Saturday, March 23, 2024

Jangan Salah Konsep

 

Jangan Salah Konsep (Markus 11: 1-11)

Markus menuturkan kedatangan Yesus ke Yerusalem menjelang hari "H" penderitaan-Nya.

Dua murid diminta untuk mengambil keledai muda dari seseorang di desa. Sebagai Raja, Yesus akan mengendarai seekor keledai muda, yang menggambarkan ketenangan dan kerendahhatian. Bila di Markus 10:42-43, raja dunia digambarkan dengan tangan besi maka Yesus, Sang Raja Damai datang dengan kelembutan dan tanpa kekuatan militer. Yesus telah menggenapi nubuat Zakharia (Za. 9:9).

Sambutan orang banyak terhadap Yesus yang datang mengendarai keledai (8) bagai upaya membentangkan karpet merah bagi orang terhormat yang akan melalui tempat itu. Tampaknya orang banyak melihat tindakan Yesus sebagai suatu pernyataan simbolis tentang identitas-Nya sebagai Mesias bagi Israel. Oleh karena itu mereka mengelu-elukan Dia sebagai Raja Israel yang datang dalam nama Tuhan. Dalam hal ini orang banyak telah bertindak dengan benar. Akan tetapi, konsep mereka mengenai misi kedatangan Yesus dan kerajaan-Nya merupakan suatu kesalahan besar. Mereka telah gagal memahami kedatangan Yesus yang mengendarai keledai sebagai simbol misi yang mengusung kerendahhatian, bukan kuasa politik atau militer.

Orang banyak telah salah berharap karena telah salah konsep mengenai kerajaan Allah. Seruan elu-elu mereka pada Yesus ternyata didasarkan pada berbagai mukjizat yang telah dilakukan oleh Yesus (bdk. Luk. 19:37), bukan karena pemahaman mereka akan misi Yesus. Orang banyak hanya memikirkan dimensi fisik, padahal Kerajaan Allah mewujud dalam pembaruan hubungan seseorang dengan Allah. Kerajaan Allah dibangun bukan di atas revolusi dan peperangan, melainkan melalui penolakan, penderitaan, dan bahkan kematian Yesus di kayu salib yang dianggap memalukan.

Kiranya hubungan kita dengan Yesus dibangun bukan di atas konsep dan hasrat yang keliru, melainkan atas kerinduan mengalami perjumpaan dengan Dia hari demi hari hingga kita serupa dengan Dia. sh

Friday, March 22, 2024

Anugerah & Kekuatan dari Allah

Anugerah & Kekuatan dari Allah (2 Timotius 1:1-10)

Orang Kristen tidak kebal dari penderitaan, termasuk juga rohaniwan. Kekristenan tidak menjamin umat Allah akan kebal dan bebas dari penderitaan. Sebaliknya, kekristenan mengajarkan kekuatan yang kita miliki sebagai anak-anak Allah untuk menanggung penderitaan yang Ia izinkan terjadi di dalam hidup kita.


Mengawali suratnya yang kedua kepada Timotius, pertama-tama Paulus menyampaikan salam kasihnya kepada Timotius (2 Timotius 1:1-2), anak rohani yang dikasihinya. Paulus menyebutkan kehendak Allah yang telah menjadikannya sebagai pemberita janji tentang hidup dalam Kristus Yesus. Kesadaran akan kehendak Allah ini memampukan Paulus untuk mengucap syukur kepada-Nya karena keberadaan Timotius dalam pelayanannya (2 Timotius 1:3-5). Paulus tahu, pelayanan Timotius di Efesus tidak mudah. Dengan usia Timotius yang tergolong muda dan peliknya persoalan yang diakibatkan oleh para pengajar sesat yang menyusup di tengah jemaat Efesus, tentu tidak mudah menghadapi semua itu. Paulus tahu betapa berat kesedihan yang dialami oleh Timotius dalam pelayanannya (2 Timotius 1:4). Karena itu, Paulus menguatkan Timotius.

