkan sebab musabab terjadinya pembuangan, dengan mengakui keadilan Allah dalam hukuman-Nya atas Israel. Pengakuan itu ‘menaikkan puji karena keadilan dan hukuman Allah’, dan ‘walaupun nampaknya tak ada harapan, namun meletakkan dasar satu-satunya yg mungkin untuk masa depan’ (Ackroyd, hlm 78, mengikuti von Rad), karena menggantungkan bangsa langsung pada kasih karunia ilahi.

          Bahwa masih ada harapan terlihat dalam keterbukaan tekanan teologis (lih di atas) pada masa depan. Mudah-mudahan kesetiaan Allah kepada Daud masih berlaku: cerita pembebasan Yoyakhin dalam bagian terakhir Raj membuat harapan itu nyata. Bait Allah dirampas dan dibakar, namun orang masih dapat berdoa di situ, dari jauh orang dapat berkiblat kepadanya, dan Allah berjanji akan mendengarkan doa itu (lih #/TB 1Raj 8; 9*). Hukuman sudah datang sesuai syarat perjanjian, tapi perjanjian itu menjamin juga kesempatan bertobat dan kemungkinan adanya pemulihan seusai hukuman (lih #/TB 1Raj 8:46-53*; bnd #/TB Ul 30*). Firman yg disampaikan nabi tapi yg tidak diperhatikan oleh Israel, adalah alasan lebih lanjut bagi hukumannya, tapi penggenapan firman itu juga mendorong harapan bahwa janji pemulihan akan digenapi.

          Dengan demikian dapat dilihat, penulis Raj bertujuan mengajar, ‘membentangkan pandangan ilahi tentang sejarah Israel’ (R. K Harrison, hlm 722). Lebih dari itu, ia memberitakan kabar baik (E. W Nicholson, hlm 75) dengan membuka kemungkinan Israel masih akan hidup. Atas dasar itu penulis Raj juga menantang generasi Pembuangan untuk kembali pada Yahweh dalam pertobatan, iman dan minat akan ketaatan (bnd #/TB 1Raj 8:46-50*). ‘Peristiwa hukuman thn 587 tidak berarti sejarah umat Allah telah berakhir: titik akhir itu akan datang hanya jika Israel menolak untuk bertobat’ (von Rad, Old Testament Theology, 1, hlm 346).

          VI. Konteks dan implikasi

          Sebagai situ dari sekian tanggapan terhadap kejatuhan kerajaan Yehuda dan pembuangan, Raj dapat dibandingkan dengan *RATAPAN (berisi lima mazmur yg menyatakan perasaan dan harapan percobaan Yehuda sesudah jatuhnya Yerusalem) dan Yer, yg dekat dalam gaya sastra dan teologi dengan Raj. Lih buku E. W Nicholson. Raj dapat dinalar dari catatan sejarah yg sejajar di Taw, Yes dan Yer (lih B. S Childs, ‘Isaiah and the Assyrian Crisis’, SBT, 2.3, 1967).

          Menurut J. Ellul ada dua sumbangan Raj pada Kanon Alkitab (The Politics of God and the Politics of Man, 1972, hlm 13-21 — isinya tafsiran bag-bag dari 2 Raj). Pertama, Raj memperlihatkan keikutsertaan ilahi dalam kehidupan politik dan hukuman, dengan demikian memperingatkan jangan terlalu mementingkan atau terlalu meremehkan dunia politik itu.

          Kedua, ditunjukkannya bagaimana kehendak manusia yg mengambil keputusan politik dan melaksanakan kebijakannya, saling mempengaruhi dengan keputusan bebas Allah yg melaksanakan kehendak-Nya melalui keputusan bebas manusia.

          Allah bertindak dalam sejarah. Kebenaran itu pernah terlalu ditekankan oleh golongan ahli Alkitab, kemudian dikurangi pentingnya, namun masih benar. Raj menekankan kebenaran tersebut (J. E Goldingay dlm TynB 23, 1972, hlm 58-93; D. N Freedman, Int 21, 1967, hlm 32-49). Allah sungguh-sungguh mencapai tujuan-Nya dalam sejarah, dan umat-Nya sekarang dapat menguji tindakan-Nya masa kini dengan memakai tindakan-Nya masa lampau sebagai tolok ukur.

       KEPUSTAKAAN.
  • Bahan pelajaran: C. F Keil, The Books of the Kings, 1872;
  • C. F Burney, Notes on the Hebrew Text of the Books of Kings, 1903;
  •  J. A Montgomery (red. H. S Gehman), The Books of Kings, ICC, 1951.
  • Buku disebut dalam artikel di atas: P. R Ackroyd, Exile and Restoration, 1968;
  •  RK Harrison, IOT, 1970, hlm 730 dst; J Gray, I II Kings, 1970; E Thiele, The Mysterious Numbers of the Hebrew Kings 2, 1965;
  • G von Rad, Old Testament Theology, 1968: ‘The Deuteronomistic Theology of History in the Books of Kings’, dalam, SBT 9, 1961, hlm 91; J Ellul;
  • The Politics of God and the Politics of Man, 1972.

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...