Friday, December 1, 2023

𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐌𝐞𝐧𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 & 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧

 

𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐌𝐞𝐧𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 & 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐮𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 (𝐘𝐞𝐬𝐚𝐲𝐚 𝟒𝟏:𝟏-𝟐𝟏) 

Allah tidak pernah berjanji bahwa hidup kita sebagai seorang Kristen akan selalu lancar dan tanpa kesulitan. Namun jangan putus asa, karena Allah menjanjikan bahwa Ia akan menuntun, menyertai, dan memberi kita kekuatan dalam menjalani kehidupan yang penuh permasalahan yang rumit.

Ayat 1-7 menggambarkan ketidakbergunaan berhala-berhala dan dilema orang-orang kafir yang memilih untuk bergantung kepada sesamanya, dan kepada berhala (5-7). Lalu Allah berseru kepada Israel yang telah Dia pilih agar tidak takut dan bimbang karena Allah menyertai mereka (8-10).

Ada tiga alasan kenapa Israel tidak perlu takut dan dapat bergantung kepada Allah dengan tenang. 

Pertama, walaupun banyak musuh yang marah terhadap Israel, Allah akan membuat malu musuh-musuh umat-Nya (11-12), sebab Tuhan sendiri yang memegang tangan Israel dan menolong mereka (13). 

Kedua, walaupun umat Allah lemah (digambarkan dengan "cacing Yakub" dan "ulat Israel"), tetapi itu bukan masalah, Karena Allah akan "memegang tangan kanan" mereka dan menolong mereka (13-14). Allah akan menguatkan sehingga si cacing atau si ulat akan menjadi "papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar, " sehingga akan "mengirik gunung dan menghancurkannya" (14-15). 

Ketiga, walaupun keadaan begitu sulit sehingga orang- orang sengsara tidak dapat menemukan air hingga jadi kehausan, tetapi Tuhan akan menjawab mereka dan tidak meninggalkan mereka (17). Bahkan Tuhan akan membuat "mata-mata air membual di tengah dataran, dan membuat padang gurun menjadi telaga, dan memancarkan air dari tanah kering (18). Bahkan tanaman-tanaman akan ditumbuhkan dan semua orang kemudian mengetahui bahwa Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menjadikan semua itu (19-20).

Tidak ada situasi apa pun dimana Allah yang Mahakuasa tidak dapat menolong kita. Dengan demikian kita tidak perlu takut kepada musuh yang marah, pada kelemahan diri kita sendiri, maupun keadaan yang begitu menyulitkan, karena ada Allah yang menyertai dan menuntun tangan kita. (𝐬𝐡)

Thursday, November 30, 2023

𝐓𝐚𝐤𝐮𝐭 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡, 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚

𝐓𝐚𝐤𝐮𝐭 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡, 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 (𝐀𝐦𝐬𝐚𝐥 𝟐𝟗:𝟏𝟔-𝟐𝟕) 

Manusia cenderung takut kepada manusia daripada takut akan Allah. Tidak mengherankan Amsal berkata jika orang fasik bertambah, maka bertambah pula pelanggaran (16). Artinya, pengaruh mereka semakin besar. Mereka dapat memengaruhi orang yang tadinya tidak mau berbuat jahat ikut melakukan kejahatan, sehingga kawanan orang fasik bertambah. Walaupun orang fasik kelihatan berkuasa dan membuat banyak orang takut dan ikut berbuat jahat, amsal mengajarkan bahwa ketakutan itu hanya mendatangkan jerat. Tetapi siapa percaya kepada TUHAN pasti dilindungi (25).

Kita harus menyadari bahwa seberapa besar kuasa orang fasik, pada akhirnya kefasikan mereka akan menjadi jerat bagi dirinya. Orang benar akan menang atas mereka. Contohnya, Haman yang jahat dan sangat berkuasa berencana membunuh Mordekhai dan membinasakan seluruh bangsa Yahudi. Dengan dukungan dari raja Persia, Haman akan mewujudkan rencananya. Akhirnya, ia dihukum gantung pada tiang gantungan yang dibuatnya untuk menggantung Mordekhai (Est. 7:10).

Pemerintah adalah instansi manusia yang sangat berkuasa di muka bumi. Karena itu, banyak orang lebih takut kepada pemerintah dan mencari muka pada pemerintah (26). Tetapi, kita harus menyadari bahwa semua pemerintah di dunia berada di bawah kekuasaan Allah. "Tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah" (Rm. 13:1). Akhirnya, pemerintah turut bertanggung jawab kepada Allah (bdk. Allah meminta pertanggungjawaban kota Niniwe, Yun. 1:1-2), dan "dari TUHAN orang menerima keadilan" (26).

Dengan demikian, kita harus menyadari bahwa seberapa besar kuasa seseorang atau sebuah pemerintahan, kekuasaan tersebut tetap ada dalam kedaulatan dan kontrol Allah. Pada akhirnya, kita semua akan mendapatkan penghakiman dari Allah. Kita harus lebih takut kepada Allah, daripada takut kepada manusia. [IT]

𝐀𝐝𝐚 𝐌𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡

𝐀𝐝𝐚 𝐌𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 (𝐈𝐛𝐫𝐚𝐧𝐢 𝟓:𝟏𝟏-𝟔:𝟖) 

Bila ada seorang yang badannya bertumbuh besar sedangkan kelakuannya masih seperti anak balita, kita tahu pasti ada masalah yang cukup serius dalam dirinya. Demikian juga dengan Kristen. Tujuan Kristen yang utama adalah kedewasaan dan teladan utamanya adalah Yesus Kristus (Ef. 4:13) -- yang telah "mencapai kesempurnaan" melalui penderitaan-Nya. Oleh karenanya, bertumbuh menuju kedewasaan merupakan suatu keharusan bagi kita (ayat 12). Jika ada Kristen yang tidak mau bertumbuh, pasti ada masalah (bdk. 1Kor. 14:20). 

Mendengar peringatan firman. Orang Ibrani terancam bahaya, yaitu berbalik dari iman yang menghidupkan kepada iman yang mematikan. Penulis surat kuatir mereka belum menyadari bahaya itu. Firman Tuhan tidak diberikan untuk menjawab semua pertanyaan kita secara teoretis mengenai kemungkinan terjadi kemurtadan dalam berbagai situasi; tetapi memberi peringatan secara praktis dan pribadi kepada setiap orang yang cenderung berhenti dalam perjalanan imannya. 

Kecenderungan ini sangat membahayakan. Sebaliknya, secara positif firman-Nya menghimbau kita semua dengan kasih yang mesra, untuk maju terus menuju kedewasaan dalam Kristus (ayat 6:9). 

Doa: Ya Yesus, jagalah langkahku tetap beriman mengiring-Mu. (𝐬𝐡)

𝐁𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡? 𝐃𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧

𝐁𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡? 𝐃𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 (𝐌𝐚𝐳𝐦𝐮𝐫 𝟏𝟒𝟔:𝟏-𝟏𝟎) 

Banyak kejadian buruk menghiasi halaman koran dan layar TV kita. Bencana alam terjadi di mana-mana, kekisruhan politik melanda begitu banyak tempat, atau penyakit yang semakin aneh-aneh wujudnya. Belum lagi masalah ekonomi dan pekerjaan yang semakin sulit didapat. Bila salah satu dari hal buruk itu menghimpit kita, apa kita bisa berkata seperti pemazmur, "Pujilah Tuhan, hai jiwaku" (1)?

Mazmur 146 adalah mazmur pertama dari rangkaian lima mazmur haleluya, yang terdiri dari Mazmur 146-150. Kelima mazmur itu memiliki karakteristik sebagai pujian yang bersifat deskriptif. Mazmur 146 ini memang memaparkan bahwa Tuhan yang adalah Pencipta (5-6) dan Raja (10) memperhatikan orang-orang yang beriman kepada Dia, yaitu mereka yang mencari pertolongan-Nya. Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi, bukan hanya peduli pada hal-hal yang besar. Ia juga peduli pada orang-orang yang tertindas, kelaparan, terbelenggu, sakit, atau yang kesepian dan sendirian (7-9). Apakah Allah bisa diharapkan? Ya, Dia setia (6)! Maka pemazmur mengawali dan mengakhiri mazmurnya dengan sebuah panggilan untuk memuji Tuhan (1-2, 10b).

Bagi kita, mazmur ini memberikan sebuah perspektif dalam melihat permasalahan. Bukan memandang seperti seekor katak dalam tempurung, tetapi dari ketinggian hingga bisa memandang lebih luas, seperti mata seekor burung yang sedang terbang. Melihat bukan dari sudut pandang terbatas, tetapi dengan pemahaman bahwa Allah berdaulat dan berbelas kasihan. Maka ketika menghadapi masalah, jangan mencari bantuan dari orang-orang yang berkuasa, baik dalam bidang politik, atas fenomena alam, atau atas penyakit. Hanya kepada Tuhan saja kita patut datang, itulah yang pertama-tama dan yang terutama harus kita lakukan saat mengalami kesulitan. 

Jangan ragu, mintalah pertolongan-Nya. Dia mau mendengar dan memperhatikan permohonan Anda. Dan saat pertolongan itu datang, pujilah Dia. Bagaimana bila Anda sedang tidak bermasalah? Tetap puji Tuhan tentunya. (𝐬𝐡)

𝐊𝐞𝐦𝐮𝐧𝐚𝐟𝐢𝐤𝐚𝐧: 𝐑𝐚𝐜𝐮𝐧 𝐊𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧

𝐊𝐞𝐦𝐮𝐧𝐚𝐟𝐢𝐤𝐚𝐧: 𝐑𝐚𝐜𝐮𝐧 𝐊𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 (𝐋𝐮𝐤𝐚𝐬 𝟏𝟒:𝟏-𝟏𝟒) 

Orang munafik selalu merasa lebih baik daripada orang lain. Perasaan demikian muncul karena status, prestise, atau juga prestasi yang dilebih-lebihkan. Perasaan pede yang berlebihan ini mengakibatkan mereka lalai untuk memeriksa diri apakah tindakan mereka sesuai dengan status; prestasi mereka sepadan dengan prestise. Mereka juga akan cenderung curiga dan menganggap orang lain yang berhasil sebagai musuh atau saingan. 

