Wednesday, July 26, 2023

Maju dalam Tuhan di tengah Masalah Hidup

Maju dalam Tuhan di tengah Masalah Hidup (Mazmur 5:1-13)

Kejahatan, baik yang ditujukan kepada kita maupun yang terjadi di sekitar kita, pasti menimbulkan penderitaan. Mazmur ini melukiskan langkah mendaki makin mendekat Allah yang justru terjadi di dalam pergumulan orang beriman. Hal pertama yang pemazmur lakukan adalah menyatakan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Allah (ayat 2-4). Hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang riil, bukan teoretis belaka. Doa adalah kebiasaan rohani yang mewadahi komunikasi riil tersebut. Menyadari itu, pemazmur berdoa di pagi hari. Dalam doanya, Ia dengan bebas dapat meninggikan Allah sebagai Raja sambil meminta secara nyata seolah kepada seorang sahabat. Kedua, pergumulan rohani yang dialaminya adalah kesempatan untuk pemazmur mengakarkan keyakinan imannya bahwa Allah konsisten dalam kekudusan-Nya (ayat 5-7). Apa pun kenyataan yang kini dialaminya tidak ia izinkan untuk mengaburkan keyakinan bahwa Allah membalas kejahatan dengan adil dan tegas menolak dosa. Ketiga, pemazmur mengutarakan tekad imannya berdasarkan kasih karunia kekal Allah untuk makin maju dalam hubungannya dengan Allah (ayat 8-9). 

Keempat, pemazmur memperjelas evaluasinya tentang orang jahat sambil meminta agar Tuhan memperlakukan orang jahat setimpal dengan kejahatan mereka (ayat 10-11). Perhatikan bagaimana pemazmur dengan tajam menilai kondisi hati dan sifat jahat mereka (ayat 10). Dengan demikian permohonannya bukanlah dorongan balas dendam, tetapi dorongan agar kemuliaan Allah dinyatakan (ayat 11). Kelima, akhirnya pemazmur mengutarakan keyakinan imannya bahwa orang benar akan bersukacita sebab Tuhan melindungi dan memberkati 12-13). 

Renungkan: Tuhan tidak saja melindungi kita saat kita tertekan kejahatan, Ia juga menuntun kita berjalan semakin mesra dengan-Nya. (sh)

Tuesday, July 25, 2023

Banyak Jalan menuju Roma...!

Banyak Jalan menuju Roma...! (2 Petrus 2:10-22)

Pepatah ini digunakan bila seseorang hendak menyatakan bahwa banyak cara dapat ditempuh untuk sampai ke tujuan. Pepatah ini pun diberlakukan oleh para pengajar sesat, yang didorong oleh semangat duniawi, berusaha menggoncangkan dan menjatuhkan keyakinan iman jemaat kepada Tuhan Yesus Kristus. 

Strategi pertama yang mereka lancarkan adalah mengklarifikasi jemaat Tuhan, yang menurut mereka belum memiliki fondasi yang kuat dalam mengenal kebenaran Tuhan sehingga mudah digoncangkan imannya. Mereka yang masuk dalam klafirikasi tersebut adalah orang-orang yang lemah (14), dan orang yang baru menerima Kristus atau Kristen baru (18). Lemah di sini mengacu pada ketidakstabilan sebab orang Kristen baru diibaratkan seperti bayi yang baru mulai belajar berjalan. Klarifikasi ini tidak tepat sebab ada orang-orang yang lebih mengerti dan yang pernah mengalami kebenaran, tetapi meninggalkan kebenaran itu dan memilih kesesatan (15). Ini dibuktikan dari banyaknya orang-orang kristen yang telah mengenal Kristus, tetapi akhirnya meninggalkan Kristus karena ajaran-ajaran sesat. Strategi kedua adalah mengajak jemaat Tuhan terlibat dalam kegiatan yang mendatangkan kenikmatan tubuh: seks dan foya-foya. Keyakinan diri: mencekoki orang-orang dengan sugesti bahwa dirinya hebat, mampu, dan berhak mendapatkan apa yang diinginkan. Kebebasan: bebas dari segala aturan, kungkungan, dan disiplin. Ketiga hal dianggap sebagai hal yang paling strategis untuk mengajak umat menikmati kebebasan liar, kemerdekaan palsu, dan perbudakan menuju kepada kebinasaan. 

