Thursday, June 7, 2018

ORANG SADUKI.


ORANG SADUKI.

       Semua sumber data yg ada tidak sepakat dan tidak lengkap untuk memberikan gambaran yg tepat. Di antaranya ialah: (1) Josephus, BJ2. 119, 164-166; Ant. 13. 171-173, 293-298; 18. 11, 16-17; 20. 199; Vit. 10-11; (2) Mishnah, ‘Erubin 6. 2, Hagigah 2. 4, Makkoth 1. 6, Parah 3. 3, 7, Niddah 4.2, Yadaim 4. 6-8; (3) PB, #/TB Mat 3:7; 16:1,6,11,12; 22:23-34*; #/TB Mr 12:18-27*; #/TB Luk 20:27-38*; #/TB Kis 4:1,2; 5:17; 23:6-8*.

       Nama dan asal usul golongan Saduki juga diperdebatkan. Nama itu pernah dikatakan berasal dari Zadok, atau yg sezaman dengan Salomo yg keturunannya dipandang sebagai garis keimaman murni (bnd #/TB Yeh 44:15* dab; #/TB Yeh 48:11*) atau seorang yg diduga pendiri atau pemimpin mula-mula golongan itu (pernyataan dlm Aboth of Rabbi Nathan 5 bahwa Antigonos dari Soko mempunyai dua murid, Zadok dan Boethus, yg terjerumus ke dlm penyesatan, mungkin sekali tidak mempunyai dasar historis). Tapi keluarga imam besar Hasmonean yg sedang memerintah bukanlah kaum Zadok (1 Makabe 2:1; 14:29), dan ‘d’ ganda baik dalam bentuk Ibrani maupun Yunani pada nama itu sulit diberi keterangan jika nama itu dijabarkan dari Zadok. T. W Manson menyarankan suatu jabaran dari Yunani syndikoi, ‘pengawas fiskal’ (’ d’ ganda itu dijelaskan sebagai akibat dari asimilasi ‘n’). Hubungannya dengan kata tsaddiq, ‘benar’, mungkin merupakan persamaan huruf hidup berdasarkan bunyi.

       Empat macam teori mengenai asal usul golongan Saduki dengan ringkas digambarkan sebagai berikut. M. H Segal, mengikuti Wellhausen, berpikir bahwa mereka terutama suatu partai politik, berasal dari kaum Helenis Yahudi. G. H Box, mengikuti Geiger, berpendapat bahwa mereka adalah partai agama, dan bahwa beberapa dari ahli Taurat di dalam Kitab-kitab Injil adalah ahli kitab Saduki. L Finkelstein berpendapat, bahwa mereka dulunya adalah suatu badan ningrat pedesaan, sebagai lawan bagi Farisi yg urban. T. W Manson beranggapan, bahwa mereka pada mulanya pejabat-pejabat’negara (lih di atas).

       Dalam ihwal tingkah laku kaum Saduki agak tidak berbudi. Kasar terhadap bangsawan seperti terhadap orang asing. Dan mereka menganggap kebajikan bila berdebat dengan guru-guru mereka. Mereka tidak mempunyai pengikut di kalangan rakyat, melainkan terbatas pada kaum kaya. Mereka lebih keras dalam penghakiman ketimbang Yahudi lainnya. Banyak, tapi tidak semua, dari para imam berasal Saduki; namun hampir semua orang Saduki ternyata menjadi imam, terutama keluarga-keluarga imam yg amat berkuasa. Di kalangan kaum Hasmonean yg mula-mula, beberapa orang Saduki memegang jabatan di gerousia (’ senat’ atau Sanhedrin).

       Yohanes Hirkanus, yg merasa dihina oleh desakan Eliazar, anggota perutusan Farisi, supaya mengundurkan diri dari jabatan imam agung yg dipegangnya, beralih pihak dari Farisi kepada Saduki. Kaum Saduki menikmati dukungan para penguasa Hasmonean sampai masa pemerintahan Salome Aleksandra (76-67 sM), yg lebih menyukai kaum Farisi. Di bawah Herodes dan orang Romawi kaum Saduki menguasai Sanhedrin. Partai itu surut bersamaan dengan penghancuran Bait Allah pada thn 70. Bahkan Yosefus mengatakan, bahwa ketika masih berkuasa, kaum Saduki karena takut terhadap rakyat, terpaksa bekerja sama dengan kaum Farisi.

       Dalam agama kaum Saduki ditandai oleh konservatisme mereka. Mereka menyangkal keberlakuan yg mantap dari apa pun kecuali hukum-hukum tertulis dari Pentateukh. Mereka menolak ajaran-ajaran yg kemudian tentang jiwa dan kehidupan sesudah kematian, kebangkitan, pahala dan imbalan, malaikat dan setan-setan. Mereka percaya bahwa nasib tidak ada, karena manusia memiliki pilihan bebas tentang baik dan jahat; kemakmuran dan nasib malang merupakan hasil dari perbuatan sendiri.

       KEPUSTAKAAN.
HJP2 2, hlm 404-414; M. H Segal, Expositor serf 8, 13, 1917, hlm 81 dst; G. H Box, Expositor 15, 1918, hlm 19 dst, 401 dst, dan 16, 1918, hlm 55 dst; L Finkelstein, HTR 22, 1929, hlm 185 dst; T. W Manson, BJRL 22, 1938, hlm 144 dst; J. Z Lauterbach, dalam Studies in Jewish Literature in honour of Prof K Kohler, 1913, hlm 180-190; J. W Lightley, Jewish Sects and Parties in the Time of Jesus, 1923, hlm 5-173; lih juga L Finkelstein, The Pharisees, 1938; J Le Moyne, Les Sadduceens, 1972; J Lightstone, ‘Sadducees versus Pharisees: the Tannaitic Sources’ dalam J Neusner (red.) Christianity, Judaism and other Greco-Roman Cults, 3, 1975, hlm 206-217,

No comments:

Post a Comment

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...