Sekali lagi Yesus mengkonfrontir orang-orang Farisi dengan kemunafikan mereka (ayat 3), mereka bungkam tidak bisa membantahnya (ayat 6). Sabat adalah larangan bagi orang lain, tetapi mereka akan selalu mencari alasan untuk membenarkan diri ketika melanggarnya. Ketidakpekaan terhadap orang lain selain membuat mereka tidak peduli pada orang lain, juga membuat akal sehat mereka tumpul. Yesus menunjukkan bagaimana orang sedemikian akan dipermalukan melalui perumpamaan pesta perkawinan (ayat 7-11). Kerendahan hati adalah kata kuncinya! Rendah hati berarti mengenali diri sendiri dan posisinya secara tepat, baik di mata Allah, maupun di hadapan orang lain. 

Akhirnya, Yesus juga mengingatkan agar kemunafikan diganti dengan sikap peduli kepada orang lain. Orang munafik cenderung memilih-milih orang untuk dijadikan teman bergaul; pergaulan mereka dilakukan bukan atas dasar kemanusiaan, tetapi atas dasar prestise. Maka, perumpamaan di 12-14 ini sangat tepat untuk menyindir orang-orang munafik. Pergaulan sedemikian tidak menjadi berkat, baik bagi orang yang diundang maupun bagi diri sendiri. Sebaliknya orang yang kemanusiaannya tinggi bergaul dengan tidak memandang golongan, prestise sebagai alat ukur untuk orang lain. 

Renungkan: Kemunafikan adalah racun kehidupan yang lambat tetapi pasti akan menghancurkan hidup, prestise, dan prestasimu. (𝐬𝐡)

𝐓𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐧𝐚𝐫

 

𝐓𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐧𝐚𝐫 (𝐀𝐦𝐬𝐚𝐥 𝟏𝟑:𝟏-𝟐𝟓) 

Dengan ukuran seperti apakah kita ingin dinilai oleh Tuhan? Apakah dengan harta, kekuasaan, atau kesalehan? Ini adalah salah satu pertanyaan penting yang ditujukan pada diri kita. Bagaimana kita menyikapi panggilan hidup dalam kekayaan menurut ukuran Tuhan?

Amsal pada bagian ini bisa dibagi dalam tiga tema besar: 

✅Pertama, pentingnya seorang yang bijaksana memelihara kebenaran (1-6). 

✅Kedua, perenungan tentang hakekat kekayaan sejati dalam kehidupan (7-11). 

✅Ketiga, perenungan tentang akibat yang diterima baik oleh orang bijak maupun orang fasik, ketika mereka menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan mereka (14-25).

Kunci pemahaman Amsal didapatkan dalam ayat 13-14, "Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan. Ajaran orang bijak adalah sumber kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat-jerat maut." Kita akan memperhatikan pemahaman bagian kedua sebagai perenungan kita saat ini. Kekayaan sejati tidak diukur berdasarkan materi, melainkan dinilai dengan ukuran kerohanian, yakni kebenaran yang memiliki nilai kekekalan.

Saat ini, ada banyak orang yang sangat kaya dalam hidupnya. Tetapi lima menit setelah mati, mereka akan segera menjadi orang yang sangat miskin. Mereka seperti orang kaya bodoh yang dituturkan oleh Injil Lukas 12. Orang kaya itu menganggap bahwa hidup hanya diukur dari tingkat keberhasilannya. Amsal 13:8-10 menegaskan, "Kekayaan adalah tebusan nyawa seseorang...Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat." Artinya, di mana muncul pertentangan, di balik itu ada kebanggaan seseorang dipertaruhkan. 

Karena itu betapa pentingnya datang ke Salib, sebab manusia lama kita sudah mati. Itulah satu-satunya cara bagi kita untuk menyingkirkan kebanggaan. Itulah satu-satunya cara menyingkirkan perselisihan dalam hidup Anda. [IBS]

Wednesday, October 11, 2023

Kaya -- Miskin

Kaya -- Miskin (Amsal 22:1-16)

Siapa pun manusia, baik kaya maupun miskin, diciptakan oleh Tuhan (2), sesuai peta dan teladan-Nya. Dapatkah dibenarkan bila si kaya menindas si miskin atau si miskin balas dendam terhadap si kaya? Namun pada umumnya yang terjadi adalah si kaya menguasai si miskin dan si miskin menjadi budak dari si kaya (7). Anehnya banyak orang miskin menikmati keberadaannya dan berdalih membela kemalasannya: "Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan" (13). Beralasan takut bahaya, mereka tidak melakukan apa-apa dan hanya menunggu belas kasihan orang lain. Inilah si miskin yang terjerat karena kemiskinan mentalnya sendiri, tak ada sedikit pun tekad merubah kemiskinannya. Benarkah bila kita menaruh belas kasihan kepada orang miskin ini? 

Bagaimana dengan si kaya? Apakah kekayaan yang paling berharga dalam hidupnya? Bagi si kaya mungkin benar, tetapi ada yang jauh lebih berharga bagi manusia, yakni nama baik dan relasi kasih. Keduanya tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan bahkan perak dan emas sekalipun (1). Kekayaan yang hanya berupa materi tak akan membuat manusia hidup berarti, kecuali ia membagikannya kepada si miskin dan hidupnya akan diberkati (9). Bila si kaya dan si miskin bersama menyadari bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan, maka terbinalah hubungan kasih sejati, yang kuat menolong yang lemah, dan hidup bersama dalam takut akan Tuhan. 

Penulis Amsal juga mengingatkan tentang pentingnya pendidikan bagi orang muda. Kebodohan melekat di hati orang muda, sehingga perlu tongkat didikan untuk mengusirnya (15). Karena kebodohan ini, orang muda tidak dapat memilih jalannya sendiri, ia belum dapat membedakan yang benar dan salah. Karena itu pendidikan perlu dilakukan sedini mungkin, agar anak-anak, remaja, atau pemuda dapat diarahkan kepada jalan yang benar. Bekal kebenaran di masa muda mempersiapkan mereka menempuh jalan kebenaran di masa tuanya, sehingga mereka tidak menyimpang. 

Renungkan: Bertindaklah bijaksana, baik terhadap orang kaya maupun orang miskin, karena semuanya adalah ciptaan Tuhan. Dan janganlah lupa mendidik generasi muda dalam jalan kebenaran, karena perjalanan sejarah bangsa di masa depan terletak di pundak mereka. (sh)

Monday, October 9, 2023

Orang Fasik akan Tertimpa Malapetaka

Orang Fasik akan Tertimpa Malapetaka (Amsal 28:1-14)

Dalam kehidupan kita, sering kali seperti pemazmur dalam mazmur 73. Kita mengeluh bahwa orang fasik hidup dengan makmur, sedangkan orang benar selalu mendapat malapetaka dan kesulitan (Mzm. 73:3-14). Dengan mata iman, kita dapat mengamini apa yang diajarkan nas hari ini, bahwa orang fasik akan mendapatkan malapetaka karena Allah kita adalah Allah yang adil.

Orang fasik akan lari, walau tidak ada yang mengejarnya. Sebaliknya, orang benar merasa aman seperti singa muda (1). Orang fasik seolah-olah kelihatan hidup tenang dan senang, namun kehidupan mereka jauh dari perasaan tenang. Mereka terus-menerus dikejar oleh perasaan takut. Karena pada kedalaman hatinya, mereka tahu pada akhirnya akan menanggung konsekuensi atas dosa mereka.

Tidak hanya orang kaya yang menindas orang lemah, tetapi juga orang miskin ada yang menindas sesamanya yang miskin dan lemah (3). Tindakan tersebut bukan saja salah, tetapi juga tidak akan hasil apapun. Ibarat hujan deras yang menghanyutkan segala sesuatu sehingga tidak ada makanan.

Allah adalah Hakim yang tidak hanya memutuskan perkara dengan adil, tetapi juga Hakim yang membela orang benar dan menolak orang fasik. Ayat 8 mengatakan bahwa Allah akan membuat orang fasik memperbanyak hartanya dengan riba dan bunga uang. Pada akhirnya, Allah memberikan hartanya kepada orang benar yang mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah. Ini jelas terlihat dalam kitab Ester di mana Haman, orang Agag, yang sangat kaya merupakan seteru orang Yahudi. Ia berniat menghancurkan seluruh suku orang Yahudi. Akhirnya, Allah memberikan hartanya kepada Ester (Est. 8:1). Jadi, orang fasik akan jatuh ke dalam lubangnya sendiri, sedangkan orang yang tak bercela akan mewarisi kebahagiaan (10).

Jadi, orang fasik akan menerima ganjaran atas kefasikan mereka. Walaupun hidup mereka terlihat makmur dan bahagia, tetapi kita harus melihat dengan iman bahwa hidup mereka sedang menuju kehancuran. [IT]

Kematian dan Kebangkitan Kristus

Kematian dan Kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:1-11)

Dalam pasal 15 ini rasul Paulus menjelaskan pokok masalah tentang kematian dan kebangkitan. Karena kala itu jemaat Korintus "diganggu" oleh orang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan sehingga penting bagi Paulus untuk membahasnya (3).

✅Pertama, kematian Yesus merupakan dasar dari keselamatan manusia. Pernyataan "Kristus mati karena dosa-dosa kita" memberi penjelasan jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki keselamatan. Yesus mati sebagai kurban pengganti karena dosa kita. Ia mati untuk menebus kita sehingga melalui kematian-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah.

✅Kedua, Yesus yang mati itu dikuburkan (4). Bagaimana mungkin Ia dikuburkan jika Ia tidak melalui fase kematian?