Para pengikut Kristus harus yakin bahwa Kristuslah satu-satunya yang mampu membebaskan dan mengutuhkan kehidupan mereka. Keyakinan inilah yang seharusnya diikuti oleh semangat untuk mengarahkan diri, cita-cita, dan ketaatan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus saja, sehingga tidak ada peluang bagi para penyesat untuk mendemonstrasikan kepalsuan mereka. 

Renungkan: Bila Kristus menjadi pusat kehidupan Anda biarkan Dia menjadi segala-galanya bagi Anda, dan biarkan Dia leluasa mengatur dan mengarahkan hidup Anda. Hanya dengan itulah kehidupan Anda dapat dipertanggungjawabkan dan selalu terarah pada kebenaran. (sh)

Duri dalam Daging

Duri dalam Daging (2 Korintus 12:1-10)

Paulus telah dituduh tidak rohani. Mereka yang menuduh Paulus demikian adalah mereka yang menyebut diri mereka rohani (lihat 1Kor. 4:6-10; 5:2; 8:1; 12:20-25; 14:37-38). Mereka itu adalah rasul dan nabi palsu. Mereka juga mengaku telah menerima penglihatan dan penyataan.

Paulus sendiri sebenarnya telah menerima penglihatan dan penyataan dari Allah disepanjang hidupnya. Hal itu telah dicatat oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul (lihat Kis. 9:12; 16:9-10; 18:9-10; 22:17-21; 23:11; 27:23-24). Paulus juga berbicara tentang penglihatan mengenai Kristus yang bangkit karena hal itu memainkan peranan penting dalam pengalaman pertobatannya. Pengalaman itulah yang membuat dia layak disebut rasul (lihat Kis. 1:22; 1Kor. 9:1).

Akan tetapi, Paulus tidak mau orang menilai dirinya berdasarkan penglihatan-penglihatan rohani spektakuler yang tidak dapat dibuktikan oleh siapapun. Sebaliknya, ia ingin jemaat Korintus menilai dirinya hanya berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar dari pengajaran dan kehidupannya (6). Oleh karena itu, Paulus berbangga bukan atas pengalaman penglihatan yang spektakuler itu, melainkan atas kelemahannya (5).

Di ayat 7, Paulus menyebutkan "duri dalam daging", yang ia dapat setelah ia mengalami penglihatan yang luar biasa. "Duri" ini bertujuan agar dia tidak memegahkan dirinya. Sehingga saat dia menulis, dia bukan berbicara tentang dirinya sebagai rasul besar, tetapi sebagai hamba Kristus. Ini penting supaya tidak ada orang yang menganggap dirinya sebagai manusia super.

Sebenarnya, Paulus telah tiga kali berseru kepada Tuhan agar duri itu boleh diambil dari dirinya. Namun, Tuhan tidak mengambil "duri" tersebut. Tuhan justru membiarkannya, agar Paulus tidak meninggikan diri dan bergantung pada kasih karunia Kristus semata. Justru dalam kelemahan, kuasa Tuhan semakin sempurna (8-10).

Dalam diri kita pun, ada kelemahan-kelemahan yang Tuhan izinkan ada di situ. Tujuan-Nya, agr kita semakin bersandar pada anugerah-Nya. Dengan demikian, nama Tuhan saja yang dipuji dan dimuliakan. (sh)

Wednesday, July 19, 2023

Tuhan adalah Perlindunganku

Tuhan adalah Perlindunganku (Mazmur 11:1-7)

Menjadi orang Kristen di Indonesia ternyata banyak musuhnya. Orang tidak senang gereja maju, lalu meneror dan membakarnya. Orang tidak senang orang Kristen berhasil, lalu memfitnah atau mempersulit ruang geraknya. Kalau Anda adalah salah seorang yang sedang menghadapi ancaman dan tekanan dari musuh-musuh Kristen, kepada siapakah Anda akan mencari pertolongan? 