Dasar penguatan pertama yang Paulus berikan adalah karena kasih karunia yang telah dimiliki oleh Timotius dari Allah (2 Timotius 1:6, 9). Paulus mengingatkan bahwa hanya karena kasih karunia Allah saja, maka Timotius beroleh keselamatan dan panggilan pelayanan (2 Timotius 1:9-10). Dasar penguatan kedua yang Paulus berikan kepada Timotius, yaitu bahwa Allah yang telah menyelamatkannya, juga memberikan kekuatan kepadanya (2 Timotius 1:7). Berdasarkan pada anugerah dan kekuatan dari Allah yang telah ia terima, Paulus menasihati Timotius agar tidak malu bersaksi dan tidak takut untuk menderita bagi Kristus (2 Timotius 1:8).

Bila Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan atau pun kesulitan dalam pelayanan, ingatlah bahwa ada anugerah dan kekuatan dari Allah yang diberikan bagi setiap orang yang berharap kepada-Nya. Apapun situasi hidup kita, jangan malu bersaksi demi Kristus dan jangan takut untuk menderita bagi-Nya. [MFS]

Kasih Menjadikan Karunia Berfungsi

Kasih Menjadikan Karunia Berfungsi (1 Korintus 13:1-13)

Kasih ibarat lem perekat, pipa penyambung, tali pengikat, garam pengawet dan penghilang rasa tawar. Apabila tidak ada kasih, rupa-rupa karunia akan berdiri sendiri-sendiri. Padahal, Allah memberikan karunia untuk membangun kehidupan bersama di bumi ini, bukan di sorga. Karunia bernubuat, iman, pengetahuan, hanya diperlukan di bumi untuk membangun kehidupan. Sayangnya, ada saja orang Kristen yang menjadikan rupa-rupa karunia untuk diri sendiri atau kelompok komunitasnya saja. Seolah-olah mereka hidup di sorganya sendiri. Kasih harus menggarami dan merekatkan karunia yang satu dengan yang lain demi kebaikan hidup bersama di bumi.


Tanpa kasih, tidak ada gunanya karunia karena hanya akan jatuh pada kemegahan diri sendiri. Tanpa kasih, memberi akan tak bermakna. Pemberi dan penerima akan merasa hampa. Kasih menjadikan karunia yang ada pada kita berfungsi. Karunia ada untuk fungsi tertentu. Tanpa kasih, karunia tidak berguna (1-3).

Kasih itu tidak merugikan orang lain dalam bentuk apa pun. Ia tidak mengambil atau mengurangi hak-hak orang lain. Ia memberi ganti rugi apabila sudah merugikan sesamanya. Kasih itu tidak berlaku semena-mena atau menganggap rendah orang lain. Kasih itu memberi keuntungan bagi semua pihak. Ia memenuhi hak-hak setiap orang sebagai manusia seutuhnya yang dikasihi Allah.

Seharusnyalah rupa-rupa karunia yang kita miliki untuk memberi keuntungan bagi kehidupan. Sekali kita menggunakan karunia yang ada pada kita untuk kemegahan dan kesombongan kita, kita telah mengurangi sukacita orang lain, mereduksi iman dan pengharapan sesama kepada Allah. Apalah hak kita menyombongkan pemberian yang kita terima? Karunia itu pemberian Allah bukan milik ciptaan kita sendiri. Mari kita kembalikan karunia yang kita terima dari Allah sesuai dengan hakikat fungsinya yaitu untuk membangun kehidupan bersama. Hendaklah rupa-rupa karunia yang kita masing-masing miliki berdiri di atas satu pondasi yaitu kasih. Janganlah orang lain menjadi tersisih karena karunia yang kita megahkan. 𝘴𝘩

Kristus Memberi Hidup

 

Kristus Memberi Hidup (Yohanes 1:10-18)

Siapa yang berhak menyelamatkan manusia berdosa? Bukankah manusia berdosa seharusnya dihukum Allah? Lalu, mengapa Tuhan Yesus mau menyelamatkan manusia sehingga manusia tidak binasa? 