✅Ketiga, Yesus dibangkitkan pada hari yang ketiga (4). Keraguan orang-orang Korintus akan kebangkitan Kristus dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti meyakinkan bahwa ada banyak orang yang melihat Yesus setelah kebangkitan. Antara lain, kepada Kefas (Petrus), kedua belas rasul (5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (6), Yakobus, kemudian semua rasul (7), dan Paulus sendiri (8). Mereka semua adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Jangan lupa hidup Paulus yang sudah diubahkan juga adalah kesaksian otentik akan kuasa kebangkitan Kristus (9-10).

Paulus mengatakan bahwa apa yang ia sampaikan ini "sesuai dengan Kitab Suci" (3, 4). Paulus tidak menyampaikan argumennya sendiri tanpa dasar tertulis. Semua yang ia kemukakan di dasarkan pada apa yang tercatat dalam Kitab Suci, yaitu berita kematian dan kebangkitan Kristus telah dinyatakan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

Hingga saat ini selalu ada orang-orang yang menyangsikan kematian dan kebangkitan Kristus. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kekristenan dan orang percaya. Oleh karenanya yang menjadi tanggung jawab setiap orang percaya ialah mempelajari Kitab Suci dengan baik, sehingga iman kita menjadi kuat dan setiap kita pula dapat melakukan pembelaan iman berdasarkan Alkitab. (sh)

Terbesar vs Terkecil

Terbesar vs Terkecil (Matius 18:1-14)

Kalau bisa kita ingin menjadi yang terbesar dalam jabatan, harta, prestasi, kehormatan, kepintaran, dlsb, namun menghindari menjadi yang terkecil. Murid-murid Tuhan pun tidak luput dari ambisi ingin posisi tertinggi dalam Kerajaan Surga. 

Mereka menganggap Kerajaan Surga suatu kerajaan yang dipimpin oleh Tuhan Yesus sebagai raja. Maka sebagai pengikut-Nya, murid-murid pasti mendapat jabatan (ayat 1). Pertanyaan tentang siapakah murid Tuhan yang akan menduduki posisi tertinggi di antara mereka memenuhi pikiran mereka. Jawaban Tuhan Yesus di luar dugaan. Ia menjadikan seorang anak kecil sebagai contoh. Apa syarat yang Tuhan ajukan bagi murid yang mau jadi yang terbesar?  

✅ Pertama, harus mengalami pertobatan sejati (ayat 3). Pertobatan sejati adalah syarat utama untuk memasuki Kerajaan Surga. Tanpanya, seseorang tidak mampu mengerti kebenaran ilahi. Itu membuktikan ia belum mengalami kelahiran kembali dalam Roh (lih. Yoh. 3:3). 

✅ Kedua, harus bersedia merendahkan diri (ayat 4). Merendahkan diri guna memberitakan Injil hendaknya dijadikan dasar pelayanan. Artinya, menanggalkan prinsip "Siapa kamu? Siapa aku?" Tidak mungkin menjangkau "mereka yang terhilang" tanpa penanggalan kesombongan diri. Kerelaan pergi memberitakan Injil kepada "mereka yang terhilang" ini diumpamakan Tuhan dengan mencari satu domba yang tersesat (ayat 12-14). Hanya orang yang sedia menjadi "kecil" saja yang tahu menghargai arti satu jiwa tersesat dibandingkan sembilan puluh sembilan yang tidak. 

✅ Ketiga, orang yang sudah diterima Tuhan apa adanya harus menerima "mereka yang terhilang" (ayat 5, 10-11). Hendaklah kita mengulurkan tangan dan menyambut dengan tulus setiap orang agar mereka datang ke persekutuan umat Tuhan tanpa membeda-bedakan status sosial, kekayaan, dan kemampuannya. 

Ingatlah: Orang besar adalah orang yang rela menjadi kecil dan tajam melihat arti dari hal-hal kecil.

Sunday, September 17, 2023

Hal-hal Berharga dalam Hidup

Hal-hal Berharga dalam Hidup ( Pengkhotbah 9:1-12)

Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti. 

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat 9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan. 

Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini? 

Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar. (sh)

Tuesday, September 12, 2023

Etos Kerja Kristen

Etos Kerja Kristen (Filipi 2:12-18)

Salah satu alat ukur penting untuk menilai pekerjaan seseorang adalah etos kerjanya. Sebagai orang Kristen kita melakukan yang terbaik karena Kristus telah memberikan yang terbaik, yaitu anugerah keselamatan. Itulah etos kerja Kristen dan itulah makna "mengerjakan keselamatan" (12).

Etos kerja yang baik mengandung nilai-nilai sebagai berikut. 

✅Pertama, kerja bukan karena dilihat orang. Paulus menasihati jemaat untuk mengerjakan pelayanan mereka dengan baik sekalipun Paulus tidak hadir di tengah-tengah mereka karena pelayanan itu ditujukan kepada Allah (12-13). Bukankah kita sering menemukan orang-orang yang bekerja keras di depan bos, tetapi bersikap santai ketika bos pergi?

✅Kedua, kerja baik dengan sungguh-sungguh, tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, pekerjaan atau pelayanan adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan (14-15). Banyak orang terlihat bekerja keras, tetapi di balik itu mereka sering mengeluh dengan alasan seperti 'gaji kecil', 'bos galak', 'lingkungan kerja buruk' dan lain-lain.

✅Ketiga, kerja dengan berdedikasi dan kerelaan untuk berkurban. Semangat materialistis mengajarkan supaya kita bekerja sesuai dengan bayaran yang disediakan. Sedangkan etos kerja Kristen mengajarkan untuk rela berkurban dan membayar harga (17).

Tiga nilai di atas menggambarkan etos kerja dan pelayanan Kristen. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan menjadi seperti bintang-bintang di dunia (15). Bintang di langit itu biasa, tetapi bintang di dunia itu langka dan luar biasa! Namun, kita harus ingat senantiasa bahwa keberhasilan kita untuk mengerjakan itu semua berasal dari Allah. Dialah yang "mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (13). Tanpa menyadari hal tersebut, kita akan menjadi sombong dan menganggap keberhasilan oleh etos kerja itu adalah semata-mata kerja keras dan kehebatan kita. (sh)

Monday, September 11, 2023

Kesatuan didalam Kristus

Kesatuan didalam Kristus (Filipi 2:1-4)

Banyak nasihat firman Tuhan bagi warga gereja sulit kita praktikkan. Mengapa? Salah satu alasannya adalah karena nasihat-nasihat itu bertentangan dengan dorongan kodrati kita. Perikop ini dimulai dengan "Jadi karena dalam Kristus, atau "Sebagaimana dalam Kristus" (ayat 1). Karya dan teladan Kristus serta pengenalan kita akan Kristus adalah sumber aliran nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan (ayat 2-4). Tanpa sumber itu, semua kesatuan di antara manusia hanyalah semu belaka. Keakraban berdasarkan kepentingan sama, interes sama, hobi sama, hanyalah kesatuan berdasarkan kesamaan dorongan ego masing-masing orang. 

Paulus mengaitkan kesatuan ini dengan kesempurnaan sukacita (ayat 1; bdk. Yoh. 17:13). Inilah sukacita seorang yang saleh, yang afeksi dan emosi terdalamnya serasi dengan rencana Tuhan. Inilah sukacita karena melihat saudara seiman hidup dalam kesatuan. 

Kesatuan ini meliputi beberapa hal. Pertama, kesehatian. Kristen seharusnya memiliki arah hati yang sama yaitu kepada Tuhan, dalam segala sesuatu memuliakan dan menyenangkan Tuhan saja. Kedua, sepikir. Pikiran harus dikuasai oleh kebenaran yang sama, yaitu firman Tuhan. Ketiga, satu kasih. Kristus mengasihi kita dan mempersatukan kita dengan Bapa yang di sorga. Waktu kita mengasihi, kita sedang membawa orang ke dalam kesatuan tubuh Kristus dengan satu tujuan, yaitu hidup bagi Tuhan dengan meneladani kehidupan Kristus. 

Ada dua hal yang dapat menghambat kesatuan ini, yaitu mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia. Untuk mengatasinya dibutuhkan sikap menganggap orang lain lebih utama daripada diri sendiri. Belajarlah melihat diri sendiri sebagai yang terakhir! Inilah cara kita menonjolkan kasih Kristus. 

Tekadku: Demi Kristus aku mau dipersatukan dengan sesama Kristen, agar aku menyenangkan Tuhan, menjadi berkat bagi sesama. (sh)

Sepiring Sayur dengan Kasih

Sepiring Sayur dengan Kasih (Amsal 15:16-33)

Pernahkah kita disakiti oleh sebuah gosip yang membuat nama baik kita tercemar? Apalagi yang menyebar gosip tersebut adalah teman sendiri. Apakah kita merasa marah dan kecewa?

Baik perasaan marah maupun kecewa merupakan salah satu bentuk pengalaman buruk yang dialami oleh manusia. Itu sebabnya kita perlu mencari hal-hal penting dalam hidup ini. Pengamsal memberikan nasihat yang berupa prinsip kehidupan, yaitu: "Lebih baik ada dalam kumpulan orang yang mengasihi kita daripada dikelilingi oleh banyak teman yang penuh kebencian" (17). Kepada para pembacanya, pengamsal memberikan nasihat untuk sabar dalam perbantahan (18). Adalah penting untuk mendengar, tetapi lamban berbicara. Alkitab mengajarkan, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah" (Yak. 1:19-20). Perhatikan bahwa Kitab Suci menegaskan setiap bagian hidup kita adalah panggilan untuk mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Di sinilah kita membutuhkan banyak nasihat yang benar dan bijak (19-23).