Mazmur 11 merupakan pernyataan keyakinan si pemazmur. Walaupun orang-orang fasik membenci bahkan berupaya menghancurkan dirinya (ayat 2), sampai seakan-akan tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya (ayat 3), pemazmur percaya kepada Tuhan sebagai tempat perlindungannya. Bagaimana mungkin tetap percaya kepada Allah dalam kesulitan hidup? Pertama, sebab Tuhan adalah mahatahu. Ia tahu siapa yang fasik, siapa yang benar (ayat 4-5). Kedua, Tuhan itu adil (ayat 7a), Ia menghukum orang fasik (ayat 6), tetapi berkenan kepada orang benar (ayat 7b). Jadi, pemazmur dapat mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan karena ia tahu Tuhan pasti membela dirinya yang benar terhadap orang fasik yang jahat. 

Di awal tahun 2003 ini, sepertinya situasi tidak semakin baik bagi Kristen di Indonesia. Namun, keyakinan bahwa Tuhan adil dan akan membalaskan kejahatan orang seharusnya membuat kita bertahan dan berserah kepada Tuhan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan bertindak menyelamatkan kita. Percaya kepada Tuhan tidak membuat kita menjadi tidak realistis seperti orang hidup dalam dunia mimpi. Dekat Tuhan kita tidak hanya akan terlindung aman, tetapi kita juga akan beroleh ketajaman melihat dan membaca zaman yang makin jahat ini. 

Renungkan: Tuhan membalas setiap orang yang fasik dengan hukuman, dan yang benar dengan kehidupan. Dalam persekutuan, atau permusuhankah Anda terhadap Tuhan? (sh)

Suata Saat Menghadapi Pengadilan Kristus

Suata Saat Menghadapi Pengadilan Kristus (2 Korintus 4:16-5:10)

Paulus memulai pasal 4 dengan menyatakan bahwa "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati." Namun selanjutnya, ia memaparkan banyak penderitaan yang ia alami di dalam pelayanannya. Lalu bagaimana ia bisa berkata bahwa ia tidak tawar hati dalam penderitaan yang demikian?

Paulus telah menjelaskan bahwa penderitaannya ditujukan untuk pelayanan yang lebih efektif kepada jemaat Korintus. Karena itu, ia tidak tawar hati meski harus menderita karena secara rohani, ia diberkati dan diperbarui. Sebab kesusahan yang diderita untuk sementara waktu sesungguhnya mengerjakan kemuliaan yang lebih besar (4:17-18). Namun jangan mencari-cari kesusahan karena ingin mencapai kemuliaan.

Setelah mengkontraskan penderitaan yang sementara dengan kemuliaan yang kekal, serta apa yang kelihatan dan sementara dengan apa yang tidak kelihatan dan abadi, Paulus membandingkan tempat kediaman sekarang dan tempat kediaman surgawi (5:2). Paulus menyatakan bahwa sekarang ini kita tinggal di tempat yang bersifat sementara dan terbatas. Jika tempat ini rusak, kita tetap memilki pengharapan, yaitu sebuah tempat kediaman yang bukan dibangun dengan tangan manusia, yakni tempat kediaman surgawi.

Karena di dunia ini kita mengalami berbagai kesusahan dan pencobaan, Allah memberikan kepada kita Roh Kudus sebagai jaminan (5:5). Kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan Paulus memberikan sebuah jaminan bahwa Allah berkarya di dalam dirinya, meski ia sedang dalam keadaan susah. Maka di dalam segala keadaan, Paulus selalu berusaha untuk hidup menyenangkan hati Allah. Terutama karena kesadaran bahwa suatu saat, semua orang akan menghadap takhta pengadilan Kristus untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatunya.

Kita pun harus hidup dalam kesadaran ini. Maka, jangan putus asa saat mengalami kesusahan dan penderitaan. Ingatlah, bahwa Tuhan tidak akan melupakan apa yang kita kerjakan bagi Dia (Ibr. 6:10). (sh)

Hamba Kebenaran atau Hamba Dosa?