Bila pada pasal 1:1-9, Yohanes menegaskan keilahian Kristus maka pada bagian ini kemanusiaan-Nya yang ditekankan. "Firman itu telah menjadi manusia," tinggal dan melayani di tengah-tengah manusia (ayat 14a). Tuhan Yesus adalah manusia sebagai perwujudan Allah secara sempurna (ayat 18). Hanya Dia yang bisa mewakili Allah di dunia ini, sebab Dia berasal dari Allah dan Dia adalah Allah (lih. ayat 1-2). Itulah sebabnya, orang yang tinggal bersama-sama dengan Dia melihat kemuliaan-Nya sebagai kemuliaan yang berasal dari Allah Bapa (ayat 14b). Kemuliaan-Nya itu dimanifestasikan dalam kasih karunia dan kebenaran. Artinya, melalui Kristus anugerah keselamatan diberikan kepada setiap orang yang percaya (ayat 12) dan mereka yang percaya dibenarkan Allah (band. Rm. 5:1-2). Yang dulu dinanti-nantikan oleh umat Israel melalui Hukum Taurat Musa, kini digenapi oleh kasih karunia di dalam Kristus (ayat 16). Jadi, Tuhan Yesus bisa dan berhak menyelamatkan manusia dari murka Allah yang membinasakan! Namun, fakta membuktikan bahwa tidak semua orang menyambut gembira kedatangan Kristus (ayat 10-11). Mereka menolak Kristus karena tidak mau mengubah hidup mereka yang sudah nyaman dalam dosa dan tidak mau tunduk ke bawah otoritas Allah. 

Yohanes Pembaptis mengambil posisi sebagai saksi Kristus bagi dunia ini. Ketegasan ini diperlukan agar fokus keselamatan tidak bergeser dari pembawa berita kepada Sang Kabar Baik itu sendiri. Demikian pula tugas kita adalah memberitakan Kristus, Dia adalah Gambar Allah yang sempurna, yang satu-satu-Nya yang dapat memberikan kuasa kepada manusia menjadi anak-anak Allah. 

Renungkan: Hanya Kristus yang berhak dan berkuasa mengubah hidup seseorang menjadi seorang anak Allah. sh

Wednesday, March 13, 2024

Walau Tua Tetap Semangat

 

Walau Tua Tetap Semangat (Mazmur 71:1-24)

Apa benar orang yang sudah tua bisa ditinggalkan Tuhan? Apakah Tuhan melupakan kita saat rambut memutih? 

Mazmur 71 memuat pergumulan pemazmur sebagai orang yang sudah tua. Dulu pemazmur pernah mengalami masa muda yang penuh sukacita. Pengalaman ini penuh sukacita karena Tuhan sendiri menopang kehidupannya (ayat 5-6). Masa muda pemazmur ini, menjadi kesaksian bagi banyak orang tentang perbuatan ajaib tangan Tuhan yang memeliharanya (ayat 7-8). Kini pemazmur merasakan kekuatan fisiknya menurun dan memudar sehingga rasa percaya diri pun luntur. Hal ini berbeda saat tubuh masih sehat, tenaga besar, tiada rintangan fisik, mental maupun hambatan para musuh yang dapat menghalangi gerak pemazmur. 

Beragam perubahan ini menghantarkan pemazmur pada puncak keraguan yakni jangan-jangan Tuhan pun sudah meninggalkan dia (ayat 9). Apalagi tekanan para musuhnya bertambah sehingga perasaan ditinggalkan Tuhan makin kuat (ayat 10-11). Dalam kemunduran fisik dan tekanan masalah, iman menatap ke luar kondisi diri yaitu kepada Yahweh, Allah Israel yang setia. Kerinduan pemazmur adalah ia tetap boleh melayani Tuhan pada masa tuanya. Pemazmur bangkit dalam sikap semakin rindu menyaksikan berbagai perbuatan Tuhan (ayat 12-16). Pengalaman masa muda bersama Tuhan mendukung keyakinannya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkannya. Pengalaman penyertaan Tuhan pada masa lampau itu menjadi pegangan bagi pemazmur dan memantapkan tekadnya untuk tetap melayani Tuhan di usia senja (ayat 17-18; 21-24). 

Jangan kaitkan kemunduran fisik dengan perubahan kasih setia dan pemeliharaan Tuhan. Ia tidak pernah berubah. Tuhan tidak bosan memakai kita untuk melayani-Nya. Oleh karena itu, jadikan masa tua kita sebagai contoh bagi orang di sekitar kita untuk melihat usia lansia bukan penghalang melayani Tuhan dengan setia dan benar. 