Dalam menjalani kehidupan di dunia, ada realitas yang bertolak belakang yang akan kita jumpai. Misalnya, orang bijak membawa kehidupan vs orang bodoh membawa kepada kematian (24). Tak satu pun dari kita suka dikritik. Jika kita tidak belajar disiplin, kita hanya merusak diri sendiri (32). Itu sebabnya kita seyogianya hidup takut akan Tuhan (25-33). Inilah instruksi untuk menjadi bijaksana. Salomo mengatakan, "Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN daripada banyak harta dengan disertai kecemasan" (Ams. 15:16). Selain itu, 

Tuhan Yesus berkata, "Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu" (Luk. 11:34) Pertanyaannya adalah sejauh mana kita sungguh-sungguh meletakkan segala rasa kuatir dan takut dalam pemeliharaan dan pertolongan Tuhan? [IBS]

Pahlawan Iman Perjanjian Lama

 

Pahlawan Iman Perjanjian Lama (Ibrani 11:1-7)

Sering kita mendengar orang berkata bahwa Perjanjian Lama mengajarkan perbuatan yang menyelamatkan seseorang. Barulah pada Perjanjian Baru, iman kepada Tuhan Yesus yang menyelamatkan. Penulis Ibrani telah menguraikan bahwa Kristus adalah penggenapan hukum ritual, nubuat, dan simbol-simbol yang ada dalam PL. Berarti PL juga menekankan iman kepada Kristus melalui menaati berbagai peraturan Taurat. Kurban persembahan tidak dapat menghapus dosa, tetapi iman kepada Allah yang menginstruksikan peraturan itulah yang menyelamatkan. 

Seluruh pasal 11 berisikan catatan pahlawan-pahlawan iman PL, yaitu mereka yang bukan karena perbuatan disebut orang benar melainkan karena iman. Penulis mencatat banyak tokoh PL yang hanya memiliki janji-janji Allah tanpa melihat realisasinya pada masa mereka hidup. Akan tetapi, janji-janji itu cukup membuat mereka menjalani kehidupan sehari-hari mereka dalam ketaatan kepada Tuhan (ayat 1- 2). Mereka bahkan hidup taat seakan-akan janji-janji itu sudah digenapi. Habel memberikan yang terbaik bagi Allah karena ia yakin Allah menjanjikan yang terbaik baginya (ayat 4). Henokh mendapatkan yang terbaik dari Allah karena imannya (ayat 5). Sama seperti manusia lainnya yang berdosa, ia tidak mungkin bisa melihat Allah muka dengan muka. Namun, Alkitab mencatat Henokh bergaul dengan Allah (Kej. 5:24). Iman Henokh memperkenan Allah (Ibr. 11:6). Nuh taat bekerja membangun bahtera karena ia percaya pada rencana Allah, karenanya keluarganya pun selamat (ayat 7). 

Tiga tokoh di atas adalah para pahlawan iman sebelum masa Hukum Taurat. Iman mereka memandang kepada Allah dan tidak menjadi goyah. Orang Kristen masa kini memiliki Alkitab yang berisikan janji-janji Allah, yang terbukti digenapi dalam sejarah. Maka seharusnya kita tidak ragu untuk memercayai Dia yang tak pernah ingkar janji. 

Renungkan: Orang yang bersandar kepada firman Tuhan tak akan kecewa karena janji-Nya pasti digenapi. (sh)

Penderitaan, Pengharapan, Keselamatan


Penderitaan, Pengharapan, Keselamatan (Roma 8:18-30)

Hiburan apakah yang dapat menguatkan orang Kristen yang sedang menderita berat karena imannya? Ketika Paulus menulis surat ini, sebagian besar orang percaya di kota Roma, sedang atau akan mengalami penderitaan dahsyat. Paulus sendiri berulangkali mengalami penderitaan. Maka nasihat yang ia berikan ini bukan omong kosong, tetapi prinsip teologis penting yang teruji. 

Paulus tidak menghadapi penderitaan dengan menyang-kali faktanya atau mengelakkannya. Orang Kristen yang setia kepada Kristus dan kehendak-Nya pasti harus menanggung berbagai bentuk penderitaan. Penderitaan tidak untuk dihindari, tetapi dihadapi dengan kebenaran firman. Dengan cara itu orang Kristen beroleh kekuatan yang membuat mereka dapat bertahan secara kreatif. Kebenaran apa yang Paulus bukakan? Kreatif seperti apa yang dimungkinkan Allah bagi orang Kristen yang sedang menderita? 

Fakta penderitaan kini harus dihadapi dengan fakta kemuliaan kelak yang akan Tuhan nyatakan bagi anak-Nya (18). Sedahsyat segelap apa pun penderitaan yang kita alami dan kekelaman perasaan yang diakibatkannya, tidak dapat dibandingkan dengan perjumpaan kita dengan Tuhan kelak dan fakta kita akan bersama-Nya kekal. Penderitaan dapat menjadi alat Tuhan mengobarkan pengharapan iman yang kreatif. Tema ini sudah Paulus uraikan sebelumnya (Rm. 5:3-5), dalam kasih karunia kita jalani penderitaan agar tumbuh ketekunan, tahan uji, pengharapan. Harapan itu lebih penuh lagi sebab seluruh alam semesta yang telah dirusak dosa ini pun kelak akan dimurnikan dari dosa (Rm. 8:21-23). Paulus juga mengingatkan kekuatan itu datang bukan hanya dari berpegang pada konsep kebenaran, tapi dari Roh Kudus. Roh kekudusan dan kekuatan dari Allah menjadi Penghibur, Penopang, Penasihat. Ia pendamping dan rekan doa tepercaya sepanjang kita menjalani dunia nestapa ini (26-27). 

Renungkan: Firman dan Roh sumber penghiburan dan kekuatan kekal dalam penderitaan sementara kita. (sh)

Tuesday, August 29, 2023

Tenang, Ada Allah

Tenang, Ada Allah (Yudas 1:24-25)

Dalam dunia selam (diving) berlaku aturan bahwa seorang penyelam tidak boleh menyelam sendirian. Ia harus ditemani orang lain yang disebut buddy. Gunanya adalah agar mereka bisa saling melindungi saat berada di kedalaman laut. Hal yang hampir sama juga ada dalam kehidupan orang Kristen. Di tengah belantara dunia dengan berbagai ajaran sesat yang selalu berusaha menghadang perjalanan iman, orang Kristen tidak boleh sendirian. Yang berbeda adalah, orang Kristen ditemani oleh satu pribadi yang jauh lebih berkuasa, yaitu Allah. Inilah yang diyatakan Yudas di bagian penutup suratnya. 

Yudas ingin meyakinkan para pembaca suratnya mengenai kuasa Allah yang akan menolong mereka, agar tetap setia di tengah berbagai ancaman terhadap iman mereka. Bagian penutup ini seolah ingin mengangkat semua permasalahan yang dihadapi orang percaya di bumi ke hadapan Allah. 

Yudas memang tidak ingin pembaca suratnya terpojok dalam kegelapan masalah. Ia ingin mengingatkan mereka bahwa Allah berkuasa membawa setiap orang, yang adalah milik-Nya, ke hadapan-Nya. Selain itu, pernyataan Yudas di akhir surat mengenai Allah memperlihatkan bahwa Ia adalah Juruselamat melalui Tuhan Yesus Kristus. Maka apa pun yang dikatakan oleh para penyesat itu, orang percaya harus yakin bahwa hanya ada satu Allah dan Juruselamat. Di dalam Dialah ada kemuliaan, kebesaran, kekuatan, dan kuasa (ayat 25). Maka seberapa besar pun ancaman dari si penyesat, Allah jauh lebih besar. Dialah Pemenang. Hanya jika kita tetap tinggal di dalam Dia, kita mendapat jaminan untuk menang juga. Hanya dengan beriman kepada kuasa Allah kita akan berdiri teguh dalam iman kita kepada Dia. 

Yudas adalah kitab yang penuh dengan peringatan akan bahaya, tetapi kemudian ditutup dengan penuh keyakinan akan Allah dan kuasa-Nya. Bahaya yang dihadapi orang beriman, memang seharusnya semakin memperkokoh iman kita kepada Allah yang Maha Kuasa itu. (sh)

Tuesday, August 22, 2023

Gema pengampunan di tengah dendam membara

Gema pengampunan di tengah dendam membara (Matius 18:12-35)

Pelampiasan dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media, dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, iri hati, kekecewaan, sakit hati, dan kehilangan, bagai api menyulut bensin, tak seorang pun kuasa memadamkan. Demikianlah keadaan masyarakat kita yang mudah digiring kepada dendam membara, bahkan seringkali tanpa pemahaman yang jernih akan duduk permasalahannya. Masihkah gema pengampunan terdengar di tengah dendam membara? 

Kita yakin bahwa gema pengampunan masih harus terus diperdengarkan, tidak akan luntur ditelan zaman, karena misi-Nya belum tuntas. Masih banyak jiwa yang tersesat yang harus dibawa-Nya pulang. Perumpamaan Yesus tentang seekor domba yang hilang membuktikan bagaimana misi penyelamatan itu tidak pernah pudar, satu jiwa pun sangat berharga di mata-Nya. Ia tidak pernah meremehkan atau mendiskriminasi seorang manusia pun, karena setiap jiwa yang tersesat akan dicari, sehingga meluaplah sukacita-Nya ketika jiwa yang tersesat itu kembali pulang. Setiap orang yang telah ditemukan-Nya juga akan memiliki beban yang dalam melihat jiwa-jiwa yang masih tersesat. Oleh karena itu ketika kita, anak-anak Tuhan, melihat saudara kita berbuat dosa, harus mengupayakan segala cara untuk menyadarkannya dan menyerahkannya kembali kepada Tuhan. Bapa di surga juga akan bekerja di tengah- tengah kita yang sepakat berdoa bagi pertobatannya. 

Gema pengampunan antar sesama, bukan berdasarkan kebaikan, kemurahhatian, kesabaran, dan belas kasih kita kepada orang lain, namun semata-mata karena anugerah pengampunan-Nya telah dinyatakan terlebih dahulu bagi kita. Sesungguhnya tak ada alasan bagi kita untuk tidak memaafkan orang lain karena kesalahannya pada kita tidak dapat dibandingkan dengan dosa kita. Jika Ia telah menganugerahkan pengampunan bagi kita, adakah kita berhak menahan pengampunan bagi orang lain yang bersalah pada kita? Hutang kita telah dilunaskan, masihkah kita menuntut orang yang telah memohon pelunasan hutangnya kepada kita? Adakah kita lebih besar dan lebih berkuasa dari Tuhan? 

Renungkan: Masih banyak saudara kita yang membutuhkan pengampunan-Nya, masihkah anugerah pengampunan-Nya bergema dalam hidup kita melalui sikap kita mengampuni orang lain? (sh)

Monday, August 21, 2023

Bagaimana Berdoa?

Bagaimana Berdoa? (Lukas 11:1-13) 

Dwight L. Moody, penginjil terkenal abad kesembilan belas, pada suatu kali berkhotbah kepada anak-anak di Edinburgh, Skotlandia. Untuk menarik perhatian mereka, ia mengajukan sebuah pertanyaan, "Apa itu doa?" Tanpa diduganya, banyak tangan-tangan kecil yang teracung. Jadi Moody meminta seorang anak kecil untuk menyampaikan jawabannya. Dengan lugas, anak lelaki itu menjawab, "Doa adalah menyampaikan keinginan-keinginan kita kepada Allah untuk hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya, dalam nama Kristus, dengan mengakui dosa-dosa kita dan mengucap syukur atas belas kasihan-Nya."

John Calvin memahami doa sebagai percakapan dengan Allah Bapa, yaitu pencurahan hati kepada hadirat Allah. Melalui doa kita menyampaikan keinginan, keluhan, kecemasan, ketakutan, pengharapan, dan sukacita kita ke dalam pangkuan Allah. Doa merupakan pencurahan emosi hati yang terdalam, yang dipaparkan secara terbuka di hadapan Allah.

Dalam bacaan hari ini, dikisahkan tentang percakapan para murid dengan Tuhan Yesus. Para murid meminta Yesus mengajari mereka berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.

Merespons permintaan itu, Yesus memberi jawaban yang kita kenal sebagai "Doa Bapa Kami." (2-4, bnd. Mat. 6:9-13) Jawaban Yesus kepada para murid-Nya mengandung tiga aspek penting. 

Yang pertama adalah isi (2-4). Yesus mengajarkan tentang memuji Tuhan, selanjutnya tentang mengajukan permohonan kepada Dia. Dengan terlebih dahulu memuji Allah, kita akan dibawa ke dalam suatu pemahaman yang tepat untuk mengutarakan kepada-Nya apa yang menjadi kebutuhan kita. 

Kedua, ketekunan, seperti seorang sahabat yang kemalaman (5-10 bnd. 1Tes. 5:17; Kol. 4:2). 

Ketiga, kesetiaan Allah, seperti kasih bapa kepada anak-anaknya (11-13). Atas dasar inilah maka John Calvin dalam bukunya, Institutio, mengajukan empat aturan dalam doa, yaitu adanya rasa hormat, bertobat, kerendahan hati, dan pengharapan yang pasti. Selamat berdoa sesuai formula yang Tuhan Yesus ajarkan. (sh)

Berdoalah!

Berdoalah! (Lukas 11:1-13)

Berdoa merupakan suatu langkah yang sederhana. Namun memliki dampak yang besar. Sayangnya tidak sedikit orang Kristen yang mengabaikan hal ini. Sehingga banyak orang percaya yang pesimis terhadap doa, sehingga enggan berdoa.

Yesus merespons permintaan para murid agar diajarkan berdoa dengan memberikan doa yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Melaluinya, kita belajar unsur-unsur mendasar dari doa yang benar. 

Pertama, doa berisikan pujian kepada Allah (2). Hal yang sering diabaikan atau mungkin tidak diketahui oleh orang percaya, yaitu memberikan pujian kepada Allah melalui doa. Sering doa hanya dipahami sebagai ungkapan keluh kesah hati semata, atau hanya sebagai sarana untuk menyampaikan daftar pergumulan dan keinginan kita. Ungkapan pujian dan syukur dalam doa menunjukkan kesadaran kita akan siapa Tuhan, siapa kita. 

Kedua, doa juga berisikan permohonan (3). "Berikanlah kami...yang secukupnya." Tuhan mengajar kita agar meminta kepada-Nya sesuai dengan kebutuhan, bukan untuk dihambur-hamburkan. Ia menjamin bahwa ketika kita meminta maka Ia akan memberikan sesuai dengan kehendak-Nya (9-10). 

Ketiga, doa juga berisikan ungkapan pertobatan (4). Dalam doa kita mengakui pelanggaran dan dosa kita, tanpa perantara dan langsung kepada Allah. Bagian ini menuntut kejujuran dan keterbukaan kita pada-nya, sehingga dengan begitu Ia akan mengalirkan kasih dan pengampunan-Nya pada kita. 

Keempat, berdoalah seolah kita sedang berbicara pada seorang sahabat (5-8). Tanpa mengurangi penghormatan kita pada Allah, Tuhan mengajar kita untuk berdoa seperti sedang berdialog dengan sahabat kita, ada kedekatan, keakraban dan tanpa kecanggungan. 

Kelima, berdoa seperti seorang anak kepada bapaknya (11-13). Hubungan itu tentu memiliki ikatan emosional yang tinggi. Seorang bapak pasti berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya. Demikian pula dengan Allah Bapa tentu juga akan memberikan yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Mari berdoa! (sh)

Wednesday, July 26, 2023

Maju dalam Tuhan di tengah Masalah Hidup

Maju dalam Tuhan di tengah Masalah Hidup (Mazmur 5:1-13)

Kejahatan, baik yang ditujukan kepada kita maupun yang terjadi di sekitar kita, pasti menimbulkan penderitaan. Mazmur ini melukiskan langkah mendaki makin mendekat Allah yang justru terjadi di dalam pergumulan orang beriman. Hal pertama yang pemazmur lakukan adalah menyatakan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Allah (ayat 2-4). Hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang riil, bukan teoretis belaka. Doa adalah kebiasaan rohani yang mewadahi komunikasi riil tersebut. Menyadari itu, pemazmur berdoa di pagi hari. Dalam doanya, Ia dengan bebas dapat meninggikan Allah sebagai Raja sambil meminta secara nyata seolah kepada seorang sahabat. Kedua, pergumulan rohani yang dialaminya adalah kesempatan untuk pemazmur mengakarkan keyakinan imannya bahwa Allah konsisten dalam kekudusan-Nya (ayat 5-7). Apa pun kenyataan yang kini dialaminya tidak ia izinkan untuk mengaburkan keyakinan bahwa Allah membalas kejahatan dengan adil dan tegas menolak dosa. Ketiga, pemazmur mengutarakan tekad imannya berdasarkan kasih karunia kekal Allah untuk makin maju dalam hubungannya dengan Allah (ayat 8-9). 

Keempat, pemazmur memperjelas evaluasinya tentang orang jahat sambil meminta agar Tuhan memperlakukan orang jahat setimpal dengan kejahatan mereka (ayat 10-11). Perhatikan bagaimana pemazmur dengan tajam menilai kondisi hati dan sifat jahat mereka (ayat 10). Dengan demikian permohonannya bukanlah dorongan balas dendam, tetapi dorongan agar kemuliaan Allah dinyatakan (ayat 11). Kelima, akhirnya pemazmur mengutarakan keyakinan imannya bahwa orang benar akan bersukacita sebab Tuhan melindungi dan memberkati 12-13). 

Renungkan: Tuhan tidak saja melindungi kita saat kita tertekan kejahatan, Ia juga menuntun kita berjalan semakin mesra dengan-Nya. (sh)

Tuesday, July 25, 2023

Banyak Jalan menuju Roma...!

Banyak Jalan menuju Roma...! (2 Petrus 2:10-22)

Pepatah ini digunakan bila seseorang hendak menyatakan bahwa banyak cara dapat ditempuh untuk sampai ke tujuan. Pepatah ini pun diberlakukan oleh para pengajar sesat, yang didorong oleh semangat duniawi, berusaha menggoncangkan dan menjatuhkan keyakinan iman jemaat kepada Tuhan Yesus Kristus. 

Strategi pertama yang mereka lancarkan adalah mengklarifikasi jemaat Tuhan, yang menurut mereka belum memiliki fondasi yang kuat dalam mengenal kebenaran Tuhan sehingga mudah digoncangkan imannya. Mereka yang masuk dalam klafirikasi tersebut adalah orang-orang yang lemah (14), dan orang yang baru menerima Kristus atau Kristen baru (18). Lemah di sini mengacu pada ketidakstabilan sebab orang Kristen baru diibaratkan seperti bayi yang baru mulai belajar berjalan. Klarifikasi ini tidak tepat sebab ada orang-orang yang lebih mengerti dan yang pernah mengalami kebenaran, tetapi meninggalkan kebenaran itu dan memilih kesesatan (15). Ini dibuktikan dari banyaknya orang-orang kristen yang telah mengenal Kristus, tetapi akhirnya meninggalkan Kristus karena ajaran-ajaran sesat. Strategi kedua adalah mengajak jemaat Tuhan terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan kenikmatan tubuh: seks dan foya-foya. Keyakinan diri: mencekoki orang-orang dengan sugesti bahwa dirinya hebat, mampu, dan berhak mendapatkan apa yang diinginkan. Kebebasan: bebas dari segala aturan, kungkungan, dan disiplin. Ketiga hal dianggap sebagai hal yang paling strategis untuk mengajak umat menikmati kebebasan liar, kemerdekaan palsu, dan perbudakan menuju kepada kebinasaan. 