Hamba Kebenaran atau Hamba Dosa? (Roma 6:15-23)

Saat Hitler memerintah Jerman pada masa PD II, gereja harus memilih apakah mengikuti kehendak Hitler yang otoriter, kejam, anti semitik, dan ambisius atau melawan Hitler dengan segala konsekuensinya siap dibunuh oleh tentara Hitler. Gereja terbagi dua. Yang mendukung Hitler disebut Deutsche Christen (Kristen Jerman). Yang menentang menyebut dirinya Bekennende Kirche (Gereja yang Mengakui). Gereja yang mendukung terpaksa mengikuti kehendak Hitler meskipun bertentangan dengan iman dan hati nurani mereka. Yang menentang tetap berpegang teguh kepada Yesus meski mereka ditangkap dan dibunuh. Salah seorang dari mereka adalah Dietrich Bonhoeffer. Sampai matinya Bonhoeffer tetap percaya Yesus untuk selama-lamanya.

Jemaat Roma yang sudah percaya Yesus, seharusnya bukan lagi hamba dosa melainkan hamba kebenaran. Paulus tidak memberikan pilihan apakah tetap menjadi hamba dosa atau hamba kebenaran. (15-16). Paulus memberi penegasan bahwa orang yang sudah dimerdekakan dari dosa hanya ada satu pilihan, menghambakan diri pada Kristus sebagai hamba Kebenaran. Paulus mengingatkan mereka kehidupan lama ketika menjadi hamba dosa, penuh dengan kecemaran dan kedurhakaan (19a), tidak ada kebenaran (20), dan upahnya adalah kematian atau maut (21, 23a). Tidak ada keuntungan ketika hidup dalam dosa. Sebaliknya ketika mereka menjadi hamba kebenaran? Tuhan dapat memakai mereka untuk menghasilkan buah kekudusan dan buah hidup yang kekal (22-23b).

Tetap tinggal dalam dosa, berarti menjadi hamba dosa. Berarti menyerahkan hidup kita diatur oleh keinginan daging (Gal. 5:19-21; 1Yoh. 2:16). Kenikmatan, kesenangan dan kemewahan duniawi memang kita dapatkan. Namun itu hanya berlaku di dunia ini. Berarti pula menyangkali kasih karunia yang Allah sudah nyatakan dalam hidup kita. Menjadi hamba kebenaran, jalan terjal siap kita hadapi namun ada kebenaran dan kedamaian yang kita peroleh di dunia serta hidup yang kekal bersama Yesus. Mana yang kita pilih? (sh)

Wujud Relasi dengan Allah

Wujud Relasi dengan Allah (Zefanya 2:1-3)

Pasrah menerima keadaan bukanlah sikap yang tepat dalam menghadapi hukuman Allah yang begitu mengerikan (ayat 1). Zefanya mendorong umat untuk mencari Allah. Menghadapi murka Allah yang membinasakan, Zefanya tahu bahwa hanya dengan pertobatan umat maka kasih karunia Allah akan mengatasi ancaman hukuman yang sudah di depan mata. Yehuda harus berbalik dari tingkah laku yang berdosa dan kembali kepada Allah. Yehuda harus sadar bahwa tempat untuk berlindung dari murka Allah bukanlah harta milik mereka, melainkan kemurahan Allah sendiri. 