Camkan: Fisik boleh menurun, tetapi semakin matang usia, semakin iman, pujian, dan semangat melayani Tuhan harus terus meningkat. sh

Monday, March 11, 2024

Pilihan Berhikmat

Pilihan Berhikmat (Pengkhotbah 9:13-10:20)

Pemuda itu memiliki segalanya. Ayahnya seorang pemilik pabrik susu yang besar di Amerika dan waktu ia lulus sekolah, ayahnya memberi hadiah berdarma-wisata keliling dunia. Pada masa belianya itulah, ia menerima panggilan Tuhan untuk melayani-Nya. Untuk mempersiapkan dirinya, ia memutuskan untuk kuliah terlebih dulu di Univ. Yale, Amerika. Setelah tamat ia menetapkan hati untuk menjadi misionaris. Ayahnya dan beberapa perusahaan menawarkan pekerjaan dengan posisi yang bagus, tetapi semua ditolaknya. Dalam perjalannya menuju ladang misi, ia meninggal dunia karena sakit. Di Alkitabnya ditemukan tiga pernyataan yang mencerminkan sikapnya dalam mengikut Tuhan "Tidak goyah! Tidak ada pilihan lain! Tidak menyesal!" 

Memilih bekerja di bidang rohani daripada bekerja dalam bidang umum dengan gaji besar sering dipandang oleh dunia tidak berhikmat. Perbedaan cara pandang ini disebabkan pandangan dunia tentang hikmat berbeda dengan pernyataan Alkitab (Ams. 1:7 ; 8:35). Hikmat menurut Alkitab lahir dari takut akan Tuhan, sementara hikmat dari dunia berasal dari pengetahuan manusia. Hidup takut akan Tuhan menuntun kita untuk dapat membedakan jalan kepada kebinasaan atau menuju hidup (ayat 10:2,12). 

Setiap hari kita dihadapkan pada pilihan yang sulit yaitu melakukan pilihan berhikmat untuk hidup dalam kehendak-Nya atau hidup menurut hikmat diri sendiri dan hikmat dunia. 

Renungkan: Memilih untuk melayani Tuhan terasa sulit jika kita tidak berfokus pada kehendak Tuhan dan lebih mendengarkan hikmat dunia. (sh)

Tunduk & Mengasihi

Tunduk & Mengasihi (Efesus 5:22-33)

Merendahkan diri terhadap orang lain bukan perkara mudah, karena itu berarti mengikis ego dan gengsi. Paulus menganjurkan jemaat Efesus agar hidup merendahkan diri, seorang kepada yang lain (Ef. 5:21). Bukan karena takut kepada orang yang derajat atau pangkatnya lebih tinggi, karena bila demikian kita tidak akan melakukannya terhadap orang yang kita sebut berstatus lebih rendah. Sebab itu kondisi yang Paulus anjurkan adalah kondisi ?di dalam takut akan Kristus?.

Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27).

Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai pemimpin.

Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan tanggung jawab. (sh)

Hasil Karya Allah

Hasil Karya Allah (Yesaya 45:14-25)

Seperti halnya rencana dan cara Allah itu mengejutkan, demikian pula dengan hasil karya-Nya. Allah tidak saja membebaskan Israel, Ia juga membuat bangsa-bangsa adidaya dalam perspektif zaman itu berubah sikap. Mesir, Etiopia, dan Syeba akan mengakui keunggulan Israel yang memiliki Allah sejati (ayat 14). Ketika Allah bertindak, semua penyembah dan penganjur berhala akan dipermalukan (ayat 15, 16). Allah tidak akan membiarkan kesesatan terus berlangsung. Ia sendiri akan meninggikan diri-Nya. 

Tindakan Allah membuktikan kesejatian-Nya. Allah Israel adalah Allah sejati sebab Ia yang mencipta (ayat 18), yang menyatakan diri (ayat 19), satu-satunya yang menyelamatkan (ayat 20-22), dan yang memenuhi segala kebutuhan terdalam manusia (ayat 23-25). Semua tindakan Allah ini juga menegaskan bahwa Allah benar, maksud-maksud-Nya baik, patut dipercaya dan disembah (ayat 19). Semua firman-Nya, yang bersifat perintah, larangan, atau undangan benar adanya dan pasti terjadi (ayat 19b, 23). Semua hal mengenai Allah ini membuat nyata kebohongan berhala. 