Para pengikut Kristus harus yakin bahwa Kristuslah satu-satunya yang mampu membebaskan dan mengutuhkan kehidupan mereka. Keyakinan inilah yang seharusnya diikuti oleh semangat untuk mengarahkan diri, cita-cita, dan ketaatan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus saja, sehingga tidak ada peluang bagi para penyesat untuk mendemonstrasikan kepalsuan mereka. 

Renungkan: Bila Kristus menjadi pusat kehidupan Anda biarkan Dia menjadi segala-galanya bagi Anda, dan biarkan Dia leluasa mengatur dan mengarahkan hidup Anda. Hanya dengan itulah kehidupan Anda dapat dipertanggungjawabkan dan selalu terarah pada kebenaran. (sh)

Duri dalam Daging

Duri dalam Daging (2 Korintus 12:1-10)

Paulus telah dituduh tidak rohani. Mereka yang menuduh Paulus demikian adalah mereka yang menyebut diri mereka rohani (lihat 1Kor. 4:6-10; 5:2; 8:1; 12:20-25; 14:37-38). Mereka itu adalah rasul dan nabi palsu. Mereka juga mengaku telah menerima penglihatan dan penyataan.

Paulus sendiri sebenarnya telah menerima penglihatan dan penyataan dari Allah disepanjang hidupnya. Hal itu telah dicatat oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul (lihat Kis. 9:12; 16:9-10; 18:9-10; 22:17-21; 23:11; 27:23-24). Paulus juga berbicara tentang penglihatan mengenai Kristus yang bangkit karena hal itu memainkan peranan penting dalam pengalaman pertobatannya. Pengalaman itulah yang membuat dia layak disebut rasul (lihat Kis. 1:22; 1Kor. 9:1).

Akan tetapi, Paulus tidak mau orang menilai dirinya berdasarkan penglihatan-penglihatan rohani spektakuler yang tidak dapat dibuktikan oleh siapapun. Sebaliknya, ia ingin jemaat Korintus menilai dirinya hanya berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar dari pengajaran dan kehidupannya (6). Oleh karena itu, Paulus berbangga bukan atas pengalaman penglihatan yang spektakuler itu, melainkan atas kelemahannya (5).

Di ayat 7, Paulus menyebutkan "duri dalam daging", yang ia dapat setelah ia mengalami penglihatan yang luar biasa. "Duri" ini bertujuan agar dia tidak memegahkan dirinya. Sehingga saat dia menulis, dia bukan berbicara tentang dirinya sebagai rasul besar, tetapi sebagai hamba Kristus. Ini penting supaya tidak ada orang yang menganggap dirinya sebagai manusia super.

Sebenarnya, Paulus telah tiga kali berseru kepada Tuhan agar duri itu boleh diambil dari dirinya. Namun, Tuhan tidak mengambil "duri" tersebut. Tuhan justru membiarkannya, agar Paulus tidak meninggikan diri dan bergantung pada kasih karunia Kristus semata. Justru dalam kelemahan, kuasa Tuhan semakin sempurna (8-10).

Dalam diri kita pun, ada kelemahan-kelemahan yang Tuhan izinkan ada di situ. Tujuan-Nya, agr kita semakin bersandar pada anugerah-Nya. Dengan demikian, nama Tuhan saja yang dipuji dan dimuliakan. (sh)

Wednesday, July 19, 2023

Tuhan adalah Perlindunganku

Tuhan adalah Perlindunganku (Mazmur 11:1-7)

Menjadi orang Kristen di Indonesia ternyata banyak musuhnya. Orang tidak senang gereja maju, lalu meneror dan membakarnya. Orang tidak senang orang Kristen berhasil, lalu memfitnah atau mempersulit ruang geraknya. Kalau Anda adalah salah seorang yang sedang menghadapi ancaman dan tekanan dari musuh-musuh Kristen, kepada siapakah Anda akan mencari pertolongan? 

Mazmur 11 merupakan pernyataan keyakinan si pemazmur. Walaupun orang-orang fasik membenci bahkan berupaya menghancurkan dirinya (ayat 2), sampai seakan-akan tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya (ayat 3), pemazmur percaya kepada Tuhan sebagai tempat perlindungannya. Bagaimana mungkin tetap percaya kepada Allah dalam kesulitan hidup? Pertama, sebab Tuhan adalah mahatahu. Ia tahu siapa yang fasik, siapa yang benar (ayat 4-5). Kedua, Tuhan itu adil (ayat 7a), Ia menghukum orang fasik (ayat 6), tetapi berkenan kepada orang benar (ayat 7b). Jadi, pemazmur dapat mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan karena ia tahu Tuhan pasti membela dirinya yang benar terhadap orang fasik yang jahat. 

Di awal tahun 2003 ini, sepertinya situasi tidak semakin baik bagi Kristen di Indonesia. Namun, keyakinan bahwa Tuhan adil dan akan membalaskan kejahatan orang seharusnya membuat kita bertahan dan berserah kepada Tuhan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan bertindak menyelamatkan kita. Percaya kepada Tuhan tidak membuat kita menjadi tidak realistis seperti orang hidup dalam dunia mimpi. Dekat Tuhan kita tidak hanya akan terlindung aman, tetapi kita juga akan beroleh ketajaman melihat dan membaca zaman yang makin jahat ini. 

Renungkan: Tuhan membalas setiap orang yang fasik dengan hukuman, dan yang benar dengan kehidupan. Dalam persekutuan, atau permusuhankah Anda terhadap Tuhan? (sh)

Suata Saat Menghadapi Pengadilan Kristus

Suata Saat Menghadapi Pengadilan Kristus (2 Korintus 4:16-5:10)

Paulus memulai pasal 4 dengan menyatakan bahwa "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati." Namun selanjutnya, ia memaparkan banyak penderitaan yang ia alami di dalam pelayanannya. Lalu bagaimana ia bisa berkata bahwa ia tidak tawar hati dalam penderitaan yang demikian?

Paulus telah menjelaskan bahwa penderitaannya ditujukan untuk pelayanan yang lebih efektif kepada jemaat Korintus. Karena itu, ia tidak tawar hati meski harus menderita karena secara rohani, ia diberkati dan diperbarui. Sebab kesusahan yang diderita untuk sementara waktu sesungguhnya mengerjakan kemuliaan yang lebih besar (4:17-18). Namun jangan mencari-cari kesusahan karena ingin mencapai kemuliaan.

Setelah mengkontraskan penderitaan yang sementara dengan kemuliaan yang kekal, serta apa yang kelihatan dan sementara dengan apa yang tidak kelihatan dan abadi, Paulus membandingkan tempat kediaman sekarang dan tempat kediaman surgawi (5:2). Paulus menyatakan bahwa sekarang ini kita tinggal di tempat yang bersifat sementara dan terbatas. Jika tempat ini rusak, kita tetap memilki pengharapan, yaitu sebuah tempat kediaman yang bukan dibangun dengan tangan manusia, yakni tempat kediaman surgawi.

Karena di dunia ini kita mengalami berbagai kesusahan dan pencobaan, Allah memberikan kepada kita Roh Kudus sebagai jaminan (5:5). Kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan Paulus memberikan sebuah jaminan bahwa Allah berkarya di dalam dirinya, meski ia sedang dalam keadaan susah. Maka di dalam segala keadaan, Paulus selalu berusaha untuk hidup menyenangkan hati Allah. Terutama karena kesadaran bahwa suatu saat, semua orang akan menghadap takhta pengadilan Kristus untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatunya.

Kita pun harus hidup dalam kesadaran ini. Maka, jangan putus asa saat mengalami kesusahan dan penderitaan. Ingatlah, bahwa Tuhan tidak akan melupakan apa yang kita kerjakan bagi Dia (Ibr. 6:10). (sh)

Hamba Kebenaran atau Hamba Dosa?

Hamba Kebenaran atau Hamba Dosa? (Roma 6:15-23)

Saat Hitler memerintah Jerman pada masa PD II, gereja harus memilih apakah mengikuti kehendak Hitler yang otoriter, kejam, anti semitik, dan ambisius atau melawan Hitler dengan segala konsekuensinya siap dibunuh oleh tentara Hitler. Gereja terbagi dua. Yang mendukung Hitler disebut Deutsche Christen (Kristen Jerman). Yang menentang menyebut dirinya Bekennende Kirche (Gereja yang Mengakui). Gereja yang mendukung terpaksa mengikuti kehendak Hitler meskipun bertentangan dengan iman dan hati nurani mereka. Yang menentang tetap berpegang teguh kepada Yesus meski mereka ditangkap dan dibunuh. Salah seorang dari mereka adalah Dietrich Bonhoeffer. Sampai matinya Bonhoeffer tetap percaya Yesus untuk selama-lamanya.

Jemaat Roma yang sudah percaya Yesus, seharusnya bukan lagi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Paulus tidak memberikan pilihan apakah tetap menjadi hamba dosa atau hamba kebenaran. (15-16). Paulus memberi penegasan bahwa orang yang sudah dimerdekakan dari dosa hanya ada satu pilihan, menghambakan diri pada Kristus sebagai hamba Kebenaran. Paulus mengingatkan mereka kehidupan lama ketika menjadi hamba dosa, penuh dengan kecemaran dan kedurhakaan (19a), tidak ada kebenaran (20), dan upahnya adalah kematian atau maut (21, 23a). Tidak ada keuntungan ketika hidup dalam dosa. Sebaliknya ketika mereka menjadi hamba kebenaran? Tuhan dapat memakai mereka untuk menghasilkan buah kekudusan dan buah hidup yang kekal (22-23b).

Tetap tinggal dalam dosa, berarti menjadi hamba dosa. Berarti menyerahkan hidup kita diatur oleh keinginan daging (Gal. 5:19-21; 1Yoh. 2:16). Kenikmatan, kesenangan dan kemewahan duniawi memang kita dapatkan. Namun itu hanya berlaku di dunia ini. Berarti pula menyangkali kasih karunia yang Allah sudah nyatakan dalam hidup kita. Menjadi hamba kebenaran, jalan terjal siap kita hadapi namun ada kebenaran dan kedamaian yang kita peroleh di dunia serta hidup yang kekal bersama Yesus. Mana yang kita pilih? (sh)

Wujud Relasi dengan Allah

Wujud Relasi dengan Allah (Zefanya 2:1-3)

Pasrah menerima keadaan bukanlah sikap yang tepat dalam menghadapi hukuman Allah yang begitu mengerikan (ayat 1). Zefanya mendorong umat untuk mencari Allah. Menghadapi murka Allah yang membinasakan, Zefanya tahu bahwa hanya dengan pertobatan umat maka kasih karunia Allah akan mengatasi ancaman hukuman yang sudah di depan mata. Yehuda harus berbalik dari tingkah laku yang berdosa dan kembali kepada Allah. Yehuda harus sadar bahwa tempat untuk berlindung dari murka Allah bukanlah harta milik mereka, melainkan kemurahan Allah sendiri. 

Sampai tiga kali Zefanya berseru "Carilah..., carilah..., carilah...". Apa yang dicari? Cari Tuhan, cari keadilan, cari kerendahan hati (ayat 3). Tampaknya yang jadi masalah di dalam kehidupan umat Allah adalah keadilan, kebenaran, dan kesombongan. Orang yang hidup mengandalkan kekayaan memang akan menginjak-injak kebenaran dan keadilan asal bisa mengeruk harta. Orang yang menjadikan kekayaan sebagai standar hidup akan menjadi sombong karena banyaknya harta yang mereka miliki. Karena itu mencari Tuhan harus dipahami dalam pengertian berhenti menyembah berhala, menindas orang lain, berlaku tidak adil, dan sebagainya. Mencari Tuhan tidak sekadar melakukan ritual agama secara cermat dan rutin. Zefanya jelas menekankan keadilan dan kerendahan hati sebagai padanan mencari Tuhan. Tak ada orang yang mencari Allah, tetapi hidup tidak adil dan tidak rendah hati. Atau dengan kata lain, relasi dengan sesama menunjukkan relasi dengan Allah. Bila dalam relasi dengan sesama, kita bersikap sombong dan berlaku tidak adil maka patut dipertanyakan seberapa baikkah relasi kita dengan Allah. 

Mari kita bercermin dari panggilan pertobatan yang disuarakan oleh Zefanya. Bagaimana relasi kita dengan orang lain? Adakah relasi kita dengan orang lain, dalam berbagai aspeknya, sudah memperlihatkan kebenaran? Mintalah Roh Kudus menolong kita untuk melihat apakah relasi kita dengan Allah pun sudah sesuai dengan yang Dia inginkan. (sh)

Hukuman dan Keselamatan

Hukuman dan Keselamatan (Yesaya 35:1-10)

Sulit memiliki konsep positif tentang hukuman dalam zaman ini. Menggandengkan Yesay. 34 dan 35 akan menolong kita memahami bahwa hukuman dan pembayaran terhadap hutang dosa, tidak dapat dipisahkan. Demikian juga pembaruan dari pemulihan tidak dapat dipisahkan. Karena Allah dan hukum-hukum-Nya kudus dan kasih adanya, kedua hal tersebut pun berjalan seiring. 

Hukuman atas dosa berakibat fatal. Gambaran-gambaran ngeri dalam pasal 35 disarikan dalam ayat ##A Yesaya 1: padang gurun dan padang tandus. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Sukacita seperti apa akan terjadi? Pertama, sukacita yang mencelikkan mata yang buta dan menguatkan lutut yang gemetar (ayat 5-6a). Artinya sukacita karena terbukanya "mata" kita untuk melihat Tuhan sebagai penolong. Kedua, sukacita yang menyebabkan mata air di padang gurun memancarkan air segar dan tanah kersang (kering tidak subur) menjadi sumber-sumber air (ayat 6b-7). Kias ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat jauh melebihi kuasa pemerintahan ketika hukuman dijatuhkan. Ketiga, sukacita yang menghantarkan orang-orang yang diselamatkan Allah memasuki "Jalan kudus" (tempat suci) (ayat 8-9). Keempat, sukacita yang abadi (ayat 10). Sukacita dari Allah ini memberi kekuatan bagi kita untuk dapat berdoa di tengah kesulitan. 

Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita, seperti: kesedihan, perasaan tertolak, kehilangan orang yang dikasihi, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, dll. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Pertama, memercayai janji pembelaan dari Tuhan sungguh nyata bagi kita. Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri sebab dengan iman seseorang dibenarkan (Luk. 18:7-8). Kedua, tetap setia melakukan firman Tuhan, meski sendiri saja sebab pada waktu-Nya pasti Tuhan akan membela kita. 

Renungkan: Hidup baru dalam anugerah Tuhan berkualitas menaklukkan segala masalah hidup betapa pun sulitnya. (sh)

Segala sesuatu ada Masanya

Segala sesuatu ada Masanya (Pengkhotbah 3:1-22)

Pernahkah Anda berangan-angan sekiranya bisa ingin "memutar sang waktu" kembali untuk mengulang beberapa peristiwa menyedihkan atau menyenangkan di masa lampau dalam kehidupan ini agar Anda mampu memperbaiki ataupun mengalaminya sekali lagi? 

Firman Tuhan dalam nas ini mengingatkan kita bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Masa adalah suatu kurun waktu tertentu yang ada awalnya dan ada akhirnya. Yang dimaksud "segala sesuatu" dalam nas ini meliputi tiga hal (ayat 1-8) yaitu: 1). Kegiatan sehari-hari seperti menanam-mencabut; merombak-membangun; merobek-menjahit; mencari untung-merugi. 2). Kejadian yang melibatkan perasaan seperti menangis-memeluk; tertawa-meratap; mengasihi-membenci; berbicara-berdiam diri. 3). Peristiwa kehidupan seperti lahir-meninggal; perang-damai. Hal yang sama juga kami alami yakni pada waktu anak-anak kami masih kecil, kami sering bersepeda dengan mereka. Namun, masa itu tidak selalu ada; sekarang mereka sudah besar dan tidak lagi bersepeda bersama kami. Oleh karena itu, menurut Raja Salomo tindakan yang terbaik menyikapi masa hidup ini ialah dengan berlaku bijak. 

Orang bijak menurut nas ini adalah orang yang memercayai bahwa rancangan Tuhan adalah kehendak-Nya yang terbaik meski terkadang "sakit" ia rasakan (ayat 11); orang yang dapat mensyukuri masa hidup yang Tuhan sediakan baginya (ayat 13); ia juga tidak mudah mengeluh karena ia tahu bahwa Tuhanlah yang merencanakan masa hidupnya yaitu hidup untuk kemuliaan-Nya (ayat 14). Yang penting untuk diingat adalah Tuhan meminta kita untuk dapat menggunakan masa hidup ini dengan sebaik-baiknya karena sekali masa hidup kita itu lewat maka "ia tidak akan kembali" lagi (ayat 22). 

Masa hidup kita ini ada dalam perhitungan-Nya karena Dialah Tuhan yang mengatur "segala sesuatu" tersebut menjadi indah bagi kita. 

Renungkan: Masa hidup kita masing-masing berisikan kehendak dan pemeliharaan Tuhan oleh karena itu, percayakan kepada-Nya. (sh)

Hadapi Fitnah dengan Kasih

Hadapi Fitnah dengan Kasih (Mazmur 109:1-31) 

Pepatah manusia mengatakan "fitnah lebih kejam daripada pembunuhan".Yesus sendiri mengatakan orang yang memfitnah sudah membunuh (Mat. 5:21-22). Fitnah menyakitkan hati dan menghancurkan kredibilitas orang yang difitnah. Itu yang disebut pembunuhan karakter!

Pemazmur mengajukan permohonan kepada Tuhan agar Tuhan membela dirinya yang sedang difitnah. Ngeri sekali melihat bahwa pelaku fitnah adalah orang-orang yang dilayani dan dikasihi pemazmur (4-5). Ibarat air susu dibalas air tuba. Lebih mengerikan lagi tujuan mereka memfitnah sangat jahat, yaitu untuk menghancurkan hidup si pemazmur habis-habisan (6-14).

Itu sebabnya pemazmur memohon agar segala kutukan para pemfitnah dibalikkan kepada mereka (15-20).Pemazmur berharap keadilan Allah ditegakkan. Allah yang adil akan membalaskan kepada orang jahat sepadan dengan kejahatannya. Sebaliknya, pemazmur memohon agar Tuhan memulihkan keadaannya yang sudah 'hancur' di mata orang (21-25). Saat Tuhan memulihkan dirinya, para pemfitnah akan tahu bahwa anak-anak Tuhan tidak dapat dipermainkan. Tuhan pasti membela dan mereka yang jahat justru akan dipermalukan.

Fitnah adalah cara dunia menghancurkan karakter dan hidup seseorang. Namun cara surga adalah kasih dan pengampunan. Kalau pemazmur mengharapkan keadilan Allah ditegakkan dengan menimpakan perbuatan jahat seseorang kembali ke atas kepalanya sendiri, maka kita bisa bersikap berbeda. Kita percaya keadilan Allah pasti ditegakkan. Namun, kita meyakini justru keadilan Allah untuk semua orang berdosa sudah ditegakkan melalui kematian Kristus. Dia sudah menanggung hukuman setimpal dosa-dosa manusia. Maka marilah kita mendoakan para pemfitnah agar kasih Allah menundukkan mereka kepada Kristus. (sh)

Tuesday, June 6, 2023

Ratapan Menjadi Tarian

Ratapan Menjadi Tarian (1 Samuel 2:1-10)

Ketika pergumulan berat seolah tanpa jalan keluar tentu kita akan merasa hidup kita gelap. Namun ketika jalan keluar terlihat di depan mata, tentu kita akan merasakan sukacita yang luar biasa.