Sampai tiga kali Zefanya berseru "Carilah..., carilah..., carilah...". Apa yang dicari? Cari Tuhan, cari keadilan, cari kerendahan hati (ayat 3). Tampaknya yang jadi masalah di dalam kehidupan umat Allah adalah keadilan, kebenaran, dan kesombongan. Orang yang hidup mengandalkan kekayaan memang akan menginjak-injak kebenaran dan keadilan asal bisa mengeruk harta. Orang yang menjadikan kekayaan sebagai standar hidup akan menjadi sombong karena banyaknya harta yang mereka miliki. Karena itu mencari Tuhan harus dipahami dalam pengertian berhenti menyembah berhala, menindas orang lain, berlaku tidak adil, dan sebagainya. Mencari Tuhan tidak sekadar melakukan ritual agama secara cermat dan rutin. Zefanya jelas menekankan keadilan dan kerendahan hati sebagai padanan mencari Tuhan. Tak ada orang yang mencari Allah, tetapi hidup tidak adil dan tidak rendah hati. Atau dengan kata lain, relasi dengan sesama menunjukkan relasi dengan Allah. Bila dalam relasi dengan sesama, kita bersikap sombong dan berlaku tidak adil maka patut dipertanyakan seberapa baikkah relasi kita dengan Allah. 

Mari kita bercermin dari panggilan pertobatan yang disuarakan oleh Zefanya. Bagaimana relasi kita dengan orang lain? Adakah relasi kita dengan orang lain, dalam berbagai aspeknya, sudah memperlihatkan kebenaran? Mintalah Roh Kudus menolong kita untuk melihat apakah relasi kita dengan Allah pun sudah sesuai dengan yang Dia inginkan. (sh)

Hukuman dan Keselamatan

Hukuman dan Keselamatan (Yesaya 35:1-10)

Sulit memiliki konsep positif tentang hukuman dalam zaman ini. Menggandengkan Yesay. 34 dan 35 akan menolong kita memahami bahwa hukuman dan pembayaran terhadap hutang dosa, tidak dapat dipisahkan. Demikian juga pembaruan dari pemulihan tidak dapat dipisahkan. Karena Allah dan hukum-hukum-Nya kudus dan kasih adanya, kedua hal tersebut pun berjalan seiring. 

Hukuman atas dosa berakibat fatal. Gambaran-gambaran ngeri dalam pasal 35 disarikan dalam ayat ##A Yesaya 1: padang gurun dan padang tandus. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Sukacita seperti apa akan terjadi? Pertama, sukacita yang mencelikkan mata yang buta dan menguatkan lutut yang gemetar (ayat 5-6a). Artinya sukacita karena terbukanya "mata" kita untuk melihat Tuhan sebagai penolong. Kedua, sukacita yang menyebabkan mata air di padang gurun memancarkan air segar dan tanah kersang (kering tidak subur) menjadi sumber-sumber air (ayat 6b-7). Kias ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat jauh melebihi kuasa pemerintahan ketika hukuman dijatuhkan. Ketiga, sukacita yang menghantarkan orang-orang yang diselamatkan Allah memasuki "Jalan kudus" (tempat suci) (ayat 8-9). Keempat, sukacita yang abadi (ayat 10). Sukacita dari Allah ini memberi kekuatan bagi kita untuk dapat berdoa di tengah kesulitan. 

Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita, seperti: kesedihan, perasaan tertolak, kehilangan orang yang dikasihi, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, dll. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Pertama, memercayai janji pembelaan dari Tuhan sungguh nyata bagi kita. Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri sebab dengan iman seseorang dibenarkan (Luk. 18:7-8). Kedua, tetap setia melakukan firman Tuhan, meski sendiri saja sebab pada waktu-Nya pasti Tuhan akan membela kita. 

Renungkan: Hidup baru dalam anugerah Tuhan berkualitas menaklukkan segala masalah hidup betapa pun sulitnya. (sh)

Segala sesuatu ada Masanya

Segala sesuatu ada Masanya (Pengkhotbah 3:1-22)

Pernahkah Anda berangan-angan sekiranya bisa ingin "memutar sang waktu" kembali untuk mengulang beberapa peristiwa menyedihkan atau menyenangkan di masa lampau dalam kehidupan ini agar Anda mampu memperbaiki ataupun mengalaminya sekali lagi? 

Firman Tuhan dalam nas ini mengingatkan kita bahwa untuk segala sesuatu ada masanya. Masa adalah suatu kurun waktu tertentu yang ada awalnya dan ada akhirnya. Yang dimaksud "segala sesuatu" dalam nas ini meliputi tiga hal (ayat 1-8) yaitu: 1). Kegiatan sehari-hari seperti menanam-mencabut; merombak-membangun; merobek-menjahit; mencari untung-merugi. 2). Kejadian yang melibatkan perasaan seperti menangis-memeluk; tertawa-meratap; mengasihi-membenci; berbicara-berdiam diri. 3). Peristiwa kehidupan seperti lahir-meninggal; perang-damai. Hal yang sama juga kami alami yakni pada waktu anak-anak kami masih kecil, kami sering bersepeda dengan mereka. Namun, masa itu tidak selalu ada; sekarang mereka sudah besar dan tidak lagi bersepeda bersama kami. Oleh karena itu, menurut Raja Salomo tindakan yang terbaik menyikapi masa hidup ini ialah dengan berlaku bijak. 

Orang bijak menurut nas ini adalah orang yang memercayai bahwa rancangan Tuhan adalah kehendak-Nya yang terbaik meski terkadang "sakit" ia rasakan (ayat 11); orang yang dapat mensyukuri masa hidup yang Tuhan sediakan baginya (ayat 13); ia juga tidak mudah mengeluh karena ia tahu bahwa Tuhanlah yang merencanakan masa hidupnya yaitu hidup untuk kemuliaan-Nya (ayat 14). Yang penting untuk diingat adalah Tuhan meminta kita untuk dapat menggunakan masa hidup ini dengan sebaik-baiknya karena sekali masa hidup kita itu lewat maka "ia tidak akan kembali" lagi (ayat 22). 

Masa hidup kita ini ada dalam perhitungan-Nya karena Dialah Tuhan yang mengatur "segala sesuatu" tersebut menjadi indah bagi kita. 

Renungkan: Masa hidup kita masing-masing berisikan kehendak dan pemeliharaan Tuhan oleh karena itu, percayakan kepada-Nya. (sh)

Hadapi Fitnah dengan Kasih

Hadapi Fitnah dengan Kasih (Mazmur 109:1-31) 

Pepatah manusia mengatakan "fitnah lebih kejam daripada pembunuhan".Yesus sendiri mengatakan orang yang memfitnah sudah membunuh (Mat. 5:21-22). Fitnah menyakitkan hati dan menghancurkan kredibilitas orang yang difitnah. Itu yang disebut pembunuhan karakter!

Pemazmur mengajukan permohonan kepada Tuhan agar Tuhan membela dirinya yang sedang difitnah. Ngeri sekali melihat bahwa pelaku fitnah adalah orang-orang yang dilayani dan dikasihi pemazmur (4-5). Ibarat air susu dibalas air tuba. Lebih mengerikan lagi tujuan mereka memfitnah sangat jahat, yaitu untuk menghancurkan hidup si pemazmur habis-habisan (6-14).

Itu sebabnya pemazmur memohon agar segala kutukan para pemfitnah dibalikkan kepada mereka (15-20).Pemazmur berharap keadilan Allah ditegakkan. Allah yang adil akan membalaskan kepada orang jahat sepadan dengan kejahatannya. Sebaliknya, pemazmur memohon agar Tuhan memulihkan keadaannya yang sudah 'hancur' di mata orang (21-25). Saat Tuhan memulihkan dirinya, para pemfitnah akan tahu bahwa anak-anak Tuhan tidak dapat dipermainkan. Tuhan pasti membela dan mereka yang jahat justru akan dipermalukan.

Fitnah adalah cara dunia menghancurkan karakter dan hidup seseorang. Namun cara surga adalah kasih dan pengampunan. Kalau pemazmur mengharapkan keadilan Allah ditegakkan dengan menimpakan perbuatan jahat seseorang kembali ke atas kepalanya sendiri, maka kita bisa bersikap berbeda. Kita percaya keadilan Allah pasti ditegakkan. Namun, kita meyakini justru keadilan Allah untuk semua orang berdosa sudah ditegakkan melalui kematian Kristus. Dia sudah menanggung hukuman setimpal dosa-dosa manusia. Maka marilah kita mendoakan para pemfitnah agar kasih Allah menundukkan mereka kepada Kristus. (sh)

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...