Kesempitan dalam pengalaman hidup umat Tuhan dapat menjadi alat di tangan Allah untuk membuat umat lebih menyelami kebesaran kasih setia Allah (1-3), lebih paham tentang arah dunia (4-6) dan lebih yakin akan keamanan dirinya (7-8).
Mazmur ucapan syukur ini mengisahkan pengalaman pemazmur ketika dalam kesempitan diselamatkan oleh Allah. Daud menaikkan doanya kepada Allah, dan ia beroleh daya juang baru (lih. 2Sam. 5:17-21). Doa ini dipanjatkan saat Israel masih dalam tahap awal kerajaan yang sangat lemah. Namun pemazmur menjadi yakin, sampai-sampai ia berani bersaksi dihadapan para penguasa dari bangsa yang lebih digdaya ("para allah" - ay. 1). Artinya pemazmur meninggikan kekuasaan Tuhan di hadapan "para hakim/penguasa" bangsa-bangsa yang lebih berkuasa dari Israel (band. ay. 4).
Pemazmur memuji nama Allah karena kasih setia dan kesetiaan Allah kepada janji-Nya (2, 4). Pemazmur sangat sadar bahwa pertolongan yang Allah berikan kepadanya (7-8) semata-mata hanya karena keberadaan diri Allah. Selain itu juga karena Allah setia kepada janji-Nya. Pemazmur yang menyadari siapa dirinya, tentu saja sangat berterima kasih karena Allah yang "tinggi" bersedia melihat dan menolong dia yang "hina" (6). Suatu hal yang sangat luar biasa bahwa kemegahan Allah diimbangi dengan anugerah yang berlimpah. Tidak mengherankan pemazmur begitu bersemangat memproklamirkan nama dan kesetiaan Allah dan yakin bahwa nantinya semua raja di bumi akan bersyukur kepada Allah (4-5).
Melalui mazmur ini, kita belajar bahwa orang percaya tidak perlu sempit hati pada waktu mengalami kesempitan hidup, demikian juga dengan Gereja Tuhan. Pujilah Allah, bersyukurlah atas kesetiaan-Nya, dan ingatlah bahwa segala kejadian berada di bawah sorotan kuasa dan pemerintahan-Nya; maka Tuhan akan mengubah kesempitan menjadi kesempatan menyelami kasih dan kuasa-Nya secara baru. (sh)
No comments:
Post a Comment