Sukacita itulah yang dialami Hana, ketika Tuhan menjawab doanya. Hana dikaruniai seorang anak, yang diberi nama Samuel (27-28). Berdasarkan pengalamannya dengan Tuhan melalui doa yang terjawab itu, Hana melihat semua keajaiban sifat Allah. Ia menyebut bahwa Tuhan itu Kudus, unik, dan menjadi perlindungan bagi manusia (2), Pujian Hana mengungkapkan kebaikan Tuhan yang telah mengangkatnya dari keadaan terhina menurut pandangan manusia, menjadi terhormat.

Pengalaman rohani Hana bersama Tuhan mengubah keadaan hidupnya. Ejekan Penina yang merendahkannya dibungkam oleh Allah (3-5). Penderitaan dan rasa malu berganti dengan kehidupan yang penuh semangat karena mengalami kedahsyatan Allah. Tuhan telah merubah perkara yang mustahil menjadi fakta nyata. Karena itu di dalam sukacitanya, Hana memuji dan mengagungkan Allah. Hana menyatakan bahwa Allahlah yang berdaulat atas segala sesuatu: hidup dan matinya manusia, pemimpin, perempuan mandul, perbedaan status, hidup orang jahat, dan atas raja (4-10).

Apa yang Hana alami dapat juga dialami oleh setiap orang percaya. Kita mungkin mengalami masalah dalam hal keuangan, usaha yang bangkrut, sakit penyakit yang sulit disembuhkan, persoalan keluarga, kemandulan, anak yang bermasalah, jodoh, dan lain-lain. Namun sama seperti Hana yang ditolong Tuhan, orang percaya juga bisa mengalami pertolongan Tuhan.

Renungkan: Melalui pujian Hana ini, kita dapat belajar bahwa apa pun yang menjadi masalah kita dan seberat apa pun pergumulan kita, mari kita berharap dan bergantung kepada Allah. Panjatkanlah doa yang sungguh-sungguh dengan tetap mengagungkan Dia, Allah yang berdaulat atas seluruh hidup manusia. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang dapat mengubah ratapan menjadi tarian, duka menjadi suka. (sh)

Materikah Wujud Berkat Allah?

Materikah Wujud Berkat Allah? (Bilangan 6:22-27)

Setiap Kristen rindu diberkati oleh Tuhan. Namun, banyak Kristen keliru memahami berkat Tuhan tersebut. Untuk menghindari pemahaman yang salah, apa yang dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui seseorang diberkati atau tidak diberkati oleh Tuhan? Seringkali yang dipakai sebagai tolok ukur berkat adalah kesehatan, kesuksesan, dan kekayaan. Namun, firman Tuhan justru tidak menyebutkan atau membenarkan salah satu dari ketiga hal tersebut. 

Berkat Tuhan adalah penyertaan dan perkenanan-Nya. Apakah artinya memiliki kesehatan prima, kesuksesan berbisnis dan kekayaan melimpah bila Tuhan tidak berada di pihak kita dan beserta dengan kita? Bagi Musa yang diberkati Tuhan, penyertaan dan perkenanan Tuhan atas dirinya ketika dia ditunjuk untuk memimpin bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian sudah cukup baginya. Kehadiran Tuhan sebagai gembalanya selalu cukup bagi Daud, baik pada saat tenang maupun pada saat ia melewati lembah kekelaman. Bagi Paulus, sukacitanya tidak dibatasi oleh materi, tembok-tembok penjara, dan kesehatan. 

Berkat Tuhan dalam kehidupan Kristen masa kini. Pengalaman para tokoh Alkitab yang diberkati Tuhan secara luar biasa, tidak membuat mereka mengubah pemahaman tentang berkat Tuhan dalam hidup mereka. Akibatnya, dalam penyertaan Allah semua kebutuhan mereka terpenuhi: kesehatan, kesuksesan memimpin umat, dan kebutuhan ekonomi. Berbeda dengan keadaan banyak Kristen masa kini yang menganggap dan mengkotak-kotakkan berkat Tuhan sebatas pemenuhan kebutuhan "perut dan gengsi". Pengaruh paham materialisme telah membungkam kepercayaan iman kita. Akibatnya kita dibelenggu oleh paham bahwa kita kini hidup di zaman yang serba bergantung pada materi. Tuhan hanya dianggap ada bila kebutuhan materi terpenuhi. Pernahkah kita bertanya: "mengapa hingga saat ini aku masih bernafas? Darimanakah nafas itu aku peroleh?" 

Doa: Tuhan tolonglah aku untuk melihat segala sesuatu yang ditawarkan dunia ini adalah sampah dibandingkan dengan penyertaan dan perkenanan-Mu. (sh)

Thursday, May 25, 2023

𝙃𝙖𝙩𝙞-𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝘽𝙚𝙧𝙠𝙖𝙩𝙖-𝙠𝙖𝙩𝙖


𝙃𝙖𝙩𝙞-𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝘽𝙚𝙧𝙠𝙖𝙩𝙖-𝙠𝙖𝙩𝙖 (𝘼𝙮𝙪𝙗 4:1-5:27) 

Sahabat yang baik adalah yang setia menemani kita dalam suka dan duka. Maka betapa menyakitkan bila seorang sahabat tidak memberikan dukungan justru ketika kita sedang berbeban berat.

Elifas adalah salah seorang sahabat yang mengunjungi Ayub (4:1). Mulanya ia merespons keluh kesah Ayub dengan pujian. Ia memuji kebaikan dan kearifan Ayub dalam kaitan dengan orang-orang yang membutuhkan bantuannya (4:3-4). Namun pujian Elifas kemudian berubah menjadi kritik. Bukannya memberikan penguatan dan dorongan, Elifas malah menegur Ayub atas keluh kesahnya. Ia juga mengemukakan pandangannya tentang penyebab penderitaan manusia (4:7). Berdasarkan pengalamannya, Elifas telah melihat bahwa orang baik pasti berhasil dan orang jahat pasti menderita. Elifas meyakini bahwa penderitaan Ayub merupakan teguran dan didikan Tuhan atas dosa-dosa yang telah Ayub perbuat (5:17). Oleh karena itu Ayub harus berbahagia mengalami semua itu dan memberi respons yang tepat, yaitu bertobat. Dengan demikian Allah kemudian akan memberkati dia (5:18-27).

Coba tempatkan diri Anda pada posisi Ayub, yang sedang duduk di tengah abu karena penyakit dan bersedih karena penderitaan. Lalu mendengar komentar sahabat yang bukan menguatkan, tetapi malah cenderung menghakimi. Pengalaman Ayub memang bisa membuat dia bertumbuh dalam pemahamannya akan Allah, tetapi bukan itu tujuan utama Allah membiarkan Iblis mengganggu dia (Ayb. 1:6-2:10). Maka nasihat Elifas adalah nasihat yang tidak efektif. Perkataan yang mungkin ia anggap baik, sesungguhnya malah bisa menyakiti hati Ayub.

Renungkan: Dari Elifas, kita harus belajar untuk tidak menghakimi orang lain dalam hubungannya dengan Tuhan, terutama dalam masalah yang sedang mereka hadapi. Kita juga perlu berhati-hati dalam menasihati dan menghibur orang yang sedang bermasalah atau berduka, jangan sampai kata-kata kita malah menjadi sembilu tajam yang menambah perih di hati. Mintalah hikmat Tuhan sehingga kata-kata yang kita ucapkan jadi berkat yang membangun.(sh)

Thursday, May 18, 2023

𝙆𝙚𝙧𝙚𝙡𝙖𝙖𝙣 𝘿𝙚𝙢𝙞 𝙄𝙣𝙟𝙞𝙡

 

𝙆𝙚𝙧𝙚𝙡𝙖𝙖𝙣 𝘿𝙚𝙢𝙞 𝙄𝙣𝙟𝙞𝙡 (1 𝙆𝙤𝙧𝙞𝙣𝙩𝙪𝙨 9:19-27) 

Prinsip Paulus dalam pelayanan ini bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Memang lebih mudah dan aman untuk bersikap kaku sambil bersembunyi di balik alasan bahwa kita berbuat demikian demi mempertahankan prinsip. Atau kebalikannya, mudah sekali menjadikan pelayanan yang komunikatif sebagai alasan untuk menutupi keinginan kompromi. Yang Paulus maksudkan jelas bukan yang terakhir ini. Paulus juga tidak menerima sikap yang pertama. Paulus bukan sedang belajar menjadi bunglon, tetapi menjadi hamba Kristus. Ia menaklukkan semua kepentingan dirinya, kebebasan dan haknya dalam upaya mempersempit jurang pemisah antara dirinya dan orang-orang yang dilayaninya demi memenangkan mereka bagi Kristus.

Berjuang dan menguasai diri. Sikap dan prinsip pelayanan Paulus ini membutuhkan perjuangan yang berat dan penguasaan diri yang kokoh. Untuk itu ia mendisiplin dirinya. Ia menggambarkan dirinya seperti seorang pelari. Dalam perlombaan semua berlomba, bertanding, tetapi hanya seorang yang akan keluar sebagai pemenang. Itu sebabnya bukan saja perlombaan itu saja harus ditempuhnya sebaik mungkin, tetapi persiapan sebelumnya pun harus sangat matang. Paulus menguasai dirinya supaya tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus tidak ingin hidupnya menjadi sia-sia, karunia dan panggilan pelayanan yang Allah percayakan kepadanya tidak sampai sasaran. Tujuan Paulus ialah memperoleh mahkota abadi yang akan Tuhan karuniakan hanya bagi yang setia dan menang.

Renungkan: Tugas menyaksikan Injil bukan saja tugas para hamba Tuhan, tetapi tugas atau panggilan untuk setiap orang beriman. Sudahkah Anda menujukan seluruh potensi Anda untuk mencapai sasaran ilahi itu dalam hidup ini? (𝚂𝚑)

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...