Keselamatan yang Allah karuniakan kepada Israel menjadi gambaran keselamatan kekal yang akan Allah kerjakan bagi seisi dunia. Seperti halnya penyelamatan Israel membuat bangsa-bangsa penyembah berhala menyadari kebenaran Allah, keselamatan yang akan Allah genapi dalam era Perjanjian Baru pun akan berdampak sama (ayat 20-21). Allah mengundang semua orang, segala bangsa yang hidup dalam kegelapan untuk datang dan membuka diri kepada-Nya (ayat 20a, 21a, 22a). 

Hanya dengan pertobatan, dampak kegelapan akibat memercayai yang palsu dapat dipatahkan. Dengan bertobat, seseorang menyambut uluran tangan penyelamatan Allah. Di dalam Dia, kebutuhan terdalam manusia akhirnya akan terpenuhi (ayat 24a). Kini menjadi tugas kita untuk menghayati dan menyaksikan karya Allah ini kepada sesama kita. sh

Kuasa Darah-Nya Mengubah Arah Hidup Kita

Kuasa Darah-Nya Mengubah Arah Hidup Kita (Ibrani 9:11-14)

Alkitab, darah mempunyai makna yang unik. Darah dicurahkan untuk menyediakan kulit binatang yang menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Darah dicurahkan untuk korban persembahan seperti yang ditetapkan Hukum Taurat. Darah sangat bermakna, sehingga bangsa Israel dilarang untuk makan atau pun minum darah (lih. Im. 17:11). Darah tidak hanya sebagai lambang kehidupan, namun dicurahkan dalam persembahan korban. 

Darah di dalam persembahan korban Perjanjian Lama merupakan lambang persembahan korban utama yang akan datang kelak. Darah yang memungkinkan bangsa Israel menghampiri hadirat Allah, merupakan lambang yang jelas dari darah yang dicurahkan di bukit Kalvari. Darah Kristus merupakan sumber dan janji atas penebusan kekal yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada kita. Selain itu darah Kristus juga menyucikan hati nurani kita (ayat 14). Semua kesalahan, rasa malu dan semua cela yang disebabkan karena dosa terhapus sudah oleh karena pengampunan-Nya yang dicurahkan bersama tercurahnya darah Anak Domba Allah. Di dalam darah-Nya kita akan mendengar: "Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka" (8:12). 

Ketika kita mendapatkan pengampunan karena iman, hati nurani juga dibersihkan dan disucikan. Dengan demikian kita dapat hidup beribadah kepada Dia, Allah yang hidup. Tanpa penyucian dari darah domba Allah, manusia adalah seperti sebuah mainan mobil dengan baterei yang kemudinya sudah dipatok, agar jalannya terus berputar-putar. Demikian jugalah kita sebelum darah-Nya menyucikan kita. Dosa sudah mematok arah hidup kita sehingga kita mau tidak mau mengikuti kemana dosa membawa kita. 

Renungkan: Darah Kristus pun memampukan kita untuk mengubah arah hidup kita, sehingga kita mulai berjalan menuju kepada kebenaran-Nya. sh

Thursday, March 7, 2024

Etos Kerja Kristen

Etos Kerja Kristen (Efesus 2:12-19)

Salah satu alat ukur penting untuk menilai pekerjaan seseorang adalah etos kerjanya. Sebagai orang Kristen kita melakukan yang terbaik karena Kristus telah memberikan yang terbaik, yaitu anugerah keselamatan. Itulah etos kerja Kristen dan itulah makna "mengerjakan keselamatan" (12).

Etos kerja yang baik mengandung nilai-nilai sebagai berikut. 

Pertama, kerja bukan karena dilihat orang. Paulus menasihati jemaat untuk mengerjakan pelayanan mereka dengan baik sekalipun Paulus tidak hadir di tengah-tengah mereka karena pelayanan itu ditujukan kepada Allah (12-13). Bukankah kita sering menemukan orang-orang yang bekerja keras di depan bos, tetapi bersikap santai ketika bos pergi?

Kedua, kerja baik dengan sungguh-sungguh, tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, pekerjaan atau pelayanan adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan (14-15). Banyak orang terlihat bekerja keras, tetapi di balik itu mereka sering mengeluh dengan alasan seperti 'gaji kecil', 'bos galak', 'lingkungan kerja buruk' dan lain-lain.

Ketiga, kerja dengan berdedikasi dan kerelaan untuk berkurban. Semangat materialistis mengajarkan supaya kita bekerja sesuai dengan bayaran yang disediakan. Sedangkan etos kerja Kristen mengajarkan untuk rela berkurban dan membayar harga (17).

Tiga nilai di atas menggambarkan etos kerja dan pelayanan Kristen. Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, kita akan menjadi seperti bintang-bintang di dunia (15). Bintang di langit itu biasa, tetapi bintang di dunia itu langka dan luar biasa! Namun, kita harus ingat senantiasa bahwa keberhasilan kita untuk mengerjakan itu semua berasal dari Allah. Dialah yang "mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." (13). Tanpa menyadari hal tersebut, kita akan menjadi sombong dan menganggap keberhasilan oleh etos kerja itu adalah semata-mata kerja keras dan kehebatan kita. sh

Dosa yang Mengerikan

Dosa yang Mengerikan (Yehezkiel 22:1-16)

Dosa utama apakah yang Tuhan benci? 

✅Pertama, dosa menduakan diri-Nya. 

✅Kedua, memperlakukan manusia ciptaan-Nya secara jahat. Itulah tuduhan kepada Yerusalem yang ditudingkan Tuhan lewat Nabi Yehezkiel. 

Yerusalem dikatakan sebagai kota yang penuh hutang darah (ayat 2), dan mereka menajiskan diri dengan penyembahan berhala, bahkan mungkin mengikuti ritual persembahan kurban kepada berhala dengan mengurbankan manusia (band. Yeh. 16:36). Akibatnya penghukuman Tuhan atas mereka tidak bisa ditunda lagi. Tuhan akan membuat Yerusalem menjadi kehinaan bangsa-bangsa (ayat 4) dan menyerakkan mereka di antara bangsa-bangsa (ayat 15, 16). 

Apa saja dan siapa pelaku dosa tersebut? Para pemimpin Israel (ayat 6) melakukan berbagai kekejian terhadap kaum yang lemah, misalnya yatim, janda, dan orang asing (ayat 7b, 12). Orang tua (ayat 7a) dan keluarga (ayat 10-11) bukan hanya tidak dihormati bahkan diperlakukan dengan berbagai tindakan amoral yang sulit untuk dipahami akal sehat. Seperti yang dikatakan Paulus mengenai jemaat Korintus, mereka melakukan perbuatan cabul yang bahkan orang kafir pun menganggapnya sangat tidak pantas (ayat 1Kor. 5:1). 

Apa kaitan dosa-dosa penumpahan darah tersebut dengan penyembahan berhala? 

1⃣Pertama, dosa-dosa tersebut pada hakikatnya adalah bentuk penyembahan kepada hawa nafsu kedagingan. Jadi berhala mereka adalah daging mereka sendiri. 

2⃣Kedua, penyembahan berhala pada masa itu lazim dilakukan dengan ritual-ritual yang mengumbar hawa nafsu kedagingan seseorang. Maka tidak heran hukuman dosa mereka adalah diserahkan kepada bangsa-bangsa kafir sehingga mereka semakin terjebak kepada keberdosaan mereka sendiri. 

Mengerikan melihat dosa dan hukuman yang dijatuhkan atas umat Tuhan. Ini harus menjadi pelajaran buat umat-Nya. Hidup kita harus menyembah Tuhan yang kudus dengan cara menjalani hidup kudus, tidak mengumbar nafsu, serta bertekad memuliakan Tuhan dalam segala hal. (sh)

Allah memperhatikan penderitaan umat

  Allah memperhatikan penderitaan umat (Keluaran 2:23-3:10) Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderita...